Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

I.1.Latar Belakang Masalah

Unit Gawat Darurat (UGD) merupakan unit penting dalam operasional


suatu rumah sakit, yaitu sebagai pintu masuk bagi setiap pelayanan yang
beroperasi selama 24 jam. Sebagai ujung tombak dalam pelayanan rumah sakit,
UGD harus melayani semua kasus yang masuk ke rumah sakit secepatnya
memberikan pertolongan pertama pada pasien. Maka perawat UGD harus
melakukan tindakan dengan sangat cepat dan sigap. Perawat UGD juga wajib
membekali diri mereka dengan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan mengikuti
pelatihan-pelatihan yang menunjang kemampuan perawat dalam menangani
pasien secara cepat dan tepat sesuai kasus yang masuk ke UGD.
Kamar bedah atau kamar operasi adalah ruangan khusus di Rumah Sakit,
tempat untuk melakukan tindakan pembedahan baik elektif maupun emergency,
yang membutuhkan keadaan suci hama (Steril). Kamar bedah adalah ruang
dimana dilakukan tindakan-tindakan sehubungan dengan pembedahan yang
beroperasi selama 24 jam.
Perawat pada Kamar Operasi diwajibkan berkerja secara telaten untuk
memenuhi besarnya tanggung jawab akan sterilisasi instrumen dan kamar
operasi. Beberapa jenis pembedahan, seperti bedah saraf, toraks, kardiovaskular,
atau spina memerlukan waktu operasi yang panjang. Pada kondisi tersebut,
perawat instrumen harus berdiri dalam waktu lama dan dibutuhkan tingkat
konsentrasi yang tinggi. Oleh karena itu, agar mengikuti jalannya pembedahan
secara optimal, dibutuhkan kekuatan dan ketahanan fisik yang baik. Perawat
Kamar Bedah juga wajib membekali diri mereka dengan ilmu pengetahuan,
keterampilan, dan mengikuti pelatihan yang didukung dengan kelengkapan
peralatan khusus.
Perawat UGD dan Kamar Bedah juga dituntut untuk mampu bekerjasama
dengan tim kesehatan lain serta dapat berkomunikasi dengan pasien dan keluarga
pasien yang berkaitan dengan kondisi kegawatan kasus di ruangan masing-

1
masing. Tuntutan-tuntutan tersebut membuat perawat UGD dan Kamar Bedah
beresiko terhadap terjadinya stres.
Menurut Robbins (2001) stres dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang
menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana
untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat keterbatasan atau penghalang,
Tingkat stres adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya stres yang dialami
seseorang (Crawford & Henry, 2003). Tingkat stres dapat diukur dengan
menggunakan Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) oleh Lavibond &
Lavibond (1995) menjadi normal, stres ringan, stres sedang, stress berat, dan stres
sangat berat.
Firman Allah dalam Surat Al Anbiya ayat 35 :

Artinya : “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai
cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan.”

Dalam ayat ini menjelaskan bahwa setiap jiwa pasti akan merasakan
cobaan dengan berbagai macam bentuk, agar nampak jelas siapa yang bersyukur
atas kebaikan dan bersabar atas cobaan, dan siapa yang tidak bersyukur serta
kecewa saat tertimpa musibah. Menurut Ibnu Katsir makna ayat ini yaitu: “Kami
menguji kamu (wahai manusia), terkadang dengan bencana dan terkadang dengan
kesenangan, agar kami melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang ingkar, serta
siapa yang bersabar dan siapa yang beputus asa.” (Tafsir Ibnu Katsir, 5/342, Cet
Daru Thayyibah). Maka dari itu dapat di katakan bahwa stres adalah respon dari
cobaan yang dihadapi manusia.

Apabila pengertian stres dikaitkan dengan penelitian ini maka stres itu
sendiri adalah suatu kondisi menekan psikis seseorang karena adanya tekanan
dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan

2
kerja. Sesuai dengan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian pada tingkat stres perawat dengan judul: Perbedaan Tingkat
Stres Perawat Unit Gawat Darurat dan Perawat Kamar Bedah

I.2 Perumusan masalah


Berdasarkan data yang telah diuraikan pada latar belakang, maka penting
untuk diteliti “Apakah Terdapat Perbedaan Tingkat Stres Antara Perawat Unit Gawat
Darurat dengan Perawat Kamar Bedah”.

I.3 Pertanyaan Penilitian


1. Bagaimana gambaran tingkat stres pada Perawat UGD Rumah Sakit
Islam?
2. Bagaimana gambaran tingkat stres pada Perawat Kamar Bedah Rumah
Sakit Islam?
3. Apakah terdapat perbedaan tingkat stres antara perawat yang bertugas
di UGD dengan Kamar Bedah?
4. Bagaimana pandangan Islam terhadap perbedaan tingkat stres antara
perawat yang bertugas di UGD dengan Kamar Bedah

I.4 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui gambaran tingkat stres Perawat Unit Gawat Darurat.


2. Mengetahui gambaran tingkat stres perawat Kamar Bedah
3. Mengetahui perbedaan tingkat stress Perawat Unit Gawat Darurat dan
Perawat Kamar Bedah
4. Mengetahui pandangan Islam terhadap perbedaan tingkat stres antara
perawat yang bertugas di UGD dengan Kamar Bedah?

I.5 Manfaat Penelitian


Untuk Rumah Sakit :
1. Memberikan masukan kepada rumah sakit selaku pemberi pelayanan
kesehatan (yang didalamnya terdiri dari salah satu komponen karyawan

3
terbesar yaitu perawat, untuk melakukan kebijakan dalam pengelolaan stres
kerja terhadap perawat
2. Membantu profesi perawat dalam mempelajari sekaligus mengenali bahwa
pekerjaan perawat adalah sebuah pekerjaan yang beresiko terhadap kondisi
kesehatan.
Untuk penulis :
1. Mendorong penulis untuk memulai dan terus mampu mengembangkan diri di
bidang Penilitian kesehatan, berpandangan luas dan bersikap professional
2. Mendorong penulis untuk memahi pandangan Islam di bidang kedokteran.

4
BAB II
TINJAUAN PUSAKA

2.1 Stres
2.1.1 Definisi Stres
Setiap orang pernah mengalami stres. Menurut Cornelli sebagaimana
dikutip oleh Brecht (dalam Sunaryo, 2004) bahwa yang di maksud dengan stres
adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan
tuntutan kehidupan yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan yang
dipengaruhi baik oleh llingkungan maupun penampilan individu didalam
lingkungan tersebut. Menurut Rasmus (2004), Stres adalah respons tubuh yang
tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan yang terganggu, suatu fenomena
universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Stres ini juga memberi
dampak secara total pada individu terhadap fisik, psikologis, intelektual sosial
dan spiritual, serta stres dapat mengancam keseimbangan fisiologis. Dari
beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa stres adalah suatu
respon adaptif dari tubuh karena adanya tuntutan dan perubahan dalam
lingkungan.
Lovibond & Lovibond (1995) mendefinisikan stres sebagai suatu respon
emosi yang muncul akibat kejadian-kejadian yang menekan dalam hidup
individu. Lovibond & Lovibond menjelaskan saat stres indivudu cenderung
menjadi lebih mudah marah, sulit untuk menenangkan diri, dan menjadi tidak
sabar dalam menghadapi berbagai situasi.

2.1.2. Sumber Stres Perawat


Menurut Abraham dan Shanley (dalam Sunaryo, 2004) menemukan lima
sumber stres keperawatan, yaitu :
a. Beban kerja berlebihan, misalnya merawat terlalu banyak
pasien, mengalami kesulitan dalam mempertahankan
standar yang tinggi, merasa tidak mampu memberikan
dukungan yang dibutuhkan teman sekerja, dan menghadapi

5
keterbatasan tenaga.
b. Kesulitan menjalin hubungan dengan staff lain, misalnya
mengalami konflik dengan teman sejawat, mengetahui
orang lain tidak menghargai sumbangsih yang dilakukan,
dan gagal membentuk tim kerja dengan staff.
c. Kesulitan merawat pasien kritis, misalnya kesulitan
menjalankan peralatan yang belum dikenal, mengelola atau
prosedur atau tindakan baru, dan bekerja dengan dokter
yang menuntut jawaban dan tindakan cepat.
d. Berurusan dengan pengobatan/ perawatan pasien, misalnya
bekerja dengan dokter yang tidak memahami kebutuhan
sosial dan emosional pasien, terlibat dalam
ketidaksepakatan pada program tindakan, merasa tidak
pasti sejauh mana harus memberi informasi pada pasien
atau keluarga, merawat pasien sulit atau tidak kerja sama
e. Merawat pasien yang gagal untuk membaik, misalnya
pasien lansia, pasien yang nyeri kronis, dan pasien yang
meninggal selama proses perawatan.

2.1.3 Gejala Stres


Cary Cooper dan Alison Straw (1995) mengemukakan gejala stres dapat
berupa tanda-tanda berikut ini:
1. Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan
lembab, rnerasa panas, otot-otot tegang, pencernaan terganggu, sembelit,
letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah.
2. Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, salah paham,
tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak menarik,
kehilangan semangat, sulit konsentrasi, sulit berfikir jernih, sulit membuat
kcputusan, hilangnya kreatifitas, hilangnya gairah dalam penampilan dan
hilangnya minat terhadap orang lain.

6
3. Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yang
berlebihan, cemas menjadi lekas panik, kurang percaya diri menjadi rawan,
penjengkel menjadi meledak-ledak.

2.1.4 Tingkat Stres


Tingkat stres adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya stres yang
dialami seseorang (Crawford & Henry, 2003). Tingkat stres diukur dengan
menggunakan Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) oleh Lavibond &
Lavibond (1995). DASS 42 diaplikasikan dengan format rating scales (skala
penilaian). Tingkat stres pada instrument ini berupa normal, ringan, sedang, dan
berat, dan sangat berat.

Setiap individu mempunyai persepsi dan respon yang berbeda-beda


terhadap stres. Persepsi seseorang didasarkan pada keyakinan dan norma,
pengalaman, dan pola hidup, faktor lingkungan, struktur dan fungsi keluarga,
tahap perkembangan keluarga, pengalaman masa lalu dengan stres serta
mekanisme koping. Berdasarkan studi literatur, ditemukan tingkatan stres
menjadi lima bagian, antara lain:

a. Stres normal
Stres normal yang dihadapi secara teratur dan merupakan bagian
alamiah dari kehidupan. Seperti dalam situasi: kelelahan setelah
mengerjakan tugas, merasakan detak jantung berdetak lebih keras
setelah aktivitas (Crowford & Henry, 2003). Stres normal alamiah
dan menjadi penting, karena setiap orang pasti pernah mengalami
stres. Bahkan sejak dalam kandungan.

b. Stres ringan
Stres ringan adalah stresor yang dihadapi secara teratur 
yang
dapat berlangsung beberapa menit atau jam. Stresor ini dapat
menimbulkan gejala, antara lain bibir sering kering, kesulitan
bernafas (sering terengah-engah), kesulitan menelan, merasa

7
goyah, merasa lemas, berkeringat berlebihan ketika temperature
tidak panas dan tidak setelah beraktivitas, takut tanpa alasan yang
jelas, menyadari denyut jantung walaupun tidak setelah melakukan
aktivitas fisik, tremor pada tangan, dan merasa sangat lega jika
situasi berakhir (Psychology Foundation of Australia, 2010).

c. Stres sedang
Stres ini terjadi lebih lama, antara beberapa jam sampai

beberapa hari. Misalnya masalah perselisihan yang tidak dapat
diselesaikan dengan rekan kerja. Stresor ini dapat menimbulkan
gejala, antara lain mudah marah, bereaksi berlebihan terhadap
suatu situasi, sulit untuk beristirahat, merasa lelah karena cemas,
tidak sabar ketika mengalami penundaan dan menghadapi
gangguan terhadap hal yang sedang dilakukan, mudah
tersinggung, gelisah, dan tidak dapat memaklumi hal apapun yang
menghalangi ketika sedang mengerjakan sesuatu hal (Psychology
Foundation of Australia, 2010).

d. Stres berat
Stres berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa
minggu sampai beberapa tahun, seperti perselisihan dengan rekan
kerja secara terus-menerus, dan penyakit fisik jangka panjang.
Makin sering dan lama situasi stres, makin tinggi risiko stres yang
ditimbulkan. Stresor ini dapat menimbulkan gejala, antara lain
merasa tidak dapat merasakan perasaan positif, merasa tidak kuat
lagi untuk melakukan suatu kegiatan, merasa tidak ada hal yang
dapat diharapkan di masa depan, sedih dan tertekan, putus asa,
kehilangan minat akan segala hal, merasa tidak berharga sebagai
seorang manusia, berpikir bahwa hidup tidak bermanfaat. Semakin
meningkat stres yang dialami mahasiswa secara bertahap maka
akan menurunkan energi dan respon adaptif (Psychology
Foundation of Australia, 2010).

8
e. Sangat berat
Stres sangat berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi 
dalam
beberapa bulan dan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan.
Seseorang yang mengalami stres sangat berat tidak memiliki
motivasi untuk hidup dan cenderung pasrah. Seseorang dalam
tingkatan stres ini biasanya teridentifikasi mengalami depresi berat
(Psychology Foundation of Australia, 2010).

2.2. Peran Perawat Unit Gawat Darurat dan Kamar Bedah


2.2.1. Peran Perawat Unit Gawat Darurat
Pelayanan gawat darurat meliputi pelayanan keperawatan yang
ditujukan kepada pasien gawat darurat, yaitu pasien yang
datang tiba- tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya / anggota badan akan
menjadi cacat bila tidak mendapat pertolongan yang segera dan
cepat (Musliha, 2010).

2.2.1. Peran Perawat Kamar Bedah


Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan pasien (Baradero, 2008). Kata perioperatif
adalah suatu istilah gabungan yang mencangkup 3 fase pengalaman
pembedahan yaitu :

1. Fase Praoperatif
Merupakan ijin tertulis yang ditandatangani oleh klien untuk
melindungi dalam proses operasi yang akan dilakukan. Prioritas
pada prosedur pembedahan yang utama adalah inform consent
yaitu pernyataan persetujuan klien dan keluarga tentang
tindakan yang akan dilakukan yang berguna untuk mencegah

9
ketidaktahuan klien tentang prosedur yang akan dilaksanakan
dan juga menjaga rumah sakit serta petugas kesehatan dari klien
dan keluarganya mengenai tindakan tersebut. Pada periode pre
operatif yang lebih diutamakan adalah persiapan psikologis dan
fisik sebelum opera
2. Fase Intraoperatif
Dimulai ketika pasien masuk ke bagian atau ruang bedah dan
berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Lingkup
aktifitas keperawatan, memasang infus, memberikan medikasi
intravena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh
sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan
pasien.
3. Fase Posotperatif
Dimulai pada saat pasien masuk ke ruang pemulihan dan
berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau
di rumah. Lingkup aktifitas keperawatan, mengkaji efek agen
anestesi, membantu fungsi vital tubuh, serta mencegah
komplikasi. Peningkatan penyembuhan pasien dan penyuluhan,
perawatan tindak lanjut, rujukan yang penting untuk
penyembuhan yang berhasil dan rehabilitasi diikuti dengan
pemulangan.

10
2.3 Kerangka Teori
Sumber stres :
1. Beban kerja berlebihan
2. Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain
3. Kesulitan merawat pasien kritis
4. Kendala dalam merawat pasien
5. Merawat pasien yang gagal untuk membaik

Stres
Tingkatan Stres
:
Depression,
Anxiety, and
Stress Scale
(DASS-42) Gejala Stres :
Normal Fisik
Ringan
Perilaku
Sedang
Watak dan
Berat
Kepribadian
Sangat berat

2.4 Kerangka Konsep

Perawat Unit Gawat Darurat Perawat Kamar Bedah

DASS-42

Tingkat stress :
a. Normal
b. Ringan
c. Sedang
d. Berat
e. Sangat berat

11
2.5 Perumusan Hipotesis
Terdapat perbedaan tingkat stres kerja perawat Unit Gawat Darurat
dengan perawat Kamar Bedah

2.6 Definisi Operasional


Tabel 2.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara ukur Analisa ukur Hasil ukur Skala


Operasional

1 Tingkat Tingkat stress Menggunakan Depression, Skor stres Ordinal


Stres perawat adalah kuisioner yang Anxiety, and menggunakan
suatu kondisi terdiri dari 14 Stress Scale katagori :
stres yang pertanyaan sub (DASS-42) 0-14 = Normal
menggambarkan skala stress 15-18 = stres
stres pada tahap dengan skor : ringan
ringan, sedang, 0=tidak 19-25 = stres
berat, dan sangat sesusai sedang
berat. 1=sesuai, 26-33 = stres
kadang - berat
kadang >33 = stres
2=sesuai, sangat berat
lumayan
sering
3=sesuai,
sering sekali

2 Perawat yang Menggunakan Ya / Tidak Ya / Tidak Nominal


Perawat bertugas pada kuisioner
Kamar Kamar Bedah
Bedah

3 Perawat Perawat yang Menggunakan Ya / Tidak Ya / Tidak Nominal


Unit gawat bertugas pada kuisioner
darurat unit gawat
darurat

12
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian


kuantitatif ialah penelitian yang memerlukan data kuantitatif yang relevan
dengan variabel-variabel yang dirumuskan dalam permasalahan penelitian
dan dapat dianalisa secara statistik.

3.2 Rancangan Penelitian

Penelitian menggunakan rancangan penelitian cross sectional.

3.3 Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah perawat Unit Gawat


Darurat dan perawat Kamar Bedah di Rumah Sakit Islam Jakarta.

3.4 Sampel

Sampel penelitian berdasarkan kriteria :

Inklusi

1. Berkerja di Unit Gawat Darurat minimal selama 2 minggu

2. Berkerja di Ruang Kamar Bedah minimal selama 2 minggu

3. Bersedia menjadi responden

Eksklusi

1. Dalam keadaan cuti pada pengambilan data

13
3.5 Cara Penetapan Sampel
Cara penetapan sampel dengan kuota sampling untuk menetukan
sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri sesuai kriteria inklusi
dibagi rata sampai seimbang. Sampel di ambil dari populasi perawat
Unit Gawat Daruat adalah 18 orang, terdiri dari 14 orang yang
berkerja lebih dari dua minggu dan empat orang yang berkerja kurang
dari dua minggu. Sampel di ambil dari populasi perawat Kamar
Bedah adalah 21 orang, terdiri dari 15 orang yang berkerja lebih dari
dua minggu, 4 orang yang berkerja kurang dari dua minggu, dan 2
orang yang dalam keadaan cuti. Sampel yang didapatkan dari kriteria
inkulisi adalah 14 orang berkerja di Unit Gawat Darurat dan 14 orang
berkerja di Kamar Bedah.

3.6 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data kuantitatif


yang diperoleh secara langsung.

3.7 Cara Pengumpulan dan Pengukuran Data

Pengumpulan data tingkat stress dilakukan dengan cara penyebaran


kuesioner yang terdiri dari informed consent, data diri, dan instrumen
Depression Anxiety Stress Scale. Pengumpulan data akan
mendapatkan surat izin dari komisi etik Universitas YARSI.

14
3.8 Instrumen Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan adalah sejumlah pertanyaan
dalam bentuk kuesioner. Alat kuesioner dibagi menjadi beberapa
bagian :

a. Bagian 1

Terdiri dari lembar informasi untuk subjek penelitian


b. Bagian 2

Terdiri dari pernyataan kesediaan untuk berpartisipasi dalam


penelitian

c. Bagian 3

Terdiri dari instrumen Depression Anxiety Stress Scale (DASS)


terdiri dari 14 pertanyaan sub skala stres dengan skor, 0 = tidak
sesusai; 1= sesuai kadang-kadang; 2= sesuai lumayan sering; 3=
sesuai sering sekali.

Hasil dari Instrumen DASS berupa Skor dengan katagori 0-14 =


Normal; 15-18 = stress ringan; 19-25 = stress sedang; 26-33 =
stress berat; >33 = stress sangat berat.

3.9 Analisa Data

Data dianalisa melalui prosedur analisis univariat berupa distribusi


frekuensi berdasarkan tingkat stres perawat Unit Gawat Darurat dan perawat
Kamar Bedah Rumah Sakit Islam Jakarta dilanjutkan dengan analisis bivariat
menggunakan uji chi-square untuk menganalisa perbedaan tingkat stress perawat
Unit Gawat Darurat dan perawat Kamar Bedah Rumah Sakit Islam Jakarta

3.10Alur Penelitian

15
Menentukan Mengajukan Uji proposal
judul penelitian usulan proposal

uji dan revisi


hasil akhir Pengolahan data Pengambilan
dan analisa data data kuesioner
penelitian

3.11 Jadwal Penelitian

MARET APRIL MEI- JULI- SEPTEMBER


JUNI AGUSTUS -OKTOBER
USULAN PENILITIAN
PERSIAPAN
PENGAMBILAN DATA
ANALISIS DATA
PENYUSUNAN DATA

16
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Karakteristik Responden


Berdasarkan tabel 4.1 karakteristik responden perbedaan tingkat stres pada
perawat instalasi gawat darurat dengan kamar bedah di rumah sakit islam
jakarta cempaka putih, dari 28 orang responden didapatkan mayoritas berjenis
kelamin perempuan yaitu 23 orang (82,1%) dan seluruh responden berkerja
lebih dari dua minggu (100%). Berdasarkan usia sebagian besar responden
berusia ≥ 45 tahun yaitu 9 orang (32,1%). Pendidikan responden sebagian
besar lulusan akademik keperawatan yaitu 22 orang (78,6%). Responden
terbagi rata 14 orang (50%) berkerja di Instalasi Gawat Darurat dan 14 orang
(50%) berkerja di Kamar Bedah .

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Perbedaan Tingkat stres pada Perawat Instalasi Gawat Darurat
dengan Kamar Bedah di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih

No Karakteristik Responden Kategori Jumlah %

1. Jenis Kelamin Laki-laki 5 17,9


Perempuan 23 82,1

2. Massa kerja < 2 minggu 0 0%


>2 minggu 100 100%

< 25 tahun 0 0%
25-29 tahun 6 21,4%
3. Usia 30-34 tahun 2 7,1%
35-39 tahun 3 10,7%
40-44 tahun 8 28,6%
≥ 45 tahun 9 32,1%

Akademik Perawat 22 78,6%


4. Pendidikan
D3 3 10,7%
S1 3 10,7%

5. Unit Kerja IGD 14 50%


Kamar Bedah 14 50%

17
4.1.2 Analisis Univariat

Berdasarkan tabel 4.2 gambaran tingkat stres perawat instalasi gawat


darurat di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih diketahui bahwa sebanyak 4
orang (28,6) mengalami stres ringan.

Tabel 4.2 Gambaran Tingkat Stres Perawat Instalasi Gawat Darurat

No Tingkat Stres Jumlah %


1 Normal 10 71,4%
2 Ringan 4 28,6%
3 Sedang 0 0%
4 Berat 0 0%
5 Sangat Berat 0 0%

Berdasarkan tabel 4.3 gambaran tingkat stres perawat kamar bedah di Rumah
Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih dapat diketahui bahwa sebanyak 4 orang
(28,6%) mengalami stres ringan dan 1 orang (7,1%) mengalami stres sedang.

Tabel 4.3 Gambaran Tingkat Stres Perawat Kamar Bedah

No Tingkat Stres Jumlah %

1 Normal 9 64,3%
2 Ringan
4 28,6%
3 Sedang
1 7,1%
4 Berat
0 0%
5 Sangat Berat
0 0%

4.1.3 Analisis Bivariat

18
Berdasarkan tabel 4.4 Hasil analisa Perbedaan Tingkat Stres pada
Perawat Instalasi Gawat Darurat dengan Kamar Bedah di Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih menggunakan uji statistik chi-square didapatkan nilai
P value >0,05 yaitu 0,5 yang artinya H0 diterima dan H1 ditolak. Relative risk
disini dihitung dengan membandingkan Perawat Instalasi Gawat Darurat
dengan Perawat Kamar bedah. Relative risk untuk mengalami stres dihitung
dengan membandingkan peluang perawat IGD yang mengalami stres dengan
perawat kamar bedah yang mengalami stres.
. Relative risknya di SPSS yaitu 0,8. Artinya perawat Instalasi gawat
darurat memiliki peluang untuk mengalami stres 0,8 dari perawat kamar
bedah yang mengalami stres. Dapat juga dikatakan perawat Instalasi Gawat
Darurat 1,25 kali lebih kecil mengalami stres dibandingkan perawat kamar
bedah. Selang kepercayaannya didapat [(0,270),(2,370)]. pada selang
kepercayaan melewati angka 1 yang artinya tidak berpengaruh dan RR tidak
bermakna.

Tabel 4.4 Perbedaan Tingkat Stres pada Perawat Instalasi Gawat Darurat dengan Kamar
Bedah di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih

Tingkat Stres
Berat Sangat Total P value RR CI
Normal Ringan Sedang
Berat
Perawat Jumlah 10 4 0 0 0 14
IGD %
71,4% 28,6% 0% 0% 0% 100
Perawat Jumlah 9 4 1 0 0 14
0,5 0,8 0,270-2,370
Kamar %
64,3% 28,6% 7,1% 0% 0% 100
Bedah
Total Jumalh 19 8 1 0 0 28
% 67,9% 28,6% 3,6% 0% 0% 100%

4.2 Pembahasan

Hasil analisis tingkat stres perawat Instalasi Gawat Darurat dan Kamar
Bedah Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. Berdasarkan uji statistik
dengan menngunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% (α 0,05)
diperoleh ρ=0,5; CI = [(0,270),(2,370)] Tingkat stres yang dialami oleh perawat
Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Rawat Inap tidak memiliki perbedaan yang

19
signifikan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan tidak ada perbedaan tingkat stres
perawat Instalasi Gawat Darurat dan Kamar Bedah Rumah Sakit Islam Jakarta
Cempaka Putih.

Salah satu faktor penyebab perawat mengalami stres adalah beban kerja.
Salah satu beban kerja Perawat Instalasi Gawat Darurat adalah harus melakukan
tindakan keperawatan secara cepat, tepat dan cekatan karena Instalasi Gawat
Darurat merupakan layanan yang bersifat segera dan membutuhkan pertolongan
pertama (Citra, 2011). Hasil penelitian Haryanti didapatkan beban kerja perawat
sebagian besar adalah tinggi yaitu sebanyak 27 responden (93,1%). Stres kerja
perawat sebagian besar adalah stres sedang sebanyak 24 responden (82,8%).
Terdapat hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat di RSUD
Kabupaten Semarang. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Nadia diketahui
bahwa perawat yang mengalami stres kerja berat paling banyak dialami oleh
perawat dengan dengan beban kerja fisik berat yaitu sebanyak 100% dan beban
kerja mental tinggiyaitu sebanyak 64,3%. Berdasarkan hasil uji statistik
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara beban kerja fisik dan
beban kerja mental dengan stres kerja

IGD dan Kamah Bedah merupakan yang memiliki karakteristik pasien


hampir sama dan dapat menyebabkan stres kerja. Perawat IGD dan Kamar Bedah
memiliki beban kerja yang besar. Perawat IGD dan Kamar Bedah dituntut untuk
melakukan penanganan yang cepat dan tepat. Perawat IGD dan Kamar Bedah
juga dituntut untuk memonitor pasien terus-menerus dengan kondisi yang
bermacam-macam seperti pasien yang tidak stabil, pasien yang tidak sadar, dan
pasien dengan berbagai macam keluhan. Penelitian ini menunjukan tidak ada
perbedaan tingkat stres perawat Instalasi Gawat Darurat dan Kamar Bedah
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. Hal ini sejalan dengan penelitian
Ayu,dkk, tidak terdapat perbedaan stres kerja antara perawat IGD dan perawat
Intensive Care Unit RSUD Sultan Syarif Alkadrie Kota Pontianak.

Coping adalah upaya mengendalikan keadaan yang penuh tekanan dengan


berusaha untuk mencari jalan keluar atas masalah yang terjadi dan mencari

20
penyebab utama untuk mengurangi stres yang timbul. Perkembangan usia juga
mempengaruhi seseorang dalam melakukan coping. Struktur psikologis seseorang
dan sumber-sumber untuk melakukan coping akan berubah menurut
perkembangan usia dan akan membedakan seseorang dalam merespons tekanan
(Hardjana,2004). Pada penilian ini responden mayoritas berusia 45 tahun ke atas
yang dapat dikatakan lebih berpengalaman dalam mengatasi tekanan yang
dihadapi.

Pengalaman kerja sebagai perawat juga mempengaruhi stres kerja.


Mayoritas responden yang berusia lebih dari 45 tahun tentunya memiliki
pengalaman bertahun-tahun sebagai seorang perawat. Pada umumnya semakin
lama masa kerja perawat di rumah sakit maka semakin rendah terjadinya stres.
Hal ini terkait dengan semakin tingginya pengalaman kerja yang mereka peroleh
dan kemampuan beradaptasi terhadap stresor yang mereka terima. (Schultz
Schultz, 2010)

Menurut Peneliti setiap orang mempunyai perbedaan persepsi pada suatu


peristiwa yang sedang mereka hadapi. Perawat bisa mengatasi stres tersebut
dengan cara yang berbeda-beda dipengaruhi oleh pengalaman perawat tersebut
sehingga walaupun sebenarnya mengalami stres namun mereka masih bisa
mengontrol diri mereka sehingga bisa mengerjakan pekerjaan mereka dengan
baik dan tepat waktu.

Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, adanya keterbatasan


waktu karena kesibukan unit kerja perawat Instalasi Gawat Darurat dan Kamar
Bedah sehingga kuisioner yang diberikan tidak dapat di isi langsung oleh
responden. Kuisioner di isi pada saat responden istirahat sehingga sudah dalam
keadaan rileks kembali dari ketegangan. Penelitian ini juga dilakukan di satu
tempat yang jumlah pegawainya tidak banyak sehingga jumlah respondennya
sedikit.

21
BAB V

PERBEDAAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT UNIT GAWAT


DARURAT DENGAN PERAWAT KAMAR BEDAH DI RUMAH SAKIT
ISLAM JAKARTA DITINJAU DALAM PANDANGAN ISLAM

5.1 Perawat Menurut Pandangan Islam

Menurut mantan Rektor Universitas Al-Azhar, Syeikh Mahmoud


Syaltout banyak sekali petunjuk Nabi Muhammad SAW yang jelas sekali
menuntut perlunya profesi keperawatan. Perintah untuk berobat, peringatan
terhadap penyakit menular, perintah mengasingkan diri terhadap penyakit
menular, penjenisan makanan-makanan sehat untuk tubuh, menunjukkan bahwa
baik secara tersurat maupun tersirat Islam sangat menuntut hadirnya para perawat
di tengah masyarakat manusia. Sebab orang yang memiliki kompetensi di bidang
pengobatan dan perawatan kesehatan tidak lain adalah institusi beserta individu
perawat yang mengabdi di dalamnya. (Syaltout, M,1978)
Di dalam Islamic Code of Medical Ethics diterangkan bahwa pengobatan
dan keperawatan merupakan profesi mulia. Allah menghormatinya melalui
mukjizat Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Ibrahim yang pandai mengobati penyakit
dan selalu menyebut nama Allah sebagai penyembuh penyakitnya. Islam tidak
membedakan apakah ia dokter, paramedis atau perawat, sepanjang ia mengabdi di
bidang pengobatan dan perawatan penyakit, maka ia merupakan orang mulia.
Sama halnya dengan semua aspek ilmu pengetahuan, ilmu kedokteran dan
keperawatan adalah sebagian dari ilmu Allah, karena Allah-lah yang mengajarkan
kepada manausia apa yang tidak diketahuinya. (Regional Committe for Eastern
Mediterranean, 2005)
Firman Allah Al Alaq ayat 5

Artinya : Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

22
Dalam ayat ini menekankan pentingnya untuk mempelajari bermacam-
macam ilmu terutama melalui baca tulis. Dalam bidang perawat dapat melakukan
eksperimen, penelitian, dan diagnonis dini. Ini terbukti dengan semakin
banyaknya studi di bidang kedokteran dan kesehatan, semakin terungkap tanda-
tanda kekuasaan Allah terhadap makhluk-makhluk-Nya.
Rufaidah binti Sa’ad al Aslamiyah al Khazraj dilahirkan di Yastrib
(Madinah) tahun 570 M dan wafat pada tahun 632 M. Wanita yang hidup pada
masa awal Hijrah Rasulullah atau bertepatan pada tahun delapan Masehi. Sedari
kecil, ia membantu ayahnya, Sa’ad al Aslamiyah (seorang dokter di Madinah)
dalam merawat dan mengobati orang sakit. Lewat sang ayahlah ia mempelajari
ilmu keperawatan.

Ketika perang Badr, Uhud, Khandaq, dan perang khaibar, Rufaidah


menjadi sukarelawan yang merawat korban terluka akibat perang. Beberapa
kelompok wanita dilatihnya untuk menjadi perawat. Dalam perang Khaibar,
mereka minta ijin kepada Nabi Muhammad SAW, untuk ikut di garis belakang
pertempuran agar dapat merawat mereka yang terluka, dan Rasulullah SAW
mengijinkannya. Ketika damai, Rufaidah membangun tenda di luar Masjid
Nabawi untuk merawat kaum muslimin yang sakit. Kemudian berkembang, dan
berdirilah Rumah Sakit lapangan yang terkenal saat perang dan Nabi Muhammad
SAW sendiri memerintahkan korban yang terluka dirawat olehnya. Tercatat pula
dalam sejarah saat perang Ghazwat Al-Khandaq, Sa’ad bin Ma’adh yang terluka
dan tertancap panah di tangannya, dirawat oleh Rufaidah hingga sembuh. (Omar
Hassan, 1998)

5.2 Gawat Darurat Menurut Pandangan Islam

Dalam Istilah fikih adalah kondisi terpaksa untuk melakukan perbuatan


yang dilarang atau meninggalkan tuntutan/kewajiban, dimana kalau tidak
melakukan yang dilarang ia akan celaka/binasa atau badannya, hartanya atau
kehormatannya akan terkena madarat (Hammad,2008)

23
Dalam kaitan ini Wahbah Zuhaili memberikan batasan-batasan tentang
keadaan darurat, yang dimaksudkan untuk menunjukan hukum yang boleh
dipegang dan boleh pula melanggar kaidah-kaidah yang umum dalam
menetapkan yang haram dan menetapkan yang wajib karena darurat itu. Batasan-
batasan yang dimaksudkan yaitu:
a. Darurat yang dimaksud harus sudah ada bukan masih ditunggu, dengan
kata lain kekhawatiran akan kebinasaan atau hilangnya jiwa atau harta itu
betul-betul ada dalam kenyataan dan hal itu diketahui melalui dugaan kuat
berdasarkan pengalaman-pengalaman yang ada.
b. Orang yang terpaksa itu tidak punya pilihan lain kecuali melanggar
perintah-perintah atau larangan syara' , atau tidak ada cara lain yang
dibenarkan untuk menghindari kemudaratan selain melanggar hukum.
c. Hendaknya, dalam keadaan adanya yang diharamkan bersama yang
dibolehkan itu (dalam keadaan-keadaan yang biasa) alasan yang
dibolehkan seseorang melakukan yang haram.
d. Bahwa orang yang terpaksa itu membatasi diri pada hal yang dibenarkan
melakukannya karena darurat itu dalam pandangan jumhur fuqaha pada
batas yang paling rendah atau dalam kadar semestinya, guna menghindari
kemudaratan karena membolehkan yang haram itu adalah darurat.
e. dalam keadaan darurat berobat, hendaknya yang haram itu dilakukan
berdasarkan dari diagnosa dokter yang adil dan dipercaya baik dalam
masalah agama maupun ilmunya(Az-Zuhaili,W. 1997)
Kebolehan berbuat atau meninggalkan seseuatu karena darurat adalah untuk
memenuhi penolakan terhadap bahaya, bukan yang lain. dalam hal ini, Wabah az-
Zuhaili membagi kepentingan manusia akan sesuatu dengan kepentingan manusia
akan sesuatu dengan 4 klasifikasi, yaitu:
a. Darurat, yaitu kepentingan manusia yang diperbolehkan menggunakan
sesuatu yang dilarang, karena kepentingan itu menempati puncak
kepentingan kehidupan manusia, bila tidak dialaksanakan maka
mendatangkan kerusakan. Kondisi semacam ini memperbolehkan
segala yang diharamkan atau yang dilarang.

24
b. Hajah, yaitu kepentingan manusia akan sesuatu yang bila tidak
dipenuhi mendatangkan kesulitan atau mendekati kerusakan. kondisi
semacam ini tidak menghalalkan yang haram.
c. Manfaat, yaitu kepentingan manusia untuk menciptakan kehidupan
yang layak. Maka hukum diterapkan menurut apa adanya karena
kesungguhannya hukum itu mendatangkan manfaat.
d. Fudu, yaitu kepentingan manusia hanya sekedar untuk
berlebihlebihan, yang memungkinkan mendatangkan kemaksiatan
atau keharaman. (Az-Zuhaili,W. 1997)
Dalil dari al-kitab dan al-sunnah yang menunjukkan disyariatkannya
beramal dengan hukum-hukum pengecualian ketika dalam keadaan darurat dan
dikuatkan hal tersebut dengan dengan dua prinsip yaitu, kemudahan dan
menghilangkan kesusahan dan kesulitan, yang keduanya merupakan dua asas
dalam agama Islam dan syariatnya. Adapun dari al-Quran adalah firman-Nya
dalam QS. Al-Baqarah:173

Artinya :Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,


daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah
tetapi Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya) sedang Dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa
baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Dan dalam firman-Nya QS. Al-An’am:119

25
Artinya : “mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal)
yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, Padahal Sesungguhnya Allah
telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa
yang terpaksa kamu memakannya.”

5.3 Kamar Bedah Menurut Pandangan Islam

Prosedur tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi mutlak harus


diterapkan di rumah sakit termasuk di kamar operasi. Kamar operasi merupakan
suatu unit khusus di rumah sakit tempat melakukan pembedahan. Mencegah
infeksi setelah tindakan operasi adalah sebuah proses kompleks yang bermula di
kamar operasi dengan mempersiapkan dan mempertahankan lingkungan yang
aman untuk melakukan pembedahan. Program pencegahan dan pengendalian
infeksi di rumah sakit penting bagi kesehatan pasien dan keselamatan petugas,
pengunjung dan lain-lain di lingkungan rumah sakit (Molina 2012).

Peralatan perawatan pasien selalu memegang prinsip: mencegah segala


bentuk pajanan ke permukaan kulit dan membran mukosa kulit, maka seluruh
peralatan perawatan pasien dilakukan pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi
sesuai prosedur yang benar, sebelum dipakai lagi. Pengelolaan alat-alat kesehatan
bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan atau untuk
menjamin alat tersebut dalam keadaan steril dan siap pakai (Departemen
Kesehatan, 1994).

Begitu pentingnya kebersihan pada Kamar bedah sesuai dengan firman


Allah QS Al-baqarah : 222

26
Artinya :”Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh
itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari
wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka
suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang
diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”

Secara khusus, Rasulullah SAW memberikan perhatian mengenai


kebersihan. Rasullah S.A.W bersabda bahwa “Kebersihan itu sebagian dari
iman”. (HR. Ahmad). Hadits tersebut menjelaskan bahwa kebersihan merupakan
sebagian dari iman. Artinya seorang muslim telah memiliki iman yang sempurna
jika dalam kehidupannya ia selalu menjaga diri, tempat tinggal dan
lingkungannya dalam keadaan bersih dan suci baik yang bersifat lahiriyah
(jasmani) maupun batiniyah (rohani).

5.4 Stres Menurut Pandangan Islam

Stres adalah suatu respon emosi yang muncul akibat kejadian-kejadian


yang menekan dalam hidup individu. Lovibond & Lovibond menjelaskan saat
stres indivudu cenderung menjadi lebih mudah marah, sulit untuk menenangkan
diri, dan menjadi tidak sabar dalam menghadapi berbagai situasi. (Lovibond &
Lovibond,1995)
Stressor adalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang
mengakibatkan terjadinya respon stres. Stressor dapat berasal dari berbagai
sumber, baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial dan juga muncul pada
situasi kerja, dirumah, dalam kehidupan sosial, dan lingkungan luar lainnya.
Stressor dapat berwujud atau berbentuk fisik (seperti polusi udara) dan dapat juga
berkaitan dengan lingkungan sosial (seperti interaksi sosial). Pikiran dan perasaan
individu sendiri yang dianggap sebagai suatu ancaman baik yang nyata maupun
imajinasi dapat juga menjadi stressor. (Lazarus,S.1984)

Terdapat tiga tipe kejadian yang dapat menyebabkan stres yaitu:

27
a. Daily hassles yaitu kejadian kecil yang terjadi berulang-ulang
setiap hari seperti masalah kerja di kantor, sekolah dan
sebagainya.
b. Personal stressor yaitu ancaman atau gangguan yang lebih kuat
atau kehilangan besar terhadap sesuatu yang terjadi pada level
individual seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan
pekerjaan, masalah keuangan dan masalah pribadi lainnya.
(Lazarus, S. 1997)

Stres tidak mungkin selamanya dihindari, karena ujian dan cobaan dari
Allah SWT tidak dapat diatur oleh manusia. Langkah terbaik adalah menyiapkan
sikap dan perilaku mengelola stres sehingga mampu menangkal akibat stres.
Anjuran Allah SWT tentang menghindari dan mengelola stres sangat jelas,
sebagaimana yang telah digariskan dalam QS Al-Imran :139

Artinya : janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih
hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu
orang-orang yang beriman”.

Secara rinci, beberapa cara mengelola stres yang telah diajarkan oleh
Islam adalah sebagai berikut (Athar, 1991; Hawari, 1997; Heru, 2006):

1. Niat Ikhlas. Upaya yang dilakukan oleh individu senantiasa


diliputi oleh bermacam motivasi. Motivasi inilah yang
menentukan bagaimana upaya yang dilakukan dan bagaimana bila
tujuan tidak tercapai. Islam sudah mengajarkan agar senantiasa
berniat ikhlas dalam berusaha, dengan tujuan agar nilai usaha
tinggi di mata Allah SWT dan dia mendapat ketenangan apabila
usaha tidak berhasil sesuai harapan. Ketenangan ini bersumber
dari motif hanya karena Allah, bukan karena yang lain, sehingga

28
kegagalan juga akan selalu dikembalikan kepada Allah SWT. QS
At-Taubah : 91.

Artinya : “Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-


orang yang lemah, orang-orang yang sakit dan atas orang-orang
yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan,
apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. tidak
ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-orang yang
berbuat baik. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”
2. Sabar dan Shalat. Sabar dalam Islam adalah mampu berpegang
teguh dan mengikuti ajaran agama untuk menghadapi atau
menentang dorongan hawa nafsu. Orang yang sabar akan mampu
mengambil keputusan dalam menghadapi stressor yang ada.. Di
dalam ayat 153 surat Al-baqarah Allah SWT juga menyatakan
QS 2 : 153.

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan


shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-
orang yang sabar.”
Melalui shalat maka individu akan mampu merasakan betul
kehadiran Allah SWT. Segala kepenatan fisik, masalah, beban

29
pikiran, dan emosi yang tinggi kita tanggalkan ketika shalat secara
khusyuk. Dengan demikian, shalat itu sendiri sudah menjadi obat
bagi ketakutan yang muncul dari stressor yang dihadapi. Selain
itu, shalat secara teratur dan khusyuk akan mendekatkan individu
kepada penciptanya. Hal ini akan menjembatani hubungan Allah
SWT dengan individu sehingga Allah SWT tidak akan
membiarkan individu tersebut sendirian. Segala permasalahan
yang ada akan selalu dibantu oleh Allah SWT dalam
menyelesaikannya. Keyakinan terhadap hal ini dapat
menenangkan hati dan mengurangi kecemasan atau rasa terancam
yang muncul.
3. Bersyukur dan Berserah diri (Tawakkal). Salah satu kunci dalam
menghadapi stressor adalah dengan selalu bersyukur dan
menerima segala pemberian Allah SWT. Allah SWT sudah
mengajarkan di dalam Al Qur’an Surat Al Baqoroh : 156 :

Artinya : orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka


mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".
Kedua ucapan di atas sangat familier di lidah kita, dan apabila
kita pahami maknanya setiap kali mengucapkannya saat
menghadapi cobaan maka niscaya akan muncul kekuatan
psikologis yang besar untuk mampu menghadapi musibah itu.
"Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam”, dan “Kami ini
kepunyaan Allah, dan kepadanya jua kami akan kembali". Cara
berpikir negaatif yang menekankan kepada persepsi stressor
sebagai sesuatu yang mengancam dan merugikan, perlu diubah
menjadi berpikir positif yang menekankan kepada pengartian
stressor sebagai sesuatu yang tidak perlu dicemaskan. Bahkan
individu perlu melihat adanya peluang-peluang untuk mengatasi

30
stressor dan harapan-harapan positif lainnya. Saat stressor
musibah datang menghampiri, biasanya akan mudah timbul rasa
kehilangan sesuatu dari dalam diri. Hal ini membutuhkan rasa
percaya (keimanan) bahwa diri kita ini bukan siapa-siapa, diri ini
adalah milik Allah SWT, dan apa pun yang ada pada sekeliling
kita adalah milik Allah SWT. Mensyukuri apa yang sudah
diberikan dan selalu berserah diri akan menghindarkan kita dari
perasaan serakah dan beban pikiran lainnya.
4. Doa dan Dzikir. Sebagai insan beriman, doa dan dzikir menjadi
sumber kekuatan bagi kita dalam berusaha. Adanya harapan yang
tinggi disandarkan kepada Allah SWT, demikianpun apabila ada
kekhawatiran terhadap suatu ancaman, maka sandaran kepada
Allah SWT senantiasa melalui doa dan dzikir. Melalui dzikir,
perasaan menjadi lebih tenang dan khusyuk, yang pada akhirnya
akan mampu meningkatkan konsentrasi, kemampuan berpikir
secara jernih, dan emosi menjadi lebih terkendali. Hentakan
kemarahan dan kesedihan, ataupun kegembiraan yang berlebihan
senantiasa dapat dikendalikan dengan baik. Sebagaimana dalam
surat Ar Ra’d ayat 28 QS 13 : 28.

Artinya : orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi


tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
Ketenangan hati (emosi) ini akan mengarahkan individu pada
kekuatan untuk menyelesaikan masalah.

31
5.5 Instrumen DASS-42 sebagai Alat Ukur Stres menurut Pandangan Islam

Dalam sejarah peradaban Islam, terdapat empat macam metode dalam


kajian Islam dalam rangka menemukan atau menyelesaikan berbagai persoalan
yang dihadapi umat. Salah satunya adalah metode tajribi, yaitu suatu metode
penelitian atau penemuan ilmu yang selain memerankan kemampuan berpikir
logis, juga dilanjutkan dengan tindakan eksperimen, observasi atau bentuk-bentuk
metode yang dikenal dalam metode penelitian ilmiah sekarang ini. (Ibrahim,
2016)
Para ilmuwan memanfaatkan metode tajribi untuk pengamatan dalam
melakukan berbagai eskperimen untuk membuktikan benar atau salah suaatu teori
tertentu atau menciptakan teori yang belum ada sebelumnya. Dewasa ini, metode
penelitian atau penemuan ilmu dalam bentuk metode tajribi ini, sangat
berkembang pesat di dunia Barat, baik penelitian kualitatif maupun kuantitatif.
Metode penelitian tajribi telah disusun secara lebih sistematis dan runtut.
(Ibrahim, 2016)
Maqashid al-syari’ah merupakan salah satu konsep penting dalam kajian
hukum Islam. Adapun inti dari teori tersebut adalah untuk mewujudkan kebaikan
sekaligus menghindarkan keburukan. Maslahat atau manfaat secara umum dapat
dicapai melalui dua cara. Manfaat pertama adalah mewujudkan manfaat,
kebaikan dan kesenangan untuk manusia, dan manfaat kedua adalah untuk
menghindari atau mencegah kerusakan dan keburukan. (Shidiq, 2009)
Instrumen DASS-42 digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui
tingkatan stres yang dialami oleh responden, sehingga responden dapat diberikan
gambaran tentang kondisinya dan diberikan penyuluhan untuk penanganannya,
sesuai dengan manfaat pertama yaitu untuk mewujudkan kebaikan untuk
manusia. Oleh karena itu, penggunaan instrumen tersebut adalah mubah (boleh).

32
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Dari hasil Penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Islam Jakarta pada
Tahun 2017 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari 14 responden yang berkerja di Instalasi Gawat Darurat diketahui


bahwa terdapat 4 orang (28,6%) mengalami stres ringan.
2. Dari 14 responden yang berkerja di Kamar Bedah diketahui bahwa 4
(28,6%) orang melami stres ringan dan 1 orang (7,1%) mengalami stres
sedang

33
3. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari tingkat stres pada Perawat
Instalasi Gawat Darurat dengan Perawat Kamar Bedah.
4. Dalam pandangan islam tidak membedakan apakah ia dokter, paramedis
atau perawat, sepanjang ia mengabdi di bidang pengobatan dan
perawatan penyakit, maka ia merupakan profesi yang mulia. Merawat
pasien dalam keadaan gawat darurat adalah salah satu dari tugas
perawat, berobat dalam keadaan darurat, hendaknya yang haram itu
dilakukan berdasarkan dari diagnosa dokter yang adil dan dipercaya baik
dalam masalah agama maupun ilmunya. Menjaga kebersilahan peralatan
pasien juga menjadi tugas perawat sebagaimana kebersihan sebagian
dari iman. Perawat tidak mungkin selamanya menghindari stres, karena
stres merupakan ujian dan cobaan dari Allah SWT tidak dapat diatur
oleh manusia. Langkah terbaik adalah menyiapkan sikap dan perilaku
mengelola stres sehingga mampu menangkal akibat stres
6.2 Saran
1. Bagi perawat dan Rumah Sakit diharapkan dapat melakukan penyuluhan
dan peningkatan kinerja mengenai kebijakan dalam mengurangi stres
pada perawat di Rumah Sakit Islam Jakarta.
2. Bagi Perawat Unit Gawat Darurat dan Perawat Kamar Bedah untuk
dapat mengetahui bahwa perkerjaan perawat beresiko terhadap stres dan
mengetahui gambaran tingkat stres saat ini yang diharapkan dapat
membantu untuk mencari cara mengatasinya.
3. Bagi peneliti mengetahui tingkatan stres pada perawat Instalasi Gawat
Darurat dan Kamar Bedah untuk menyelesaikan skripsi sebagai syarat
kelulusan.
4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menganilisis lebih lanjut
terkait sumber stres di tempat kerja bagi perawat.

34
DAFTAR PUSAKA

'Awaidlah, M. (1996) A'lām Al-Fuqahā’ wa Al-Muhadditsīn: Abu Dawud, Beirut:


Darul Kutub Ilmiah.

Athar, S. 1991. Bagaimana Jika Stress Menyerang. Solo: Ramadhani

Baradero, Mary. 2008. Keperawatan perioperatif . Jakarta : EGC.


Citra. 2011. Unit Gawat Darurat. Online available :
www.citraharapan.com/2011/04/unit-gawat-darurat-ug.html Diakses
tanggal : 1 january 2018
Crowford, J.C., & Henry, J. D. (2003). The Depression Anxiety Stress Scale
(DASS): Normative data and latent structure in a large non clinical sample.
British Journal of Pshycology, vol. 42, hh. 111-131.

35
Cooper, Cary dan Straw, Alison. 1995. Stress Management Yang Sukses Dalam
Sepekan. Jakarta: Kesaint Blanc.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1993. Pedoman Kerja Perawat
Kamar Operasi. Jakarta : DepKes RI Jakarta

Depression Anxiety Stress Scale (2014) Retrieved from: Pshycology Foundation


of Australia. website: http://www2.psy.unsw.edu.au/dass/
Fauda,N. Wahyuni, I. Kurniawan, B.2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Stres Kerja pada Perawat Kamar Bedah di Instalasi Bedah Sentral
RSUD K.R.M.T Wongsenogoro Semarang. Ejournal.undip.ac.id. Vol.5
No.5.
Hafsyah, H. (2008). Hubungan Stress Kerja Dengan Kinerja Perawat
RuangInstalasi Gawat Darurat Rsu Salewengang Maros. [Preprint]
Available from (http://repository.unhas.ac. id). [ diakses: 23 Januari 2017].
Hardjana. 2004. Stres Tanpa Distres.KanisiusYogyakarta
Hammad,N (2008). Mu’jam al-Mustalahât al-Mâliyyyah wa al-Iqtishâdiyyah fî
lughat al-Fuqahâ’.Damaskus :Dar al-Qalam.

Haryanti (2013) Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Stres KerjaPerawat Di


Instalasi Gawat Darurat Rsud Kabupaten Semarang
(http://jurnal.unimus.ac.id/ diakses pada tanggal 1 januari 2018)

Hawari, D. 1997. Al Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
Dharma Bhakti

Heru, SS. 2006. Life Mapping. Bandung : Progressio

Kuntoro. (2010). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta: Nuha


Medika.
Kurnianingsih,D. Jebul, S. Muhajirin,A. (2013). Efektifitas Terapi Musik Klasik
Terhadap penurunan Stres kerja perawat igd di rsud dr. R. Goetheng
Taroenadibrata Purbalingga. Prosiding Konferensi Nasional PPNI Jawa
Tengah 2013. hh (166-172)
Lazarus, R.S., & Cohen, J. 1977. Enviromental stress In J. Wohlwill & I. Altman
(Eds), Human Behavior and Environment Journal. (pp. 90-127).

36
Lazarus, S. & Folkman, R.S. 1984. Stress, appraisal, and coping. Springer
Publishing: New York.

Lumintang, P., Kumaat, L., Mulyadi. (2015). Perbedaan Tingkat Stres Kerja
Perawat Instalasi Gawat Darurat dan Unit Rawat Inap di Rumah Sakit
Pancaran Kasih GMIM Manado. Ejournal Keperawatan, vol. 3, hh. 1.
Lovibond, S.H & Lovibond, PF. (1995) Manual for the Depression Anxiety
Stress Scale (2nd ed), Sydney: Psychology Foundation.
Mallaya, A. Rachmadi,F. Hafizah, R. 2016. Perbedaan Stres Kerja anatara
Perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Perawat Intensive Care Unit
(ICU) RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak.
http://jurnal.untan.ac.id.(pp35-41)

Mansoori,M.(2010) Kaidah-Kaidah Fiqih Keuangan dan Transaksi Bisnis. Bogor


:Ulil Albab Institut PPs UIKA Bogor)

Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha Medika.


Molina, V.F. 2012. Analisis Pelaksanaan Program Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Nosokomial di Rumkital Dr.Mintohardjo.Tesis. Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok Kepada : Program
Magister Kesehatan masyarakat Universitas Indonesia.

Nata, A. 2003. Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Hukum.Jakarta: UIN Jakarta Press

Psychology Foundation of Australia. (2010). Depression anxiety stress scale.


Australia : Psychology Foundation.
Rasmus (2004). Stres, Koping dan Adaptasi teori dan pohon masalah
keperawatan, (Ed.Pertama).Jakarta : Sagung Seto.
Robbins, S. P. (2001) Prinsip-Prinsip Perilaku, (Edisi Kelima). Jakarta:
Erlangga.
Schultz, D., & Schultz, E. S. (2010). Psychology and work today (10 edition).
New York: Pearson

Syaltout, M. As-Sayis, A. (1978). Perbandingan Madzhab dalam Masalah Fiqih,


Jakarta :Bulan Bintang.

37
Sunaryo, (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Zuhaili, W.1997. Nazhariyah al-Darurah al-Syar’iyah. Jakarta : Gaya Media
Pramatama.

38
ANGGARAN PENELITIAN

No Alat dan Bahan Satuan Jumlah Harga Total

1 Print Depression Anxiety Lembar 100 Rp 1.000 Rp 100.000


Stress Scale 42

2 Fotokopi kuesioner Rangkap 150 Rp 3.000 Rp 450.000

3 Pulpen Box 5 Rp 40.000 Rp 200.000

4 Kertas A4 80 gram Rim 3 Rp 40.000 Rp 120.000

5. Cetak proposal Jilid 4 Rp 50.000 Rp 200.000

6 Cetak laporan Jilid 4 Rp 50.000 Rp 200.000

7 Tinta printer hitam Buah 1 Rp 100.000 Rp 100.000

8 Tinta printer warna Buah 1 Rp 125.000 Rp 125.000

9 Flashdisk 32 gb Buah 1 Rp 125.000 Rp 125.000

10 Biaya Penelitian RSIJ - - Rp 750.000 Rp 750.000

Total Rp 2.320.000

39
BIODATA PENELITI

a. Nama lengkap : Muthi’ah Nabillah


b. Nomor Pokok Mahasiswa : 1102014175
c. Tempat/tanggal lahir : 3 January 1996
d. Jenis kelamin : Perempuan
e. Fakultas/program studi : Kedokteran/Kedokteran Umum
f. Alamat rumah : Jl. Masjid Almabruk no.46-51
g. Riwayat Pendidikan :
 TK Al-Azhar Pusat
 SDNP KOMPLEKS IKIP
 SMP Labschool Jakarta
 SMAN 77 Jakarta

40
Lampiran 1

Lembar Informasi Untuk Subjek Penelitian

Yth. Bapak/Ibu/Saudara, Kami dari Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi


sedang melakukan penelitian dengan judul Perbedaan Tingkat Stres pada Perawat
Unit Gawat Darurat dengan Perawat Kamar Bedah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan kuesioner yang dapat menilai perbedaan tingkat stres perawat pada
kedua ruangan tersebut.
Stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau
kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali
atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya. Stres juga adalah suatu keadaan
tertekan, baik secara fisik maupun psikologis

Untuk menilai seberapa tingakat stres yang dialami dan dirasakan oleh perwat,
digunakan kuesioner yang disebut Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42). Hasil
penelitian ini diharapkan dapat masukan kepada rumah sakit untuk melakukan kebijakan
dalam mengurangi stres pada perawat serta dapat memberikan masukan kepada perawat
tentang bagaimana menangani stres.

Pada penelitian ini kami meminta kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner. Partisipasi
dalam penelitian ini bersifat suka rela. Kami juga menjamin kerahasiaan Anda dan data-
data yang diberikan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini. Untuk
selanjutnya nama responden akan diganti dengan kode tertentu untuk pengolahan data
pada komputer.

Besar harapan kami agar Anda dapat membantu penelitian ini. Jika Anda memutuskan
untuk ikut dalam penelitian ini, kami meminta Anda untuk menandatangani formulir
persetujuan yang menyatakan bahwa Anda telah mendapat penjelasan mengenai
penelitian ini dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian secara suka rela. Jika ada
pertanyaan mengenai penelitian ini, Anda dapat menghubungi peneliti:

Muthi’ah Nabillah
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi
JL. Let. Jend Suprapto Cempaka Putih, Jakarta
No telp. 081212688448.
Atas kesediaan dan bantuannya, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Muthi’ah Nabillah

41
Lampiran 2

Pernyataan Kesediaan Untuk Berpartisipasi Dalam Penelitian

Dengan ini saya menyatakan kesediaan saya untuk berpartisipasi dalam penelitian yang
berjudul “Perbedaan Tingkat Stres pada Perawat Unit Gawat Darurat dengan
Perawat Kamar Bedah” dengan mengisi kuesioner yang diberikan.

Saya telah membaca lembar informasi dan memahami tujuan penelitian ini. Saya
menyadari hak-hak saya dalam memperoleh jaminan kerahasiaan identitas dan data yang
saya berikan.

Jakarta,...........................2017

Responden

(_________________________)

Nama dan tanda tangan

42
Lampiran 3

Kuesioner

Depression Anxiety Stress Scales (DASS 42)

Nama Responden/ Inisial :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Masa Kerja (>2minggu) : Ya / Tidak

Unit Kerja : Unit Gawat Darurat / Kamar Bedah

Keterangan:

0 : Tidak ada atau tidak pernah

1 : Sesuai dengan yang dialami sampai tingkat tertentu, atau kadang-kadang

2 : Sering

3 : Sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat.

No. Aspek Penilaian 0 1 2 3

1. Menjadi marah karena hal-hal kecil/sepele

2. Cenderung bereaksi berlebihan pada situasi

3. Kesulitan untuk relaksasi/bersantai

4. Mudah merasa kesal

43
5. Merasa banyak menghabiskan energi karena cemas

6. Tidak sabaran

7. Mudah tersinggung

8. Sulit untuk beristirahat

9. Mudah marah

10. Kesulitan untuk tenang setelah sesuatu yang mengganggu

Sulit mentoleransi gangguan-gangguan terhadap hal yang


11.
sedang dilakukan

12. Berada pada keadaan tegang

Tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi


13.
anda untuk menyelesaikan hal yang sedang Anda lakukan

14. Mudah gelisah

Tingkat Stress
Normal 0 – 14

Ringan 15 – 18

Sedang 19 – 25

Berat 26 – 33

Sangat Berat > 34

44
Lampiran 4

UNIT_KERJA * STRES1 Crosstabulation

STRES1 Total

NORMAL RINGAN SEDANG

Count 10 4 0 14

UGD Expected Count 9,5 4,0 ,5 14,0

% within UNIT_KERJA 71,4% 28,6% 0,0% 100,0%


UNIT_KERJA
Count 9 4 1 14

KAMAR BEDAH Expected Count 9,5 4,0 ,5 14,0

% within UNIT_KERJA 64,3% 28,6% 7,1% 100,0%


Count 19 8 1 28

Total Expected Count 19,0 8,0 1,0 28,0


% within UNIT_KERJA 67,9% 28,6% 3,6% 100,0%
Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-


sided)

Pearson Chi-Square 1,053a 2 ,591


Likelihood Ratio 1,439 2 ,487
N of Valid Cases 28

a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is ,50.

UNIT_KERJA * stres1 Crosstabulation

stres1 Total

STRES TIDAK STRES


Count 4 10 14

UGD Expected Count 4,5 9,5 14,0

% within UNIT_KERJA 28,6% 71,4% 100,0%


UNIT_KERJA
Count 5 9 14

KAMAR BEDAH Expected Count 4,5 9,5 14,0

% within UNIT_KERJA 35,7% 64,3% 100,0%


Count 9 19 28

Total Expected Count 9,0 19,0 28,0

% within UNIT_KERJA 32,1% 67,9% 100,0%

45
Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square ,164a 1 ,686


Continuity Correctionb ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,164 1 ,686
Fisher's Exact Test 1,000 ,500
N of Valid Cases 28

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,50.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for


UNIT_KERJA (UGD / ,720 ,146 3,544
KAMAR BEDAH)
For cohort stres1 = STRES ,800 ,270 2,370
For cohort stres1 = TIDAK
1,111 ,666 1,854
STRES
N of Valid Cases 28

46
Lampiran 5

47

Anda mungkin juga menyukai