( PAK)
DISUSUN OLEH :
DOSEN PENGAMPUH :
NOER MUHAMMAD,S.Pd., M.Kes
Segala puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah penyakit akibat kerja dengan judul
“Penyakit akibat kerja (Pneumokoniosis)”.
Dalam penulisan makalah ini kami banyak menghadapi kesulitan dan
hambatan tetapi berkat dorongan dan dukungan dari teman-teman, sehingga
kesulitan dan hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu,kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami sehingga penulisan
makalah ini dapat diselesaikan.
Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna bagi kami khususnya dan para
pembaca pada umumnya. Namun walaupun makalah ini selesai tentulah masih
banyak kekurangan hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan yang kami
miliki, oleh karena itu kritik dan saran yang mengarah kepada perbaikan isi
makalah ini sangat kami harapkan.
Palembang, September,2021
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
Penyakit Akibat Kerja (PAK) bukan hal yang baru di dunia medis, lebih
kurang 8 jam sehari, 40 jam seminggu bahkan bisa jadi lebih, untuk waktu
berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun selama masa kerja waktu yang
dihabiskan seorang pekerja.
Selama jangka waktu tersebut akan banyak berinteraksi dengan pekerjaan, bahan,
peralatan kerja, proses kerja maupun lingkungan pekerjaan. Secara sadar maupun
tidak disadari faktor-faktor tersebut di atas sering bisa terpajan menjadi hal yang
potensial berbahaya untuk memunculkan penyakit akibat kerja
Rumusan Masalah
Tujuan
Penyakit akibat kerja disebabkan oleh berbagai macam hazard yang ada di
lapangan kerja, umumnya dibagi menjadi 5 golongan besar yaitu:
1. Hazard Fisik
Diantaranya disebabkan oleh penerangan lampu yang kurang bagus, vibrasi,
tekanan yang sangat tinggi, suhu yang terlalu panas atau dingin, radiasi dan
suara bising
2. Hazard Kimia
Contohnya bahan kimiawai yang berasal dari gas, larutan, debu, upah, awan
atau kabut
3. Hazard Biologis
4. Hazard Fisiologis
5. Hazard Sosial
1. Fisik
Ada banyak penyebab fisik yang mengakibatkan penyakit akibat kerja,
terutama jika kamu tidak bekerja di kantor. Berikut beberapa penyebab fisik
yang umum terjadi:
Radiasi. Orang yang bekerja dengan materi radioaktif terpapar risiko untuk
mengalami penyakit akibat radiasi. Termasuk penyakit seperti penyakit
jantung dan kanker.
Pergerakan yang salah atau terus-menerus. Tidak hanya untuk pekerja
buruh, hal ini bisa terjadi pada pekerja kantoran. Pekerja kantoran yang
hanya melakukan pergerakan mengetik seharian mempunyai risiko
menderita sindrom carpal tunnel. Posisi duduk yang salah juga dapat
mengakibatkan kelainan pada tulang punggung dan meningkatkan risiko
patah tulang.
Suara bising. Lingkungan kerja dapat menimbulkan suara bising yang
disebabkan oleh mesin atau hal lain. Kebisingan ini kerap menimbulkan
kelainan pendengaran atau bahkan tuli pada pekerjanya, terutama bila tidak
disediakan alat pengaman telinga.
Penerangan redup. Kurangnya pencahayaan dapat menyebabkan penyakit
pada mata. Terutama bila kamu bekerja di kantoran dengan cahaya redup,
dan terus menatap kepada layar komputer.
Tekanan udara tinggi. Berada pada tempat yang bertekanan tinggi secara
terus-menerus dapat mempunyai efek samping bagi tubuh kita. Antara lain
pembekuan darah, caisson disease, dan penyakit lainnya. Tentunya
penyakitnya tergantung pada jenis pekerjaannya. Biasa orang yang
mengalami penyakit satu ini adalah pilot yang terlalu sering terbang, dan
juga penyelam professional
2. Infeksi
Penyakit menular dapat datang dari pekerjaan. ada berbagai macam
penyakit juga yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Antara lain bakteri,
virus, jamur, dan parasit. Terutama bagi kalian yang bekerja di bidang pangan,
seperti pertanian atau peternakan.
Namun, dalam beberapa keadaan lain, infeksi bisa tersebar tanpa terduga.
Seperti contoh di tengah Pandemi, banyak orang yang tertular dari virus
Corona melalui kantor atau tempat dimana mereka bekerja.
3. Kimiawi
Tidak hanya pekerja pabrik, orang-orang yang bekerja langsung
bersentuhan pada bahan kimia dapat mengalami penyakit karena hal-hal
berikut.
Zat kimia. Kita sering tidak sadar bahwa banyak bahan kimia sehari-hari
yang dapat menyebabkan penyakit kulit seperti dermatitis. Sumbernya bisa
dari cat rambut, parfum, besi, karet, hingga perhiasan. Kulit pekerja pun dapat
menimbulkan reaksi alergi terhadap bahan-bahan kimia tersebut.
Debu & Uap. Selain memicu alergi, debu dan uap dapat menimbulkan
berbagai penyakit pernapasan, seperti asma atau bahkan penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK).
4. Psikologis
Sering terabaikan, pekerjaan atau lingkungan kerja juga dapat menyebabkan
penyakit mental atau mental illness Berikut beberapa penyebab yang dapat
memicu penyakit mental untuk berkembang.
Kurangnya work-life balance. Tuntutan kerja yang berat dan secara terus-
menerus dapat menyebabkan burnout atau kelelahan secara mental. Nyatanya
harus ada keseimbangan yang tepat antara bekerja secara produktif dan
mengambil istirahat demi hindari burnout. Jika kamu burnout, produktivitas
kamu juga akan menurun dan kerja kamu juga tidak akan maksimal, bukan?
Lingkungan kerja yang toxic. Terkadang teman kantor atau atasan yang
kurang bersahabat dapat membuat kamu merasa tegang dan tertekan di
kantor. Lingkungan kerja yang toxic ini dapat menyebabkan kamu jatuh ke
dalam depresi atau social anxiety (kecemasan sosial).
A.Definisi Pneumokoniosis
Istilah pneumokoniosis berasal dari bahasa yunani yaitu “pneumo” berarti
paru dan “konis” berarti debu. Terminologi pneumokoniosis pertama kali
digunakan untuk menggambarkan penyakit paru yang berhubungan dengan
inhalasi debu mineral. Pneumokoniosis digunakan untuk menyatakan berbagai
keadaan berikut:
1.Kelainan yang terjadi akibat pajanan debu anorganik seperti silika (silikosis),
asbes (asbestosis) dan timah (stannosis)
2.Kelainan yang terjadi akibat pekerjaan seperti pneumokoniosis batubara
3.Kelainan yang ditimbulkan oleh debu organik seperti kapas (bisinosis)
B.Diagnosis Pneumokoniosis
Diagnosis pneumokoniosis tidak dapat ditegakkan hanya dengan gejala
klinis. Ada tiga kriteria mayor yang dapat membantu untuk diagnosis
pneumokoniosis.
1.Pajanan yang signifikan dengan debu mineral yang dicurigai dapat
menyebabkan pneumokoniosis dan disertai dengan periode laten yang
mendukung. Oleh karena itu, diperlukan anamnesis yang teliti mengenai
kadar debu di lingkungan kerja, lama pajanan dan penggunaan alat
pelindung diri serta kadang diperlukan pemeriksaan kadar debu di
lingkungan kerja. Gejala seringkali timbul sebelum kelainan radiologis
seperti batuk produktif yang menetap dan atau sesak napas saat aktivitas
yang mungkin timbul 10-20 tahun setelah pajanan.
b.Asbestosis
Hal ini disebabkan karena inhalasi mineral berserat yang terbuat dari
asbes. Paparan dimulai dengan baggers, yang menangani asbes dengan
mengumpulkan mereka dan kemasan mereka, untuk pekerja yang membuat
produk dari mereka seperti bahan isolasi, semen, dan ubin, dan orang-orang
bekerja di industri perkapalan, dan pekerja konstruksi.. Biasanya diperlukan
waktu sekitar 20 tahun, atau lebih, untuk gejala pneumokoniosis asbes untuk
mewujudkan itu sendiri. Dan gambar di bawah in adalah contoh absestosis.
c.Silicosis
Pneumokoniosis jenis ini terjadi pada orang yang menangani silika,
umumnya kuarsa, yang ditemukan dalam batu pasir, pasir, granit, batu tulis,
beberapa jenis tanah liat, dan sebagainya.. Orang-orang yang memiliki jumlah
yang paling terkena silika adalah mereka yang membuat produk gelas dan
keramik, pekerja tambang, pekerja pengecoran, pabrik silika, pembangun
terowongan, penambang, dan sandblasters. Silikosis mengakibatkan fibrosis
dalam paru-paru, yang semakin meningkat, dan merusak fungsi paru-paru..
Hal ini diperburuk pada orang yang merokok. Di bawah ini adalah contoh
gambar orang yang terkena silikosis.
d.Pneumokoniosis Jinak
Adalah suatu penyakit yang terjadi akibat adanya sejumlah debu di dalam
paru-paru yang sifatnya jinak. Debu yang terhirup adalah debu di udara yang
pada proses inhalasi tertahan di paru-paru. Jumlah debu yang tertimbun
tergantung kepada lamanya pemaparan, konsentrasi debu di dalam udara yang
terhirup, volume udara yang terhirup setiap menitnya dan sifat pernafasannya.
Pernafasan yang dalam dan lambat, cenderungakan mengendapkan lebih
banyak debu daripada pernafasan yang cepat dan dangkal. Debu di dalam
paru-paru menyebabkan suatu reaksi jaringan, yang jenisnya dan lokasinya
bervariasi tergantung jenis debunya.
2. Gejala Pneumokoniosis
Gejala sering kali timbul sebelum kelainan radiologis seperti : batuk
produktif yang menetap dan sesak nafas saat beraktifitas (Susanto, 2011).
C. UpayaPengobatan Pneumokoniosis
Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit ini, selain untuk
mengobati komplikasinya (gagal jantung kanan atau tuberkulosis paru). Jika
terjadi gangguan pernapasan, maka diberikan bronkodilator dan
ekspektoran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pneumokoniosis adalah sekelompok penyakit yang disebabkan oleh
inhalasi debu anorganik yang bersifat kronik khususnya di tempat kerja untuk
jangka waktu yang lama sehingga disebut penyakit paru kerja karena di
dapatkan ketika bekerja di tempat berdebu.
Terpapar debu anorganik yang terus menerus menyebabkan akumulasi debu-
debu organik pada paru-paru yang menyebabkan terbentuknya jaringan
fibrosis pada paru-paru dan menyebabkan kekakuan sehingga penurunan
peregangan paru. Pneumokoniosis di tandai dengan sesak nafas, batuk kronis,
sianosis dan nadi yang cepat sebagai konsekuensi terhadap kekurangan O2.
B. Saran
Sebaiknya setiap orang dapat berhati-hati dalam bekerja dan melakukan
perlindungan diri terhadap keselamatan kerja sehingga dapat mencegah
timbulnya penyakit paru kerja ini(pneumokoniosis), seperti menggunakan
masker saat bekerja dan perlindungan diri lain sehingga terhindar dari
partikel-partikel yang dapat mengganggu kesehatan. Dan pihak pemilik
industri hendaknya memberikan standar keamaan bagi para pekerjanya untuk
meminimalisir kasus penyakit paru kerja ini.
DAFTAR PUSTAKA