PENDAHULUAN
1
masing. Tuntutan-tuntutan tersebut membuat perawat UGD dan Kamar Bedah
beresiko terhadap terjadinya stres.
Menurut Robbins (2001) stres dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang
menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana
untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat keterbatasan atau penghalang,
Tingkat stres adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya stres yang dialami
seseorang (Crawford & Henry, 2003). Tingkat stres dapat diukur dengan
menggunakan Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) oleh Lavibond &
Lavibond (1995) menjadi normal, stres ringan, stres sedang, stress berat, dan stres
sangat berat.
Firman Allah dalam Surat Al Anbiya ayat 35 :
Artinya : “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai
cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan.”
Dalam ayat ini menjelaskan bahwa setiap jiwa pasti akan merasakan
cobaan dengan berbagai macam bentuk, agar nampak jelas siapa yang bersyukur
atas kebaikan dan bersabar atas cobaan, dan siapa yang tidak bersyukur serta
kecewa saat tertimpa musibah. Menurut Ibnu Katsir makna ayat ini yaitu: “Kami
menguji kamu (wahai manusia), terkadang dengan bencana dan terkadang dengan
kesenangan, agar kami melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang ingkar, serta
siapa yang bersabar dan siapa yang beputus asa.” (Tafsir Ibnu Katsir, 5/342, Cet
Daru Thayyibah). Maka dari itu dapat di katakan bahwa stres adalah respon dari
cobaan yang dihadapi manusia.
Apabila pengertian stres dikaitkan dengan penelitian ini maka stres itu
sendiri adalah suatu kondisi menekan psikis seseorang karena adanya tekanan
dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan
2
kerja. Sesuai dengan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian pada tingkat stres perawat dengan judul: Perbedaan Tingkat
Stres Perawat Unit Gawat Darurat dan Perawat Kamar Bedah
3
terbesar yaitu perawat, untuk melakukan kebijakan dalam pengelolaan stres
kerja terhadap perawat
2. Membantu profesi perawat dalam mempelajari sekaligus mengenali bahwa
pekerjaan perawat adalah sebuah pekerjaan yang beresiko terhadap kondisi
kesehatan.
Untuk penulis :
1. Mendorong penulis untuk memulai dan terus mampu mengembangkan diri di
bidang Penilitian kesehatan, berpandangan luas dan bersikap professional
2. Mendorong penulis untuk memahi pandangan Islam di bidang kedokteran.
4
BAB II
TINJAUAN PUSAKA
2.1 Stres
2.1.1 Definisi Stres
Setiap orang pernah mengalami stres. Menurut Cornelli sebagaimana
dikutip oleh Brecht (dalam Sunaryo, 2004) bahwa yang di maksud dengan stres
adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan
tuntutan kehidupan yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan yang
dipengaruhi baik oleh llingkungan maupun penampilan individu didalam
lingkungan tersebut. Menurut Rasmus (2004), Stres adalah respons tubuh yang
tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan yang terganggu, suatu fenomena
universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Stres ini juga memberi
dampak secara total pada individu terhadap fisik, psikologis, intelektual sosial
dan spiritual, serta stres dapat mengancam keseimbangan fisiologis. Dari
beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa stres adalah suatu
respon adaptif dari tubuh karena adanya tuntutan dan perubahan dalam
lingkungan.
Lovibond & Lovibond (1995) mendefinisikan stres sebagai suatu respon
emosi yang muncul akibat kejadian-kejadian yang menekan dalam hidup
individu. Lovibond & Lovibond menjelaskan saat stres indivudu cenderung
menjadi lebih mudah marah, sulit untuk menenangkan diri, dan menjadi tidak
sabar dalam menghadapi berbagai situasi.
5
keterbatasan tenaga.
b. Kesulitan menjalin hubungan dengan staff lain, misalnya
mengalami konflik dengan teman sejawat, mengetahui
orang lain tidak menghargai sumbangsih yang dilakukan,
dan gagal membentuk tim kerja dengan staff.
c. Kesulitan merawat pasien kritis, misalnya kesulitan
menjalankan peralatan yang belum dikenal, mengelola atau
prosedur atau tindakan baru, dan bekerja dengan dokter
yang menuntut jawaban dan tindakan cepat.
d. Berurusan dengan pengobatan/ perawatan pasien, misalnya
bekerja dengan dokter yang tidak memahami kebutuhan
sosial dan emosional pasien, terlibat dalam
ketidaksepakatan pada program tindakan, merasa tidak
pasti sejauh mana harus memberi informasi pada pasien
atau keluarga, merawat pasien sulit atau tidak kerja sama
e. Merawat pasien yang gagal untuk membaik, misalnya
pasien lansia, pasien yang nyeri kronis, dan pasien yang
meninggal selama proses perawatan.
6
3. Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yang
berlebihan, cemas menjadi lekas panik, kurang percaya diri menjadi rawan,
penjengkel menjadi meledak-ledak.
a. Stres normal
Stres normal yang dihadapi secara teratur dan merupakan bagian
alamiah dari kehidupan. Seperti dalam situasi: kelelahan setelah
mengerjakan tugas, merasakan detak jantung berdetak lebih keras
setelah aktivitas (Crowford & Henry, 2003). Stres normal alamiah
dan menjadi penting, karena setiap orang pasti pernah mengalami
stres. Bahkan sejak dalam kandungan.
b. Stres ringan
Stres ringan adalah stresor yang dihadapi secara teratur
yang
dapat berlangsung beberapa menit atau jam. Stresor ini dapat
menimbulkan gejala, antara lain bibir sering kering, kesulitan
bernafas (sering terengah-engah), kesulitan menelan, merasa
7
goyah, merasa lemas, berkeringat berlebihan ketika temperature
tidak panas dan tidak setelah beraktivitas, takut tanpa alasan yang
jelas, menyadari denyut jantung walaupun tidak setelah melakukan
aktivitas fisik, tremor pada tangan, dan merasa sangat lega jika
situasi berakhir (Psychology Foundation of Australia, 2010).
c. Stres sedang
Stres ini terjadi lebih lama, antara beberapa jam sampai
beberapa hari. Misalnya masalah perselisihan yang tidak dapat
diselesaikan dengan rekan kerja. Stresor ini dapat menimbulkan
gejala, antara lain mudah marah, bereaksi berlebihan terhadap
suatu situasi, sulit untuk beristirahat, merasa lelah karena cemas,
tidak sabar ketika mengalami penundaan dan menghadapi
gangguan terhadap hal yang sedang dilakukan, mudah
tersinggung, gelisah, dan tidak dapat memaklumi hal apapun yang
menghalangi ketika sedang mengerjakan sesuatu hal (Psychology
Foundation of Australia, 2010).
d. Stres berat
Stres berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa
minggu sampai beberapa tahun, seperti perselisihan dengan rekan
kerja secara terus-menerus, dan penyakit fisik jangka panjang.
Makin sering dan lama situasi stres, makin tinggi risiko stres yang
ditimbulkan. Stresor ini dapat menimbulkan gejala, antara lain
merasa tidak dapat merasakan perasaan positif, merasa tidak kuat
lagi untuk melakukan suatu kegiatan, merasa tidak ada hal yang
dapat diharapkan di masa depan, sedih dan tertekan, putus asa,
kehilangan minat akan segala hal, merasa tidak berharga sebagai
seorang manusia, berpikir bahwa hidup tidak bermanfaat. Semakin
meningkat stres yang dialami mahasiswa secara bertahap maka
akan menurunkan energi dan respon adaptif (Psychology
Foundation of Australia, 2010).
8
e. Sangat berat
Stres sangat berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi
dalam
beberapa bulan dan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan.
Seseorang yang mengalami stres sangat berat tidak memiliki
motivasi untuk hidup dan cenderung pasrah. Seseorang dalam
tingkatan stres ini biasanya teridentifikasi mengalami depresi berat
(Psychology Foundation of Australia, 2010).
1. Fase Praoperatif
Merupakan ijin tertulis yang ditandatangani oleh klien untuk
melindungi dalam proses operasi yang akan dilakukan. Prioritas
pada prosedur pembedahan yang utama adalah inform consent
yaitu pernyataan persetujuan klien dan keluarga tentang
tindakan yang akan dilakukan yang berguna untuk mencegah
9
ketidaktahuan klien tentang prosedur yang akan dilaksanakan
dan juga menjaga rumah sakit serta petugas kesehatan dari klien
dan keluarganya mengenai tindakan tersebut. Pada periode pre
operatif yang lebih diutamakan adalah persiapan psikologis dan
fisik sebelum opera
2. Fase Intraoperatif
Dimulai ketika pasien masuk ke bagian atau ruang bedah dan
berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Lingkup
aktifitas keperawatan, memasang infus, memberikan medikasi
intravena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh
sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan
pasien.
3. Fase Posotperatif
Dimulai pada saat pasien masuk ke ruang pemulihan dan
berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau
di rumah. Lingkup aktifitas keperawatan, mengkaji efek agen
anestesi, membantu fungsi vital tubuh, serta mencegah
komplikasi. Peningkatan penyembuhan pasien dan penyuluhan,
perawatan tindak lanjut, rujukan yang penting untuk
penyembuhan yang berhasil dan rehabilitasi diikuti dengan
pemulangan.
10
2.3 Kerangka Teori
Sumber stres :
1. Beban kerja berlebihan
2. Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain
3. Kesulitan merawat pasien kritis
4. Kendala dalam merawat pasien
5. Merawat pasien yang gagal untuk membaik
Stres
Tingkatan Stres
:
Depression,
Anxiety, and
Stress Scale
(DASS-42) Gejala Stres :
Normal Fisik
Ringan
Perilaku
Sedang
Watak dan
Berat
Kepribadian
Sangat berat
DASS-42
Tingkat stress :
a. Normal
b. Ringan
c. Sedang
d. Berat
e. Sangat berat
11
2.5 Perumusan Hipotesis
Terdapat perbedaan tingkat stres kerja perawat Unit Gawat Darurat
dengan perawat Kamar Bedah
12
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3 Populasi
3.4 Sampel
Inklusi
Eksklusi
13
3.5 Cara Penetapan Sampel
Cara penetapan sampel dengan kuota sampling untuk menetukan
sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri sesuai kriteria inklusi
dibagi rata sampai seimbang. Sampel di ambil dari populasi perawat
Unit Gawat Daruat adalah 18 orang, terdiri dari 14 orang yang
berkerja lebih dari dua minggu dan empat orang yang berkerja kurang
dari dua minggu. Sampel di ambil dari populasi perawat Kamar
Bedah adalah 21 orang, terdiri dari 15 orang yang berkerja lebih dari
dua minggu, 4 orang yang berkerja kurang dari dua minggu, dan 2
orang yang dalam keadaan cuti. Sampel yang didapatkan dari kriteria
inkulisi adalah 14 orang berkerja di Unit Gawat Darurat dan 14 orang
berkerja di Kamar Bedah.
14
3.8 Instrumen Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan adalah sejumlah pertanyaan
dalam bentuk kuesioner. Alat kuesioner dibagi menjadi beberapa
bagian :
a. Bagian 1
c. Bagian 3
3.10Alur Penelitian
15
Menentukan Mengajukan Uji proposal
judul penelitian usulan proposal
16
BAB IV
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Perbedaan Tingkat stres pada Perawat Instalasi Gawat Darurat
dengan Kamar Bedah di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
< 25 tahun 0 0%
25-29 tahun 6 21,4%
3. Usia 30-34 tahun 2 7,1%
35-39 tahun 3 10,7%
40-44 tahun 8 28,6%
≥ 45 tahun 9 32,1%
17
4.1.2 Analisis Univariat
Berdasarkan tabel 4.3 gambaran tingkat stres perawat kamar bedah di Rumah
Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih dapat diketahui bahwa sebanyak 4 orang
(28,6%) mengalami stres ringan dan 1 orang (7,1%) mengalami stres sedang.
1 Normal 9 64,3%
2 Ringan
4 28,6%
3 Sedang
1 7,1%
4 Berat
0 0%
5 Sangat Berat
0 0%
18
Berdasarkan tabel 4.4 Hasil analisa Perbedaan Tingkat Stres pada
Perawat Instalasi Gawat Darurat dengan Kamar Bedah di Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih menggunakan uji statistik chi-square didapatkan nilai
P value >0,05 yaitu 0,5 yang artinya H0 diterima dan H1 ditolak. Relative risk
disini dihitung dengan membandingkan Perawat Instalasi Gawat Darurat
dengan Perawat Kamar bedah. Relative risk untuk mengalami stres dihitung
dengan membandingkan peluang perawat IGD yang mengalami stres dengan
perawat kamar bedah yang mengalami stres.
. Relative risknya di SPSS yaitu 0,8. Artinya perawat Instalasi gawat
darurat memiliki peluang untuk mengalami stres 0,8 dari perawat kamar
bedah yang mengalami stres. Dapat juga dikatakan perawat Instalasi Gawat
Darurat 1,25 kali lebih kecil mengalami stres dibandingkan perawat kamar
bedah. Selang kepercayaannya didapat [(0,270),(2,370)]. pada selang
kepercayaan melewati angka 1 yang artinya tidak berpengaruh dan RR tidak
bermakna.
Tabel 4.4 Perbedaan Tingkat Stres pada Perawat Instalasi Gawat Darurat dengan Kamar
Bedah di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Tingkat Stres
Berat Sangat Total P value RR CI
Normal Ringan Sedang
Berat
Perawat Jumlah 10 4 0 0 0 14
IGD %
71,4% 28,6% 0% 0% 0% 100
Perawat Jumlah 9 4 1 0 0 14
0,5 0,8 0,270-2,370
Kamar %
64,3% 28,6% 7,1% 0% 0% 100
Bedah
Total Jumalh 19 8 1 0 0 28
% 67,9% 28,6% 3,6% 0% 0% 100%
4.2 Pembahasan
Hasil analisis tingkat stres perawat Instalasi Gawat Darurat dan Kamar
Bedah Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. Berdasarkan uji statistik
dengan menngunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% (α 0,05)
diperoleh ρ=0,5; CI = [(0,270),(2,370)] Tingkat stres yang dialami oleh perawat
Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Rawat Inap tidak memiliki perbedaan yang
19
signifikan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan tidak ada perbedaan tingkat stres
perawat Instalasi Gawat Darurat dan Kamar Bedah Rumah Sakit Islam Jakarta
Cempaka Putih.
Salah satu faktor penyebab perawat mengalami stres adalah beban kerja.
Salah satu beban kerja Perawat Instalasi Gawat Darurat adalah harus melakukan
tindakan keperawatan secara cepat, tepat dan cekatan karena Instalasi Gawat
Darurat merupakan layanan yang bersifat segera dan membutuhkan pertolongan
pertama (Citra, 2011). Hasil penelitian Haryanti didapatkan beban kerja perawat
sebagian besar adalah tinggi yaitu sebanyak 27 responden (93,1%). Stres kerja
perawat sebagian besar adalah stres sedang sebanyak 24 responden (82,8%).
Terdapat hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat di RSUD
Kabupaten Semarang. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Nadia diketahui
bahwa perawat yang mengalami stres kerja berat paling banyak dialami oleh
perawat dengan dengan beban kerja fisik berat yaitu sebanyak 100% dan beban
kerja mental tinggiyaitu sebanyak 64,3%. Berdasarkan hasil uji statistik
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara beban kerja fisik dan
beban kerja mental dengan stres kerja
20
penyebab utama untuk mengurangi stres yang timbul. Perkembangan usia juga
mempengaruhi seseorang dalam melakukan coping. Struktur psikologis seseorang
dan sumber-sumber untuk melakukan coping akan berubah menurut
perkembangan usia dan akan membedakan seseorang dalam merespons tekanan
(Hardjana,2004). Pada penilian ini responden mayoritas berusia 45 tahun ke atas
yang dapat dikatakan lebih berpengalaman dalam mengatasi tekanan yang
dihadapi.
21
BAB V
22
Dalam ayat ini menekankan pentingnya untuk mempelajari bermacam-
macam ilmu terutama melalui baca tulis. Dalam bidang perawat dapat melakukan
eksperimen, penelitian, dan diagnonis dini. Ini terbukti dengan semakin
banyaknya studi di bidang kedokteran dan kesehatan, semakin terungkap tanda-
tanda kekuasaan Allah terhadap makhluk-makhluk-Nya.
Rufaidah binti Sa’ad al Aslamiyah al Khazraj dilahirkan di Yastrib
(Madinah) tahun 570 M dan wafat pada tahun 632 M. Wanita yang hidup pada
masa awal Hijrah Rasulullah atau bertepatan pada tahun delapan Masehi. Sedari
kecil, ia membantu ayahnya, Sa’ad al Aslamiyah (seorang dokter di Madinah)
dalam merawat dan mengobati orang sakit. Lewat sang ayahlah ia mempelajari
ilmu keperawatan.
23
Dalam kaitan ini Wahbah Zuhaili memberikan batasan-batasan tentang
keadaan darurat, yang dimaksudkan untuk menunjukan hukum yang boleh
dipegang dan boleh pula melanggar kaidah-kaidah yang umum dalam
menetapkan yang haram dan menetapkan yang wajib karena darurat itu. Batasan-
batasan yang dimaksudkan yaitu:
a. Darurat yang dimaksud harus sudah ada bukan masih ditunggu, dengan
kata lain kekhawatiran akan kebinasaan atau hilangnya jiwa atau harta itu
betul-betul ada dalam kenyataan dan hal itu diketahui melalui dugaan kuat
berdasarkan pengalaman-pengalaman yang ada.
b. Orang yang terpaksa itu tidak punya pilihan lain kecuali melanggar
perintah-perintah atau larangan syara' , atau tidak ada cara lain yang
dibenarkan untuk menghindari kemudaratan selain melanggar hukum.
c. Hendaknya, dalam keadaan adanya yang diharamkan bersama yang
dibolehkan itu (dalam keadaan-keadaan yang biasa) alasan yang
dibolehkan seseorang melakukan yang haram.
d. Bahwa orang yang terpaksa itu membatasi diri pada hal yang dibenarkan
melakukannya karena darurat itu dalam pandangan jumhur fuqaha pada
batas yang paling rendah atau dalam kadar semestinya, guna menghindari
kemudaratan karena membolehkan yang haram itu adalah darurat.
e. dalam keadaan darurat berobat, hendaknya yang haram itu dilakukan
berdasarkan dari diagnosa dokter yang adil dan dipercaya baik dalam
masalah agama maupun ilmunya(Az-Zuhaili,W. 1997)
Kebolehan berbuat atau meninggalkan seseuatu karena darurat adalah untuk
memenuhi penolakan terhadap bahaya, bukan yang lain. dalam hal ini, Wabah az-
Zuhaili membagi kepentingan manusia akan sesuatu dengan kepentingan manusia
akan sesuatu dengan 4 klasifikasi, yaitu:
a. Darurat, yaitu kepentingan manusia yang diperbolehkan menggunakan
sesuatu yang dilarang, karena kepentingan itu menempati puncak
kepentingan kehidupan manusia, bila tidak dialaksanakan maka
mendatangkan kerusakan. Kondisi semacam ini memperbolehkan
segala yang diharamkan atau yang dilarang.
24
b. Hajah, yaitu kepentingan manusia akan sesuatu yang bila tidak
dipenuhi mendatangkan kesulitan atau mendekati kerusakan. kondisi
semacam ini tidak menghalalkan yang haram.
c. Manfaat, yaitu kepentingan manusia untuk menciptakan kehidupan
yang layak. Maka hukum diterapkan menurut apa adanya karena
kesungguhannya hukum itu mendatangkan manfaat.
d. Fudu, yaitu kepentingan manusia hanya sekedar untuk
berlebihlebihan, yang memungkinkan mendatangkan kemaksiatan
atau keharaman. (Az-Zuhaili,W. 1997)
Dalil dari al-kitab dan al-sunnah yang menunjukkan disyariatkannya
beramal dengan hukum-hukum pengecualian ketika dalam keadaan darurat dan
dikuatkan hal tersebut dengan dengan dua prinsip yaitu, kemudahan dan
menghilangkan kesusahan dan kesulitan, yang keduanya merupakan dua asas
dalam agama Islam dan syariatnya. Adapun dari al-Quran adalah firman-Nya
dalam QS. Al-Baqarah:173
25
Artinya : “mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal)
yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, Padahal Sesungguhnya Allah
telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa
yang terpaksa kamu memakannya.”
26
Artinya :”Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh
itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari
wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka
suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang
diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”
27
a. Daily hassles yaitu kejadian kecil yang terjadi berulang-ulang
setiap hari seperti masalah kerja di kantor, sekolah dan
sebagainya.
b. Personal stressor yaitu ancaman atau gangguan yang lebih kuat
atau kehilangan besar terhadap sesuatu yang terjadi pada level
individual seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan
pekerjaan, masalah keuangan dan masalah pribadi lainnya.
(Lazarus, S. 1997)
Stres tidak mungkin selamanya dihindari, karena ujian dan cobaan dari
Allah SWT tidak dapat diatur oleh manusia. Langkah terbaik adalah menyiapkan
sikap dan perilaku mengelola stres sehingga mampu menangkal akibat stres.
Anjuran Allah SWT tentang menghindari dan mengelola stres sangat jelas,
sebagaimana yang telah digariskan dalam QS Al-Imran :139
Artinya : janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih
hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu
orang-orang yang beriman”.
Secara rinci, beberapa cara mengelola stres yang telah diajarkan oleh
Islam adalah sebagai berikut (Athar, 1991; Hawari, 1997; Heru, 2006):
28
kegagalan juga akan selalu dikembalikan kepada Allah SWT. QS
At-Taubah : 91.
29
pikiran, dan emosi yang tinggi kita tanggalkan ketika shalat secara
khusyuk. Dengan demikian, shalat itu sendiri sudah menjadi obat
bagi ketakutan yang muncul dari stressor yang dihadapi. Selain
itu, shalat secara teratur dan khusyuk akan mendekatkan individu
kepada penciptanya. Hal ini akan menjembatani hubungan Allah
SWT dengan individu sehingga Allah SWT tidak akan
membiarkan individu tersebut sendirian. Segala permasalahan
yang ada akan selalu dibantu oleh Allah SWT dalam
menyelesaikannya. Keyakinan terhadap hal ini dapat
menenangkan hati dan mengurangi kecemasan atau rasa terancam
yang muncul.
3. Bersyukur dan Berserah diri (Tawakkal). Salah satu kunci dalam
menghadapi stressor adalah dengan selalu bersyukur dan
menerima segala pemberian Allah SWT. Allah SWT sudah
mengajarkan di dalam Al Qur’an Surat Al Baqoroh : 156 :
30
stressor dan harapan-harapan positif lainnya. Saat stressor
musibah datang menghampiri, biasanya akan mudah timbul rasa
kehilangan sesuatu dari dalam diri. Hal ini membutuhkan rasa
percaya (keimanan) bahwa diri kita ini bukan siapa-siapa, diri ini
adalah milik Allah SWT, dan apa pun yang ada pada sekeliling
kita adalah milik Allah SWT. Mensyukuri apa yang sudah
diberikan dan selalu berserah diri akan menghindarkan kita dari
perasaan serakah dan beban pikiran lainnya.
4. Doa dan Dzikir. Sebagai insan beriman, doa dan dzikir menjadi
sumber kekuatan bagi kita dalam berusaha. Adanya harapan yang
tinggi disandarkan kepada Allah SWT, demikianpun apabila ada
kekhawatiran terhadap suatu ancaman, maka sandaran kepada
Allah SWT senantiasa melalui doa dan dzikir. Melalui dzikir,
perasaan menjadi lebih tenang dan khusyuk, yang pada akhirnya
akan mampu meningkatkan konsentrasi, kemampuan berpikir
secara jernih, dan emosi menjadi lebih terkendali. Hentakan
kemarahan dan kesedihan, ataupun kegembiraan yang berlebihan
senantiasa dapat dikendalikan dengan baik. Sebagaimana dalam
surat Ar Ra’d ayat 28 QS 13 : 28.
31
5.5 Instrumen DASS-42 sebagai Alat Ukur Stres menurut Pandangan Islam
32
BAB VI
6.1 Kesimpulan
Dari hasil Penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Islam Jakarta pada
Tahun 2017 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
33
3. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari tingkat stres pada Perawat
Instalasi Gawat Darurat dengan Perawat Kamar Bedah.
4. Dalam pandangan islam tidak membedakan apakah ia dokter, paramedis
atau perawat, sepanjang ia mengabdi di bidang pengobatan dan
perawatan penyakit, maka ia merupakan profesi yang mulia. Merawat
pasien dalam keadaan gawat darurat adalah salah satu dari tugas
perawat, berobat dalam keadaan darurat, hendaknya yang haram itu
dilakukan berdasarkan dari diagnosa dokter yang adil dan dipercaya baik
dalam masalah agama maupun ilmunya. Menjaga kebersilahan peralatan
pasien juga menjadi tugas perawat sebagaimana kebersihan sebagian
dari iman. Perawat tidak mungkin selamanya menghindari stres, karena
stres merupakan ujian dan cobaan dari Allah SWT tidak dapat diatur
oleh manusia. Langkah terbaik adalah menyiapkan sikap dan perilaku
mengelola stres sehingga mampu menangkal akibat stres
6.2 Saran
1. Bagi perawat dan Rumah Sakit diharapkan dapat melakukan penyuluhan
dan peningkatan kinerja mengenai kebijakan dalam mengurangi stres
pada perawat di Rumah Sakit Islam Jakarta.
2. Bagi Perawat Unit Gawat Darurat dan Perawat Kamar Bedah untuk
dapat mengetahui bahwa perkerjaan perawat beresiko terhadap stres dan
mengetahui gambaran tingkat stres saat ini yang diharapkan dapat
membantu untuk mencari cara mengatasinya.
3. Bagi peneliti mengetahui tingkatan stres pada perawat Instalasi Gawat
Darurat dan Kamar Bedah untuk menyelesaikan skripsi sebagai syarat
kelulusan.
4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menganilisis lebih lanjut
terkait sumber stres di tempat kerja bagi perawat.
34
DAFTAR PUSAKA
35
Cooper, Cary dan Straw, Alison. 1995. Stress Management Yang Sukses Dalam
Sepekan. Jakarta: Kesaint Blanc.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1993. Pedoman Kerja Perawat
Kamar Operasi. Jakarta : DepKes RI Jakarta
Hawari, D. 1997. Al Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
Dharma Bhakti
36
Lazarus, S. & Folkman, R.S. 1984. Stress, appraisal, and coping. Springer
Publishing: New York.
Lumintang, P., Kumaat, L., Mulyadi. (2015). Perbedaan Tingkat Stres Kerja
Perawat Instalasi Gawat Darurat dan Unit Rawat Inap di Rumah Sakit
Pancaran Kasih GMIM Manado. Ejournal Keperawatan, vol. 3, hh. 1.
Lovibond, S.H & Lovibond, PF. (1995) Manual for the Depression Anxiety
Stress Scale (2nd ed), Sydney: Psychology Foundation.
Mallaya, A. Rachmadi,F. Hafizah, R. 2016. Perbedaan Stres Kerja anatara
Perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Perawat Intensive Care Unit
(ICU) RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak.
http://jurnal.untan.ac.id.(pp35-41)
Nata, A. 2003. Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Hukum.Jakarta: UIN Jakarta Press
37
Sunaryo, (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Zuhaili, W.1997. Nazhariyah al-Darurah al-Syar’iyah. Jakarta : Gaya Media
Pramatama.
38
ANGGARAN PENELITIAN
Total Rp 2.320.000
39
BIODATA PENELITI
40
Lampiran 1
Untuk menilai seberapa tingakat stres yang dialami dan dirasakan oleh perwat,
digunakan kuesioner yang disebut Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42). Hasil
penelitian ini diharapkan dapat masukan kepada rumah sakit untuk melakukan kebijakan
dalam mengurangi stres pada perawat serta dapat memberikan masukan kepada perawat
tentang bagaimana menangani stres.
Pada penelitian ini kami meminta kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner. Partisipasi
dalam penelitian ini bersifat suka rela. Kami juga menjamin kerahasiaan Anda dan data-
data yang diberikan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini. Untuk
selanjutnya nama responden akan diganti dengan kode tertentu untuk pengolahan data
pada komputer.
Besar harapan kami agar Anda dapat membantu penelitian ini. Jika Anda memutuskan
untuk ikut dalam penelitian ini, kami meminta Anda untuk menandatangani formulir
persetujuan yang menyatakan bahwa Anda telah mendapat penjelasan mengenai
penelitian ini dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian secara suka rela. Jika ada
pertanyaan mengenai penelitian ini, Anda dapat menghubungi peneliti:
Muthi’ah Nabillah
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi
JL. Let. Jend Suprapto Cempaka Putih, Jakarta
No telp. 081212688448.
Atas kesediaan dan bantuannya, saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Muthi’ah Nabillah
41
Lampiran 2
Dengan ini saya menyatakan kesediaan saya untuk berpartisipasi dalam penelitian yang
berjudul “Perbedaan Tingkat Stres pada Perawat Unit Gawat Darurat dengan
Perawat Kamar Bedah” dengan mengisi kuesioner yang diberikan.
Saya telah membaca lembar informasi dan memahami tujuan penelitian ini. Saya
menyadari hak-hak saya dalam memperoleh jaminan kerahasiaan identitas dan data yang
saya berikan.
Jakarta,...........................2017
Responden
(_________________________)
42
Lampiran 3
Kuesioner
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Keterangan:
2 : Sering
43
5. Merasa banyak menghabiskan energi karena cemas
6. Tidak sabaran
7. Mudah tersinggung
9. Mudah marah
Tingkat Stress
Normal 0 – 14
Ringan 15 – 18
Sedang 19 – 25
Berat 26 – 33
44
Lampiran 4
STRES1 Total
Count 10 4 0 14
stres1 Total
45
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Lower Upper
46
Lampiran 5
47