0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
15 tayangan10 halaman
Laporan ini membahas gangguan kebutuhan oksigenasi yang meliputi konsep oksigenasi, fisiologi oksigen, etiologi, dan faktor predisposisi gangguan oksigenasi. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan gangguan oksigenasi antara lain hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas, nyeri, cemas, penurunan energi, kerusakan neuromuscular, dan obesitas.
Laporan ini membahas gangguan kebutuhan oksigenasi yang meliputi konsep oksigenasi, fisiologi oksigen, etiologi, dan faktor predisposisi gangguan oksigenasi. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan gangguan oksigenasi antara lain hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas, nyeri, cemas, penurunan energi, kerusakan neuromuscular, dan obesitas.
Laporan ini membahas gangguan kebutuhan oksigenasi yang meliputi konsep oksigenasi, fisiologi oksigen, etiologi, dan faktor predisposisi gangguan oksigenasi. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan gangguan oksigenasi antara lain hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas, nyeri, cemas, penurunan energi, kerusakan neuromuscular, dan obesitas.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
A. Konsep Kebutuhan Oksigenasi 1. Definisi Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem tubuh baik itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan kedalam tubuh secara alami dengan cara bernapas. Pernapasan atau respirasi merupakan proses pertukaran gas antara individu dengan lingkungan yang dilakukan dengan cara menghirup udara untuk mendapatkan oksigen dari lingkungan dan kemudian udara dihembuskan untuk mengeluarkan karbon dioksida ke lingkungan [ CITATION Sap13 \l 1057 ]. Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O²). Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal. Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di gunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi berperan dalam mempertahakan kelangsungan metabolisme sel. Sehingga di perlukan fungsi respirasi yang adekuat. Respirasi juga berarti gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai O² ke seluruh tubuh dan pembuangan CO² (hasil pembakaran sel). Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi [ CITATION Tar06 \l 1057 ]. 2. Fisiologi Oksigen Menurut [ CITATION Bru02 \l 1057 ] peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian: a. Menghirup udara (inspirasi) Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui saluran pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada naik/lebih besar, tekanan rongga dada turun/lebih kecil. b. Menghembuskan udara (ekspirasi) Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu gerakan pasif yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume rongga dada turun/lebih kecil, tekanan rongga dada naik/lebih besar. Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu ventilasi, difusi dan transportasi: a. Ventilasi Ventilasi merupakan proses untuk menggerakkan gas ke dalam dan keluar paru-paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis dan persarafan yang utuh. Otot pernapasan insiprasi utama adalah diafragma. Diafragma dipersarafi oleh saraf frenik,yang keluar dari spinalis pada vertebra servikal keempat. 1) Kerja pernapasan Pernapasan adalah upaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan membuat paru berkontraksi. Kerja pernapasan ditentukan oleh tingkat kompliansi paru,tahanan jalan napas,keberadaan ekspirasi yang aktif,dan penggunaan otot-otot bantu pernapasan. 2) Komplikasi Merupakan kemampuan paru distensi atau mengembang sebagai respons terhadap peningkatkan tekanan intralveolar. Komplikasi menurun pada penyakit,seperti edema pulmonary, interstisial, fibrosis pleura dan kelainan struktur traumatic atau congenital, seperti kifosis atau fraktur iga. Surfaktan merupakan zat kimia yang diproduksi di paru oleh sel tipe dua alveolar yang mempertahankan tegangan permukaan alveoli dan mencegahanya dari kolaps. 3) Tahanan jalan napas Merupakan perbedaan tekanan antara mulut dan alveoli terkait dengan kecepatan aliran gas yang diinspirasi. Tahanan jalan napas dapat mengalami peningkatan akibat obstursi jalan napas,penyakit dijalan napas kecil (seperti asma),dan edema trakeal. Jika tahanan meningkat,jumlah udara yang melalui jalan napas anatomis menurun. Ekspirasi merupakan proses pasif normal yang bergantung pada property recoil elastis dihasilkan oleh serabut elastic dijaringan paru dn oleh tegangan permukaan dalam cairan yang melepasi alveoli . klien yang mengalami penyakit pulmonary obstruksi kronik lanjut akan kehilangan recoil elastis paru dan thoraks. Akibatnya ,kerja napas klien meningkat. 4) Volume paru Volume paru normal di ukur melalui pemeriksaan fungsi pulmonary. Spirometri mengukur volume udara yang memasuki atau yang meninggalkan paru-paru. Variasi volume paru dapat dihubungkan dengan status kesehatan,seperti kehamilan,latihan fisik,obesitas,atau kondisi paru yang obstruksi dan restriktif. Jumlah surbfaktan,tingkat komplikasi,dan kekuatan otot pernapasan mempengaruhi tekanan dan volume di dalam paru- paru. 5) Tekanan Gas bergerak ke dalam dan keluar paru karena ada perubahan tekanan. Tekanan intrapleura bersifat negative atau kurang daripada tekanan atmosfer, yaitu 760 mm Hg pada permukaan laut. Supaya udara mengalir ke dalam paru-paru, maka tekanan intrapleura harus lebih negative, dengan gradien tekanan antara atmosfer dan alveoli. b. Perfusi Fungsi utama sirkulasi paru adalah mengalirkan darah dari membran kapiler alveoli sehingga dapat berlangsung pertukaran gas. Sirkulasi pulmonar merupakan suatu reservoir untuk darah sehingga paru dapat meningkatkan volume darahnya tanpa peningkatan tekanan dalam arteri atau vena pulmonary yang besar. Sirkulasi pulmonar juga berfungsi sebagai filter, yang menyaring thrombus kecil sebelum thrombus tersebut mencapai organ-organ vital. c. Difusi Merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke daerah dengan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernapasan terjadi di membran kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh ketebalan membran. Peningkatan ketebalan membran merintangi proses difusi karena hal tersebut membuat gas memerlukan waktu yang lebih lama ntuk melewati membran tersebut. Klien yang mengaami udema pulmonary,infiltrasi pulmonar,atau efusi pulmonary memiliki ketebalan membrane alveolar. 3. Etiologi Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi menurut yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas tulang dan dinding dada, nyeri, cemas, penurunan energi/kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan muskoloskeletal, kerusakan kognitif/persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler- alveoli. 4. Faktor Predisposisi a. Faktor Fisiologi 1) Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia. 2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran napas bagian atas. 3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2 terganggu. 4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka, dan lain-lain. 5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyalit kronik seperti TBC paru. b. Faktor Perkembangan 1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan. 2) Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut. 3) Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok. 4) Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru- paru. 5) Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun. c. Faktor Perilaku 1) Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan arterioklerosis. 2) Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen. 3) Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan koroner. 4) Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol, menyebabkan depresi pusat pernapasan. 5) Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat d. Faktor Lingkungan 1) Tempat kerja 2) Suhu lingkungan 3) Ketinggian tempat dan permukaan laut. 5. Proses terjadinya Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas [ CITATION Bru02 \l 1057 ] 6. Manifestasi Klinis Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk bernafas, pernafasan nafas faring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, nafas dengan mulut, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior- posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu: a. Suara napas tidak normal b. Perubahan jumlah pernapasan. c. Batuk disertai dahak. d. Penggunaan otot tambahan pernapasan. e. Dispnea. f. Penurunan haluaran urin. g. Penurunan ekspansi paru h. Takipnea 7. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan oksigenasi yaitu: a. Pemeriksaan fungsi paru Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara efisien. b. Pemeriksaan gas darah arteri Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi. c. Oksimetri Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler d. Pemeriksaan sinar X dada Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal. e. Bronkoskopi Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing yang menghambat jalan nafas. f. Endoskopi Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi. g. Fluoroskopi Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan kontraksi paru. h. CT scan Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal. 8. Masalah Kebutuhan Oksigen a. Hipoksia Merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen. b. Perubahan Pola Nafas 1) Takipnea, merupakan pernafasan dengan frekuensi lebih dari 24x/ menit karena paru-paru terjadi emboli. 2) Bradipnea, merupakan pola nafas yang lambat abnormal, ± 10x/ menit. 3) Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengompensasi metabolisme yang terlalu tinggi dengan pernafasan lebih cepat dan dalam sehingga terjadi jumlah peningkatan O2 dalam paru- paru. 4) Kussmaul, merupakan pola pernafasan cepat dan dangkal. 5) Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup, serta tidak cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli dalam penggunaan O2. 6) Dispnea, merupakan sesak dan berat saat pernafasan. 7) Ortopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri. 8) Stridor merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran nafas c. Obstruksi Jalan Nafas Merupakan suatu kondisi pada individu dengan pernafasan yang mengalami ancaman, terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh sekret yang kental atau berlebihan akibat infeksi, imobilisasi, serta batuk tidak efektif karena penyakit persarafan. d. Pertukaran Gas Merupakan kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas baik O2 maupun CO2 antara alveoli paru-paru dan sistem vaskular. 9. Penatalaksanaan a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif 1) Latihan batuk efektif 2) Suctioning 3) Jalan nafas buatan b. Pola Nafas Tidak Efektif 1) Atur posisi pasien ( semi fowler ) 2) Pemberian oksigen 3) Teknik bernafas dan relaksasi c. Gangguan Pertukaran Gas 1) Atur posisi pasien ( posisi fowler ) 2) Pemberian oksigen 3) Suctioning