Disusun Oleh :
SILVIA HANDAYANI
P2782082008
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA
I. DEFINISI
Pnemonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang
biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) (Silvia A.
Prince).
II. KLASIFIKASI
1. Aspirasi pneumonia
Terjadi bila bayi tersedak dan ada cairan /makanan masuk ke paru- paru. Pada bayi
baru lahir, biasanya tersedak karena air ketuban atau ASI.
2. Pneumonia karena infeksi virus, bakteri, atau jamur
Umumnya penyebab infeksi paru adalah virus dan bakteri seperti streptococcus
pneumonia dan haemophylus influenzae. Gejala akan muncul 1-2 hari setelah
terinfeksi. Gejala yang muncul mulai dari demam,batuk lalu sesak nafas.
3. Pneumonia akibat faktor lingkungan
Polusi udara menyebabkan sesak nafas terutama bagi yang alergi. Bila tidak segera
dilakukan pengobatan maka akan mengakibatkan bronchitis dan selanjutnya menjadi
pneumonia.
III. ETIOLOGI
e. Kanker
f. Trakeostomi
g. Bedah abdominal
h. Riwayat merokok
i. Alkoholisme
j. Malnurisi
V. MANIFESTASI KLINIK
a) Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering
terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5-40,5 bahkan dengan
infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang euphoria dan lebih
aktif dari normal, beberapa anak bicara dengan kecepatan yang tidak biasa.
b) Meningismus, yaitu tanda-tanda mengingeal tanpa infeksi meninges. Terjadi
dengan awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri dan
kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda kernig dan brudzinski, dan akan
berkurang saat suhu turun,
c) Anoreksia, merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit masa kanak-
kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap sampai derajat yang
lebioh besar atau lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali
memanjang sampai tahap pemulihan.
d) Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang
merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat, tetapi dpat
mementap selama sakit.
e) Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering
menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
f) Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan dari
nyeri apendiksitis.
g) Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengklakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan menyusu
pada bayi.
h) Keluhan nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan
sedikit (rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe dan atau tahap infeksi.
i) Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat menjadi
bukti hanya selama fase akut.
j) Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar
mengi, krekels.
VI. PATOFISIOLOGI
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari anak sampai usia
lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan gangguan
penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya ,
adalah yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal
pada tenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena
penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat
berkembang biak dan merusak organ paru-paru. Kerusakan jaringan paru setelah
kolonisasi suatu mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan
peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan
oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel
system pernapasan bawah. Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan
peradangan yang paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus
paru-paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru
(tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari
jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui
peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai
penyebab pneumonia (Sipahutar, 2007).
Setelah mencapai alveoli, maka pneumokokus menimbulkan respon yang khas terdiri
dari empat tahap yang berurutan (Price, 1995 : 711) :
1. Kongesti (24 jam pertama) : Merupakan stadium pertama, eksudat yang kaya
protein keluar masuk ke dalam alveolar melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan
bocor, disertai kongesti vena. Paru menjadi berat, edematosa dan berwarna merah.
2. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) : Terjadi pada stadium kedua, yang
berakhir setelah beberapa hari. Ditemukan akumulasi yang masif dalam ruang
alveolar, bersama-sama dengan limfosit dan magkrofag. Banyak sel darah merah
juga dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang menutupi diselimuti
eksudat fibrinosa, paru-paru tampak berwarna kemerahan, padat tanpa mengandung
udara, disertai konsistensi mirip hati yang masih segar dan bergranula (hepatisasi =
seperti hepar).
3. Hepatisasi kelabu (3-8 hari) : Pada stadium ketiga menunjukkan akumulasi
fibrin yang berlanjut disertai penghancuran sel darah putih dan sel darah merah.
Paru-paru tampak kelabu coklat dan padat karena leukosit dan fibrin mengalami
konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.
4. Resolusi (8-11 hari) : Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis dan
direabsorbsi oleh makrofag dan pencernaan kotoran inflamasi, dengan
mempertahankan arsitektur dinding alveolus di bawahnya, sehingga jaringan kembali
pada strukturnya semula. (Underwood, 2000 : 392).
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
VIII. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pasien Pneumonia meliputi :
1. Penatalaksanaan Medis
Menurut Riyadi, 2009, pengobatan diberikan berdasarkan
etiologi dan uji resistensi, akan tetapi, karena hal itu perlu
waktu, dan pasien perlu therapi secepatnya maka biasanya
diberikan :
a. Penisilin 50.000 u/kg BB/hari ditambah dengan
kloramfenikol 50 –70 mg/kg BB/hari atau diberikan
antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti
ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam
4 – 5 hari. Pemberian obat kombinasi bertujuan untuk
menghilangkan penyebab infeksi yang kemungkinan lebih
dari 1 jenis juga untuk menghindari resistensi antibiotic.
b. Koreksi gangguan asam bas dengan pemberian oksigen
dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran
glukosa 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3:1
ditambah larutan KCl 10 mEq/500ml/botol infus.
c. Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asrdosis
metabolik akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat
diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis gas darah
arteri.
d. Pemberian makanan enteral bertahap melalui selang NGT
pada penderita yang sudah mengalami perbaikan sesak
nafasnya.
e. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi
dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki
transport mukosilier seperti pemberian terapi nebulizer
dengan flexoid dengan ventolin. Selain bertujuan
mempermudah mengeluarkan dahak juga dapat
meningkatkan lebar lumen bronkus
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan dalam hal ini dilakukan adalah :
a. Menjagakelancaranpernapasan
Klien pneumonia berada dalam keadaan dispnea dan sianosis
karena adanya radang paru dan banyaknya lendir di dalam
bronkus atau paru. Agar klien dapat bernapas secara lancar,
lendir tersebut harus dikeluarkan dan untuk memenuhi
kebutuhan O2 perlu dibantu dengan memberikan O2 2
l/menit secara rumat.
Pada anak yang agak besar dapat dilakukan :
1) Berikan sikap berbaring setengah duduk
2) Longgarkan pakaian yang menyekat seperti ikat
pinggang, kaos yang sempit.
3) Ajarkan bila batuk, lendirnya dikeluarkan dan
katakan kalau lendir tersebut tidak dikeluarkan sesak
nafasnya tidak akan segera hilang,
4) Beritahukan pada anak agar ia tidak selalu berbaring
ke arah dada yang sakit, boleh duduk/miring ke
bagian yang lain.
IX. KOMPLIKASI
a. Efusi pleura
b. Hipoksemia
c. Pneumonia kronik
d. Bronkaltasis
I. PENGKAJIAN
2. Aktivitas/istirahat
3. Sirkulasi
4. Makanan/cairan
5. Neurosensori
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit
untuk membatasi gerakan)
7. Pernafasan
8. Keamanan
9. Penyuluhan/pembelajaran
1
2. Monitor pola napas
3. Monitor kemampuan batuk efektif
4. Palpasi kesimetrisan ekspansi apru
5. Auskultasi bunyi napas
6. Monitor saturasi oksigen
7. Monitor nilai AGD
- Terapeutik
1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
2
3. Pola nafas tidak efektif Intervensi utama dilakukan a. Pemantauan respirasi
adalah Observasi
a. Pemantauan respirasi 1) Monitpr frekuensi, irama , kedalam dan upaya
b. Menejemen ventilasi napas
mekanik 2) Monitot pola napas
3) Monitor kemampuan batuk efektif
4) Monitor adanya sumbatan jalan napas
5) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
6) Auskultasi bunyi napas
7) Monitor saturasi oksigen
8) Monitor nilai AGD
9) Monitor hasil x-ray toraks
Teraupetik
1) Atur interval pemamntauan respirasi sesuai kondisi
pasien
2) Dokemntasikan hasil pemantauan
Edukasi
1) Jelaskan prosedur pemantauan
2) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
b. Manajemen ventilasi mekanik
Observasi
1) Periksa indikasi ventilator mekanik
2) Monitor kriteria perlunya terhadap status
oksigenasi
3) Monitor kriteria perlunya penyapihan ventilator
4) Monitor efek negatifd ventilator
5) Monitor gejala peningkatan pernafasan
6) Monitor kondisi yang meningkatkan konsumsi
oksigen
7) Monitor kondisi yang meningkatkan konsumsi
oksigen
8) Monitor gangguan mukosa oral, nasal, trakea dan
laring
Terapeutik
1) Atuir posisi kepala 45-60o untuk mencegah
aspirasi
2) Reposisi pasien setiap 2 jam
3) Lakukan perawatan rutin
4) Lakukan fisioterapi dada
5) Lakukan pengisapan lendir sesuai kebutuhan
6) Ganti sirkuit ventilator setiap 24 jam
7) Siapkan bag-valve mask disamping tempat tidur
8) Dokuemntasikan respon terhadap ventilator
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemilihan mode ventilator
Kolaborasi pemberian agen pelumpuh otot
Hipertermi Intervensi utama dilakukan - Observasi
adalah
1. Identifikasi penyebab hipertermia
Manajemen Hipertermia
2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor haluaran urine
4. Monitor komplikasi akibat hipertermi
- Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut
hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
6. Berikan oksigen jika perlu
- Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
4. Implementasi
Merupakan serangkaian kegiatan yang akan dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria yang diharapkan.
5. Evaluasi
Merupakan sebagian keputusan dan efektivitas asuhan keperawatan antara dasar
tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon yang ditampilkan.
Perawat memiliki tiga alternative dalam menentukan sebagaimana tujuan tercapai :
1. Berhasil tercapai
2. Tercapai sebagian
DAFTAR PUSTAKA
A. Identitas Klien
1. Nama : Ny. T
2. Umur : 90 Tahun
5. Alamat : Surabaya
6. Pendidikan : Tamat SD
B. Riwayat Kesehatan
Keterangan :
: Laki-laki : Pasien
: Perempuan : Tinggal 1
rumah
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
Posisi
head up
300
GCS :E4VxM6
Tanda – Tanda Vital
TD : 91/53 mmHg N : 97x/menit
RR : 24x/menit S : 365 °C
SPO2 : 100 %
BB : 45 Kg
TB : 152 Cm
B1 (Pernafasan – Breathing)
PEEP :5
FiO2/O2 : 40%
SPO2 : 100%
B2 (Kardiovaskuler – Bleeding)
B5 (Alvi – Bowel)
Tidak ada parase, paralise, dan hemiparase, tidak ada fraktur, edema
pada ekstremitas bawah, terdapat ulkus decubitus pada pinggang
belakang, akral pucat, dingin, basah. Terpasang CVC femoral dextra.
4 4
3 3
banyak BGA
PH :7,512 HCO3- : 33 mmol/L
PCO2 : 40,7 mmHg PO2/ FIO2 : 282,7 mmHg
PO2 : 84,8 mmHg O2 Cap : 17,6 ml/dL
Mg ++ : 0,84 mg/dL
Lac : 0,9 mmol/L
Nca : 1.10 mmol/L
TCO 2 : 34,2 mmol/L
ANALISA DATA
PEEP 5
pneumonia
Ds : -
2. Pola nafas tidak efektif
Do : edema kapiler
PEEP 5
dipsneu
FiO2/O2 : 0%
3. Ds : -
Chf
Do : Penurunan curah jantung
Intoleransi aktivitas
4. Chf
Ds : -
Do :
suplai darah ke jaringan
Klien nampak lemah
Menurun
Kekuatan tonus
otot 4 4
metabolisme anaerob
3 3
Vital TD : 91/53
mmHg Nadi : 97 pembentukan ATP menurun
x/menit
RR : 24x/menit kontraksi otot menurun
S : 365 ° C
Kelemahan
intoleransi aktivitas
Jl. Mayjend Prof. Dr. Moestpo No. 8C – 60286 Website : www.poltekkes-sby.ac.id
Telp. (031) 5038487 / Fax. (031) 5023956 DIAGNOSA KEPERAWATAN Email : admin@poltekkes-sby.ac.id
Tanda – Tanda
Vital TD : 91/53
mmHg Nadi : 97
x/menit Akral pucat
dingin basah
CRT < 2 detik
4. Intoleransi aktivitas b.d kontraksi 19 Juli 2021
otot menurun ditandai dengan
Klien nampak lemah
PERENCANAAN
KEPERAWATAN
Tanggal Perencanaan
Diagnosa
No. Tujuan & Kriteria Tindakan
Keperawatan / jam Rasionalisasi
Hasil Keperawatan
1. Bersihan jalan Tujuan : 1. Posisikan klien 1. Memaksimalkan
nafas tidak semi fowler 30 ventilasi
efektif b.d Setelah dilakukan derajad 2. Memenuhi
sekresi yang tindakan 2. Berikan O2 O2 dalam tubuh
tertahan keperawatan selama
sesuai advis
15 menit diharapkan
dokter
bersihan jalan napas 3. Sputum mudah
3. Lakukan
meningkat dengan disuction
fisioterapi dada
Kriteria hasil : 4. Mengurangi
4. Lakukan
a. Produksi sputum
penghisapan sputum,
menurun
lendir meningkatkan
b. Frekuensi napas
(Suctioning) fungsi paru
membaik
5. Mengetahui
c. Pola napas
5. Monitor sputum adanya gangguan
membaik
6. Monitor bunyi dalam paru
nafas tambahan 6. Mengetahui suara
7. Observasi tanda nafas abnormal
Tujuan 1. Untuk
3. Penurunan 19 Juli Observasi
2021 Setelah dilakukan
curah jantung mengetahui
tindakan 1. Identifikasi
b.d gagal tanda dan gejala
keperawatan tanda/gejala
memompa primer
selama 3x24 jam primer
ventrikel kiri penurunan curah
diharapkan : penurunan
jantung
-Dispnea menurun curah jantung
(dyspnea,kelel
-batuk menurun
ahan)
- Mur-mur
2. Identifikasi 2. Untuk
jantung menurun
tanda/gejala
mengetahui
sekunder
tanda dan gejala
penurunan
sekunder
curah jantung
penurunan curah
(ronki basah,
jantung (ronki
batuk)
basah, batuk)
3. Untuk memonitor
3. Monitor
cairan
intake dan
output cairan
4. Untuk
4. Monitor
mengetahui
saturasi
perkembangan
oksigen
saturasi oksigen
5. Monitor EKG
5. Untuk
mengetahui
kelainan pada
Terapeutik irama jantung
fowler atau
fowler dengan
kaki kebawah
atau posisi
nyaman
Jl. Mayjend Prof. Dr. Moestpo No. 8C – 60286 Website : www.poltekkes-sby.ac.id
Telp. (031) 5038487 / Fax. (031) 5023956 Email : admin@poltekkes-sby.ac.id
dukungan
emosional
10. Agar pasien
10. Berikan
tidak sesak
oksigen untuk
mempertahan
kan saturasi
oksigen
O2≥94%
Edukasi
11. Agar pasien
11. Anjurkan
tidak terlalu lelah
beraktivitas fisik
sesuai toleransi
12. Agar tidak
Kolaborasi
terjadi
12. Kolaborasi
komplikasi yang
pemberian antri
berkelanjutan
aritmia, jika perlu
Jl. Mayjend Prof. Dr. Moestpo No. 8C – 60286 Website : www.poltekkes-sby.ac.id
Telp. (031) 5038487 / Fax. (031) 5023956 PELAKSANAAN Email : admin@poltekkes-sby.ac.id
KEPERAWATAN
Tanda
No Tanggal Jam Tindakan Keperawatan Tangan/
Paraf
1. Selasa, 20
Juli 2021
1. Memposisikan Semi Fowler 30 derajat
08.00
R/ Klien telah diposisikan semi fowler
08.20
4. Melakukan penghisapan
lendir (Suctioning)
R/ sputum klien terhisap
banyak, Produksi sputum
09.40
berwarna putih kekuningan
5. Memonitor sputum
08.20
Melakukan penghisapan lendir
(Suctioning)
R/ sputum klien terhisap
09.40 banyak, Produksi sputum
berwarna putih kekuningan
4. Memonitor sputum
09.50
6. Mengobservasi tanda – tanda vital
TD : 98/57 mmHg
N : 78x/menit
RR : 32x/menit
S : 37 ° C
Jl. Mayjend Prof. Dr. Moestpo No. 8C – 60286 Website : www.poltekkes-sby.ac.id
Telp. (031) 5038487 / Fax. (031) 5023956 Email : admin@poltekkes-sby.ac.id
EVALUASI KEPERAWATAN
Tanda
Tanggal / Diagnosis
No. Catatan Perkembangan Tangan/
jam Keperawatan
Paraf
1 Selasa Bersihan jalan nafas S:-
TV/ETV 235
Total Rate 24
PEEP 6
FiO2/O2 : 30%
SPO2 : 100%
TV/ETV 242
Total Rate 24
PEEP 6
FiO2/O2 : 30%
SPO2 : 100%
TV/ETV 453
Total Rate 24
PEEP 6
FiO2/O2 : 30%
SPO2 : 100%
TV/ETV 278
Total Rate 24
PEEP 6
FiO2/O2 : 30%
SPO2 : 100%
Jl. Mayjend Prof. Dr. Moestpo No. 8C – 60286 Website : www.poltekkes-sby.ac.id Email :
Telp. (031) 5038487 / Fax. (031) 5023956 admin@poltekkes-sby.ac.id
Selasa, 20 S:-
Penurunan curah
Juli 2021
jantung O:
TD : 91/53 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 28x/menit S :
365 ° C
CRT < 2 detik
pasien menunjukkan skor NIHSS yang lebih rendah dan skor Barthel
NIHSS dan skor indeks Barthel dari kelompok uji dan kontrol, dan
statistik (p> 0,05). Indeks AHI, LSaO2, MSaO2, dan ODI dari kedua
AHI dan ODI kedua kelompok menurun, indeks LSaO2 dan MSaO2
meningkat, dan indeks AHI dan ODI kelompok uji lebih rendah
0,05). Tingkat efektif total pasien dari kelompok uji lebih tinggi