Anda di halaman 1dari 13

PENYAKIT AKIBAT KERJA

( PAK)

DISUSUN OLEH :

1. DINDA HARDIYANTI ( 19.01.005 )


2. FILDZAH FAKHRANA ( 19.01.008 )
3. IHSAN FADHIL HALFINO ( 19.01.010 )
4. MUHAMMAD AWANG .P ( 19.01.016)
5. TRI INTAN LESTARI ( 19.01.027)

DOSEN PENGAMPUH :
NOER MUHAMMAD,S.Pd., M.Kes

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT ABDINUSA


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PALEMBANG
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah penyakit akibat kerja dengan judul
“Penyakit akibat kerja (Pneumokoniosis)”.
Dalam penulisan makalah ini kami banyak menghadapi kesulitan dan
hambatan tetapi berkat dorongan dan dukungan dari teman-teman, sehingga
kesulitan dan hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu,kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami sehingga penulisan
makalah ini dapat diselesaikan.

Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna bagi kami khususnya dan para
pembaca pada umumnya. Namun walaupun makalah ini selesai tentulah masih
banyak kekurangan hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan yang kami
miliki, oleh karena itu kritik dan saran yang mengarah kepada perbaikan isi
makalah ini sangat kami harapkan.

Palembang, September,2021

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja.Penyakit akibat kerja mempengaruhi penurunan produktivitas
Karena mempengaruhi jam kerja, kemampuan kerja dan bahkan
Menyebabkan pengangguran.

Menurut data dari Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), 1 pekerja di seluruh


duniaMeninggal setiap 15 detik karena cedera terkait pekerjaan dan 160
pengalaman pekerjaPenyakit akibat kerja. Dilihat dari hasil laporan pelaksanaan
higiene kerja selama 26 tahunJumlah kasus penyakit umum pada pekerja di setiap
provinsi di Indonesia pada tahun 2013Totalnya adalah 2.998.7663.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) bukan hal yang baru di dunia medis, lebih
kurang 8 jam sehari, 40 jam seminggu bahkan bisa jadi lebih, untuk waktu
berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun selama masa kerja waktu yang
dihabiskan seorang pekerja.

Selama jangka waktu tersebut akan banyak berinteraksi dengan pekerjaan, bahan,
peralatan kerja, proses kerja maupun lingkungan pekerjaan. Secara sadar maupun
tidak disadari faktor-faktor tersebut di atas sering bisa terpajan menjadi hal yang
potensial berbahaya untuk memunculkan penyakit akibat kerja

Setiap makhluk hidup memerlukan energi. Setiap makanan manusia


menghasilkan energi. Energi itu berasal dari makanan. Agar sari-sari makanan itu
dapat diubah menjadi enegrdi, maka makanan harus dioksidasi. Oksidasi ini
berlangsung di dalam sel. Hasil oksidasi adalah energi, dan sisa oksidasi berupa
karbondioksida (CO2) dan uap air (H2O).
Dari persamaan ini, jelas bahwa karbondioksida dan uap air dilepas ke udara
bersama hembusan napas, sedang energi sebagian berupa panas untuk memelihara
suhu badan dan sebagian berupa energi yang berguna untuk melakukan kegiatan
tubuh.
Pernapasan adalah suaatu proses ganda yaitu terjadinya pertukaran gas di
dalam jaringan (pernasan dalam), yang terjadi di dalam paru-paru disebut
pernapasan luar. Pada pernapasan melalui paru-paru atau respirasi eksternal,
oksigen dihisap melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernapas, olsigen masuk
melalui batang tenggorokan atau trakea da pipa bronkhial ke alveoli, dan erat
hubungannya dengan darah didalam kapiler pulmonaris.
Saluran pernapasan pada manusia berhubungan dengan udara yang
dihirup.Udara yang dihirup tentu berasal dari lingkungan sekitar manusia berada.
Udara juga membawa partikelpartikel kecil (debu) yang mungkin memiliki potensi
berbahaya.
Dalam hal ini pekerja dengan lingkungan pekerjaan yang berdebu,baik debu
yang berbahaya dan tidak berbahaya. Debu Industri yang terdapat di udara dibagi 2,
yaitu partikel debu yang hanya sementara berada di udara (deposit particulate
matter) dan debu yang tetap berterbangan bersama udara dan tidak mudah
mengendap (Suspended particulate matter).

Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penyakit pneumokoniosis ?


2. Bagaimana diagnosa dari penyakit pneumokoniosis ?
3.  Apa saja jenis-jenis, penyebab dan gejala dari penyakit pneumokonoisis ?
4.  Apa saja faktor resiko lain yang dapat menyebabkan penyakit
pneumokoniosis ?
5.  Bagaimana upaya pengendalian penyakit pneumokoniosis ?
6.  Bagaimana upaya pengobatan penyakit pneumokoniosis ?

Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit pneumokoniosis.


2. Mengetahui bagaimana diagnosa dari penyakit pneumokoniosis.
3. Mengetahui apa saja jenis-jenis, penyebab dan gejala dari penyakit
pneumokonoisis.
4. Mengetahui apa saja faktor resiko lain yang dapat menyebabkan penyakit
pneumokoniosis.
5. Mengetahui bagaimana upaya pengendalian penyakit pneumokoniosis.
6. Mengetahui bagaimana upaya pengobatan penyakit pneumokoniosis.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1definisi Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja adalah gangguan kesehatan yang dialami oleh


seseorang akibat rutinitas atau paparan zat tertentu di tempat kerja. Ada beragam
jenis penyakit akibat kerja, dan masing-masing memiliki pemicu atau penyebab
yang berbeda.
Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atauling kungan kerja. Penyakit ini artefisial oleh karena timbulnya di
sebabkan oleh adanya pekerjaan.Kepadanya sering diberikan nama penyakit
buatan manusia (Manmade disease).

Penyakit akibat kerja disebabkan oleh berbagai macam hazard yang ada di
lapangan kerja, umumnya dibagi menjadi 5 golongan besar yaitu:

1.  Hazard Fisik
Diantaranya disebabkan oleh penerangan lampu yang kurang bagus, vibrasi,
tekanan yang sangat tinggi, suhu yang terlalu panas atau dingin, radiasi dan
suara bising

2. Hazard Kimia

Diantaranya disebabkan karena bahan kimiawi yang mungkin


mengkontaminasi pekerjaan itu atau berasal dari bahan pekerjaan tersebut.

Contohnya bahan kimiawai yang berasal dari gas, larutan, debu, upah, awan
atau kabut

3. Hazard Biologis

Disebabkan karena jamur, virus dan bakteri

4. Hazard Fisiologis

Bisa disebabkan oleh cara kerja dan penataan tempat kerja

5. Hazard Sosial

karena lingkungan pekerjaan seperti stress saat bekerja.


2.2 Jenis Penyakit Akibat Kerja
Ada berbagai macam penyakit yang timbul akibat risiko bekerja.
Berdasarkan penyebabnya, tim Super You sudah menggolongkan penyakit
akibat kerja menjadi 4 jenis berikut.

1. Fisik
Ada banyak penyebab fisik yang mengakibatkan penyakit akibat kerja,
terutama jika kamu tidak bekerja di kantor. Berikut beberapa penyebab fisik
yang umum terjadi:

 Radiasi. Orang yang bekerja dengan materi radioaktif terpapar risiko untuk
mengalami penyakit akibat radiasi. Termasuk penyakit seperti penyakit
jantung dan kanker.
 Pergerakan yang salah atau terus-menerus. Tidak hanya untuk pekerja
buruh, hal ini bisa terjadi pada pekerja kantoran. Pekerja kantoran yang
hanya melakukan pergerakan mengetik seharian mempunyai risiko
menderita sindrom carpal tunnel. Posisi duduk yang salah juga dapat
mengakibatkan kelainan pada tulang punggung dan meningkatkan risiko
patah tulang.
 Suara bising. Lingkungan kerja dapat menimbulkan suara bising yang
disebabkan oleh mesin atau hal lain. Kebisingan ini kerap menimbulkan
kelainan pendengaran atau bahkan tuli pada pekerjanya, terutama bila tidak
disediakan alat pengaman telinga.
 Penerangan redup. Kurangnya pencahayaan dapat menyebabkan penyakit
pada mata. Terutama bila kamu bekerja di kantoran dengan cahaya redup,
dan terus menatap kepada layar komputer.
 Tekanan udara tinggi. Berada pada tempat yang bertekanan tinggi secara
terus-menerus dapat mempunyai efek samping bagi tubuh kita. Antara lain
pembekuan darah, caisson disease, dan penyakit lainnya. Tentunya
penyakitnya tergantung pada jenis pekerjaannya. Biasa orang yang
mengalami penyakit satu ini adalah pilot yang terlalu sering terbang, dan
juga penyelam professional

2. Infeksi
Penyakit menular dapat datang dari pekerjaan. ada berbagai macam
penyakit juga yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Antara lain bakteri,
virus, jamur, dan parasit. Terutama bagi kalian yang bekerja di bidang pangan,
seperti pertanian atau peternakan.
Namun, dalam beberapa keadaan lain, infeksi bisa tersebar tanpa terduga.
Seperti contoh di tengah Pandemi, banyak orang yang tertular dari virus
Corona melalui kantor atau tempat dimana mereka bekerja.
3. Kimiawi
Tidak hanya pekerja pabrik, orang-orang yang bekerja langsung
bersentuhan pada bahan kimia dapat mengalami penyakit karena hal-hal
berikut.

 Zat kimia. Kita sering tidak sadar bahwa banyak bahan kimia sehari-hari
yang dapat menyebabkan penyakit kulit seperti dermatitis. Sumbernya bisa
dari cat rambut, parfum, besi, karet, hingga perhiasan. Kulit pekerja pun dapat
menimbulkan reaksi alergi terhadap bahan-bahan kimia tersebut.
 Debu & Uap. Selain memicu alergi, debu dan uap dapat menimbulkan
berbagai penyakit pernapasan, seperti asma atau bahkan penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK).

4. Psikologis
Sering terabaikan, pekerjaan atau lingkungan kerja juga dapat menyebabkan
penyakit mental atau mental illness Berikut beberapa penyebab yang dapat
memicu penyakit mental untuk berkembang.

 Kurangnya work-life balance. Tuntutan kerja yang berat dan secara terus-
menerus dapat menyebabkan burnout atau kelelahan secara mental. Nyatanya
harus ada keseimbangan yang tepat antara bekerja secara produktif dan
mengambil istirahat demi hindari burnout. Jika kamu burnout, produktivitas
kamu juga akan menurun dan kerja kamu juga tidak akan maksimal, bukan?
 Lingkungan kerja yang toxic. Terkadang teman kantor atau atasan yang
kurang bersahabat dapat membuat kamu merasa tegang dan tertekan di
kantor. Lingkungan kerja yang toxic ini dapat menyebabkan kamu jatuh ke
dalam depresi atau social anxiety (kecemasan sosial).

A.Definisi Pneumokoniosis
Istilah pneumokoniosis berasal dari bahasa yunani yaitu “pneumo” berarti
paru dan “konis” berarti debu. Terminologi pneumokoniosis pertama kali
digunakan untuk menggambarkan penyakit paru yang berhubungan dengan
inhalasi debu mineral. Pneumokoniosis digunakan untuk menyatakan berbagai
keadaan berikut:
1.Kelainan yang terjadi akibat pajanan debu anorganik seperti silika (silikosis),
asbes (asbestosis) dan timah (stannosis)
2.Kelainan yang terjadi akibat pekerjaan seperti pneumokoniosis batubara
3.Kelainan yang ditimbulkan oleh debu organik seperti kapas (bisinosis)

Istilah pneumokoniosis seringkali hanya dihubungkan dengan inhalasi debu


anorganik. Definisi pneumokoniosis adalah deposisi debu di dalam paru dan
terjadinya reaksi jaringan paru akibat deposisi debu tersebut.
International Labour Organization (ILO) mendefinisikan pneumokoniosis
sebagai suatu kelainan yang terjadi akibat penumpukan debu dalam paru yang
menyebabkan reaksi jaringan terhadap debu tersebut. Reaksi utama akibat
pajanan debu di paru adalah fibrosis (Susanto, 2011). Fibrosis adalah
pembentukan struktur seperti skar yang halus yang menyebabkan jaringan
mengeras dan mengurangi aliran cairan melalui jaringan-jaringan.
Istilah pneumokoniosis ini dibatasi pada kelainan reaksi non-neoplasma
akibat debu tanpa memasukkan asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
dan pneumonitis hipersensitif walaupun kelainan tersebut dapat terjadi akibat
pajanan debu dalam jangka lama. Pneumoconiosis adalah penyakit paru-paru
kronis yang disebabkan karena menghirup berbagai partikel debu, khususnya
ditempat kerja industri, untuk jangka waktu yang lama. Oleh karena itu juga
dikatakan penyakit paru kerja, yang merupakan bagian tertentu dari penyakit
terkait kerja, yang terkait terutama untuk yang terkena zat berbahaya.

B.Diagnosis Pneumokoniosis
Diagnosis pneumokoniosis tidak dapat ditegakkan hanya dengan gejala
klinis. Ada tiga kriteria mayor yang dapat membantu untuk diagnosis
pneumokoniosis.
1.Pajanan yang signifikan dengan debu mineral yang dicurigai dapat
menyebabkan pneumokoniosis dan disertai dengan periode laten yang
mendukung. Oleh karena itu, diperlukan anamnesis yang teliti mengenai
kadar debu di lingkungan kerja, lama pajanan dan penggunaan alat
pelindung diri serta kadang diperlukan pemeriksaan kadar debu di
lingkungan kerja. Gejala seringkali timbul sebelum kelainan radiologis
seperti batuk produktif yang menetap dan atau sesak napas saat aktivitas
yang mungkin timbul 10-20 tahun setelah pajanan.

2.Gambaran spesifik penyakit terutama pada kelainan radiologi dapat


membantu menentukan jenis pneumokoniosis. Gejala dan tanda gangguan
respirasi serta abnormalitas faal paru sering ditemukan pada pneumokoniosis
tetapi tidak spesifik untuk mendiagnosis pneumokoniosis.

3.Tidak dapat dibuktikan ada penyakit lain yang menyerupai pneumokoniosis.


Pneumokoniosis kemungkinan mirip dengan penyakit interstisial paru difus
seperti sarkoidosis, idiophatic pulmonary fibrosis (IPF) atau interstitial lung
disease (ILD) yang berhubungan dengan penyakit kolagen vascular.
Beberapa pemeriksaan penunjang diperlukan untuk membantu dalam
diagnosis pneumokoniosis yaitu pemeriksaan radiologi, pemeriksaan faal
paru dan analisis debu penyebab. (Susanto, 2011)
C.Jenis-jenis, Penyebab dan Gejala Pneumokoniosis
1.Jenis-jenis Pneumokoniosis dan Penyebabnya
Penamaan pneumokoniosis tergantung pada debu penyebabnya, pajanan
asbes menyebabkan asbestosis, debu silika berhubungan dengan silikosis,
debu batubara menyebabkan pneumokoniosis batubara dan lain-lain.
 Adapun beberapa jenis umum dari pneumokoniasis adalah:

a.Coal Workers Pneumoconiasis (Pneumokoniosis Pekerja Batubara)


Juga dikenal sebagai penyakit paru-paru hitam, hal ini disebabkan karena
sedang terkena partikel karbon dari batubara, lampu hitam, atau grafit untuk
jangka waktu lama, dan biasanya terjadi antara penambang batu bara dan
orang-orang yang menangani batubara. Hal ini mirip dengan efek merokok
untuk jangka panjang silikosis waktu dan juga, disebabkan oleh menghirup
debu silika.. Ketika debu batu bara yang dihirup untuk jangka waktu yang
lama, itu menumpuk di paru-paru, dimana tubuh tidak mampu menghapus. Hal
ini menyebabkan radang paru-paru, yang kemudian mengakibatkan fibrosis
bersama dengan lesi nodular terbentuk di paru-paru, dan akhirnya, pusat-pusat
lesi ini bahkan dapat menjadi nekrotik karena iskemia,menyebabkan rongga
ukuran besar di paru-paru. 
Meskipun awalnya, ini jenis pneumokoniosis mungkin terjadi di dalamnya
bentuk ringan, disebut sebagai anthracosis, yang biasanya tanpa gejala, dan
terjadi antara orang-orang yang mendiami daerah perkotaan karena polusi
udara, namun bentuk yang lebih serius pneumokoniosis pekerja batubara,
seperti 'pneumokoniosis serta pekerja batubara rumit' sederhana
pneumokoniosis pekerja batubara terjadi ketika seseorang terkena sejumlah
besar karbon atau debu batu bara. 
Karena tingkat penurunan debu di tambang batubara bawah tanah serta
peningkatan pertambangan opencast telah mengakibatkan penurunan
pneumokoniosis pekerja batubara.

b.Asbestosis
Hal ini disebabkan karena inhalasi mineral berserat yang terbuat dari
asbes. Paparan dimulai dengan baggers, yang menangani asbes dengan
mengumpulkan mereka dan kemasan mereka, untuk pekerja yang membuat
produk dari mereka seperti bahan isolasi, semen, dan ubin, dan orang-orang
bekerja di industri perkapalan, dan pekerja konstruksi.. Biasanya diperlukan
waktu sekitar 20 tahun, atau lebih, untuk gejala pneumokoniosis asbes untuk
mewujudkan itu sendiri. Dan gambar di bawah in adalah contoh absestosis.
c.Silicosis
Pneumokoniosis jenis ini terjadi pada orang yang menangani silika,
umumnya kuarsa, yang ditemukan dalam batu pasir, pasir, granit, batu tulis,
beberapa jenis tanah liat, dan sebagainya.. Orang-orang yang memiliki jumlah
yang paling terkena silika adalah mereka yang membuat produk gelas dan
keramik, pekerja tambang, pekerja pengecoran, pabrik silika, pembangun
terowongan, penambang, dan sandblasters. Silikosis mengakibatkan fibrosis
dalam paru-paru, yang semakin meningkat, dan merusak fungsi paru-paru..
Hal ini diperburuk pada orang yang merokok. Di bawah ini adalah contoh
gambar orang yang terkena silikosis.

d.Pneumokoniosis Jinak
Adalah suatu penyakit yang terjadi akibat adanya sejumlah debu di dalam
paru-paru yang sifatnya jinak. Debu yang terhirup adalah debu di udara yang
pada proses inhalasi tertahan di paru-paru. Jumlah debu yang tertimbun
tergantung kepada lamanya pemaparan, konsentrasi debu di dalam udara yang
terhirup, volume udara yang terhirup setiap menitnya dan sifat pernafasannya.
Pernafasan yang dalam dan lambat, cenderungakan mengendapkan lebih
banyak debu daripada pernafasan yang cepat dan dangkal. Debu di dalam
paru-paru menyebabkan suatu reaksi jaringan, yang jenisnya dan lokasinya
bervariasi tergantung jenis debunya.

2. Gejala Pneumokoniosis
Gejala sering kali timbul sebelum kelainan radiologis seperti : batuk
produktif yang menetap dan sesak nafas saat beraktifitas (Susanto, 2011).

A. Faktor Resiko Lain yang Menyebabkan Pneumokoniosis


1. Allergen (serbuk, debu, kulit, dan jamur)
2. Stress emosional
3. Aktivitas fisik yang berlebihan
4. Polusi udara
5. Infeksi saluran nafas
6. Kegagalan program pengobatan yang dianjurkan

B. Upaya Pengendalian Pneumokoniosis


Pneumokoniosis dapat dicegah dengan menghindari debu pada
lingkungan kerja. Pekerja harus menjalani pemeriksaan foto dada tiap 4-5
tahun sehingga penyakit ini dapat ditemukan pada stadium awal. Jika
ditemukan penyakit, maka pekerja tersebut harus dipindahkan ke daerah
dimana kadar debunya rendah, untuk menghindari terjadinya fibrosis masif
progresif.
Regulasi dalam pekerjaan dan kontrol pajanan debu telah dilakukan sejak
lama terutama di negara industri dan terus dilakukan dengan perbaikan-
perbaikan. Pada bentuk pneumokoniosis subakut dengan manfaat yang
didapat untuk efek jangka panjangnya terutama jika bahan penyebab masih
ada di paru. Menjaga kesehatan dapat dilakukan seperti.
a. Berhenti merokok
b. Pengobatan adekuat dilakukan bila dicurigai terdapat penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK)
c.Gunakan APD seperti Masker
d. Pencegahan infeksi dengan vaksinasi dapat dipertimbangkan.

C. UpayaPengobatan Pneumokoniosis
Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit ini, selain untuk
mengobati komplikasinya (gagal jantung kanan atau tuberkulosis paru). Jika
terjadi gangguan pernapasan, maka diberikan bronkodilator dan
ekspektoran.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pneumokoniosis adalah sekelompok penyakit yang disebabkan oleh
inhalasi debu anorganik yang bersifat kronik khususnya di tempat kerja untuk
jangka waktu yang lama sehingga disebut penyakit paru kerja karena di
dapatkan ketika bekerja di tempat berdebu.
Terpapar debu anorganik yang terus menerus menyebabkan akumulasi debu-
debu organik pada paru-paru yang menyebabkan terbentuknya jaringan
fibrosis pada paru-paru dan menyebabkan kekakuan sehingga penurunan
peregangan paru. Pneumokoniosis di tandai dengan sesak nafas, batuk kronis,
sianosis dan nadi yang cepat sebagai konsekuensi terhadap kekurangan O2.

B.  Saran
Sebaiknya setiap orang dapat berhati-hati dalam bekerja dan melakukan
perlindungan diri terhadap keselamatan kerja sehingga dapat mencegah
timbulnya penyakit paru kerja ini(pneumokoniosis), seperti menggunakan
masker  saat bekerja dan perlindungan diri lain sehingga terhindar dari
partikel-partikel yang dapat mengganggu kesehatan. Dan pihak pemilik
industri hendaknya memberikan standar keamaan bagi para pekerjanya untuk
meminimalisir kasus penyakit paru kerja ini.
DAFTAR PUSTAKA

Wahyuni, S. 2013. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38588/4/


Chapter%20II.pdf, diakses pada minggu, 06 September 2015.
Wulandari, Ika. 2013. Karya Tulisku. http://risalika15maret.blogspot.co.id/2013/
01/karya-tulisku_31.html, diakses pada minggu, 06 September 2015.
Fatikhah, Viena. 2013. Pneumokoniosis. http://roseviena.blogspot.co.id/2013/04/
pneumokoniosis.html, diakses pada minggu, 06 September 2015.
Widyastuti, Desy. 2013. Askep Pneumokoniasis. http://widyastutidesy.blogspot.
co.id/2013/06/askep-pneumokoniasis.html, diakses pada minggu, 06
September 2015.
https://ikma10fkmua.files.wordpress.com/.../penyakit-paru-akibat-kerja.p...

Anda mungkin juga menyukai