HEMORAGIC
DIRUANG SAWIT RSUP DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR
DI SUSUN OLEH:
DIAN ELVIANI
2104010
CI Lahan CI Institusi
( ) ( )
A,PENDAHULUAN
Intracerebral hemorrhage (ICH) adalah perdarahan yang terjadi di
dalam parenkim otak dan sistem ventrikel yang penyebabnya bukan
diakibatkan oleh trauma. ICH merupakan 15% dari angka kejadian stroke
dengan angka kematian 62% dalam satu tahun pertama dari onset, hanya
12–39% yang dapat bertahan dan hidup secara independen.ICH
diklasifikasikan menjadi ICH primer dan sekunder berdasarkan
etiologinya. ICH primer adalah perdarahan yang diakibatkan oleh
pembuluh darah arteri yang pecah secara spontan karena adanya cerebral
amyloid angiopathy (CAA) dan hipertensi, perdarahan tersebut akan
menjalar ke parenkim otak ICH sekunder adalah perdarahan yang
disebabkan oleh malformasi pembuluh darah seperti arteriovenous
malformation (AVM) dan cavernous malformation, stroke iskemia yang
berubah menjadi stroke hemoragik, koagulopati, dan tumor intracranial
ICH batang otak berhubungan dengan prognosis yang sangat buruk
dibandingkan dengan lokasi ICH di bagian otak lainnya. Batang otak
adalah tempat menyampaikan sinyal saraf dari cerebrum dan cerebellum
ke seluruh organ tubuh. Saraf kranial V–VIII yang mengontrol involuntary
vital centers, pernapasan (intensitas dan frekuensi), dan siklus tidur-
bangun berasal dari pons. Oleh karena itu, perdarahan di tempat ini akan
menyebabkan prognosis yang buruk karena fungsi penting yang dimiliki
batang otak.
BAB II
Gambar 1. (a) substansi kelabu dan putih pada sumsum tulang belakang (b)
substansi kelabu dan putih pada otak
Otak terdapat didalam iquor cerebro Spiraks. Kerusakan
otak yang dijumpai pada trauma kepala dapat terjadi melalui 2
campuran :
H. PENATALAKSANAAN
Pendarahan intracerebral lebih mungkin menjadi fatal
dibandingkan stroke ischemic. Pendarahan tersebut biasanya besar dan
catastrophic, khususnya pada orangyang mengalami tekanan darah tinggi
yang kronis. Lebih dari setengah orang yang mengalami pendarahan besar
meninggal dalam beberapa hari. Mereka yang bertahan hidup biasanya
kembali sadar dan beberapa fungsi otak bersamaan dengan waktu.
Meskipun begitu, kebanyakan tidak sembuh seluruhnya fungsi otak yang
hilang. Pengobatan pada pendarahan intracerebral berbeda dari stroke
ischemic. Anticoagulant (seperti heparin dan warfarin), obat-obatan
trombolitik, dan obat-obatan antiplatelet (seperti aspirin) tidak diberikan
karena membuat pendarahan makin buruk. Jika orang yang menggunakan
antikoagulan mengalami stroke yang mengeluarkan darah, mereka bisa
memerlukan pengobatan yang membantu penggumpalan darah seperti :
Vitamin K, biasanya diberikan secara infuse. 2. Transfusi atau
platelet. Transfusi darah yang telah mempunyai sel darah dan
pengangkatan platelet (plasma segar yang dibekukan). 3. Pemberian infus
pada produk sintetis yang serupa pada protein di dalam darah yang
membantu darah untuk menggumpal (faktor penggumpalan). Operasi
untuk mengangkat penumpukan darah dan menghilangkan tekanan
didalam tengkorak, bahkan jika hal itu bisa menyelamatkan hidup, jarang
dilakukan karenaoperasi itu sendiri bisa merusak otak. Juga, pengangkatan
penumpukan darah bisamemicu pendarahan lebih, lebih lanjut kerusakan
otak menimbulkan kecacatan yangparah. Meskipun begitu, operasi ini
kemungkinan efektif untuk pendarahan pada kelenjar pituitary atau pada
cerebellum. Pada beberapa kasus, kesembuhan yang baik adalah mungkin
Menurut Corwin menyebutkan penatalaksanaan untuk Intra
Cerebral Hematom adalah sebagai berikut :
1. Observasi dan tirah baring terlalu lama.
2. Mungkin diperlukan ligasi pembuluh yang pecah dan evakuasi
hematom secara bedah.
3. Mungkin diperlukan ventilasi mekanis.
4. Untuk cedera terbuka diperlukan antibiotiok.
5. Metode-metode untuk menurunkan tekanan intra kranium termasuk
pemberian diuretik dan obat anti inflamasi.
6. Pemeriksaan Laboratorium seperti : CT-Scan, Thorax foto, dan
laboratorium lainnya yang menunjang
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas klien meliputi nama, umur, (kebanyakan terjadi
pada usia muda), jenis kelamin (banyak laki-laki, karena sering
kebut-kebutan dengan motor tanpapengaman helm), pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk
rumah sakit, nomor register, diagnosis medis.
b. Riwayat Penyakit Saat Ini
Pengkajian meliputi tingkat kesadaran menurun (GCS<15),
konvulsi, muntah, takipnea, sakit kepala, wajah simetris atau
tidak, lemah, luka di kepala, paralisis, akumulasi sekret pada
saluran pernapasan,adanya liquor dari hidung dan telinga, serta
kejang.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat
hipertensi, riwayat cedera kepala sebelumnya, diabetes melitus,
penyakit jantung, anemia,penggunaan obat-obat antikoagulan,
aspirin, vasodilator, oba-obat adiktif, konsumsi alkohol
berlebihan.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang
menderita hipertensi dan diabetes melitus.
e. Pemeriksaan gcs
GCS terdiri dari 3 pemeriksaan, yaitu penilaian: respons
membuka mata (eye opening), respons motorik terbaik (best
motor response), dan respons verbal terbaik (best verbal response)
berikut cara pemeriksaan GCS:
cara penilaian Nilai
Respo membuka mata (E)
1. Spontan 4
2. Dengan perintah 3
3. Dengan nyeri 2
4. Tidak berespon 1
a. Pengkajian Psiko-sosio-spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk
menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya
dan perubahan peran klien dalam keluarga keluarga dan
masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik di lakukan per sistem (B1-B6) dengan
fokus pemeriksaan fisik pada B3 (Brain) yang terarah dan
dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien.
1) B1 (Breathing)
a) Inspeksi: peningkatan produksi sputum, sesak napas,
penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi
pernapasan. Terdapat retraksi klavikula/dada,
pengembangan paru tidak simetris. Ekspansi dada
b) Palpasi: Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang
lain akan didapatkan apabila melibatkan trauma pada
rongga thoraks.
c) Perkusi: Adanya suara redup sampai pekak pada keadaan
melibatkan trauma pada thoraks/hematothoraks.
d) Auskultasi: Bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi,
stridor, ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi
sekret, dan kemampuan batuk yang menurun sering
didapatkan pada klien cedera kepala dengan penurunan
tingkat kesadaran koma.
2) B2 (Blood): Pengkajian pada sistem kardiovaskular
didapatkan renjatan (syok) hipovolemik yang sering terjadi
pada klien cedera kepala sedang dan berat.
3) B3 (Brain)
a) Pemeriksaan Fungsi Serebral: Status mental, Fungsi
intelektual, Lobus frontal.
b) Pemeriksaan Saraf Kranial
1. Saraf I : klien akan mengalami kelainan pada fungsi
penciuman/anosmia unilateral atau bilateral.
2. Saraf II : Hematoma palpebra pada klien cedera kepala
akan menurunkan lapangan penglihatan dan
mengganggu fungsi dari nervus optikus.
3. Saraf III, IV, VI : Gangguan mengangkat kelopak mata
terutama pada klien dengan trauma yang merusak
rongga orbital. Jika pada trauma kepala terdapat
anisokoria dimana bukan midriasis yang ditemukan,
melainkan miosis yang bersama dengan pupil yang
normal pada sisi lain, maka pupil miosislah yang
abnormal. Miosis ini disebabkan oleh lesi dilobus
frontalis ipsilateral yang mengelola pusat siliospinal.
Hilangnya fungsi ini berarti pusat siliospinal menjadi
tidak aktif, sehingga pupil tidak berdilatasi melainkan
berkonstruksi.
4. Saraf V : didapatkan penurunan kemampuan koordinasi
gerakan mengunyah.
5. Saraf VII : Persepsi pengecapan mengalami perubahan.
6. Saraf VIII : Perubahan fungsi pendengaran pada klien
cedera kepala ringan biasanya tidak didapatkan apabila
trauma yang terjadi tidak melibatkan saraf
vestibulokoklearis.
7. Saraf IX dan X : Kemampuan menelan kurang baik,
kesukaran membuka mulut.
8. Saraf XI : Bila tidak melibatkan trauma pada leher,
mobilitas klien cukup baik dan tidak ada atrofi otot
strernokleidomastoideus dan trapezius.
9. Saraf XII : Indra pengecapan mengalami perubahan
c) Sistem sensorik: Kehilangan sensorik karena cedera
kepala dapat berapa kerusakan sentuhan ringan atau
mungkin lebih berat.
4) B4 (Bladder): Mengkaji keadaan urine meliputi warna,
jumlah, dan karakteristik, termasuk berat jenis.
5) B5 (Bowel): Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan,
nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut.
6) B6 (Bone): Adanya perubahan warna kulit kebiruan
menunjukkan adanya sianosis. Pucat pada wajah dan
membran mukosa dapat berhubungan dengan rendahnya
kadar hemoglobin atau syok
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Ketidak efektifan pada pola nafas berhubungan dengan
3. Ketidk seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan
4. Hambata mobilitas fisik berhubungan dengan
5. Resiko ketidak efektifan perfusi serebral
6. Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan ke otak
7. Resiko infeksi
Pathway
Intracerebral hemoragic
resiko infeksi
soma sensori metabolisme gangguan aliran darah fungsi otak reflex menelan
korteks otak:nyeri anarcob dan oksigen ke otak menurun menurun
dipersepsikan
file:///C:/Users/BS.COM/Downloads/toaz.info-lp-intracerebral-hematoma-
pr_16d5609873ecbd6fee4b6dcb9af96cd8.pdf
https://repository.upnvj.ac.id/9219/3/BAB%201.pdf
https://id.scribd.com/document/292310417/LP-Intracerebral-Hemorargic-
ICH