Anda di halaman 1dari 11

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................2

C. Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3

A. Pengertian Penyakit Akibat Kerja..........................................................................3

B. Jenis-Jenis Penyakit Akibat Kerja..........................................................................3

C. Penyakit Menular dan Tidak Menular....................................................................4

D. Faktor resiko penyebab penyakit akibat kerja........................................................9

E. Pencegahan Penyakit Akibat Kerja......................................................................10

BAB III PENUTUP.......................................................................................................12

A. Kesimpulan...........................................................................................................12

B. Saran.....................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di rumah sakit


tidak lepas dari sikap kepatuhan personal baik dari pihak perawat maupun pihak
manajemen atas dalam melaksanaan peraturan dan kebijakan peraturan K3 untuk
mendukung pencapaian zero accident di rumah sakit. Dalam melaksanakan setiap
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja tersebut, para pekerja rumah sakit
mempunyai resiko untuk terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan
Akibat Kerja (KAK). Hal ini disebabkan karena Penyakit Akibat Kerja (PAK)
merupakan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun
lingkungan kerja.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) di rumah sakit dapat menyerang perawat. Perawat
mempunyai resiko untuk terpapar bahan biologi berbahaya (biohazard), dan kontak
dengan alat medis sekali pakai (disposable aquipment) seperti tak sengaja tertusuk atau
tersentuh jarum suntik bekas maupun selang infus bekas, terpapar virus langsung dari
pasien, kontak dengan benda-benda yang terpapar virus, tak sengaja tersentuh cairan
dari pasien yang terinveksi virus, dan masih banyak yang lainnya.

Ada beberapa hal yang melatarbelakangi perawat di dalam terkena penyakit akibat
kerja di rumah sakit, salah satunya adalah masih adanya petugas kesehatan yang tidak
memakai alat pelindung diri berupa sarung tangan saat melakukan tindakan di Instalasi
Gawat Darurat, pencahayaan yang kurang di ruang pasien yang dapat menyebabkan
penglihatan perawat kurang dalam melakukan tindak yang dapat mengakibatkan
terjadinya kesalahan tindakan bahkan dapat menimbulkan penyakit atau cedera pada
perawat ataupun pada pasien, masih ada perawat yang tidak memakai desinfektan ketika
sebelum dan setelah menangani pasien, dan masih banyak faktor-faktor lainnya.
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian penyakit akibat kerja?


2. Apa saja faktor resiko penyebab penyakit akibat kerja?
3. Apa saja jenis-jenis penyakit akibat kerja?
4. Apa yang dimaksud dengan penyakit menular dan penyakit tidak menular?
5. Apa penyebab penyakit akibat kerja?
6. Bagaimana pencegahan penyakit akibat kerja?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian penyakit akibat kerja


2. Untuk mengetahui faktor resiko penyebab penyakit akibat kerja
3. Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit akibat kerja
4. Untuk mengetahui penyakit menular dan penyakit tidak menular
5. Untuk mengetahui penyebab penyakit akibat kerja
6. Untuk mengetahui pencegahan penyakit akibat kerja
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyakit Akibat Kerja


Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan/atau
lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja diagnosis dan ditetapkan melalui tujuh langkah
diagnosis yang mencakup penentuan diagnosis klinis, mengidentifikasi pajanan yang dialami
pekerja di tempat kerja, penentuan hubungan antara pajanan dengan diagnosis klinis, besarnya
pajanan, adakah faktor dari individu yang berperan, pastikan tidak ada faktor lain berpengaruh
di luar pekerjaan utama, dan terakhir adalah penentuan diagnosis akupasi faktor risiko PAK
antara lain: golongan fisik, kimiawi, biologis atau psikososial di tempat kerja. Faktor tersebut di
dalam lingkungan kerja merupakan penyebab yang pokok dan menentukan terjadinya penyakit
akibat kerja. Faktor lain seperti kerentanan individual juga berperan dalam perkembangan
penyakit di antara pekerja yang terpajan.

B. Jenis-Jenis Penyakit Akibat Kerja

Organisasi Ketenagakerjaan Internasional atau International Labour Organization


(ILO) memiliki daftar occupational disease yang diperbaharui secara berkala.
Dari ratusan PAK yang masuk dalam daftar tersebut, berikut ini adalah beberapa contoh
penyakit akibat kerja yang lebih umum terjadi.
1. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak adalah penyakit kulit yang umum terjadi di lingkungan kerja. Kondisi ini
dapat menyebabkan kulit merah meradang setelah terpapar agen fisik, biologis, atau kimia.
Apabila tidak ditangani dengan baik, kondisi ini dapat memburuk dan menyebabkan infeksi
kulit.
Dermatitis kontak bisa dibedakan dalam dua jenis berdasarkan pemicunya, yaitu dermatitis
kontak alergi dan dermatitis kontak iritan.
a) Dermatitis kontak alergi: peradangan kulit akibat paparan langsung terhadap zat-zat
pemicu alergi (alergen) sehingga menyebabkan munculnya reaksi alergi.
b) Dermatitis kontak iritan:peradangan kulit akibat paparan langsung terhadap bahan
kimia atau zat tertentu yang bersifat mengiritasi kulit (iritan).
2. Gangguan pernapasan
Paparan berulang atau jangka panjang selama bekerja terhadap zat-zat, termasuk debu,
asap, atau gas beracun di udara dapat menyebabkan gangguan pernapasan. Berikut ini beberapa
contoh penyakit akibat kerja yang terkait dengan gangguan pernapasan.
a) Asma: reaksi alergi yang memicu peradangan dalam saluran pernapasan yang terjadi
akibat paparan zat-zat tertentu di lingkungan kerja.
b) Pneumoconiosis: peradangan paru yang disebabkan oleh penumpukan partikel debu,
seperti asbes, silika, dan batu bara.
c) Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK): kelompok penyakit pernapasan yang terdiri
dari bronkitis kronis dan emfisema akibat paparan debu dan zat kimia.
3. Gangguan muskuloskeletal
Gangguan muskuloskeletal adalah jenis penyakit akibat kerja yang menimbulkan masalah
pada sistem otot, tulang, sendi, ligamen, dan jaringan penopang tubuh lainnya.
Kondisi ini umumnya terjadi akibat posisi duduk yang buruk, gerakan berulang, atau beban fisik
yang berlebihan selama melakukan pekerjaan. Beberapa contoh gangguan muskuloskeletal yang
terkait dengan pekerjaan adalah sebagai berikut.
a) Carpal tunnel syndrome: gangguan akibat tekanan berlebihan pada saraf pergelangan
tangan yang kerap dialami pekerja kantor, kasir, atau tukang bangunan.
b) Tendinitis: peradangan pada tendon, yaitu jaringan ikat yang menghubungkan jaringan
otot dengan tulang, yang disebabkan oleh gerakan berulang saat kerja.
c) Bursitis: Peradangan pada bursa, yakni kantong berisi cairan yang berfungsi sebagai
penyangga antara tulang, tendon, dan otot.
4. Gangguan pendengaran
Para ahli berpendapat bahwa paparan suara lebih dari 85 desibel (dB) yang terus-menerus
dan berulang dapat menyebabkan gangguan pendengaran.
Kebisingan tinggi di tempat kerja dapat merusak sel-sel rambut pada telinga bagian dalam yang
bertanggung jawab untuk mendeteksi suara. Adapun, berikut ini beberapa contoh penyakit akibat
kerja yang berkaitan dengan gangguan pendengaran.
a) Tuli akibat kebisingan: gangguan pendengaran akibat paparan kebisingan yang intens
dan berkepanjangan, seperti di pabrik atau industri manufaktur.
b) Tuli akibat getaran: gangguan pendengaran akibat paparan getaran berulang, misalnya
akibat penggunaan alat berat yang menimbulkan getaran.
5. Kanker
Kanker sebagai penyakit akibat kerja disebabkan oleh paparan zat-zat berbahaya di
lingkungan kerja yang berisiko tinggi.
Berikut adalah sejumlah contoh kanker yang terkait dengan pekerjaan atau lingkungan kerja.
a) Leukemia: kanker darah yang dapat dipicu oleh paparan radiasi atau zat kimia, seperti
benzena dan formaldehida di industri kimia.
b) Mesothelioma: kanker pada mesothelium, yaitu selaput yang melapisi berbagai organ
dalam tubuh, akibat paparan asbes di industri konstruksi.
c) Kanker paru: kanker yang terbentuk pada paru-paru akibat paparan debu, asap, dan
bahan kimia beracun, seperti asbes, arsenik, atau nikel di tempat kerja.
6. Infeksi menular
Lingkungan kerja tertentu, seperti fasilitas pelayanan kesehatan dan laboratorium, bisa
menjadi tempat penyebaran infeksi virus, bakteri, dan patogen lainnya. Beberapa contoh infeksi
menular yang umumnya terjadi di lingkungan kerja adalah sebagai berikut.
a) Tuberkulosis: penyakit menular yang menyerang paru-paru dan organ tubuh lainnya
akibat infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menular melalui
percikan batuk.
b) Influenza: penyakit pernapasan akut akibat infeksi virus influenza dan ditularkan melalui
percikan air liur atau droplet.
c) Hepatitis: infeksi hati yang dapat disebabkan oleh virus hepatitis dan ditularkan melalui
kontak dengan darah atau cairan tubuh.
7. Gangguan mental
Gangguan mental sebagai penyakit akibat kerja adalah masalah kesehatan mental yang timbul
atau diperburuk oleh faktor-faktor seperti stres dan tekanan di tempat kerja.
Jenis gangguan mental yang paling sering ditemui yakni gangguan stres pascatrauma (PTSD).
PTSD dapat memengaruhi pekerja di lingkungan kerja dengan tekanan tinggi, termasuk satuan
pengamanan, polisi, atau tentara.
C. Penyakit Menular dan Tidak Menular

a. Penyakit Menular
Penyakit menular adalah penyakit yang sangat berbahaya karena angka kematianyang
cukup tinggi dan dapat menimbulkan kecacatan. Menurut Kementerian Kesehatan, penyakit
Difteri merupakan penyakit menular mematikan yang menyerang saluran pernafasan bagian atas
(tonsil, faring, dan hidung) dan kadang-kadang selaput lender dan kulit. Penyakit ini disebabkan
bakter yaitu Corynebacterium diphteriae. Semua golongan umur bisa tertular, dan Sangat
perlu diwaspadai bahwa kecenderungan jumlah kasus penyakit ini meningkat sejak 2007. Ada
tiga kelompok utama penyakit menular :
1. Penyakit yang sangat berbahaya karena angka kematian cukup tinggi.
2. Penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan kematian dan cacat,walaupun
akibatnya lebih ringan dariyang pertama
3. Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian dan cacat tetapi dapat
mewabah yang menimbulkan kerugian materi.
Tiga sifat utama aspek penularan penyakit dari orang ke orang :
1. Waktu Generasi (Generation Time)
Masa antara masuknya penyakit pada pejamu tertentu sampai masa kemampuan maksimal
pejamu tersebut untuk dapat menularkan penyakit. Hal ini sangat penting dalam
mempelajari proses penularan. Perbedaan masa tunas denga waktu generasi yaitu Masa
tunas ditentukan oleh masuknya unsur penyebab sampai timbulnya gejala penyakit sehingga
tidak dapat ditentukan pada penyakit dengan gejala yang terselubung, waktu generasi ialah
waktu masuknya unsur penyebab penyakit hingga timbulnya kemampuan penyakit
tersebut untuk menularkan kepada pejamu lain walau tanpa gejala klinik atau terselubung.
2. Kekebalan Kelompok (Herd Immunity)
Adalah tingkat kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu terhadap
serangan atau penyebaran unsur penyebab penyakit menular tertentu berdasarkan tingkat
kekebalan sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut. Herd Immunity merupakan faktor
utama dalamproses kejadian wabah dimasyarakat sertakelangsungan penyakit pada
suatukelompok penduduk tertentu.
3. Angka Serangan(Attack Rate)
Adalah sejumlah kasus yang berkembang atau muncul dalam satusatuan waktu tertentu di
kalangan anggota kelompok yang mengalami kontak serta memiliki risiko atau kerentanan
terhadap penyakit tersebut. Formula angka serangan ini adalah banyaknya kasus baru (tidak
termasuk kasus pertama) dibagi dengan banyaknya orang yang pekadalam satu jangka
waktu tertentu. Angka serangan ini bertujuan untuk menganalisis tingkat penularan dan
tingkat keterancamam dalam keluarga, dimana tata cara dan konsep keluarga, sistem
hubungan keluarga dengan masyarakat serta hubungan individu dalam kehidupan sehari-hari
pada kelompok populasi tertentu merupakan unit epidemiologi tempat penularan penyakit
berlangsung.
b. Penyakit Tidak Menular
Penyakit tidak menular merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian
nasional maupun global pada saat ini. Data WHO tahun 2008 menunjukan bahwa dari 57 juta
kematian yang terjadi, 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh Penyakit Tidak
Menular. Empat terbanyak dari penyakit tidak menular yaitu penyakit kardiovaskuler, kanker,
penyakit pernapasan kronis, dan diabetes mellitus.
Penyakit tidak menular muncul dari kombinasi faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Fakor risiko yang tidak dapat dimodifikasi oleh
individu adalah usia, jenis kelamin, dan genetika. Sedangkan faktor risiko yang dapat
dimodifikasi adalah faktor yang dapat diubah melalui keadaran individu itu sendiri dan
intervensi sosial.. Faktor- faktor yang dapat dimodifikasi tersebut adalah :
1. Merokok
Efek berbahaya dari merokokterhadap kematian yang disebabkan oleh kanker, penyakit
kardiovaskuler, dan penyakit pernapasan kronis telah lama diketahui. Selain itu, paparan asap
rokok pada perokok pasif seperti ibu hamil, anak-anak, dan orang dewasa yang tidak hamil di
rumah maupun di tempat-tempat umum menyebabkan hasil kelahiran yang merugikan, penyakit
pernapasan pada masa kanak-kanak, dan penyakit lainnya seperti yang diderita oleh perokok
aktif.
2. Konsumsi Alkohol Alkohol
Merupakan zat psikoaktif dengan memproduksi substansi yang membuat ketergantungan
pengkonsumsinya.Dampak alkohol ditentukan oleh volume alkohol yang dikonsumsi, pola
minum, dan kualitas alkohol yang dikonsumsi. Pada tahun 2012, sekitar 3.3 juta kematian, atau
sekitar 5.9% dari seluruh kematian global disebabkan oleh konsumsi alkohol. Konsumsi alcohol
merupakan faktor risiko utama untuk beban penyakit di negara berkembang berkaitan dengan
berbagai penyakit dan cedera, termasuk kecelakaan lalu lintas, kekerasan, dan bunuh diri.
3. Pola Makan yang Buruk
Sekitar 16 juta (1%) DALYs (ukuran potensial kehilangan kehidupan karena kematian dini
dan tahun-tahun produktif yang hilang karena cacat) dan 1.7 juta (2.8%) dari kematian di seluruh
dunia disebabkan oleh kurangnya konsumsi buah dan sayur. Konsumsi cukup buah dan sayur
mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, kanker perut, dan kanker kolorektal. Konsumsi
makanan tinggi kalori seperti makanan olahan yang tinggi lemak dan gula cenderung
menyebabkan obesitas dibandingkan makanan rendah kalori seperti buah dan sayuran. Jumlah
garam yang dikonsumsi merupakan faktor penentu penting dari tingkat tekanan darah dan risiko
kardiovaskuler secara keseluruhan. Diperkirakan bahwa mengurangi asupan garam dari
konsumsi rata-rata 9-12 gram per hari menjadi 5 gram per hari memiliki dampak besar pada
tekanan darah dan penyakit kardiovaskuler.

4. Kurangnya Aktivitas Fisik


Aktivitas fisik yang tidak memadai merupakan satu dari sepuluh faktor risiko utama
kematian global. Orang yang kurang aktif secara fisik memiliki 20%-30% peningkatan faktor
risiko penyebab kematian dibandingkan dengan mereka yan setidaknya melakukan aktivitas
fisik selama 150 menit per minggu, atau setara seperti yang direkomendasikan WHO.
Aktivitas fisik yang teratur mengurangi risiko penyakit jantung iskemik, diabetes, kanker
payudara, dan kanker kolon.

D. Faktor Resiko Penyebab Penyakit Akibat Kerja

Faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya PAK adalah sebagai berikut :
1. Golongan fisik
a. Kebisingan dapat mengakibatkan gangguan pada pendengaran sampai dengan Non-
induced hearing loss
b. Radiasi (sinar radio aktif) dapat mengakibatkan kelainan darah dan kulit
c. Suhu udara yang tinggi dapat mengakibatkan heat stroke, heat cramps, atau
hyperpyrexia. Sedangkan suhu udara yang rendah dapat mengakibatkan frostbite,
trenchfoot atau hypothermia.
d. Tekanan udara yang tinggi dapat mengakibatkan caison disease
e. Pencahayaan yang tidak cukup dapat mengakibatkan kelahan mata. Pencahayaan yang
tinggi dapat mengakibatkan timbulnya kecelakaan.
2. Golongan kimia
a. Debu dapat mengakibatkan pneumokoniosis
b. Uap dapat mengakibatkan metal fumefever, dermatitis dan keracunan
c. Gas dapat mengakibatkan keracunan CO dan H2S
d. Larutan dapat mengakibatkan dermatitis
e. Insektisida dapat mengakibatkan keracunan
3. Golongan infeksi
b. Anthrax
c. Brucell
d. HIV/AIDS

4. Golongan fisiologis
Dapat disebabkan oleh kesalahan kontruksi, mesin, sikap badan yang kurang baik, salah
cara melakukan suatu pekerjaan yang dapat mengakibatkan kelelahan fisik bahkan lambat
laun dapat menyebabkan perubahan fisik pada tubuh pekerja.
5. Golongan mental
Dapat disebabkan oleh hubungan kerja yang tidak baik atau keadaan pekerjaan yang
monoton yang menyebabkan kebosanan.
Terdapat beberapa penyebab PAK yang umum terjadi di tempat kerja, berikut beberapa
jenis yang digolongkan berdasarkan penyebab dari penyakit yang ada di tempat kerja.
a. Golongan fisik: bising, radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara, vibrasi, penerangan.
b. Golongan kimiawi: semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas, larutan, kabut.
c. Golongan biologik: bakteri, virus, jamur, dll.
d. Golongan fisiologik/ergonomik: desain tempat kerja, beban kerja.
e. Golongan psikososial: stres psikis, monotomi kerja, tuntutan pekerjan.
E. Pencegahan Penyakit Akibat Kerja

Berikut ini adalah penerapan konsep lima tingkatan pencegahan penyakit (five level of
prevention disease) pada penyakit akibat kerja, yakni:
a. Peningkatan kesehatan (health promotion). Misalnya: penyuluhan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) pendidikan kesehatan, meningkatkan gizi yang baik, pengembangan
kepribadian, perusahaan yang sehat dan memadai, rekreasi, lingkungan kerja yang
memadai, penyuluhan perkawinan dan pendidikan seksual, konsultasi tentang keturunan dan
pemeriksaan kesehatan periodik.
b. Perlindungan khusus (specific protection). Misalnya : imunisasi, hygiene perorangan,
sanitasi lingkungan, serta proteksi terhadap bahaya dan kecelakaan kerja dengan
menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti helm, kacamata kerja, masker, penutup
telinga (ear muff dan ear plug) baju tahan panas, sarung tangan, dan sebagainya.
c. Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan segera serta pembatasan titik-titik lemah untuk
mencegah terjadinya komplikasi.
d. Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation). Misalnya: memeriksa dan mengobati
tenaga kerja secara komprehensif, mengobati tenaga kerja secara sempurna dan
pendidikan kesehatan.
e. Pemulihan kesehatan (rehabilitation). Misalnya: rehabilitasi dan mempekerjakan kemali
para pekerja yang menderita cacat. Sedapat mungkin perusahaan mencoba menempatkan
keryawan-karyawan cacat di jabatan yang sesuai.
Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah PAK adalah sebagai
berikut:
1. Menyingkirkan atau mengurangi risiko pada sumbernya, misalnya menggantikan bahan
kimia yang berbahaya dengan bahan yang tidak berbahaya.
2. Mengurangi risiko dengan pengaturan mesin atau menggunakan APD.
3. Menetapkan prosedur kerja secara aman untuk mengurangi risiko lebih lanjut.
4. Menyediakan, memakai dan merawat APD.

Anda mungkin juga menyukai