OLEH:
DHIAN TIARA SARI (P27820820013)
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Profesi Ners
Minarti, S.Kep.Ns.,M.Kep.Sp.Kom
NIP. 19670730 199303 2 004
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
a. Meningitis Tuberkulosis
b. Tuberkulosis (TB)
2. Anatomi Fisiologi
a. Meningen
yang padat, kuat dan tidak lentur. Berlapis dua sekitar otak dan
2) Arakhnoid
kontur (sulki dan fisura) sambil membawa pembuluh darah kecil yang
otak, pia dan arakhnoid memisah dan membentuk beberapa rongga besar
mesensefalon.
Sisterna pontin yang berada pada pertemuan pons dengan medula atau
sisterna ini.
superior
d. Sistem Ventrikel
lateralis (kiri dan kanan), ventrikel III dan ventrikel IV. Kedua rongga ini
bagian yaitu :
Kornu anterior
Sela media
Kornu posterior
dengan rongga sub arakhnoid melalui kedua foramina dari luscka dan
foramina magendi. Kedua foramen dari luscka terletak dalam sudut pons
1) Pleksus khoroid
ependima.
2) Cairan serebrospinal
kavernosus.
terdiri dari :
berakhir diretina.
lateralis.
b) Arteri vertebralis
c) Sirkulus willisi
daerah vital.
3. Etiologi
ginjal dan otak. Mycobacterium tidak tampak dengan pewarnaan gram tetapi
campuran asam klorida-etanol. Sifat tahan asam ini disebabkan karena kadar
lipid yang tinggi pada dinding selnya. Lipid pada dinding sel basil
dinyatakan negatif.
4. Manifestasi Klinik
TB aktif atau riwayat batuk lama, berkeringat malam dan penurunan berat
badan beberapa hari sampai beberapa bulan sebelum gejala infeksi susunan
mirip dengan infeksi umum lainnya yaitu berupa kelemahan umum (malaise),
demam yang tidak terlalu tinggi, nyeri kepala yang hilang timbul dan muntah.
Setelah gejala awal berlangsung selama sekitar 2 minggu timbul gejala nyeri
kepala yang persisten dan nyeri tengkuk yang berhubungan dengan rangsang
neurulogik fokal (parese pada nervus kranial dan hemiparese). Inflamasi arteri
neurologi sebagai akibatnya. Saraf kranial II, III, IV, VI, VII dan VIII sering
mengalami kompresi oleh eksudat yang kental. Pada stadium lanjut terjadi
hidrosefalus.
rigiditas dengan atau tanpa tanda klinis meningitis atau kelainan cairan
serebrospinalis.
5. Patofisiologi
Mycobacterium tuberculosis ini dapat bertahan lama di udara atau pada debu
rumah dan terhirup masuk kedalam paru-paru orang sehat. Pintu masuk
infeksi ini adalah saluran nafas sehingga infeksi pertama biasanya terjadi pada
ruang alveoli, makrofag alveoli maupun makrofag yang berasal dari sirkulasi.
primer pada paru-paru berupa lesi eksudatif parenkimal dan kelenjar limfenya
disebut kompleks “Ghon”. Pada fase awal kuman dari kelenjar getah bening
selular terhadap infeksi tersebut. Limfosit-T distimulasi oleh antigen basil ini
organisme dapat mati, tetapi sebaliknya banyak juga makrofag yang mati.
Setelah infeksi pertama dapat terjadi dua kemungkinan, pada orang yang
sehat lesi akan sembuh spontan dengan meninggalkan kalsifikasi dan jaringan
fibrotik. Pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah, penyebaran
hematogen akan menyebabkan infeksi umum yang fatal, yang disebut sebagai
cukup efektif tetapi kurang efisien akan timbul fokus perkijuan yang besar
tuberkulosis aktif. Reaktivasi dari fokus perkijuan akan terjadi bila daya tahan
tubuh host menurun, maka akan terjadi pembesaran tuberkel, pusat perkijuan
susunan saraf pusat maka akan terjadi infeksi yang disebut meningitis
tuberkulosis.
ruang sub arakhnoid dan terletak sub ependimal disebut sebagai “Focus
Rich”. Reaktivasi dan ruptur dari fokus rich akan menyebabkan pelepasan
basil Tuberkulosis dan antigennya kedalam ruang sub arakhnoid atau sistem
Inhalasi kuman TB
Paru-paru
Penyebaran limfohematogen
Terjadi peradangan difus pada pia, arakhnoid, LCS, ruang sub arakhnoid dan
ventrikulus
Terbentuk eksudat
Hidrosefalus komunikan
6. Klasifikasi
meningitis dibagi menjadi 3 tipe utama yaitu meningitis asepsis, sepsis dan
tuberkulosis.
a. Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus atau
influenza.
tuberkulosis.
yang terjadi pada cairan otak, meningitis dibagi dalam 2 golongan yaitu :
ricketsia.
berikut :
a. Sistem Pernafasan
b. Sistem Kardiovaskular
meningkat.
c. Sistem Pencernaan
muntah dan nafsu makan berkurang. Pada kondisi yang kronis keadaan ini
tersebut asupan nutrisi klien tidak adekuat yang menimbulkan klien kurang
nutrisi.
d. Sistem Perkemihan
Pada sistem urinaria terjadi retensi urine dan inkontinensia urine. Pada
e. Sistem Persarafan
nafas tidak efektif. Pada saraf kranial yaitu nervus vagus yang
dengan adanya kaku kuduk, kernig positif, brudzinski I dan II, serta
laseque positif.
f. Sistem muskuloskeletal
otot-otot dan terjadi paralise. Hal ini memungkinkan klien tidak dapat
melakukan aktifitas gerak tubuhnya secara optimal bahkan terjadinya
g. Sistem Integumen
sehingga klien harus berbaring lama di tempat tidur dan dapat terjadi
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
tuberkulosis.
b. Tes Tuberkulin
c. Cairan Serebrospinal
predominan limfosit.
3) Kadar glukosa yang rendah 30-45 mg/dL atau kurang dari 50% nilai
glukosa darah.
d. Bakteriologi
e. Pemeriksaan Biokimia
3) Tuberculostearic Acid
f. Tes Immunologis
Yang mendeteksi antigen atau antibody mikobakterial dalam cairan
antara lain:
9. Penatalaksanaan Medik
a. Perawatan umum
bahwa pilihan OAT harus dapat menembus sawar darah otak dalam
30-50 mg / kg BB / hari.
Efek samping berat yaitu terjadi hepatitis dan terjadi pada kira-kira
0,5% dari kasus. Bila terjadi maka pengobatan dihentikan, dan setelah
kembali
otot
gagal ginjal
Efek samping utama adalah hepatitis, dapat terjadi nyeri sendi dan
1. Pengkajian
Pengkajian dengan Penyakit infeksi Tuberkulosis Paru menurut (Nurarif &
Hardhi, 2015) adalah:
(1) Data demografi klien
Data ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, agama,
status perkawinan, pekerjaan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan
pekerjaan orang tua, tgl MRS, no rekam medis, diagnosa medis. Pada
penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi kesehatan
yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat
kontak dengan penderita tb paru yang lain.
(2) Riwayat Sakit dan kesehatan
a. Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus TB Paru adalah batuk, batuk
berdarah, sesak napas, nyeri dada bisa juga di sertai dengan demam. Batuk
terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, sebagai reaksi tubuh untuk
membuang/mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering
sampai dengan batuk purulen (menghasilkan sputum) timbul dalam jangka
waktu lama yaitu selama tiga minggu atau lebih.
b. Riwayat penyakit sebelumnya
Biasanya penderita TB Paru dahulunya pernah mengalami penyakit yang
yang berhubungan dengan penyakit TB seperti ISPA, efusi pleura, atau
pernah mengalami TB sebelumnya dan kambuh.
c. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang sering muncul antara lain: Demam: subfebris, febris (40-
41oC) hilang timbul. Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus
batuk ini terjadi untuk membuang/mengeluarkan produksi radang yang
dimulai dari batuk kering sampai dengan atuk purulent (menghasilkan
sputum). Sesak nafas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru- paru. Keringat pada malam hari. Nyeri dada: jarang
ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis. Malaise: ditemukan berupa anoreksia,
nafsu makan menurun, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot,
keringat malam. Sianosis, sesak nafas, kolaps: merupakan gejala
atelektasis. Bagian dada pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan
jantung terdorong ke sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit
nampak bayangan hitam dan diagfragma menonjol keatas. Perlu
ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini
muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan
penyakit infeksi menular.
d. Riwayat penyakit keluarga
Pada riwayat kesehatan keluarga ini dikaji tentang penyakit yang menular
atau penyakit menurun yang ada di dalam keluarga. Biasanya ada keluarga
yang memiliki penyakit ISPA atau paru lainnya.
e. Riwayat psikososial
Merupakan respon klien terhadap penyakit yang diderita serta
pengaruhnya terhadap kehidupan sehari – hari baik dalam keluarganya
maupun dalam masyarakat.
f. Genogram
Merupakan gambaran dari 3 generasi klien yang pernah atau tidaknya
mengalami penyakit pneumonia
g. Riwayat alergi
Dikaji apakah pasien memiliki riwayat alergi terhadap beberapa obat,
makanan, udara, debu.
2. Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Bronkospasme, sekresi
yang tertahan, spasme jalan napas, Hipersekresi jalan napas.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Prubahan membran alveolus
kapiler atau Ketidakseimbangan ventilasi perfusi
c. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Kurangnya Asupan makanan,
Peningkatan kebutuhan metabolisme
d. Hipertermia berhubungan dengan Proses penyakit (mis. Infeksi), peningkatan
laju metabolism
e. Defisit Pengetahuan Berhubungan dengan Kurang terpapar informasi, kurang
mampu mengingat, ketidaktahuan menemukan sumber informasi
f. Ketidakpatuhan berhubungan dengan Efek samping program
perawatan/pengobatan, program terapi lama
3. Intervensi keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Bronkospasme, sekresi
yang tertahan, spasme jalan napas, Hipersekresi jalan napas.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
bersihan jalan napas meningkat dengan kriteria hasil:
- Batuk efektif meningkat
- Produksi sputum menurun
- Dipsnea menurun
- Ronchi menurun
- Frekuensi napas membaik (RR 16-20x/menit)
- Pola napas membaik
Intervensi: (Manajemen Jalan Napas)
- Observasi
1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
2. Monitor bunyi napas tambahan (wheezing, ronchi, mengi, gurgling)
3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
- Terapeutik
1. Atur posisi semi fowler atau fowler
2. Lakukan fisioterapi dada
3. Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
4. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
5. Berikan oksigen, jika perlu
- Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, mukolitik atau ekspektoran, jika
perlu
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar
kapiler oleh adanya edema alveoli.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
pertukaran gas meningkat dengan kriteria hasil:
- Tingkat kesadaran meningkat
- Bunyi napas tambahan menurun
- PCO2 membaik
- PO2 membaik
- Pola napas membaik
Intervensi: (Pemantauan Respirasi)
- Observasi
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaaya napas
2. Monitor pola napas
3. Monitor kemampuan batuk efektif
4. Palpasi kesimetrisan ekspansi apru
5. Auskultasi bunyi napas
6. Monitor saturasi oksigen
7. Monitor nilai AGD
- Terapeutik
1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
c. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
termoregulasi membaik dengan kriteria hasil:
- Suhu tubuh membaik (<37,5)
- Suhu kulit membaik
- Tekanan darah membaik
- Menggigil menurun
- Kulit merah menurun
Intervensi (Manajemen Hipertermia):
- Observasi
1. Identifikasi penyebab hipertermia
2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor haluaran urine
4. Monitor komplikasi akibat hipertermi
- Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
6. Berikan oksigen jika perlu
- Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
4. Implementasi
Implementasi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Implementasi keperawatan dilakukan
sesuai dengan perencanaan atau intervensi yang telah ditentukan sebelumnya.
5. Evaluasi
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respon klien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan. Hasil asuhan
keperawatan pada klien dengan gastroenteritris sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan
yang terjadi pada klien.
DAFTAR PUSTAKA
23 th
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Tinggal 1 rumah
I. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Triage : Biru √ Merah Hijau kuning
2. Kesadaran : Somnolen GCS : E2 Vx M5
3. Tanda tanda vital : S : 38,1 N : 92x / menit T : 122/84 mmHg RR : 28x/mnt
SpO2: 98 %
4. Keluhan Nyeri : √ Ya Tidak
8. Disability
a. Kesadaran Compos Mentis Apatis √ Somnolen
Sopor Koma
b. Gelisah Ya √ Tidak
c. GCS : E2VxM5
d. Refleks cahaya : ………….. / ……………
e. Pupil Isokor Anisokor Diameter : …..... / ........
f. Kejang √ Ya
Tidak
g. Hemiparese/plegia Ya √ Tidak
(Ekstremitas kiri/kanan), tetraplegi
h. Refleks fisiologis Patella Triceps Biceps
i. Refleks patologis Babinsky Oppenheim Schaefer
Meningeal Sign Kaku kuduk Brudzinsky
Kernig
Lain-lain : .................................
j. Tanda PTIK Muntah proyektil √ Nyeri kepala hebat. Lain-lain .......
k. Curiga Fraktur cervical Jejas atas klavikula Multiple
trauma, Lain-lain …………………………………………………….
l. Tanda Fraktur Basis Cranii
Bloody rinorhoe Bloody otorhoe
Brill Hematoma Batle Sign
m. Data tambahan :
9. Exposure
Bone dan Integumen
a. Perubahan bentuk : Ada √ Tidak
Lokasi/deskripsi : …………………….
b. Tumor/benjolan : Ada √ Tidak
Lokasi/deskripsi : …………………….
c. Luka : Ada √ Tidak
Lokasi/deskripsi : …………………….
d. Pergerakan sendi : Bebas Terbatas
√
e. Kekuatan otot : 5 5
5 5
Tidak
f. Kelainan ekstremitas : Ya Tidak
g. Kelainan tulang belakang : Ya
Frankel : …………….
Fraktur: Ya √ Tidak
- Jenis : …………….
h. Traksi : Ya √ Tidak
- Jenis : ....................................... Beban : ...............................................
- Lama pemasangan :
.............................................................................................
i. Penggunaan spalk/gips: Ya √ Tidak
k. Sirkulasi perifer : ……………
l. Kompartemen syndrome Ya Tidak
m. Kulit : Ikterik Sianosis √ Kemerahan
Hiperpigmentasi
Turgor : Baik √ Kurang Jelek
Pitting edema : +/- grade :
Ekskoriasis : Ya Tidak
Urtikaria : Ya Tidak
Tanggal operasi :
10. Eliminasi
URI
a. Normal : √ Ya Tidak
b. Keluhan kencing : Ada √ Tidak
Bila ada, jelaskan : …………..
c. Kemampuan berkemih : Spontan Alat bantu, sebutkan : Dower cateter
d. Produksi urine 70 cc ml/jam
Warna : kuning kemerahan (pengaruh pengobatan rifampisin)
Bau : khas urin
e. Kandung kemih : Membesar Ya √ Tidak
Nyeri tekan Ya Tidak
ALVI
a. Normal √ Ya Tidak
b. Mulut : √ Bersih Kotor Berbau
c. Membran mukosa : Lembab √ Kering Stomatitis
d. Tenggorokan :
Sakit menelan Kesulitan menelan
Pembesaran tonsil Nyeri tekan
e. Abdomen : Tegang Kembung Ascites
Lingkar abdomen..............cm
Nyeri tekan : Ya Tidak
f. Peristaltik.................x/menit
Suara bising usus : Hipoaktif Hiperaktif
g. BAB : 1 x/hari
h. Keluhan BAB, jelaskan :
11. Sistem Endokrin
a. Pembesaran tyroid : Ya √ Tidak
b. Pembesaran Kelenjar Getah Bening : Ya Tidak
c. Hipoglikemia : Ya √
√ Tidak, Nilai : .......................
d. Hiperglikemia: Ya √ Tidak, Nilai : .......................
e. Data tambahan
TB : 178 BB :60 kg
IMT : 18, 9 . Interpretasi :normal
.
II. ANAMNESA AMPLE (Allergy, Medication, Past Medical History, Last Meal,
Event/kejadian) :
Alergi
Keluarga mengatakan pasien mempunyai alergi paracetamol, pasien tidak memiliki
riwayat alergi makanan dan tidak ada alergi cuaca/ suhu dingin.
Medikasi
Keluaga mengatakan sebelum masuk RS klien tidak sedang mengonsumsi obat-
obatan tertentu.
Past Illness
Keluarga mengatakan sebelumnya pasien merasakan nyeri kepala, demam tidak
turun-turun selama 3 minggu.
Last Meal
Pasien mengatakan sebelum dibawa ke RSDS sore harinya pasien makan nasi dan
sayur sop serta lauk. BB : 60 Kg, TB : 178 cm, IMT : 18,9 (Normal)
Environment
Pasien seorang pegawai swasta, pasien tidak merokok. Keluarga mengatakan
pasien merupakan seorang pekerja keras, ketika bekerja pasien sering lupa makan,
dan istirahat kurang. Sebelumnya klien sering mengalami pusing tetapi sembuh
dengan istirahat. Kemudian 1 bulan yang lalu nyeri kepala muncul dan disertai
dengan demam.
III. PEMERIKSAAN RISIKO JATUH
kelemahan 10
Normal/ tirah baring/ 0
0
imobilisasi
Status Mental Sering lupa akan
15
keterbatasan
yang dimiliki/ tidak 0 0
konsisten
dengan perintah
Orientasi baik terhadap 0
0
kemampuan diri sendiri
Catatan 0-24 : TIDAK ADA 35 Risiko Jatuh
Total
IV. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Jelaskan data subyektif dan obyektif terkait masalah psikososial yang ditemukan
V. PENGKAJIAN SPIRITUAL
a. Kebiasaan beribadah
- Sebelum sakit √ sering kadang-kadang
tidak pernah
- Selama sakit sering √ kadang-kadang
tidak pernah
b. Bantuan yang diperlukan klien untuk memenuhi kebutuhan beribadah:
Kesan : KP Duplek
VII. TERAPI
VIII. Diet RS: Sonde TKTP 1700 KKal
IX. Terapi Farmakologi:
Hari/
tanggal/ Pengelompokkan Data Kemungkinan Penyebab Masalah Keperawatan
jam
24 Juni DS : Inhalasi mycobacterium Bersihan jalan napas
Tidak terkaji penurunan tuberculosis
2018 tidak efektif (D0001)
kesadaran
fagositosis oleh makrofag
DO :
alveolus paru
Keadaan lemah,
kesadaran organisme masuk ke aliran
darah
somnolen GCS
E:2 V:x M:5 invasi kuman ke selaput
otak
RR : 28x/menit
terdapat suara reaksi peradangan jaringan
napas tambahan serebral
ronkhi
TIK
Terdapat
tumpukan lendir Penurunan kesadaran
di selang ETT
Tindakan infasiv
klien tidak pemasangan ETT
mampu batuk
Hipersekresi oleh adanya
spo2 : 98 %
benda asing di saluran
terpasang pernafasan
ventilator
mode : SIMV- Bersihan jalan napas tidak
PC efektif
volume tidal :
345
Presure
inspiration : 15
Fio2 : 50%
metabolisme tubuh
meningkat
meningkatnya kompensasi
ventilasi
hiperventilasi
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Hari/ Nomor Diagnosa Perencanaan
SPO2:98%
S : tidak terkaji
O:
2. - RR : 23 x/ menit
Dx2
- Ventilator dengan mode
Gangguan
pertukaran gas :SIMV-PC
berhubungan ETV:23345 Total Rate: 28
dengan ketidak
seimbangan Inspirasr press: 15 FIO2
ventilasi perfusi SPO2:98%
dibuktikan dengan
PCO2 meningkat PH:7,408 PO2:171 PCO:
(D.0003) Hal.22 30,6 HCO:20,6 SaO2:96
BE: -4.7
S: tidak terkaji
O:
- Sekret berkurang
DX1 - Masih terdapat suara napas
4. tambahan ronkhi
- RR : 23x/ menit
- Ventilator dengan mode:
SIMV- PC
ETV:345 Total Rate: 28
Inspirasr press:15
FIO2:50% SPO2:98%
S : tidak terkaji
O:
- RR : 28 x/ menit
- Ventilator dengan mode:
DX2
SIMV-PC ETV:345
5.
Total Rate:28
Inspirasr press:15FIO2:50%
SPO2:98%
- Hasil gas darah R:
PH:7,408 PO2:171
PCO: 30,6 HCO:20,6
SaO2:96 BE: -4.7
S: Tidak terkaji
DX3 O: RR : 29 x/ menit
S: Tidak terkaji
DX3
O: RR : 26x/ menit