Anda di halaman 1dari 19

MODUL PENYAKIT AKIBAT KERJA

LOW BACK PAIN


BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS

KELOMPOK 14 :
MEIDIYANA DWI LESTARI K1A1 18 096
HIKMA WATI K1A1 18 097
NISA MELYNIA ARMAN K1A1 18 098
FILZAH QAMARIAH K1A1 18 099
MIZRA NURQALBY NURDIN K1A1 18 100
SITTI NURUL FADHILAH K1A1 18 101
NUR AKRAM K1A1 18 102
LAKSITA BALQIS MAHARANI K1A1 18 103

Pembimbing :

dr. Chici Endah Purnamasari

BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS


PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

1
LAPORAN TUTORIAL 2021
UNIVERSITAS HALU OLEO

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan : PENYAKIT AKIBAT KERJA


Nama Anggota Kelompok :

MEIDIYANA DWI LESTARI K1A1 18 096


HIKMA WATI K1A1 18 097
NISA MELYNIA ARMAN K1A1 18 098
FILZAH QAMARIAH K1A1 18 099
MIZRA NURQALBY NURDIN K1A1 18 100
SITTI NURUL FADHILAH K1A1 18 101
NUR AKRAM K1A1 18 102

LAKSITA BALQIS MAHARANI K1A1 18 103

Bersama dengan lampiran lembar pengesahan ini, telah dinyatakan


bahwa laporan hasil Tutorial Modul 3 “Penyakit Akibat Kerja” telah disahkan
oleh Dokter Pembimbing Tutorial

Kendari, April 2021

Mengetahui,
Pembimbing Puskesmas Nambo Ketua Kelompok

dr. Chici Endah Purnamasari Filzah Qamariah

2
MODUL 3
PENYAKIT AKIBAT KERJA

I. SKENARIO

Seorang laki-laki pekerja furniture artisan berusia 46 tahun dengan


keluhan Low Back Pain (LBP). Keluhan rasa nyeri ini menjalar kebagian
belakang kedua pahanya. Ia mengalami LBP khronik selama 2 tahun
dengan simptom intermitten. Keluhan sakit belakang dipacu dengan posisi
membungkuk, dan diikuti dengan kesulitan dalam meluruskan punggung
sesudahnya. Pada pemeriksaan fisik ditemukan spasme otot-otot spinal
dan keterbatasan pergerakan spinal. Pemeriksaan neurologis pada
ekstremitas bagian bawah adalah normal. Pemeriksaan radiologis
Lumbosacral juga normal. Dengan pemberian analgetik dan cuti kerja
karena sakit disertai fisioterapi, pekerja ini mengalami perbaikan yang
cepat.

II. KATA SULIT

1. Simptom Intermitten : adalah gejala yang dirasakan berhenti


sementara waktu dan kemudian dirasakan kembali atau disebut
hilang timbul
2. Low Back Pain (LBP) : adalah nyeri yang dirasakan pada daerah
punggung bawah dapat berupa nyeri lokal maupun nyeri radikuler
atau keduanya
3. Furniture Artisan : adalah pekerjaan yang bergerak dibidang
pengerjaan furniture keperluaan rumah

III. KATA KUNCI

1. Laki-laki 46 tahun
2. Pekerja Furniture Artisan
3. Keluhan LBP khronik selama 2 tahun dengan simptom intermitten.
4. Keluhan rasa nyeri ini menjalar kebagian belakang kedua pahanya.

1
5. Keluhan sakit belakang dipacu dengan posisi membungkuk, dan
diikuti dengan kesulitan dalam meluruskan punggung sesudahnya.
6. Pada pemeriksaan fisik ditemukan spasme otot-otot spinal dan
keterbatasan pergerakan spinal.
7. Pemeriksaan neurologis pada ekstremitas bagian bawah adalah
normal.
8. Pemeriksaan radiologis Lumbosacral juga normal.
9. Pasien mengalami perbaikan yang cepat dengan pemberian
analgetik dan cuti kerja karena sakit disertai fisioterapi

IV. PERTANYAAN

1. Jelaskan defenisi penyakit akibat kerja dan penyakit akibat


hubungan kerja beserta perbedaannya!
2. Tuliskan faktor penyebab apa saja yang mungkin dapat
menimbulkan penyakit akibat kerja yang ada pada lingkungan kerja
pasien!
3. Jelaskan klasifikasi penyakit akibat kerja!
4. Jelaskan klasifikasi potensi bahaya pada lingkungan kerja dan
termasuk kategori apakah pasien pada skenario!
5. Jelaskan langkah langkah diagnosis okupasi pada pasien!
6. Jelaskan mengenai low back pain :
a. Defenisi
b. Epidemologi
c. Etiologi
d. Faktor resiko
e. Gejala Klinik
f. Patofisiologi
g. Tatalaksana
h. Prognosis
7. Jelaskan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan berdasarkan
skenario!

2
V. ANALISIS MASALAH

1. Jelaskan defenisi penyakit akibat kerja dan penyakit akibat


hubungan kerja beserta perbedaannya!

Menurut PERDOKI , yang dituangkan dalam buku Konsensus


Diagnosis Okupasi tahun 2011, yang juga berdasarkan dari definisi
International Labor Organization (ILO) & world Health Organization
(WHO) serta American College of Occupational and Environtmental
Medicine (ACOEM):
a. Penyakit Akibat Kerja (Occupational Diseases)

Adalah penyakit yang mempunyai penyebab spesifik atau


asosiasi kuat dengan pekerjaan yang sebab utama terdiri dari satu
agen penyebab yang sudah diakui (evidance based ada).
b. Penyakit Yang berhubungan dengan pekerjaan (Work Realted
Disease)

Adalah penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab,


dimana faktor pekerjaan memegang peranan penting bersama dengan
faktor risiko lainnya dalam berkembangnya penyakit.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja
(PAHK) antara lain :
Penyakit Akibat Kerja (PAK) Penyakit Akibat Hubungan
Kerja (PAHK)
Terjadi hanya diantara populasi Terjadi juga pada populasi penduduk

Pekerja
Sebabnya spesifik Sebab multifactorial
Ekspose ditempat kerja sangat Ekspose ditempat kerja mungkin

Penting merupakan salah satu faktor


Dapat kompensasi dan tercatat Kemungkinan bisa dapat
kompensasi dan tercatat

3
Tabel 1. Perbedaan PAK dan PAHK

2. Tuliskan faktor penyebab apa saja yang mungkin dapat


menimbulkan Penyakit Akibat Kerja (PAK) yang ada pada
lingkungan kerja pasien !
Berdasarkan uraian Suma’mur, faktor-faktor yang menjadi penyebab
penyakit akibat kerja dibagi dalam 5 golongan, yakni :

1. Golongan fisik

a. Suara yang biasanya menyebabkan pekak atau tuli.


b. Radiasi sinar-sinar Ro atau sinar-sinar radioaktif yang
menyebabkan antara lain penyakit susunan darah dan kelainan-
kelainan kulit. Radiasi sinar inframerah bisa mengakibatkan
cataract kepada lensa mata, sedangkan sinar ultraviolet menjadi
sebab conjungtivitas photo electrica.
c. Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heat stroke, heat cramps
atau hyperpyrexia sedangkan suhu-suhu yang rendah antara
lain menimbulkan frosbite.
d. Tekanan yang tinggi menyebabkan caisson disease.
e. Penerapan lampu yang kurang baik misalnya menyebabkan
kelainan kepada indera penglihatan atau kesilauan yang
memudahkan terjadinya kecelakaan.

2. Golongan kimiawi
a. Debu yang menyebabkan pnemokoniosis, di antaranya :
silikosis, asbestosis.
b. Uap yang di antaranya menyebabkan mental fume fever
dermatitis, atau keracunan.
c. Gas misalnya keracunan oleh CO, dan H2S.
d. Larutan yang menyebabkan dermatitis.
e. Awan atau kabut, misalnya racun serangga (insecticides),
racunjamur dan yang menimbulkan keracunan.

4
3. Golongan Infeksi, misalnya oleh bibit penyakit anthrax atau brucella
pada pekerja-pekerja penyamak kulit.
4. Golongan fisiologis, yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan
konstruksi mesin, sikap badan kurang baik, salah cara melakukan
pekerjaan dan lain-lain yang semuanya menimbulkan kelelahan
fisik, bahkan lambat laun perubahan fisik tubuh pekerja.
5. Golongan mental psikologis, hal ini terlihat semisal pada hubungan
kerja yang tidak baik, atau misalnya keadaan membosankan
monoton. Faktor penyebab penyakit akibat kerja ini dapat bekerja
sendiri maupun secara sinergistis.

Berdasarkan skenario, pasien mengeluhkan sakit pada tulang


belakang (LBP). Berdasarkan teori, salah satu faktor risiko terjadinya
LBP yaitu pekerjaan yang membuat posisi tubuh menjadi tidak nyaman
dalam waktu lama salah satu contohnya seperti posisi membungkuk.
Berdasarkan hal ini, dapat kita simpulkan bahwa faktor penyebab
terjadinya keluhan pada pasien yaitu golongan fisiologi/ergonomi yang
berkaitan dengan posisi kerja yang tidak nyaman terlebih jika pekerjaan
tersebut dilakukan dalam waktu lama.

3. Jelaskan klasifikasi penyakit akibat kerja!


Klasifikasi Penyakit Akibat Kerja berdasarkan rekomendasi ILO
tahun 2010 yaitu :

a. Penyakit kerja disebabkan oleh paparan bahan yang timbul dari aktifitas
kerja, terdiri dari :
1) Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia (berilium, kadmium, fosfor,
dll)

2) Penyakit yang disebabkan oleh agen fisika (kebisingan, vibrasi, radiasi,


dll)
3) Bahan biologis dan penyakit menular atau parasit (virus hepatitis, HIV,
tetanus, dll)

5
b. Penyakit akibat kerja oleh sistem organ target

1) Penyakit pernapasan (penumoconiosis,silicotuberculosis, siderosis, dll)

2) Penyakit kulit (dermatosis kontak alergi, dermatosis kontak iritan,


vitiligo, dll)
3) Ganguan muskuloskeletal (carpal tunnel syndrome, tenosinovitis,dll)

4) Gangguan mental dan perilaku (Ganguan stres pasca trauma, dll)

c. Kanker (kanker yang disebabkan senyawa asbes, benzidin, dll)

d. Penyakit lainnya (Nistagmus Penambang, dll)

4. Jelaskan klasifikasi potensi bahaya pada lingkungan kerja dan


hubungkan dengan skenario !

Gambar 1. Klasifikasi Potensi Bahaya Berdasarkan Dampak Pada


Korban
Berdasarkan gambar diatas, dapat disimpulkan bahwa kategori
pajanan yang didapatkan oleh pasien tergolong dalam kategori A,

6
yaitu potensi bahaya yang menimbulkan risiko dampak jangka panjang
pada kesehatan.

5. Bagaimana langkah-langkah diagnosis Pasien ?

Gambar 2. Tujuh langkah diagnosis


akibat kerja

1) Menegakkan diagnosis klinis

Diagnosis klinis harus ditegakkan terlebih dahulu dengan


melakukan:

a) Anamnesa

 Identitas diri

 Sudah berapa lama bekerja sebagai Furniture Artisan?

 Apakah ada pekerjaan tambahan?

 Apa riwayat pekerjaan sebelumnya?

 Apa ada keluhan lain selain keluhan utama?

7
 Apakah rutin melaksanakan olahraga?

 Berapa lama jam kerja sehari?

 Begaimana posisi tubuh saat bekerja?

 Apakah di tempat kerja ada pekerja lain yang


mempunyai keluhan yang sama?
b) pemeriksaan fisik;

 periksa tanda vital ?

 IMT (Obesitas/tidak) ?

 Ditemukan spasme otot spinal dan keterbatasan pergerakan


spinal

 Pemeriksaan Neurologis : extremitas bawah dalam keadaan


normal

c) bila diperlukan dilakukan pemeriksaan penunjang dan


pemeriksaan khusus.
 Pemeriksaan Radiologis : Lumbal sakral normal

 MRI tulang belakang : Gold Standar

2) Menentukan pajanan yang dialami di tempat kerja

Jenis Pajanan yang dialami psaien termasuk golongan


fisiologi/ergonomi. Penyebabnya bisa karena posisi kerja, cara kerja,
alat kerja, dan desain lingkungan kerja yang tidak nyaman.
3) Menentukan hubungan pajanan dengan diagnosis klinis

Posisi kerja yang tidak nyaman seperti membungkuk jika


dilakukan secara berulang kali dan dalam durasi yang lama
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya low back pain.

4) Menentukan besarnya pajanan

Besarnya pajanan yang dialami pasien bergantung dari sudah


berapa lama pasien menjadi furniture artisan, berapa lama durasi

8
bekerja dalam sehari, seberapa sering dilakukannya posisi kerja
yang tidak nyaman saat bekerja.
5) Menentukan faktor individu yang berperan

 Jenis kelamin

 Usia

 Riwayat Penyakit keluarga

 Status Gizi (IMT)

 Konsumsi rokok/alkohol

 Rutin olahraga atau tidak

6) Menentukan pajanan diluar tempat kerja

Penyakit yang timbul mungkin disebabkan oleh pajanan yang


sama di luar tempat kerja sehingga perlu informasi tentang kegiatan
yang dilakukan di luar tempat kerja seperti hobi, pekerjaan rumah
dan pekerjaan sampingan.
7) Menentukan diagnosis penyakit akibat kerja

Pada kasus ini, informasi yang tersedia masih sangat minim


sehingga diperlukan anamnesis dan pemeriksaan yang lebih
mendalah sehingga dapat ditegakkan diagnosis pasien termasuk
penyakit akibat kerja atau bukan.

6. Jelaskan mengenai low back pain


A. Definisi
Low Back Pain (LBP) atau Nyeri Punggung Bawah (NPB)
adalah salah satu jenis gangguan musculoskeletal yang paling
banyak ditemukan dalam penyakit akibat kerja. LBP adalah masalah
kesehatan yang umum, namun terkadang dianggap masalah kecil.
LBP dapat menyebabkan terbatasnya aktivitas dan ketidakhadiran
dalam bekerja yang dapat berdampak pada beban ekonomi yang
besar. Individu dengan LBP lebih memiliki pekerjaan yang menuntut

9
fisik dan aktivitas pekerjaan fisik yang tinggi, namun aktivitas fisik
yang kurang selama waktu luang.
B. Epidemiologi
Di Amerika Serikat keluhan LBP menempati urutan kedua
keluhan tersering setelah nyeri kepala. Diperkirakan setidaknya 70%
manusia menderita sakit punggung, baik kronis maupun sporadis. Di
Negara Inggris dan melaporkan 17,3 juta orang Inggris pernah
mengalami nyeri punggung pada suatu waktu dan dari jumlah
tersebut 1,1 juta mengalami kelumpuhan akibat nyeri punggung. Di
Indonesia diperkirakan angka prevalensi 7,6% sampai 37%.
Masalah nyeri punggung pada pekerja pada umumnya dimulai pada
usia dewasa muda dengan puncak prevalensi pada kelompok usia
25-60.

C. Etiologi
Nyeri punggung dapat disebabkan oleh berbagai kelainan
yang terjadi pada tulang belakang, otot, diskus intervertebralis,
sendi, maupun struktur lain yang menyokong tulang belakang.
Kelainan tersebut antara lain kelainan kongenital/kelainan
perkembangan terdiri dari spondilosis dan spondilolistesis,
kiposkoliosis, spina bifida, gangguan korda spinalis, trauma minor
yaitu regangan dan cedera whiplash, fraktur atau traumatik yaitu
jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, atraumatik yaitu
osteoporosis, infiltrasi neoplastik, steroid eksogen, herniasi diskus
intervertebral, degeneratif: kompleks diskus-osteofit, gangguan
diskus internal, stenosis spinalis dengan klaudikasio neurogenik,
gangguan sendi vertebral, gangguan sendi atlantoaksial (misalnya
arthritis reumatoid), arthritis: spondilosis, artropati facet atau
sakroiliaka, autoimun (misalnya ankylosing spondilitis, sindrom
reiter), neoplasma: metastasis, hematologic, tumor tulang primer,
infeksi/inflamasi: osteomyelitis vertebral, abses epidural, sepsis
diskus, meningitis, arachnoiditis lumbalis, metabolik: osteoporosis,
hiperparatiroid, imobilitas, osteosklerosis (misalnya penyakit paget),

10
vaskular: aneurisma aorta abdominal, diseksi arteri vertebral , dan
lainnya seperti nyeri alih dari gangguan visceral, sikap tubuh,
psikiatrik, purapura sakit serta sindrom nyeri kronik.
D. Faktor risiko
Factor yang mempengaruhi low back pain antara lain adalah faktor
individu, faktor pekerjaan dan faktor lingkungan. Faktor individu
dapat dilihat berdasarkan faktor-faktor berikut ini:

1. Usia
Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi
degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi disaat
seseorang berusia 30 tahun . Pada usia 30 tahun terjadi
degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian
jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Hal
tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi
berkurang. Semakin tua seseorang, semakin tinggi risiko orang
tersebut tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang
yang menjadi pemicu timbulnya gejala LBP. Pada umumnya
keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu
25-65 tahun . Penelitian yang dilakukan oleh Garg dalam Pratiwi
(2009) menunjukkan insiden LBP tertinggi pada umur 35-55
tahun dan semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Hal
ini diperkuat dengan penelitian Sorenson dimana pada usia 35
tahun mulai terjadi nyeri punggung bawah dan akan semakin
meningkat pada umur 55 tahun .
2. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya LBP lebih banyak pada wanita
dibandingkan dengan laki-laki, beberapa penelitian menunjukkan
bahwa wanita lebih sering izin untuk tidak bekerja karena LBP.
Jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot
rangka. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot
wanita lebih rendah daripada pria. Berdasarkan beberapa

11
penelitian menunjukkan prevalensi beberapa kasus
musculoskeletal disorder lebih tinggi pada wanita disbanding
pria.

3. Indeks massa tubuh Indeks massa tubuh (IMT)


Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari
berat dan tinggi badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari
berat dalam kilogram dibagi dengan kuadrat dari tinggi dalam
meter (kg/m2).
4. Masa kerja
Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya
seseorang bekerja di suatu tempat. Terkait dengan hal tersebut,
LBP merupakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu lama
untuk berkembang dan bermanifestasi.
5. Kebiasaan merokok
World Health Organization (WHO) melaporkan jumlah
kematian akibat merokok akibat tiap tahun adalah 4,9 juta dan
menjelang tahun 2020 mencapai 10 juta orang per tahunnya.
Hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan
keluhan otot pinggang, khususnya untuk pekerjaan yang
memerlukan pengerahan otot, karena nikotin pada rokok dapat
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan.
6. Aktifitas fisik
Pola hidup yang tidak aktif merupakan faktor risiko
terjadinya berbagai keluhan dan penyakit, termasuk di dalamnya
LBP. Aktivitas fisik merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
dengan melibatkan aktivitas otot pada periode waktu tertentu20 .
Aktivitas fisik yang cukup dan dilakukan secara rutin dapat
membantu mencegah adanya keluhan LBP.
E. Gejala
Menurut McKenzie, low back pain ditandai dengan gejala sebagai
berikut :

12
1. Nyeri terjadi secara intermiten atau terputus-putus,
2. Sifat nyeri tajam atau mendadak, dipengaruhi oleh sikap atau
gerakan yang bisa meringankan ataupun memperberat keluhan.
3. Membaik setelah istirahat dalam waktu yang cukup dan
memburuk setelah digunakan untuk beraktivitas.
4. Tidak ditemukan tanda-tanda radang seperti panas, warna
kemerah-merahan ataupun pembengkakan.
5. Terkadang nyeri menjalar ke pantat atau paha
6. Terkadang ada morning stiffness atau nyeri.
7. Nyeri terkadang bertambah hebat bila bergerak ekstensi, side
fleksi, rotasi, berdiri, berjalan atau duduk.
8. Nyeri berkurang bila berbaring terutama tengkurap
F. Patofisiologi
LBP terjadi karena biomekanik vertebra lumbal akibat perubahan
titik berat badan dengan kompensasi perubahan posisi tubuh dan
akan menimbulkan nyeri. Ketegangan (strain) otot dan keregangan
(sprain) ligamentum tulang belakang merupakan salah satu
penyebab utama LBP.Bila seseorang duduk dengan tungkai atas
berada pada posisi 90°, maka daerah lumbal belakang akan menjadi
mendatar keluar yang dapat menimbulkan keadaan kifosis. Keadaan
ini terjadi karena sendi panggul yang hanya berotasi sebesar 60°,
mendesak pelvis untuk berotasi ke belakang sebesar 30° untuk
menyesuaikan tungkai atas yang berada pada posisi 90°. Kifosis
lumbal ini selain menyebabkan peregangan ligamentum
longitudinalis posterior, juga menyebabkan peningkatan tekanan
pada diskus intervertebralis sehingga mengakibatkan peningkatan
tegangan pada bagian dari annulus posterior dan penekanan pada
nukleus pulposus.

G. Tatalaksana

a. Tatalaksana Medis

Tujuan dari pengobatan Low Back Pain adalah untuk

13
meredakan rasa nyeri yang dialami penderita, memberikan dukngan
psikologis, untuk menguatkan otot-otot yang lemah, meningkatkan
fungsi dan rehabilitas bagi penderita. Adapun Metode-metode yang
dipilih dalam manajemen low back pain adalah :
 Pemberian Obat-obatan

Pilihan obat untuk Low Back Pain adalah NSAID dan muscle
relaxant.

 Terapi secara psikologis

Menyakinkan penderita bahwa ia tidak mengalami hal ini


sendirian, menyakinkan bahwa keluhan low back pain 90% akan
sembuh dalam waktu enam bulan.
 Bed Rest

Menyarankan atau memberikan edukasi kepada penderita untuk


istirahat selama 2 sampai 3 hari pada matras yang datar dan
kokoh atau kaku.
 Terapi Fisik

Terapi fisik yang disarankan adalah latihan punggung dan


abdomen. melakukan pemanasan local pada region punggung
bawah dapat meredakan nyeri punggung bawah pada serangan
akut LBP.
 Terapi Modalitas Pasif

Melakukan Kompres hangat/dingin berguna untuk mengurangi


spasme otot dan inflamasi. Umumnya kompres digunakan selama
10-20 menit setiap dua jam. Lebih bermanfaat pada beberapa
hari pertama serangan nyeri. Mengunakan Unit TENS
(Transcutaneous electrical nerve stimulator) menggunakan
stimulasi listrik untuk mengurani sensari nyeri punggung bawah
dengan menggunakan impuls nyeri yang dikirimkan ke otak.
Ultrasound merupakan suatu bentuk penghangatan dilapisan
dalam dengan menggunakan gelombang suara pada kulit yang

14
menembus sampai jaringan lunak bawahnya. ultrasound berguna
dalam menghilangkan serangan nyeri akut dan mendorong
terjadinya penyembuhan jaringan.
 Aparatus ortopedi

Menyarankan penderita utuk menggunakan korset beberapa


waktu setelah menjalai masa bed rest.
 Tindakan Operasi Surgical

Tindakan operasi hanya dilakukan sesuai indikasi seperti pada


sindrom kauda equine, kasus yang mengalami nyeri persisten
yang tidak membaik dan pain killer yang kuat, Pada kasus yang
memiliki bukti nyata adanya perubahan neurologis pada penderita
dan episode nyeri punggung yang berulang.

b. Tata Laksana Okupasi

 Menyediakan posisi kerja yang nyaman bagi pasien

 Desain alat kerja dan tempat kerja yang memungkinakan tubuh


berkeja pada posisi yang nyaman
 Membatasi jam kerja perhari

 menerapkan rotasi kerja atau memberikan istirahat yang teratur


saat jam kerja

H. Prognosis
Prognosis untuk lbp akut telah diselidiki dan secara
meyakinkan dilaporkan sangat baik dalam semua pedoman praktik
klinis terkini untuk pengelolaan lbp akut. semua pedoman secara
konsisten melaporkan bahwa lbp akut biasanya memiliki prognosis
yang sangat baik karena sebagian besar kasus hingga 90% pulih
dalam enam minggu.

7. Jelaskan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk


mencegah terjadinya LBP !

15
1 Pencegahan Primer

Prinsip dari pencegahan ini adalah mencoba meningkatkan


daya tubuh pekerja, dengan Health Promotion. Kegiatan yang
dilakukan antara lain penyuluhan tentang perilaku kesehatan,
factor bahaya ditempat kerja dan perilaku kerja yang baik. Kegiatan
yang lain adalah olahraga dan makandengan gizi yang seimbang.
2 Pencegahan Sekunder

Prinsip untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan


kesehatan dan melakukan tindakan yang memadai disebut dengan
Early Diagnosis & Prompt treatment. Kegiatan yang dilakukan antara
lain Pemeriksaan pra- kerja sesuai pajanan, Pemeriksaan berkala
sesuai pajanan, Surveilans, Pemeriksaan lingkungan secara
berkala, Pengobatan segera bila ditemukan adanya gangguan
kesehatan pada pekerja, Pengendalian segera ditempat kerja.
3 Pencegahan tersier
Prinsip untuk melakukan pengembalian fungsi akibat adanya efek
gangguan kesehatan disebut dengan Rehabilitation. Kegiatan yang
dilakukan antara lain evaluasi kecacatan, menyesuaikan pekerjaan
dengan kondisi pekerja, dan mengganti pekerjaan sesuai dengan
kemampuan pekerja

16
DAFTAR PUSTAKA

Andini, F. 2015. Risk Factors Of Low Back Pain. Lampung: Faculty Of


Medicine, Universitas Lampung. Vol. 4 no. 1

Buchari. 2007. Penyakit Akibat kerja dan Penyakit Terkait Kerja. USU
Repository

Gaya, L. 2015. Pengaruh Aktivitas Olahraga, Kebiasaan Merokok, dan


Frekuensi Duduk Statis dengan Kejadian Low Back Pain. Lampung :
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung. Vol. 2 no. 2

ILO. 2010. Rekomendasi Mengenai Daftar Penyakit Akibat Kerja dan


Rekaman serta Notifikasi Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja.

ILO. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : SCORE

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 56 Tahun 2016


tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja

Soemarko, Dewi Suryani. 2012. Penyakit Akibat Kerja Identifikasi dan


Rehabilitasi Kerja. Departemen IKK FK UI

Suma’mur. (2001). Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta :


PT Gunung Agung.

17

Anda mungkin juga menyukai