MAKALAH
Disusun umtuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3)
Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah
SAW, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Penyakit Akibat
Kerja”.
Dengan keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki oleh saya, maka
saya berkerja keras dalam proses penyelesaian makalah ini. Oleh karena itu saya
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Akhir kata, saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Tujuan..............................................................................................................2
C. Manfaat............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................3
A. Pengertian Penyakit Akibat Kerja........................................................................3
B. Faktor-Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja....................................................3
C. Jenis Penyakit Akibat Kerja................................................................................4
D. Penerapan Manajemen Risiko dalam Pencegahan Penyakit Akibat Kerja...............5
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................8
A. Kesimpulan .....................................................................................................8
B. Saran................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak jaman prasejarah, sudah disadari bahwa gangguan kesehatan dan
penyakit akibat kerja yang ditimbulkan dari pekerjaan dapat dicegah. Salah satu
contoh pencegahan yang telah dilakukan ialah penggunaan cadar bagi orang Mesir
dengan tujuan untuk melindungi sistem respirasi saat menambang cinnabar (red
mercury oxide). Kesadaran akan penyakit akibat kerja juga sudah ada sejak abad
pertengahan sebelum abad ke-19.
Pada tahun 1494-1555, Georgius Agricola dari Bohemia menemukan
gejala silikosis pada pekerja tambang. Hal tersebut memicu dicetuskannya buku
Of Things Metallic yang berisi tentang anjuran pentingnya menjaga kebersihan
udara di lingkukan kerja sebagai upaya pencegahan silikosis. Pada tahun 1493-
1541, Theophrastus Bombastus van Hohenheim Paracelsus dari Austria
menyadari adanya hubungan dosis-respons antara kejadian penyakit pada pekerja
pengecoran logam dan beratnya penyakit, dimana hal tersebut menjadi dasar
berkembangnya disiplin ilmu toksikologi.
Benardino Ramanzini, pada tahun 1633-1714 merupakan seorang profesor
di Modena yang dikenal juga sebagai “Bapak Kesehatan Kerja" karena jasanya
dalam perkembangan ilmu kesehatan kerja. Beliau menuliskan buku berjudul A
Diabetribe on Disease of Workers yang membahas tentang penyakit yang terdapat
pada kalangan pekerja, beliau juga menekankan kepada dokter untuk selalu
menanyakan pekerjaan yang dilakukan pasiennya. Pada tahun 1766 saat revolusi
industri, Percivall Pott (1766) menyatakan bahwa penyakit kanker skrotum yang
banyak diderita pembersih cerobong asap batubara sebagai salah satu penyakit
yang berhubungan dengan pekerjaan. Sekarang diketahui bahwa senyawa
PAHs/polinuklear aromatik hidrokarbon yang terdapat di jelaga cerobong asap
batubara tersebut menjadi penyebab dari penyakit kanker skrotum.
iv
B. Tujuan
1. Mencari tahu apa yang dimaksud dengan penyakit akibat kerja?
2. Mencari tahu faktor-faktor penyebab penyakit akibat kerja?
3. Mencari tahu jenis penyakit akibat kerja?
4. Mencari tahu penerapan manajemen risiko dalam pencegahan penyakit
akibat kerja?
C. Manfaat
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit akibat kerja
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab penyakit akibat kerja
3. Untuk mengetahui jenis penyakit akibat kerja
4. Untuk mengetahui penerapan manajemen risiko dalam pencegahan
penyakit akibat kerja
v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
vi
e. Penerangan lampu yang kurang baik, misalnya menyebabkan kelainan
kepada indra penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya
kecelakaan.
2. Golongan kimiawi, yaitu:
a. Debu yang menyebabkan pnemokoniosis, di antaranya: silikosis,
bisinosis, asbestosis.
b. Uap yang di antaranya menyebabkan metal fume fever dermatitis, atau
keracunan.
c. Gas, misalnya, keracunan oleh CO, H,S dan lain-lain.
d. Larutan yang dapat menyebabkan dermatitis.
e. Awan atau kabut, misalnya racun serangga (insecticides), racun jamur
dan lain-lain yang dapat menimbulkan keracunan.
3. Golongan infeksi, misalnya oleh bakteri, virus, parasit maupun jamur.
4. Golongan fisiologis, yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan konstruksi
mesin, sikap badan kurang baik, salah cara melakukan pekerjaan dan lain-
lain yang semuanya menimbulkan kelelahan fisik, bahkan lambat laun
perubahan fisik tubuh pekerja.
5. Golongan mental-psikologis, yaitu stres psikologis dan depresi.
vii
c) Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkoplumoner) atau byssinosis yang
disebabkan oleh debu kapas, vlas, henep (serat yang diperoleh dari batang
tanaman Cannabis sativa) dan sisal (serat yang diperoleh dari tumbuhan
Agavi sisalana, biasanya dibuat tali.
d) Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
e) Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organic
f) Penyakit yang disebabkan oleh berilium (Be) atau persenyawaannya beracun
g) Penyakit yang disebabkan oleh kadmium (Cd) atau persenyawaannya
beracun.
h) Penyakit yang disebabkan oleh fosforus (P) atau persenyawaannya beracun.
i) Penyakit yang disebabkan oleh kromium (Cr) atau persenyawaannya beracun.
j) Penyakit yang disebabkan oleh mangan (Mn) atau persenyawaannya beracun.
k) Penyakit yang disebabkan oleh arsenik (As) atau persenyawaannya beracun
l) Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau merkurium (Hg) atau
persenyawaannya beracun.
m) Penyakit yang disebabkan oleh timbel atau plumbum (Pb) atau
persenyawaannya beracun.
n) Penyakit yang disebabkan oleh flourin (F) atau persenyawaannya beracun.
o) Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
p) Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan
hidrokarbon alifatik atau aromatik yang beracun.
q) Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
r) Penyakit yang disebabkan oleh derivatnetro dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.
s) Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
t) Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
u) Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab afiksia atau keracunan
seperti karbon monoksida, hidrogen sianida, hidrogen sulfida atau derifatnya
yang beracun, amoniak, seng, braso, nikel.
v) Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
viii
w) Penyakit yang disebabkan oleh kelainan mekanik. x. Penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan tinggi.
x) Penyakit yang disebabkan oleh radiasi eletronik dan mengion.
y) Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi,
biologis.
z) Kanker kulit epiteiloma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen,
minyak mineral, antrasena atau persenyawaan, produk, dan residu dari zat-zat
tersebut.
ix
itu, maka risiko menjadi besar karena setiap hari ada kemungkinan pekerja
membawa virus penyakit dari rumahnya, selain itu konsekuensinya juga
sangat berat karena angka kematian kasus flu burung di Indonesia mencapai
lebih dari 90%. Hasil penilaian risiko menunjukkan bahwa pengendalian
risiko perlu dilaksanakan segera, diperlukan komitmen pimpinan dan semua
pekerja untuk mencegah dan memberantasnya antara lain dengan
menggalakkan kembali pola hidup bersih dan schat, termasuk cuci tangan
yang benar yaitu gerakan dan durasi mencuci tangan, memakai sabun, air
mengalir; cara bersin yang benar yaitu dengan menggunakan tisu atau siku
tangan dan melarang pekerja menggunakan telapak tangan untuk menutup
hidung dan mulut saat bersin; identifikasi pekerja yang tinggal di ketiga
kecamatan tersebut, untuk diawasi dan ditindaklanjuti dengan memberikan
motivasi, pengetahuan dan keterampilan mengenal gejala dan cara mencegah
penyakit menular, dan bila perlu penderita atau mereka yang diduga terserang
infeksi flu burung diminta tidak masuk bekerja untuk jangka waktu tertentu
sesuai perkembangan dengan mencermati kebijakan otoritas kesehatan
setempat. Bila diperlukan, lakukan imunisasi massal. Kepada penderita panas
atau dengan gejala flu atau yang diduga menderita penyakit flu burung,
segera dikonsultasikan kepada dokter agar cepat mendapatkan kepastian
tentang diagnosis penyakit dan dapat ditangani secepatnya dan mencegah
kematian. Dengan demikian, manajemen risiko penyakit menular di tempat
kerja, sejalan dengan lima tingkatan pencegahan penyakit.
3. Manajemen Risiko dalam Pencegahan Penyakit Tidak Menular
Penyakit tidak menular pada pekerja umumnya terkait dengan pola hidup,
yaitu penyakit keganasan dan degeneratif seperti penyakit jantung koroner,
stroke, hipertensi, diabetes dan penyakit paru obstruktif menahun akibat
rokok. Pencegahannya adalah melakukan manajemen risiko terhadap perilaku
hidup, dilaksanakan dengan upaya promosi kesehatan di tempat kerja.
4. Pengelolaan Penyakit atau Cedera pada Pekerja
Pengertian pengendalian penyakit atau cedera adalah agar penderita cepat
sembuh, secepatnya dapat kembali bekerja dan sedapatnya menghindari
cacat. Pengelolaan penyakit atau cedera pada pekerja sering kali melibatkan
x
banyak pemangku kepentingan dan bersifat multidisiplin. Salah satu contoh
adalah kecelakaan yang menimpa seorang pekerja saat ia mengecat dinding
luar gedung bertingkat di Jakarta Timur yang terjadi pada tanggal 24
Desember 2008 yang lalu, ia jatuh dari ketinggian 9 meter akibat tali gondola
putus, ia terselamatkan oleh tali pengaman yang digunakannya, namun
sepertiga dari tungkai kanannya patah, kepala kiri terbentur mengakibatkan
lebam di sekitar matanya dan perdarahan di telinga kanannya. Setelah berobat
selama enam bulan, ia dinyatakan sembuh dengan gejala sisa berupa telinga
kiri berdenging dan keseim- bangannya sering terganggu, serta tungkai
kanannya menderita radang tulang kronis akibat infeksi (osteomyelitis
chronic) di lokasi bekas patah. Pekerja tersebut cacat karena tungkai
kanannya harus ditopang dengan tongkat, selain itu ia juga menderita sindrom
meniere. Kedua kondisi tersebut sulit diatasi secara medis. Santunan adalah
jalan terakhir untuk perlindungan dari segi ketenagakerjaan.
Di samping itu perlu dilakukan investigasi kecelakaan dengan melibatkan
suatu tim Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang multidisiplin, selain meneliti faktor
risiko atau hazard lingkungan berupa kerusakan atau kekurangan alat, mesin dan
prosedur, perlu diteliti kondisi kesehatan si pekerja sebelum dan saat kejadian dari
catatan medisnya atau informasi dari teman sekerjanya, untuk mengetahui
kemungkinan pengaruh hazard somatik si pekerja, misalnya apakah ia menderita
epilepsi, apakah ia menderita radang kronis telinga tengah sebelumnya. Hasil
investigasi digunakan sebagai landasan untuk pencegahan agar peristiwa yang naas
ini tidak terjadi lagi pada pekerja lain.
xi
BAB III
Kesimpulan Dan Saran
A. Kesimpulan
Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
atau lingkungan kerja. Penyakit ini artefisial oleh karena timbulnya disebabkan oleh
adanya pekerjaan. Kepadanya sering diberikan nama penyakit buatan manusia
(manmade diseases). Berat-ringannya penyakit dan cacat tergantung dari jenis dan
tingkat sakit. Sering kali terjadi cacat yang berat sehingga pencegahannya lebih baik
daripada pengobatan.
B. Saran
Melakukan penerapan dalam pencegahan penyakit akibat kerja, yaitu seperti
promosi kesehatan, proteksi spesifik, diagnosis dini dan pengobatan segera,
pembatasan cacat, serta pemulihan. Di dalam penulisan makalah ini, saya telah
berusaha semaksimal mungkin, walaupun demikian saya menyadari bahwa makalah
ini jauh dari sempurna. Untuk itu saya akan selalu menerima segala masukkan yang
ditujukan untuk menyempurnakan makalah ini. saya berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.
xii
DAFTAR PUSTAKA
PKK, A. M. K. (2005). Seri Kesehatan Umum: Penyakit Akibat Kerja. Elex Media
Komputindo. https://books.google.co.id/books?id=SeM8DwAAQBAJ
Prof. Dr. dr. L. Meily Kurniawidjadja, M. S. S. O., & Doni Hikmat Ramdhan, S. K.
M. M. K. K. K. (2019). Buku Ajar Penyakit Akibat Kerja dan Surveilans.
Universitas Indonesia Publishing. https://books.google.co.id/books?
id=KrFBEAAAQBAJ
Prof. DR. Dr. L. Meily Kurniawidjaja, M. S. S. O. (2012). Teori dan Aplikasi
Kesehatan Kerja. Universitas Indonesia Publishing.
https://books.google.co.id/books?id=H3pREAAAQBAJ
Rahmawati. (2021). ILMU KESEHATAN MASYARAKAT. Penerbit NEM.
https://books.google.co.id/books?id=lIAzEAAAQBAJ
xiii