DISUSUN OLEH:
NAMA : M.MAULANA NI
NIM : 14.09.1906
KELAS : F/KM/1
KELOMPOK : F6
M.Maulana N.I
14.09.1906
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Soekotjo Joedoatmodjo, Ketua Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Nasional (DK3N) menyatakan bahwa frekuensi kecelakaan kerja di perusahaan
semakin meningkat, sementara kesadaran pengusaha terhadap Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) masih rendah, yang lebih memprihatinkan pengusaha dan
pekerja sektor kecil menengah menilai K3 identik dengan biaya sehingga menjadi
beban, bukan kebutuhan. Catatan PT Jamsostek dalam tiga tahun terakhir (1999 -
2001) terbukti jumlah kasus kecelakaan kerja mengalami peningkatan, dari 82.456
kasus pada 1999 bertambah menjadi 98.902 kasus di tahun 2000 dan berkembang
menjadi 104.774 kasus pada 2001. Untuk angka 2002 hingga Juni, tercatat 57.972
kasus, sehingga rata - rata setiap hari kerja terjadi sedikitnya lebih dari 414 kasus
kecelakaan kerja di perusahaan yang tercatat sebagai anggota Jamsostek. Sedikitnya
9,5 persen dari kasus kecelakaan kerja mengalami cacat, yakni 5.476 orang tenaga
kerja, sehingga hampir setiap hari kerja lebih dari 39 orang tenaga kerja mengalami
cacat tubuh. (www.gatra.com)
Direktur Operasi dan Pelayanan PT Jamsostek (Persero), Djoko Sungkono
menyatakan bahwa berdasarkan data yang ada pada PT Jamsostek selama Januari-
September 2003 selama di Indonesia telah terjadi 81.169 kasus kecelakaan kerja,
sehingga rata-rata setiap hari terjadi lebih dari 451 kasus kecelakaan kerja. Ia
mengatakan dari 81.169 kasus kecelakaan kerja, 71 kasus diantaranya cacat total
tetap, sehingga rata-rata dalam setiap tiga hari kerja tenaga kerja mengalami cacat
total dan tidak dapat bekerja kembali. "Sementara tenaga kerja yang meninggal dunia
sebanyak 1.321 orang, sehingga hampir setiap hari kerja terdapat lebih tujuh kasus
meninggal dunia karena kecelakaan kerja," ujarnya (www.kompas.co.id)
Menurut International Labour Organization (ILO), setiap tahun terjadi 1,1
juta kematian yang disebabkan oleh karena penyakit atau kecelakaan akibat
hubungan pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan dan
sisanya adalah kematian karena penyakit akibat hubungan pekerjaan, dimana
diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan baru setiap
tahunnya (Pusat Kesehatan Kerja, 2005)
RUMUSAN MASALAH
Dalam rumusan masalah di sini, maka akan dicari jawaban daripada :
• Apa pengertian dan tujuan kesehatan dan keselamatan kerja?
• Apa pengertian dari kecelakaan kerja?
• Apa penyebab kecelakaan kerja?
• Apa saja jenis penyakit akibat kerja?
PENGERTIAN
Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor
Penyakit Akibat Kerja menyebutkan bahwa Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah
setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.
Beberapa ciri penyakit akibat kerja adalah :
1. Populasi pekerja
2. Penyebab spesifik
3. Pemajanan di tempat kerja sangat menentukan
4. Kompensasi ada
5. Contohnya adalah keracunan Pb, Asbestosis, Silikosis (Budiono, Sugeng.
2003)
KECELAKAAN KERJA
PENGERTIAN
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03 /MEN/1998 tentang Tata
Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang dimaksud dengan
kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula
yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda
PENYEBAB KECELAKAAN KERJA
Secara umum, ada dua sebab terjadinya kecelakaan kerja, yaitu penyebab langsung
(immediate causes) dan penyebab dasar (basic causes).
1. Penyebab Dasar
a. Faktor manusia/pribadi, antara lain karena:
i. kurangnya kemampuan fisik, mental, dan psikologis
ii. kurangnya/lemahnya pengetahuan dan ketrampilan/keahlian
iii. stress
iv. motivasi yang tidak cukup/salah
b. Faktor kerja/lingkungan, antara lain karena:
i. tidak cukup kepemimpinan dan atau pengawasan
ii. tidak cukup rekayasa (engineering)
iii. tidak cukup pembelian/pengadaan barang
iv. tidak cukup perawatan (maintenance)
v. tidak cukup alat-alat, perlengkapan dan berang-barang/bahan-
bahan
vi. tidak cukup standard-standard kerja
vii. penyalahgunaan
2. Penyebab Langsung
a. Kondisi berbahaya (unsafe conditions/kondisi-kondisi yang tidak
standard) yaitu tindakan yang akan menyebabkan kecelakaan,
misalnya (Budiono, Sugeng, 2003) :
i. Peralatan pengaman/pelindung/rintangan yang tidak memadai
atau tidak memenuhi syarat
ii. Bahan, alat-alat/peralatan rusak
iii. Terlalu sesak/sempit
iv. Sistem-sistem tanda peringatan yang kurang mamadai
v. Bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan
vi. Kerapihan/tata-letak (housekeeping) yang buruk
vii. Lingkungan berbahaya/beracun : gas, debu, asap, uap, dll
viii. Bising
ix. Paparan radiasi
x. Ventilasi dan penerangan yang kurang
b. Tindakan berbahaya (unsafe act/tindakan-tindakan yang tidak
standard) adalah tingkah laku, tindak-tanduk atau perbuatan yang
akan menyebabkan kecelakaan, misalnya (Budiono, Sugeng, 2003) :
i. Mengoperasikan alat/peralatan tanpa wewenang.
ii. Gagal untuk memberi peringatan.
iii. Gagal untuk mengamankan
iv. Bekerja dengan kecepatan yang salah
v. Menyebabkan alat-alat keselamatan tidak berfungsi
vi. Memindahkan alat-alat keselamatan
vii. Menggunakan alat yang rusak
viii. Menggunakan alat dengan cara yang salah
ix. Kegagalan memakai alat pelindung/keselamatan diri secara
benar
DIAGNOSIS SPESIFIK PENYAKIT AKIBAT KERJA
Secara teknis penegakkan diagnosis dilakukan dengan (Budiono, Sugeng, 2003) :
1. Anamnesis/wawancara meliputi : identitas, riwayat kesehatan, riwayat
penyakit, keluhan
2. Riwayat pekerjaan (kunci awal diagnosis):
a. Sejak pertama kali bekerja
b. Kapan, bilamana, apa yang dikerjakan, bahan yang digunakan, jenis
bahaya yang ada, kejadian sama pada pekerja lain, pemakaian alat
pelindung diri, cara melakukan pekerjaan, pekerjaan lain yang
dilakukan, kegemaran (hobby), kebiasaan lain (merokok, alkohol)
c. Sesuai tingkat pengetahuan, pemahaman pekerjaan
3. Membandingkan gejala penyakit waktu bekerja dan dalam keadaan tidak
bekerja
a. waktu bekerja gejala timbul/lebih berat, waktu tidak bekerja/istirahat
gejala berkurang/hilang
b. Perhatikan juga kemungkinan pemajanan di luar tempat kerja
c. Informasi tentang ini dapat ditanyakan dalam anamnesis atau dari data
penyakit di perusahaan
4. Pemeriksaaan fisik, yang dilakukan dengan catatan
a. gejala dan tanda mungkin tidak spesifik
b. pemeriksaan laboratorium penunjang membantu diagnostik klinik
c. dugaan adanya penyakit akibat kerja dilakukan juga melalui
pemeriksaan laboratorium khusus/pemeriksaan biomedik.
5. Pemeriksaan laboratorium khusus/pemeriksaan biomedik
a. Misal : pemeriksaan spirometri, foto paru (pneumokoniosis-
pembacaan standard ILO)
b. Pemeriksaan audiometri
c. Pemeriksaan hasil metabolit dalam darah/urine.
6. Pemeriksaan/pengujian lingkungan kerja atau data higiene perusahaan, yang
memerlukan :
a. kerjasama dengan tenaga ahli higiene perusahaan
b. kemampuan mengevaluasi faktor fisik/kimia berdasarkan data yang
ada
c. Pengenalan secara langsung cara/sistem kerja, intensitas dan lama
pemajanan
7. Konsultasi keahlian medis/keahlian lain
a. Seringkali penyakit akibat kerja ditentukan setelah ada diagnosis
klinik, kemudian dicari faktor kausa di tempat kerja, atau melalui
pengamatan/penelitian yang relatif lebih lama
b. Dokter spesialis lainnya, ahli toksikologi dan dokter penasehat (kaitan
dengan kompensasi).
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor
Penyakit Akibat Kerja menyebutkan bahwa Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah
setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan.
Setiap pekerjaan pastilah mempunyai dampak baik yang langsung maupun
tidak, dan itu yang membuat orang akan sadar bila orang atau orang lain terkena
dampaknya, maka orang yang belum terkena penyakit dari dampak pekerjaan itu,
maka ia akan menjaga kesehatan yang lebih daripada sebelum ada kasus yang
terkena dampak dari pekerjaan itu
SARAN
Melakukan Penerapan konsep five level of prevention deseases pada PAK
Penerapan konsep 5 tingkatan pencegahan penyakit (five level of prevention
deseases) pada Penyakit Akibat Kerja adalah (Silalahi, Benet dan Silalahi,
Rumondang, 1985) :
• Health Promotion (peningkatan kesehatan)
Misalnya : pendidikan kesehatan, meningkatkan gizi yang baik,
pengembangan kepribadian, perusahaan yang sehat dan memadai, rekreasi,
lingkungan kerja yang memadai, penyuluhan perkawinan dan pendidikan
seks, konsultasi tentang keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik.
• Specific Protection ( perlindungan khusus)
Misalnya : imunisasi, higiene perorangan, sanitasi lingkungan, proteksi
terhadap bahaya dan kecelakaan kerja.
• Early diagnosis and prompt treatment (diagnosa dini dan pengobatan tepat)
Misalnya : diagnosis dini setiap keluhan dan pengobatan segera, pembatasan
titik-titik lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.
• Disability limitation (membatasi kemungkinan cacat)
Misalnya : memeriksa dan mengobati tenaga kerja secara komprehensif,
mengobati tenaga kerja secara sempurna, pendidikan kesehatan.
• Rehabilitasi (pemulihan kesehatan)
Misalnya : rehabilitasi dan mempekerjakan kembali para pekerja yang
menderita cacat. Sedapat mungkin perusahaan mencoba menempatkan
karyawan-karyawan cacat di jabatan-jabatan yang sesuai
DAFTAR PUSTAKA