KELOMPOK 14 :
MEIDIYANA DWI LESTARI K1A1 18 096
HIKMA WATI K1A1 18 097
NISA MELYNIA ARMAN K1A1 18 098
FILZAH QAMARIAH K1A1 18 099
MIZRA NURQALBY NURDIN K1A1 18 100
SITTI NURUL FADHILAH K1A1 18 101
NUR AKRAM K1A1 18 102
LAKSITA BALQIS MAHARANI K1A1 18 103
Pembimbing :
1
LAPORAN TUTORIAL 2021
UNIVERSITAS HALU OLEO
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Pembimbing Puskesmas Nambo Ketua Kelompok
2
MODUL 3
PENYAKIT AKIBAT KERJA
I. SKENARIO
1. Laki-laki 46 tahun
2. Pekerja Furniture Artisan
3. Keluhan LBP khronik selama 2 tahun dengan simptom intermitten.
4. Keluhan rasa nyeri ini menjalar kebagian belakang kedua pahanya.
1
5. Keluhan sakit belakang dipacu dengan posisi membungkuk, dan
diikuti dengan kesulitan dalam meluruskan punggung sesudahnya.
6. Pada pemeriksaan fisik ditemukan spasme otot-otot spinal dan
keterbatasan pergerakan spinal.
7. Pemeriksaan neurologis pada ekstremitas bagian bawah adalah
normal.
8. Pemeriksaan radiologis Lumbosacral juga normal.
9. Pasien mengalami perbaikan yang cepat dengan pemberian
analgetik dan cuti kerja karena sakit disertai fisioterapi
IV. PERTANYAAN
2
V. ANALISIS MASALAH
Pekerja
Sebabnya spesifik Sebab multifactorial
Ekspose ditempat kerja sangat Ekspose ditempat kerja mungkin
3
Tabel 1. Perbedaan PAK dan PAHK
1. Golongan fisik
2. Golongan kimiawi
a. Debu yang menyebabkan pnemokoniosis, di antaranya :
silikosis, asbestosis.
b. Uap yang di antaranya menyebabkan mental fume fever
dermatitis, atau keracunan.
c. Gas misalnya keracunan oleh CO, dan H2S.
d. Larutan yang menyebabkan dermatitis.
e. Awan atau kabut, misalnya racun serangga (insecticides),
racunjamur dan yang menimbulkan keracunan.
4
3. Golongan Infeksi, misalnya oleh bibit penyakit anthrax atau brucella
pada pekerja-pekerja penyamak kulit.
4. Golongan fisiologis, yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan
konstruksi mesin, sikap badan kurang baik, salah cara melakukan
pekerjaan dan lain-lain yang semuanya menimbulkan kelelahan
fisik, bahkan lambat laun perubahan fisik tubuh pekerja.
5. Golongan mental psikologis, hal ini terlihat semisal pada hubungan
kerja yang tidak baik, atau misalnya keadaan membosankan
monoton. Faktor penyebab penyakit akibat kerja ini dapat bekerja
sendiri maupun secara sinergistis.
a. Penyakit kerja disebabkan oleh paparan bahan yang timbul dari aktifitas
kerja, terdiri dari :
1) Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia (berilium, kadmium, fosfor,
dll)
5
b. Penyakit akibat kerja oleh sistem organ target
6
yaitu potensi bahaya yang menimbulkan risiko dampak jangka panjang
pada kesehatan.
a) Anamnesa
Identitas diri
7
Apakah rutin melaksanakan olahraga?
IMT (Obesitas/tidak) ?
8
bekerja dalam sehari, seberapa sering dilakukannya posisi kerja
yang tidak nyaman saat bekerja.
5) Menentukan faktor individu yang berperan
Jenis kelamin
Usia
Konsumsi rokok/alkohol
9
fisik dan aktivitas pekerjaan fisik yang tinggi, namun aktivitas fisik
yang kurang selama waktu luang.
B. Epidemiologi
Di Amerika Serikat keluhan LBP menempati urutan kedua
keluhan tersering setelah nyeri kepala. Diperkirakan setidaknya 70%
manusia menderita sakit punggung, baik kronis maupun sporadis. Di
Negara Inggris dan melaporkan 17,3 juta orang Inggris pernah
mengalami nyeri punggung pada suatu waktu dan dari jumlah
tersebut 1,1 juta mengalami kelumpuhan akibat nyeri punggung. Di
Indonesia diperkirakan angka prevalensi 7,6% sampai 37%.
Masalah nyeri punggung pada pekerja pada umumnya dimulai pada
usia dewasa muda dengan puncak prevalensi pada kelompok usia
25-60.
C. Etiologi
Nyeri punggung dapat disebabkan oleh berbagai kelainan
yang terjadi pada tulang belakang, otot, diskus intervertebralis,
sendi, maupun struktur lain yang menyokong tulang belakang.
Kelainan tersebut antara lain kelainan kongenital/kelainan
perkembangan terdiri dari spondilosis dan spondilolistesis,
kiposkoliosis, spina bifida, gangguan korda spinalis, trauma minor
yaitu regangan dan cedera whiplash, fraktur atau traumatik yaitu
jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, atraumatik yaitu
osteoporosis, infiltrasi neoplastik, steroid eksogen, herniasi diskus
intervertebral, degeneratif: kompleks diskus-osteofit, gangguan
diskus internal, stenosis spinalis dengan klaudikasio neurogenik,
gangguan sendi vertebral, gangguan sendi atlantoaksial (misalnya
arthritis reumatoid), arthritis: spondilosis, artropati facet atau
sakroiliaka, autoimun (misalnya ankylosing spondilitis, sindrom
reiter), neoplasma: metastasis, hematologic, tumor tulang primer,
infeksi/inflamasi: osteomyelitis vertebral, abses epidural, sepsis
diskus, meningitis, arachnoiditis lumbalis, metabolik: osteoporosis,
hiperparatiroid, imobilitas, osteosklerosis (misalnya penyakit paget),
10
vaskular: aneurisma aorta abdominal, diseksi arteri vertebral , dan
lainnya seperti nyeri alih dari gangguan visceral, sikap tubuh,
psikiatrik, purapura sakit serta sindrom nyeri kronik.
D. Faktor risiko
Factor yang mempengaruhi low back pain antara lain adalah faktor
individu, faktor pekerjaan dan faktor lingkungan. Faktor individu
dapat dilihat berdasarkan faktor-faktor berikut ini:
1. Usia
Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi
degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi disaat
seseorang berusia 30 tahun . Pada usia 30 tahun terjadi
degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian
jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Hal
tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi
berkurang. Semakin tua seseorang, semakin tinggi risiko orang
tersebut tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang
yang menjadi pemicu timbulnya gejala LBP. Pada umumnya
keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu
25-65 tahun . Penelitian yang dilakukan oleh Garg dalam Pratiwi
(2009) menunjukkan insiden LBP tertinggi pada umur 35-55
tahun dan semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Hal
ini diperkuat dengan penelitian Sorenson dimana pada usia 35
tahun mulai terjadi nyeri punggung bawah dan akan semakin
meningkat pada umur 55 tahun .
2. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya LBP lebih banyak pada wanita
dibandingkan dengan laki-laki, beberapa penelitian menunjukkan
bahwa wanita lebih sering izin untuk tidak bekerja karena LBP.
Jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot
rangka. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot
wanita lebih rendah daripada pria. Berdasarkan beberapa
11
penelitian menunjukkan prevalensi beberapa kasus
musculoskeletal disorder lebih tinggi pada wanita disbanding
pria.
12
1. Nyeri terjadi secara intermiten atau terputus-putus,
2. Sifat nyeri tajam atau mendadak, dipengaruhi oleh sikap atau
gerakan yang bisa meringankan ataupun memperberat keluhan.
3. Membaik setelah istirahat dalam waktu yang cukup dan
memburuk setelah digunakan untuk beraktivitas.
4. Tidak ditemukan tanda-tanda radang seperti panas, warna
kemerah-merahan ataupun pembengkakan.
5. Terkadang nyeri menjalar ke pantat atau paha
6. Terkadang ada morning stiffness atau nyeri.
7. Nyeri terkadang bertambah hebat bila bergerak ekstensi, side
fleksi, rotasi, berdiri, berjalan atau duduk.
8. Nyeri berkurang bila berbaring terutama tengkurap
F. Patofisiologi
LBP terjadi karena biomekanik vertebra lumbal akibat perubahan
titik berat badan dengan kompensasi perubahan posisi tubuh dan
akan menimbulkan nyeri. Ketegangan (strain) otot dan keregangan
(sprain) ligamentum tulang belakang merupakan salah satu
penyebab utama LBP.Bila seseorang duduk dengan tungkai atas
berada pada posisi 90°, maka daerah lumbal belakang akan menjadi
mendatar keluar yang dapat menimbulkan keadaan kifosis. Keadaan
ini terjadi karena sendi panggul yang hanya berotasi sebesar 60°,
mendesak pelvis untuk berotasi ke belakang sebesar 30° untuk
menyesuaikan tungkai atas yang berada pada posisi 90°. Kifosis
lumbal ini selain menyebabkan peregangan ligamentum
longitudinalis posterior, juga menyebabkan peningkatan tekanan
pada diskus intervertebralis sehingga mengakibatkan peningkatan
tegangan pada bagian dari annulus posterior dan penekanan pada
nukleus pulposus.
G. Tatalaksana
a. Tatalaksana Medis
13
meredakan rasa nyeri yang dialami penderita, memberikan dukngan
psikologis, untuk menguatkan otot-otot yang lemah, meningkatkan
fungsi dan rehabilitas bagi penderita. Adapun Metode-metode yang
dipilih dalam manajemen low back pain adalah :
Pemberian Obat-obatan
Pilihan obat untuk Low Back Pain adalah NSAID dan muscle
relaxant.
14
menembus sampai jaringan lunak bawahnya. ultrasound berguna
dalam menghilangkan serangan nyeri akut dan mendorong
terjadinya penyembuhan jaringan.
Aparatus ortopedi
H. Prognosis
Prognosis untuk lbp akut telah diselidiki dan secara
meyakinkan dilaporkan sangat baik dalam semua pedoman praktik
klinis terkini untuk pengelolaan lbp akut. semua pedoman secara
konsisten melaporkan bahwa lbp akut biasanya memiliki prognosis
yang sangat baik karena sebagian besar kasus hingga 90% pulih
dalam enam minggu.
15
1 Pencegahan Primer
16
DAFTAR PUSTAKA
Buchari. 2007. Penyakit Akibat kerja dan Penyakit Terkait Kerja. USU
Repository
17