Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

“ USAHA KESEHATAN KERJA (UKK)”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Departemen Keperawatan Komunitas Keluarga dan Gerontik
Program Profesi Ners A.XV

Disusun Oleh :
Haryanti S.Kep
4012200015

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR


PROGRAM STUDI NERS ANGKATAN KE-15
TAHUN AKADEMIK 2019-2020

Jl. Mayjen Lili Kusumah-Sumanding Wetan No. 33 Kota Banjar


Tlp (0265) 741100 Fax (0265) 744043
web: www.stikesbp.ac.id

1
LAPORAN PENDAHULUAN
UPAYA KESEHATAN KERJA

A. Pengertian Konsep Kesehatan Kerja

Upaya Kesehatan Kerja adalah upaya penyerasian antara

kapasitas,beban,lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara

sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di

sekelilinnya,agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal(Undang-undang

Kesehatan Tahun 1992).

Konsep dari upaya kesehatan kerja ini adalah mengidentifikasi

permasalahan,mengevaluasi dan dilanjutkan dengan tindakan pengendalian.

Sasaran kesehatan kerja adalah manusia dan meliputi aspek kesehatan dari

pekerja itu sendiri. (Ferry efendi.2009)

Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau

kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja memperoleh

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik atau mental maupun

sosial dalam usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit

akibat kerja, gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor

pekerjaan dan lapangan kerja, serta penyakit-penyakit umum (Suma’mur,

1995).

Pengertian kesehatan kerja adalah adanya jaminan kesehatan pada saat

melakukan pekerjaan. Menurut WHO/ILO (1995), kesehatan kerja bertujuan

untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan

sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan,

2
pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh

kondisi pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko

akibat faktor yang merugikan kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaan

pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi

fisiologi dan psikologisnya. Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan

kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya

Notoatmodjo menyatakan bahwa kesehatan kerja adalah merupakan

aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat kerja (perusahaan,

pabrik, kantor, dan sebagainya) dan yang menjadi pasien dari kesehatan kerja

ialah masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar perusahan tersebut. Ciri

pokoknya adalah preventif (pencegahan penyakit) dan promotif (peningkatan

kesehatan). Oleh sebab itu, dalam kesehatan kerja pedomannya ialah:

“penyakit dan kecelakaan akibat kerja dapat dicegah”. Dari aspek ekonomi,

penyelenggaraan kesehatan kerja bagi suatu perusahaan adalah sangat

menguntungkan karena tujuan akhir dari kesehatan kerja ialah meningkatkan

produktifitas seoptimal mungkin

Berdasarkan defenisi tersebut diatas, kesehatan kerja diselenggarakan

agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri

sendiri dan masyarakat disekelilingnya agar diperoleh produktifitas kerja

yang optimal sejalan dengan perlindungan tenaga kerja (Depkes RI, 1991).

3
B. Tujuan Penerapan Keperawatan Kesehatan kerja

Tujuan kesehatan kerja dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-

kecelakaan akibat kerja.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.

3. Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan produktivitas tenaga kerja.

4. Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan semangat kerja.

5. Perlindungan bagi masyarakat sekitar lingkungan kerja agar terhindar

dari bahaya-bahaya pencemaran yang ditimbulkan oleh perusahaan

6. Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin

ditimbulkan oleh produk-produk perusahaan. (Suma’mur,1995).

C. Penyakit Akibat Kerja

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No:PER-01/MEN/1981

tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja bahwa yang dimaksud

dengan penyakit akibat kerja (PAK) adalah setiap penyakit yang disebabkan

oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Beberapa ciri penyakit akibat kerja

adalah dipengaruhi oleh populasi pekerja, disebabkan oleh penyakit spesifik,

ditentukan oleh pemajanan ditempat kerja, ada atau tidaknya kompetensi,

contohnya adalah keracunan timbal (Pb), asbesitosis, dan silikosis

(B.Sugeng.2003). Penyakit akibat kerja dibedakan menjadi empat kategori

oleh WHO yaitu :

4
1. Penyakit akibat pekerjaan itu sendiri saja, contoh Pneumoconiosis.

2. Penyakit yang salah satu sebabnya berasal dari pekerjaan. Contoh

Karsinoma Bronkhogenik.

3. Penyakit yang tidak hanya disebabkan oleh pekerjaan tapi juga penyakit-

penyakit lainnya dan pekerjaan termasuk salah satu di dalamnya.

Contohnya Bronkhitis Kronis.

4. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan memperberat penyakit itu

sendiri. Contoh penyakit asma.

D. Jenis Penyakit Akibat Kerja

Dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: PER-

01/MEN/1981 dicantumkan 30 jenis penyakit, sedangkan pada Keputusan

Presiden RI Nomor 22/1993 tentang Penyakit yang Timbul Karena Hubungan

Kerja memuat jenis penyakit yang sama dengan tambahan penyakit yang

disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat. Jenis-jenis penyakit

akibat kerja tersebut adalah sebagai berikut ini.Pneumokoniosis disebabkan

oleh debu mineral pembetukan jarigan parut (silikosis, antara kosilikosis,

asbestosis) dan silikotuberkolosis yang silikosisnya merupakan faktor utama

penyebab cacat atau kematian.

1. Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkoplumoner) yang

disebabkan oleh debu logam keras.

2. Penyakit paru dan saluran pernapasan (Bronkoplumoner) atau byssinosis

yang disebabkan oleh debu kapas, vlas, henep (serat yang diperoleh dari

5
batang tanaman Cannabis sativa) dan sisal (serat yang diperoleh dari

tumbuhan agavi sisalana,biasanya dibuat tali

3. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat

perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.

4. Alviolisis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat

penghirupan debu organik

5. Penyakit yang disebabkan oleh berilium (Be) atau persenyawaannya

beracun.

6. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium (Cd) atau persenyawaannya

beracun

7. Penyakit yang disebabkan oleh fosforus (P) atau persenyawaannya

beracun

8. Penyakit yang disebabkan oleh Kromium (Cr) atau persenyawaannya

beracun

9. Penyakit yang disebabkan oleh Mangan (Mn) atau persenyawaannya

beracun

10. Penyakit yang disebabkan oleh Arsenik (As) atau persenyawaannya

beracun

11. Penyakit yang disebabkan oleh Raksa atau Merkurium (Hg) atau

persenyawaannya beracun

12. Penyakit yang disebabkan oleh Timbel atau Plumbum (Pb) atau

persenyawaannya beracun

6
13. Penyakit yang disebabkan oleh Flourin (F) atau persenyawaannya

beracun

14. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida

15. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan

hidrokarbon alifatik atau aromatik yng beracun.

16. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun

17. Penyakit yang disebabkan oleh derivatnetro dan amina dari benzena atau

homolognya yang beracun.

18. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat laiinya.

19. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton

20. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab afiksia atau

keracunan seperti karonmonoksida, hidrogen sianida, hidrogen sulfida

atau derifatnya yang beracun, amoniak, seng, braso, nikel.

21. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan

22. Penyakit yang disebabkan oleh kelainan mekanik

23. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan

tinggi

24. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi eletronik dan mengion.

25. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik,

kimiawi, biologis.

26. Kanker kulit epiteiloma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen,

minyak mineral, antrasena atau persenyawaan, produk, dan residu dari

zat-zat tersebut.

7
E. Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja

Faktor penyakit akibat kerja pun bisa dibedakan menjadi beberapa

kategori tergantung dari bahan pekerjaannya, lingkungan pekerjaannya dan

proses serta cara kerjanya.Ada lima kategori faktor penyebab penyakit akibat

kerja, yakni sebagai berikut:

1. Golongan Fisik

Ini disebabkan oleh penerangan lampu yang kurang bagus, vibrasi,

tekanan yang sangat tinggi, suhu yang terlalu panas atau dingin, radiasi

dan suara bising.

2. Golongan kimiawi

Ini disebabkan karena bahan kimiawi yang mungkin mengkontaminasi

pekerjaan itu sendiri atau berasal dari bahan pekerjaan tersebut. Sebagai

contoh bahan kimiawi tersebut berasal dari gas, larutan, debu, uap, awan

atau kabut.

3. Golongan biologis

Hal ini disebabkan karena jamur, virus dan bakteri.

4. Golongan fisiologis

Hal ini bisa disebabkan oleh cara kerja dan penataan tempat kerja.

5. Golongan psikososial

Hal ini disebabkan karena lingkungan pekerjaan itu sendiri seperti stres

pada saat bekerja.

8
F. Fungsi dan Peran Perawat dalam Kesehatan Kerja (Occupational Health

Nursing)

Fungsi dan peran perawat dalam kesehatan kerja (K3) di industri adalah

sebagai berikut (Nasrul Effendy,1998).

1. Fungsi Perawat

a. Mengkaji masalah kesehatan

b. Menyusun rencana asuhan keperawatan kerja

c. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap

pekerja.

d. Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah

dilakukan.

2. Tugas Perawat

a. Mengawasi lingkungan pekerja

b. Mmelihara fasilitas kesehatan perusahaan

c. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja.

d. Membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan pekerja.

e. Merencnakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di

rumah pada pekerja dan keluarga pekerja yang mempunyai masalah

kesehatan.

f. Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan K3 terhadap

pekerja

g. Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja.

9
h. Memberi pendidikan kesehatan mengenai KB terhadap pekerja dan

keluargany.

i. Membantu usaha penyelidikn kesehatan pekerja

j. Mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3

G. Undang-Undang Kesehatan Kerja

UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja

yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003

tentang ketenaga kerjaan.

Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja

atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan

dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan

harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.

Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah

peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja

sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl

No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan

dan perkembangan yang ada.

Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang

keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja,

baik di  darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang

berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.Undang-

undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari

perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,

10
pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan,

barang produk tekhnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat

menimbulkan bahaya kecelakaan.

Pasal164, ayat :(1) Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi

pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh

buruk yang diakibatkan olehpekerjaan.(2) Upaya kesehatan kerja

sebagaimana dimaksud padaayat (1) meliputi pekerja di sektor formal dan

informal.(3) Upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang berada di lingkungan tempat

kerja.(4) Upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2) berlaku juga bagi kesehatan pada lingkungan tentara nasional

Indonesia baik darat, laut, maupun udara serta kepolisian Republik Indonesia.

(5) Pemerintah menetapkan standar kesehatan kerja sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2).(6) Pengelola tempat kerja wajib menaati standar

kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan menjamin

lingkungan kerja yang sehat sertabertanggung jawab atas terjadinya

kecelakaan kerja.(7) Pengelola tempat kerja wajib bertanggung jawab atas

kecelakaan kerja yang terjadi di lingkungan kerja sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 165 ayat : (1) Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala

bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan,peningkatan, pengobatan

dan pemulihan bagi tenaga kerja.(2) Pekerja wajib menciptakan dan menjaga

kesehatan tempat kerja yang sehat dan menaati peraturan yangberlaku di

11
tempat kerja.(3) Dalam penyeleksian pemilihan calon pegawai pada

perusahaan/instansi, hasil pemeriksaan kesehatan secara fisik dan mental

digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.(4)

Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)

dilaksanakan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

Pasal 166 ayat : (1) Majikan atau pengusaha wajib menjamin kesehatan

pekerja melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan

serta wajib menanggungseluruh biaya pemeliharaan kesehatan pekerja.(2)

Majikan atau pengusaha menanggung biaya atas gangguan kesehatan akibat

kerja yang diderita oleh pekerja sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.(3) Pemerintah memberikan dorongan dan bantuan untuk

perlindungan pekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

H. Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja yang diderita tenaga kerja merupakan suatu

kecelakaan yang harus dilaporkan untuk mendapatkan perlindungan

keselamatan dan kesehatan kerja terhadap penyakit akibat kerja didalam

system manajemen kesehatan kerja. Upaya pencegahan kecelakaan kerja :

1. Pendekatan manusia

Pencegahan kecelakaan dipandang dari aspek manusianya harus

berawal pada hari pertama kerja. Setiap karyawan harus mengetahui

fungsi, jabatan, pekerjaan, dan tanggung jawab. Selain itu juga harus

dipegang prinsip bahwa kesalahan utama pada manusia adalah kurang

bergairah, kurang terampil, kurang tepat, terganggu emosi, dan lain-lain

12
(Andi, 2001). Dengan demikian manajemen harus menyeleksi calon

karyawan dan mengadakan pelatihan agar dapat kualitas sesuai dengan

pekerjaannya. Misalnya, agar mendapat pekerjaan yang :

a. Terampil, harus diberikan pelatihan yang cukup.

b. Sesuai, dengan pimpinan yang benar.

c. Bergairah, dengan seleksi yang cukup dan sesuai.

d. Berhati-hati dengan seleksi dan latihan yang cukup.

e. Tahu, dengan pendidikan yang cukup dan sesuai.

f. Sikap positif, dengan menciptakan hubungan yang baik.

2. Beban kerja

Beban kerja yang diberikan pada setiap pegawai harus disesuaikan

dengan kemampuan setiap pekerja, agar tidak terjadi kelebihan dan

kekurangan beban kerja. Sehingga dapat mnguragi gairah dalam bekerja.

3. Shift kerja

Permasalahan pada system shift adalah pekerja kesulitan untuk

beradaptasi dengan system shift. Misalnya, hanya bekerja pada shift

malam. Oleh karena itu, pihak manajemen berperan dalam menentukan

shift, agar setiap pekerja memperoleh jam istirahat yang cukup dalam

menjalankan sistem shift.

4. Jam kerja

Lama kerja yang baik adalah 40 jam/minggu atau 8 jam/hari.

Apabila tuntutan pekerjaan mengharuskan untuk bekerja lebih dari jam

13
kerja maka pihak manajemen harus memberikan kompensasi untuk

kelebihan jam kerja.

5. Pendekatan lingkungan

Lingkungan sangat berpengaruh dalam terjadinya kecelakaan.

Sehingga pendekatan lingkungan diharapkan dapat menghilangkan,

mengendalikan bahaya-bahaya yang mungkin dapat timbul. Bahaya

tersebut dapat berupa listrik, mekanik, fisik dan kimia. Pendekatan

lingkungan dapat dilakukan dengan pemakaian alat pelindung diri,

penerangan yang cukup, pengendalian temperatur, manajemen

kebisingan dan lain-lain. 

6. Pendekatan manajemen

Manajemen merupakan sarung ilmu yang mencakup aspek sosial

dan eksak sehingga tidak terlepas dari tanggung jawab kesehatan dan

keselamatan kerja. Oleh karena itu, manajemen harus menyadari :

a. Adanya biaya pencegahan.

b. Kerugian akibat kecelakaan menimpa karyawan dan peralatan.

c. Terdapat selisih yang signifikan antara biaya pencegahan dan

kerugian akibat kecelakaan kerja.

d. Kecelakaan kerja selalu menyangkut manusia, peralatan dan proses.

e. Manusia merupakan faktor dominan dalam setiap kecelakaan.

14
Untuk keberhasilan pelaksanaan dan pengendalian terhadap

keselamatan kerja harus dirumuskan dalam suatu program :

a. Kebijakan keselamatan kerja.

b. Pembagian tanggung jawab dan tanggung gugat.

c. Panitia keselamatan kerja.

d. Peraturan standar dan prosedur keselamatan kerja.

e. Sistem menentukan bahaya dan penyelidikan kecelakaan.

f. Program motivasi kerja.

g. Perencanaan pengandalian darurat.

h. Progam pengendalian kebakaran.

i. Program pemilihan, penempatan dan pembinaan karyawan.

j. Pengawasan dan penekanana kebijakan keselamatan kerja.

k. Penilaian efektifitas program keselamatan kerja.

15
DAFTAR PUSTAKA

Mondy, R.W., 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh


(terjemahan), Jakarta : Penerbit Erlangga

Undang - Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


(http://prokum.esdm.go.id/uu/2003/uu-13-2003.pdf)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3): Definisi, Indikator Penyebab dan Tujuan
Penerapan Keselatan dan Kesehatan Kerja (http://jurnal-
sdm.blogspot.com/2009/10/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3.html)

16

Anda mungkin juga menyukai