Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN INTRACEREBRAL

HEMORAGIC
DIRUANG SAWIT RSUP DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR

DI SUSUN OLEH:

DIAN ELVIANI

2104010

CI Lahan CI Institusi

( ) ( )

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


BAB I

A,PENDAHULUAN
Intracerebral hemorrhage (ICH) adalah perdarahan yang terjadi di
dalam parenkim otak dan sistem ventrikel yang penyebabnya bukan
diakibatkan oleh trauma. ICH merupakan 15% dari angka kejadian stroke
dengan angka kematian 62% dalam satu tahun pertama dari onset, hanya
12–39% yang dapat bertahan dan hidup secara independen.ICH
diklasifikasikan menjadi ICH primer dan sekunder berdasarkan
etiologinya. ICH primer adalah perdarahan yang diakibatkan oleh
pembuluh darah arteri yang pecah secara spontan karena adanya cerebral
amyloid angiopathy (CAA) dan hipertensi, perdarahan tersebut akan
menjalar ke parenkim otak ICH sekunder adalah perdarahan yang
disebabkan oleh malformasi pembuluh darah seperti arteriovenous
malformation (AVM) dan cavernous malformation, stroke iskemia yang
berubah menjadi stroke hemoragik, koagulopati, dan tumor intracranial
ICH batang otak berhubungan dengan prognosis yang sangat buruk
dibandingkan dengan lokasi ICH di bagian otak lainnya. Batang otak
adalah tempat menyampaikan sinyal saraf dari cerebrum dan cerebellum
ke seluruh organ tubuh. Saraf kranial V–VIII yang mengontrol involuntary
vital centers, pernapasan (intensitas dan frekuensi), dan siklus tidur-
bangun berasal dari pons. Oleh karena itu, perdarahan di tempat ini akan
menyebabkan prognosis yang buruk karena fungsi penting yang dimiliki
batang otak.
BAB II

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI


1. Anatomi Kepala
a. Kulit kapala
Pada bagian ini tidak terdapat banyak pembuluh darah. Bila
robek, pembuluh- pembuluh ini sukar mengadakan vasokonstriksi
yang dapat menyebabkan kehilangan darah yang banyak. Terdapat
vena emiseria dan diploika yang dapat membawa infeksi dari kulit
kepala sampai dalam tengkorak(intracranial) trauma dapat
menyebabkan abrasi, kontusio, laserasi, atau avulasi.
b. Tulang kepala
Terdiri dari calvaria (atap tengkorak) dan basis eranium
(dasar tengkorak). Fraktur tengkorak adalah rusaknya kontinuibis
tulang tengkorak disebabkan oleh trauma. Fraktur calvarea dapat
berbentuk garis (liners) yang bisa non impresi (tidak masuk /
menekan kedalam) atau impresi. Fraktur tengkorak dapat terbuka
(dua rusak) dan tertutup (dua tidak rusak). Tulang kepala terdiri
dari 2 dinding yang dipisahkan tulang berongga, dinding luar
(tabula eksterna) dan dinding dalam (labula interna) yang
mengandung aluralur artesia meningia anterior, indra dan
prosterion. Perdarahan pada arteriaarteria ini dapat menyebabkan
tertimbunya darah dalam ruang epidural.
c. Otak
Otak berbetuk seperti sebuah “kembang kol” yang beratnya
rata-rata 1,2kg pada laki-laki dan 1 kg pada perempua (2% dari
berat badan pemiliknya),mengkomsumsi 25% oksigen dan
menerima 1,5% curah jantung. Sistem saraf pusat(SSP) meliputi
otak (bahasa latin:’ensephalon’) dan sumsum tulang belakang
(bahasa latin;’medulla spinalis’). Keduaya merupakan organ yang
sangat lua,dega fungsi yang sangat petingmaka perlu perlindungan.
Otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit dan tulang yang
membungkusnya. Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3
materi esensial yaitu:
1) Bandan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi
grissea)
2) Serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi
alba)
3) Sel-sel neurologia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara
sel-sel saraf di dalam sistem saraf pusat.
Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai
materi yang samatapi susunannya berbed. Pada otak, materi kelabu
terletak dibagian luaratau kulitnya (korteks) dan bagian putih
terletak di tengah, pada sumsum tulang belakang bagian tengah
berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian
korteks berupa materi putih

Gambar 1. (a) substansi kelabu dan putih pada sumsum tulang belakang (b)
substansi kelabu dan putih pada otak
Otak terdapat didalam iquor cerebro Spiraks. Kerusakan
otak yang dijumpai pada trauma kepala dapat terjadi melalui 2
campuran :

1) Efek langsung trauma pada fungsi otak


2) Efek-efek lanjutan dari sel- sel otak yang bereaksi terhadap
trauma. Apabila terdapat hubungan langsung antara otak
dengan dunia luar (fraktur cranium terbuka, fraktur basis
cranium dengan cairan otak keluar dari hidung / telinga),
merupakan keadaan yang berbahaya karena dapat
menimbulkan peradangan otak.
Otak dapat mengalami pembengkakan (edema cerebri) dan
karena tengkorak merupakan ruangan yang tertutup rapat, maka
edema ini akan menimbulkan peninggian tekanan dalam rongga
tengkorak (peninggian tekanan tekanan intra cranial).
d. Lapisan Pelindung otak / Meninges
Terdiri dari 3 lapisan meninges yaitu durameter, Arachnoid dan
piameter.
1) Durameter adalah lapisan yang tebal dan terdiri dari 2 lapisan
ini biasanya terus bersambung, tapi terputus pada beberapa sisi
spesifikterdiri dari:
a) Lapisan periostel luar
b) Lapisan meningel dalam
c) Ruang subdural, memisahkan durametr dari arachoid
regia kranial dan medulla spinalis
d) Ruang epidural adalah ruangan potensial antara
periosteal luar dan lapisan meningeal dalam pada
durameter di regia medulla spinalis
Bila durameter robek, tidak dapat diperbaiki dengan sempurna.
Fungsi durameter :
a) Melindungi otak
b) Menutupi sinus-sinus vena ( yang terdiri dari durameter
dan lapisan endotekal saja tanpa jaringan vaskuler
c) Membentuk periosteum tabula interna.
2) Arachnoid adalah membrane halus, vibrosa dan elastis, tidak
menempel pada dura. Diantara durameter dan arachnoid
terdapat ruang subdural yang merupakan ruangan potensial.
Pendarahan subdural dapat menyebar dengan bebas. Dan
hanya terbatas untuk seluas valks serebri dan tentorium. Vena-
vena otak yang melewati subdural mempunyasedikit jaringan
penyokong sehingga mudah cedera dan robek pada trauma
kepala.
3) piameter berhubungan erat dengan otak dan sumsum tulang
belakang,mengikuti tiap sulcus dan gyus. Piameter ini
merupakan lapisan yang banyak pembuluh darah dan terdiri
dari jaringan penyambung yang halus serta dilalui jaringan
pembuluh darah yang mem beri nutrisi pada jaringan saraf.
Diantara arachnoid dan piameter terdapat ruang
subarachnoid, ruang ini melebar dan mendalam pada tempat
tertentu. Dan memungkinkan sirkulasi cairan cerebrospinal.
Pada kedalam system vena.

gambar 2. Lapisan pelindung otak


B. PENGERTIAN
Pendarahan intracerebral adalah pendarahan yang terjadi pada
jaringan otak biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam
jaringan otak. Pendarahan intracerebal atau intracranial termasuk
pendarahan ke dalam ruang subarachnoid atau dalam jaringan otot
sendiri.secara klinis di tandai dengan adanya penurunan kesadaran yang
kadang-kadang disertai lateralisas, pada pemeriksaan ct scan di dapatkan
adanya daerah hiperdens yang indikasi dilakukan operasi jika single,
diametrnya lebih dari 3 meter, perifer, adanya pergeseran garis tengah.
Perdarahan intracerebral merupakan penyebab cerebrovaskuar accident
yang ketiga. Pendarahan yang terjadi pada memar otak dapat membesar
menjadi hematom intraserebral. Kelainan ini sering di temukan pada
penderita trauma kepala. Lebih dari 50% penderita dengan hematoma
intracerebral disertai hematom epidural atau hematom subdural. Paling
banyak di lobus frontalis atau temporalis, dan tidak jarang ditemukan
multiple.

Gambar 3. Pendarahan intracerebral

Intracerebral hematoma adalah pendarahan dalam jaringan otak.


Hemorragi ini biasanya terjadi dimana tekanan mendesak kepala sampai
daerah kecil dapat terjadi pada luka tembak/cidera tumpul
Intracerebral hematoma adalah pendarahan dalam jaringan otak itu
sendiri. Hal in dapat timbul pada cidera kepala tertutup yang berat atu
cidera kepala terbuka. Intraserebral hematoma dapat timbul pada penderita
stroke hemorgil akibat melebarnya pembuluh nadi
C. KLASIFIKASI
ICH dapat terjadi di beberapa lokasi di otak sehingga dapat
diklasifikasikan menjadi ICH lobar dan non lobar serta supratentorial dan
infratentorial.ICH yang berlokasi di lobar terdiri dari area korteks,
subkorteks, dan mengikuti pola lobar yang melintasi satu atau lebih lobus
otak. ICH yang berlokasi di non lobar meliputi ICH di basal ganglia,
batang otak dan cerebellum. Presentasi ICH di batang otak sebesar 5–10%
ICH batang otak atau brainstem hemorrhage (BSH) pertama kali
diidentifikasi oleh Cheyne pada tahun 1812 di London, yaitu sebagai
perdarahan yang terjadi di pons, pontomedullary junction,
pontomesencephalic junction, midbrain dan medulla oblongata (Raison et
al., 2008). ICH batang otak sering terjadi terutama pada populasi Asia
Timur dengan angka kejadian 10% dari total ICH (Jang et al., 2011). Usia
tua dipertimbangkan sebagai faktor risiko dari ICH batang otak
(Almohammedi et al., 2020). Penelitian di Jepang menunjukkan bahwa
pasien dengan usia tua yang mengalami ICH batang otak berhubungan
dengan outcome yang buruk dan angka mortalitas yang tinggi.
ICH batang otak dapat terjadi secara primer dan sekunder. ICH
batang otak yang terjadi secara sekunder dapat disebabkan karena
malformasi vaskular dengan kasus terbanyak adalah cavernoma dan
arteriovenous malformation (AVM) Faktor risiko yang paling
mempengaruhi ICH batang otak adalah hipertensi (Alerhand & Lay,
2017).
D. ETIOLOGI
Etiologi dari Intra Cerebral Hematom menurut Suyono adalah :
1. Kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala
2. Fraktur depresi tulang tengkorak
3. Gerak akselerasi dan deselerasi tiba-tiba
4. Cedera penetrasi peluru
5. Jatuh
6. Kecelakaan kendaraan bermotor
7. Hipertensi
8. Malformasi Arteri Venosa
9. Aneurisma
10. Distrasia darah
11. Obat
12. Merokok
E. PATOFISIOLOGI
Perdarahan intraserebral ini dapat disebabkan oleh karena ruptur
arteria serebri yang dapat dipermudah dengan adanya hipertensi.
Keluarnya darah dari pembuluh darah didalam otak berakibat pada
jaringan disekitarnya atau didekatnya, sehingga jaringan yang ada
disekitarnya akan bergeser dan tertekan. Darah yang keluar dari pembuluh
darah sangat mengiritasi otak, sehingga mengakibatkan vosospasme pada
arteri disekitar perdarahan, spasme ini dapat menyebar keseluruh hemisfer
otak danlingkaran willisi, perdarahan aneorisma-aneorisma ini merupakan
lekukan-lekukan berdinding tipis yang menonjol pada arteri pada tempat
yang lemah. Makin lama aneorisme makin besar dan kadang-kadang pecah
saat melakukan aktivitas. Dalam keadaan fisiologis pada orang dewasa
jumlah darah yang mengalir ke otak 58 ml/menit per 100 gr jaringan otak.
Bila aliran darah ke otak turun menjadi 18 ml/menit per 100 gr jaringan
otak akan menjadi penghentian aktifitas listrik pada neuron tetapi struktur
selmasih baik, sehingga gejala ini masih revesibel. Oksigen sangat
dibutuhkan oleh otaksedangkan O2 diperoleh dari darah, otak sendiri
hampir tidak ada cadangan O2 dengan demikian otak sangat tergantung
pada keadaan aliran darah setiap saat. Bila suplay O2 terputus 8-10 detik
akan terjadi gangguan fungsi otak, bila lebih lama dari 6-8 menit
akantejadi jelas/lesi yang tidak putih lagi (ireversibel) dan kemudian
kematian. Perdarahan dapat meninggikan tekanan intrakranial dan
menyebabkan ischemi didaerah lain yang tidak perdarahan, sehingga dapat
berakibat mengurangnya aliran darah ke otak baik secara umum maupun
lokal. Timbulnya penyakit ini sangat cepat dan konstan dapat berlangsung
beberapa menit, jam bahkan beberapa hari.
F. MANIFESTASI KLINIK
Intracerebral hemorrhage mulai dengan tiba-tiba. Dalam sekitar
setengah orang, hal itu diawali dengan sakit kepala berat, seringkali
selama aktifitas. Meskipun begitu, pada orang tua, sakit kepala
kemungkinan ringan atau tidak ada. Dugaan gejala terbentuknya disfungsi
otak dan menjadi memburuk sebagaimana peluasan pendarahaan.
Beberapa gejala, seperti lemah, lumpuh, kehilangan perasa, dan mati rasa,
seringkali mempengaruhi hanya salah satu bagian tubuh. Orang
kemungkinan tidak bisaberbicara atau menjadi pusing. Penglihatan
kemungkinan terganggu atau hilang. Mata bisa di ujung perintah yang
berbeda atau menjadi lumpuh. Pupil bisa menjadi tidak normal besar atau
kecil. Mual, muntah, serangan, dan kehilangan kesadaran adalah biasa dan
bisa terjadi di dalam hitungan detik sampai menit. Menurut Corwin
manifestasi klinik dari dari Intra cerebral Hematom yaitu :
1. Kesadaran mungkin akan segera hilang, atau bertahap seiring dengan
membesarnya hematom.
2. Pola pernapasaan dapat secara progresif menjadi abnormal.
3. Respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal.
4. Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra
cranium.
5. Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan
gerakan motorik dapat timbul segera atau secara lambat.
6. Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan
peningkatan tekanan intra cranium.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut American heart association pemeriksaan penunjang untuk ICH
adalah:
1. Angiografi
Angiografi berfungsi untuk menyelidiki keadaan normal dan
patologis dari sistem kapal penyempitan dan obstruksi lumen terutama
atau pekebaran aneurisma. Selain tumor, malformasi arteriovenosa
(AVM) dan fistula arteriovenso (aVF) atau sumber perdarahan
diselidiki dengan angiografi
2. Lumbal fungsi
3. MRI
Magnetic resonance imaging (MRI) atau pencitraan resonasi
magnetic adalah alat pemindaian yang memanfaatkan medan magnet
dan energy gelombang radio untuk menampilkan gambar struktur dan
organ dalam tubuh MRI dapat memberikan iformasi struktur tubuh
yang tidak dapat ditemukan pada tes lain, seperti X-ray, ultrasound,
atau CT Scan.beberapa penyakit pada otak dan saraf tulang belakang
yang dapat didiagnosis dengan MRI, antara lain stroke,
tumor,aneurisma, multiple selorois, cedera saraf tulang belakang, serta
gangguan mata dan telinga bagian dalam.
4. Laboratorium
5. EKG
6. CT Scan
Pemindai CT-Scan atau CT-scanner (computerized tomography
scanner) adalah mesin sinaar x khusus yang mengirimkan berbagai
berkas pencitraan secara bersamaan dari sudut yang berbeda. Berkas-
berkas sinar-X melewati tubuh dan kekuatannya diukur dengan
algoritma khusus untuk pencitraan. Berkass yang telah melewati
jaringan kurang padat seperti paru-paru akan menjadi lebih
kuat,sedangkan berkas yang telah melewati jaringan seperti tulang
akan lemah.
Perbedaan antara perdarahan infark serebral tidak dapat dibuat
berdasarkan pemeriksaan klinis atau pemeriksaan cairan serebrospinal
(LCS), melainkan merupakan CT-Scan/MRI. Pada CT-Scan adanya
daerah hipodens tampak beberapa jam setelah infark serebri,
sedangkan setelah perdarahan langsung timbul daerah hipodens.

Gambar 4. Hasil pemeriksaan CT-Scan

H. PENATALAKSANAAN
Pendarahan intracerebral lebih mungkin menjadi fatal
dibandingkan stroke ischemic. Pendarahan tersebut biasanya besar dan
catastrophic, khususnya pada orangyang mengalami tekanan darah tinggi
yang kronis. Lebih dari setengah orang yang mengalami pendarahan besar
meninggal dalam beberapa hari. Mereka yang bertahan hidup biasanya
kembali sadar dan beberapa fungsi otak bersamaan dengan waktu.
Meskipun begitu, kebanyakan tidak sembuh seluruhnya fungsi otak yang
hilang. Pengobatan pada pendarahan intracerebral berbeda dari stroke
ischemic. Anticoagulant (seperti heparin dan warfarin), obat-obatan
trombolitik, dan obat-obatan antiplatelet (seperti aspirin) tidak diberikan
karena membuat pendarahan makin buruk. Jika orang yang menggunakan
antikoagulan mengalami stroke yang mengeluarkan darah, mereka bisa
memerlukan pengobatan yang membantu penggumpalan darah seperti :
Vitamin K, biasanya diberikan secara infuse. 2. Transfusi atau
platelet. Transfusi darah yang telah mempunyai sel darah dan
pengangkatan platelet (plasma segar yang dibekukan). 3. Pemberian infus
pada produk sintetis yang serupa pada protein di dalam darah yang
membantu darah untuk menggumpal (faktor penggumpalan). Operasi
untuk mengangkat penumpukan darah dan menghilangkan tekanan
didalam tengkorak, bahkan jika hal itu bisa menyelamatkan hidup, jarang
dilakukan karenaoperasi itu sendiri bisa merusak otak. Juga, pengangkatan
penumpukan darah bisamemicu pendarahan lebih, lebih lanjut kerusakan
otak menimbulkan kecacatan yangparah. Meskipun begitu, operasi ini
kemungkinan efektif untuk pendarahan pada kelenjar pituitary atau pada
cerebellum. Pada beberapa kasus, kesembuhan yang baik adalah mungkin
Menurut Corwin menyebutkan penatalaksanaan untuk Intra
Cerebral Hematom adalah sebagai berikut :
1. Observasi dan tirah baring terlalu lama.
2. Mungkin diperlukan ligasi pembuluh yang pecah dan evakuasi
hematom secara bedah.
3. Mungkin diperlukan ventilasi mekanis.
4. Untuk cedera terbuka diperlukan antibiotiok.
5. Metode-metode untuk menurunkan tekanan intra kranium termasuk
pemberian diuretik dan obat anti inflamasi.
6. Pemeriksaan Laboratorium seperti : CT-Scan, Thorax foto, dan
laboratorium lainnya yang menunjang
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas klien meliputi nama, umur, (kebanyakan terjadi
pada usia muda), jenis kelamin (banyak laki-laki, karena sering
kebut-kebutan dengan motor tanpapengaman helm), pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk
rumah sakit, nomor register, diagnosis medis.
b. Riwayat Penyakit Saat Ini
Pengkajian meliputi tingkat kesadaran menurun (GCS<15),
konvulsi, muntah, takipnea, sakit kepala, wajah simetris atau
tidak, lemah, luka di kepala, paralisis, akumulasi sekret pada
saluran pernapasan,adanya liquor dari hidung dan telinga, serta
kejang.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat
hipertensi, riwayat cedera kepala sebelumnya, diabetes melitus,
penyakit jantung, anemia,penggunaan obat-obat antikoagulan,
aspirin, vasodilator, oba-obat adiktif, konsumsi alkohol
berlebihan.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang
menderita hipertensi dan diabetes melitus.
e. Pemeriksaan gcs
GCS terdiri dari 3 pemeriksaan, yaitu penilaian: respons
membuka mata (eye opening), respons motorik terbaik (best
motor response), dan respons verbal terbaik (best verbal response)
berikut cara pemeriksaan GCS:
cara penilaian Nilai
Respo membuka mata (E)
1. Spontan 4
2. Dengan perintah 3
3. Dengan nyeri 2
4. Tidak berespon 1

Menilai verbal (V)


1. Berorientasi dengan baik 5
2. Bicara membingungkan 4
3. Kata-kata tidak tepat 3
4. Suara tidak dapat di 2
mengerti
5. Tidak ada respon 1
Menilai motoric (M)
1. Dengan perintah 6
2. Melokalisasi nyeri 5
3. Menarik area yang nyeri 4
4. Menjauhi rangsangan nyeri 3
(fleksi)
5. Ekstensi abnormal 2
6. Tidak berespon 1

a. Pengkajian Psiko-sosio-spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk
menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya
dan perubahan peran klien dalam keluarga keluarga dan
masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik di lakukan per sistem (B1-B6) dengan
fokus pemeriksaan fisik pada B3 (Brain) yang terarah dan
dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien.
1) B1 (Breathing)
a) Inspeksi: peningkatan produksi sputum, sesak napas,
penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi
pernapasan. Terdapat retraksi klavikula/dada,
pengembangan paru tidak simetris. Ekspansi dada
b) Palpasi: Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang
lain akan didapatkan apabila melibatkan trauma pada
rongga thoraks.
c) Perkusi: Adanya suara redup sampai pekak pada keadaan
melibatkan trauma pada thoraks/hematothoraks.
d) Auskultasi: Bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi,
stridor, ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi
sekret, dan kemampuan batuk yang menurun sering
didapatkan pada klien cedera kepala dengan penurunan
tingkat kesadaran koma.
2) B2 (Blood): Pengkajian pada sistem kardiovaskular
didapatkan renjatan (syok) hipovolemik yang sering terjadi
pada klien cedera kepala sedang dan berat.
3) B3 (Brain)
a) Pemeriksaan Fungsi Serebral: Status mental, Fungsi
intelektual, Lobus frontal.
b) Pemeriksaan Saraf Kranial
1. Saraf I : klien akan mengalami kelainan pada fungsi
penciuman/anosmia unilateral atau bilateral.
2. Saraf II : Hematoma palpebra pada klien cedera kepala
akan menurunkan lapangan penglihatan dan
mengganggu fungsi dari nervus optikus.
3. Saraf III, IV, VI : Gangguan mengangkat kelopak mata
terutama pada klien dengan trauma yang merusak
rongga orbital. Jika pada trauma kepala terdapat
anisokoria dimana bukan midriasis yang ditemukan,
melainkan miosis yang bersama dengan pupil yang
normal pada sisi lain, maka pupil miosislah yang
abnormal. Miosis ini disebabkan oleh lesi dilobus
frontalis ipsilateral yang mengelola pusat siliospinal.
Hilangnya fungsi ini berarti pusat siliospinal menjadi
tidak aktif, sehingga pupil tidak berdilatasi melainkan
berkonstruksi.
4. Saraf V : didapatkan penurunan kemampuan koordinasi
gerakan mengunyah.
5. Saraf VII : Persepsi pengecapan mengalami perubahan.
6. Saraf VIII : Perubahan fungsi pendengaran pada klien
cedera kepala ringan biasanya tidak didapatkan apabila
trauma yang terjadi tidak melibatkan saraf
vestibulokoklearis.
7. Saraf IX dan X : Kemampuan menelan kurang baik,
kesukaran membuka mulut.
8. Saraf XI : Bila tidak melibatkan trauma pada leher,
mobilitas klien cukup baik dan tidak ada atrofi otot
strernokleidomastoideus dan trapezius.
9. Saraf XII : Indra pengecapan mengalami perubahan
c) Sistem sensorik: Kehilangan sensorik karena cedera
kepala dapat berapa kerusakan sentuhan ringan atau
mungkin lebih berat.
4) B4 (Bladder): Mengkaji keadaan urine meliputi warna,
jumlah, dan karakteristik, termasuk berat jenis.
5) B5 (Bowel): Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan,
nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut.
6) B6 (Bone): Adanya perubahan warna kulit kebiruan
menunjukkan adanya sianosis. Pucat pada wajah dan
membran mukosa dapat berhubungan dengan rendahnya
kadar hemoglobin atau syok

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Ketidak efektifan pada pola nafas berhubungan dengan
3. Ketidk seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan
4. Hambata mobilitas fisik berhubungan dengan
5. Resiko ketidak efektifan perfusi serebral
6. Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan ke otak
7. Resiko infeksi
Pathway

Trauma kepala,fraktur depresi tulang otak,hipertensi,malformasi arteri


venosa,aneurisma,distrasia darah,obatmerokok

Pecahnya pembuluh darah di otak

Intracerebral hemoragic

Darah masuk ke jaringan otak

Penatalaksanaan darah membentuk massa


kraniatomi atau hematom

pada batang otak

sel melepaskan luka insisi penekanan pada


mediator nyeri pembedahan jaringan oblongata tertekan

Ketidak Efektifan Pola Nafas

implus ke pusat port d’entri peningkata tekanan Nyeri Akut


nyeri di otak mikroorganisme intracranial

resiko infeksi

soma sensori metabolisme gangguan aliran darah fungsi otak reflex menelan
korteks otak:nyeri anarcob dan oksigen ke otak menurun menurun
dipersepsikan

Resiko Ketidakefektifan kerusakan anoreksia


nyeri akut vasodilatasi Perfusi Serebral neuromatik
pembulu drah
Ketidak Seimbangan
kelemahan otot Nutrisi Kurandari
Resiko ketidak efektifan progresif Kebutuhan Tubuh
Perfusi jaringan otak

hambatan mobilitas fisik


DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/BS.COM/Downloads/toaz.info-lp-intracerebral-hematoma-
pr_16d5609873ecbd6fee4b6dcb9af96cd8.pdf
https://repository.upnvj.ac.id/9219/3/BAB%201.pdf
https://id.scribd.com/document/292310417/LP-Intracerebral-Hemorargic-
ICH

Anda mungkin juga menyukai