SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
A. Pengertian demam typhoid Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi.Bakteri Salmonella Typhi berbentuk batang, Gram negatif, tidak berspora, motil, berflagel, berkapsul, tumbuh dengan baik pada suhu optimal 370C, bersifat fakultatif anaerob dan hidup subur pada media yang mengandung empedu.Isolat kuman Salmonella Typhi memiliki sifat-sifat gerak positif, reaksi fermentasi terhadap manitol dan sorbitol positif, sedangkan hasil negatif pada reaksi indol, fenilalanin deaminase, urease dan DNase Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang terjadi di usus halus oleh Salmonella Typhi akibat keracunan makanan dengan gejala demam selama satu minggu atau lebih disertai dengan gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Ketut dan Sarwo, 2018) Menurut Mardalena (2018), demam tifoid juga dapat disebabkan Salmonella Paratyphi A, B dan C yang dapat ditularkan melalui feses dan urine. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan dengan mengambil sampel urine dan feses penderita demam tifoid. Penyebab tersering yang merupakan faktor pencetus terjadinya demam tifoid adalah faktor kebersihan karena bakteri Salmonella Typhi dapat ditularkan melalui 5 F, yaitu Food, Fingers, Fomitus, Feses, dan Fly Salmonella Typhi dapat bersarang pada muntahan dan feses penderita yang nantinya akan di bawa oleh lalat sehingga lalat akan menghinggapi makanan yang dimakan Buletin Kesehatan. B. Etilogi Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi. Ciri-ciri dari bakteri Salmonella Typhi ini adalah bakteri gram negative yang tidak mempunyai kapsul dan spora, dapat musnah pada suhu kepanasan 57 0C. Salmonella Typhi memiliki tiga komponen antigen untuk pemeriksaan laboratorium, yaitu seperti antigen O atau somatik, antigen H atau flagela, dan antigen K atau selaput. Widoyono (2018) Menurut Mardalena (2018), demam tifoid juga dapat disebabkan Salmonella Paratyphi A, B dan C yang dapat ditularkan melalui feses dan urine. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan dengan mengambil sampel urine dan feses penderita demam tifoid. Penyebab tersering yang merupakan faktor pencetus terjadinya demam tifoid adalah faktor kebersihan karena bakteri Salmonella Typhi dapat ditularkan melalui 5 F, yaitu Food, Fingers, Fomitus, Feses, dan Fly Salmonella Typhi dapat bersarang pada muntahan dan feses penderita yang nantinya akan di bawa oleh lalat sehingga lalat akan menghinggapi makanan yang dimakan oleh orang sehat, sehingga terjadilah proses penularan C. Patofisiologi Salmonella typhi merupakan bakteri yang dapat hidup di dalam tubuh manusia. Manusia yang terinfeksi bakteri Salmonella typhi dapat mengekskresikannya melalui sekret saluran nafas, urin, dan tinja dalam jangka waktu yang bervariasi (Ardiaria, 2019). Infeksi Salmonella enterica serotype typhi pada orang sehat berkisar antara 1.000 dan 1 juta organisme tetapi tergantung kondisi imun tubuh manusia (Ashurst,Truong,& Woodbury, 2019) Patogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses mulai dari penempelan bakteri ke lumen usus, bakteri bermultiplikasi di makrofag Peyer’s patch, bertahan hidup di aliran darah, dan menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke lumen intestinal. Bakteri Salmonella typhi bersama makanan atau minuman masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam banyak bakteri yang mati. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus, melekat pada sel mukosa kemudian menginvasi dan menembus dinding usus tepatnya di ileum dan jejunum. Sel M, sel epitel yang melapisi Peyer’s patch 6 merupakan tempat bertahan hidup dan multiplikasi Salmonella typhi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus menimbulkan tukak pada mukosa usus. Tukak dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Kemudian mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik sampai ke jaringan Reticulo Endothelial System (RES) di organ hati dan limpa. Setelah periode inkubasi, Salmonella typhi keluar dari habitatnya melalui duktus torasikus masuk ke sirkulasi sistemik mencapai hati, limpa, sumsum tulang, kandung empedu, dan Peyer’s patch dari ileum terminal. Ekskresi bakteri di empedu dapat menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan melalui feses. Endotoksin merangsang makrofag di hati, limpa, kelenjar limfoid intestinal, dan mesenterika untuk melepaskan produknya yang secara lokal menyebabkan nekrosis intestinal ataupun sel hati dan secara sistemik menyebabkan gejala klinis pada demam tifoid (Ardiaria, 2019). D. Manifestasi Klinis tanda dan gejala seseorang terserang demam tifoid berkisar antara ringan sampai dengan berat. Hal ini tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi seperti usia, kesehatan, riwayat vaksinasi, dan letak geografis. Demam tifoid dapat terjadi secara bertahap selama beberapa minggu atau secara tiba-tiba. Tanda dan gejala yang terjadi biasanya seperti demam, merasa sakit, lemas, mudah lelah, pada anak dapat terjadi diare, kehilangan nafsu makan, sakit tenggorokan dan sakit kepala. Gambaran klasik demam tyhpoid (ciri khas) yang sering ditemukan pada denderita typhoid dapat dikelompokkan pada gejala yang terjadi pada minggu pertama, minggu kedua, minggu ketiga dan minggu keempat sebagai berikut: 1. Minggu pertama (awal infeksi) Demam tinggi lebih dari 40oC, nadi lemah bersifat dikrotik, 8 denyut nadi 80- 100 per menit. 2. Minggu Kedua Suhu badan tetap tinggi, penderita mengalami delirium, lidah tampak kering mengkilat, denyut nadi cepat. Tekanan darah menurun dan limpa teraba. 3. Minggu Ketiga Keadaan penderita membaik jika suhu menurun, gejala dan keluhan berkurang. Sebaliknya kesehatan penderita memburuk jika masih terjadi delirium, stupor, pergerakan otot yang terjadi terus- menerus, terjadi inkontinensia urine atau alvi. Selain itu tekanan perut meningkat. Terjadi meteorismus dan timpani, disertai nyeri perut. Penderita kemudian mengalami kolaps akhirnya meninggal dunia akibat terjadinya degenerasi miokardial toksik. 4. Minggu Keempat Penderita yang keadaannya membaik akan mengalami penyembuhan E. Penatalaksanaan Penatalaksanaan demam tifoid ada tiga, yaitu pemberian antibiotik, istirahat dan perawatan, dan diet dan terapi penunjang (Sudoyo, 2016). 1. Pemberian Antibiotik Terapi ini dimaksudkan untuk membunuh kuman penyebab tifoid. Obat yang sering dipergunakan adalah (Kemenkes RI, 2006): a. Kloramfenikol Dewasa : 4 x 500 mg (2 gr) selama 14 hari Anak : 50-100 mg/Kg BB/hr. Maksimal 2 gr selama 10-14 hari dibagi 4 dosis. b. Seftriakson Dewasa : 2-4 gr/hr selama 3-5 hari Anak : 80 mg/Kg BB/hr. Dosis tunggal selama 5 hari c. Ampisilin dan Amoksisilin Dewasa : 3-4 gr/hr selama 14 hari Anak : 100 mg/Kg BB/hr selama 10 hari d. TMP – SMX (Kotrimoksasol) Dewasa : 2 x (160-800) mg selama 14 hari Anak : TMP 6-10 mg/Kg BB/hr atau SMX 30-50 mg/Kg/hr selama 10 hari e. Cefixime Anak : 15-20 mg/Kg BB/hr dibagi 2 dosis selama 10 hari f. Tiamfenikol Dewasa : 4 x 500 mg Anak : 50 mg/Kg BB/hr selama 5-7 hari bebas panas 2. Istirahat dan Perawatan Tirah baring dan perawatan bertujuan untuk mencegah untuk mencegah komplikasi. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya 14 ditempat seperti makan, minum, mandi, buang air kecil, dan buang air besarakan membantu dan mempercepat masa penyembuhan. Dalam perawatan perlu sekali dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian, dan perlengkapan yang dipakai. Posisi pasien perlu diawasi untuk mencegah decubitus dan pneumonia ortostatik serta personal hygiene tetap perlu diperhatikan dan dijaga (Sudoyo, 2016). 3. Diet dan Terapi Penunjang Penatalaksanaan ini untuk mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasien secara optimal. Pemberia diet diatur secara bertahap untuk menghindari komplikasi pendarahan saluran cerna atau perforasi usus. Pada tahap awal penderita diberi diet bubur saring, kemudian ditingkatkan menjadi bubur kasar dan akhirnya diberikan nasi, yang perubahan diet tersebut disesuaikan dengan tingkat kesembuhan pasien (Sudoyo, 2016). F. Pencegahan Tindakan preventif sebagai upaya pencegahan penularan dan peledakan kejadian luar biasa (KLB) demam tifoid mencakup banyak aspek mulai dari segi kuman Salmonella typhi sebagai agen penyakit dan faktor penjamu (host) serta faktor lingkungan. Secara garis besar ada 3 strategi pokok untuk memutuskan transmisi tifoid, yaitu: 1. Identifikasi dan Eradikasi Salmonella typhi pada Pasien Demam Tifoid Asimtomatik, Karier, dan Akut Cara pelaksanaannya dapat secara aktif yaitu mendatangi sasaran maupun pasif menunggu bila ada penerimaan pegawai di suatu instalasi atau swasta. Sasaran aktif lebih diutamakan pada populasi tertentu seperti pengelola sarana makanan-minuman baik tingkat usaha rumah tangga, restoran, hotel sampai pabrik beserta distributornya. Sasaran lainnya adalah terkait dengan pelayanan masyarakat, yaitu petugas kesehatan,guru, petugas kebersihan, pengelola sarana umum lain. 2. Pencegahan Transmisi Langsung dari Penderita Terinfeksi Salmonella typhi Akut maupun Karier Kegiatan ini dilakukan di rumah sakit, klinik maupun di rumah dan lingkungan sekitar orang yang telah diketahui pengidap kuman Salmonella typhi. 3. Proteksi pada Orang yang Beresiko Tinggi Tertular dan Terinfeksi Sarana proteksi pada populasi ini dilakukan dengan cara vaksinasi demam tifoid di daerah endemik maupun hiperendemik. Sasaran vaksinasi tergantung daerah endemis atau non-endemis, tingkat resiko tertularnya yaitu berdasarkan tingkat hubungan perorangan dan jumlah frekuensinya, serta golongan individu beresiko yaitu golongan imunokompromais maupun golongan rentan (Sudoyo, 2016) G. Pemeriksaan Penunjang 1. . Pemeriksaan darah perifer lengkap Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal. Leukositosis dapatterjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder 2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan juga SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus 3. Pemeriksaan uji widal Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri salmonella typhi. Ujiwidal dimaksudkan untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum penderita demam tifoid. Akibat adanya infeksi oleh salmonella typhi maka penderita membuatantibody (agglutinin) 4. Kultur a. Kulturdarah : bisa positif pada minggu pertama b. Kultururine : bisa positif pada akhir minggu kedua c. Kulturfeses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga 5. Anti salmonella typhi igM Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut salmonella typhi, karena antibodyigM muncul pada hari ke3 dan 4 terjadinya demam. (Nurarif & Kusuma, 2015) H. Diagnose I. Komplikasi 1. Pendarahan usus. Bila sedikit,hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika perdarahan banyak, maka terjadi melena yang dapat disertai nyeriperut dengan tanda-tanda renjatan. 2. Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga /setelahnya dan terjadi pada bagian distal ileum. 3. Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi,tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala abdomenakut, yaitu nyeri perut hebat, dinding abdomen tegang, dan nyeri tekan 4. Komplikasi diluar usus. Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis, yaitu meningitis,kolesistisis, ensefalopati, danlain-lain