Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah yang memberikan Rahmat
Nikmat kesehatan dan kekuatan sehingga penulisan makalah yang berjudul
Epidemiologi Kesehatan dan Keselamatan Kerja dapat terselesaikan.
Makalah ini disusun sebagai tugas pada mata kuliah Epidemiologi.
Olehnya itu, penulis menyampaikan terimakasih juga kepada dosen kami karena
telah memberi waktu dan kesempatan dalam menyusun makalah ini.
Kemudian bila dalam pembahasan yang dijelaskan tentunya mungkin
masih jauh dari kesempurnaan, maka kritikan dan saran sangat diharapkan dari
semua pihak yang sifatnya membangun guna kesempurnaan makalah ini
selanjutnya. Semoga makalah ini membawa manfaat bagi kita semua.
Demikian makalah ini dibuat dan atas segala kritikan dan saran yang
diberikan, diucapkan banyak terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................
1.3 Tujuan.........................................................................................
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Definisi Epidemiologi...........................................................
2.2 Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja .........................
2.3 Definisi Epidemiologi dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
2.4 Definisi Penyakit Akibat Kerja.............................................
2.5 Jenis-jenis Penyakit Akibat Kerja.........................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................
3.2 Saran......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan
perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat
manusiawi atau bermartabat.
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis
sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait
dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin
tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja.
Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun
2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat
yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar
negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa
Indonesia. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian
materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi
secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak
pada masyarakat luas. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK)
di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum
terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat
kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan
kecenderungan peningkatan prevalensi.
Penyakit pertama yang diduga merupakan Penyakit Akibat Kerja (PAK)
adalah silikosis yang sudah terjadi pada masa manusia membuat peralatan dari
batu api. Pengetahuan mengenai PAK masih terbatas karena sulitnya melakukan
studi epidemiologi, hal ini disebabkan berbagai hal seperti definisi PAK yang
belum jelas, praktek hygiene industri dan cara-cara laporan yang berbeda, tidak
ada studi kontrol, tidak mungkin menentukan gejala minimal, banyak karyawan
tidak melapor dan sudah meninggalkan tempat kerja sewaktu penelitian dilakukan
2
sehingga hanya ditemukan survivor population. Hal tersebut terlihat dari
sedikitnya laporan PAK di Indonesia. PAK tersering adalah yang mengenai
saluran napas yaitu asma dan rinitis. Selain gangguan-gangguan yang didapatkan
para pekerja saat bekerja di tempat kerja mereka seperti yang telah disebutkan
sebelumnya juga terdapat gangguan yang sangat berbahaya bagi pekerja jika
tempat kerja mereka memiliki tingkat kebisingan yang sangat tinggi seperti
PT.PLN maupun industri-industri lainnya yang dalam berjalannya industri
tersebut menimbulkan kebisingan dengan tingkat yang tinggi kepada pekerjanya
yakni mengenai noice induced hearing loss (NIHL) atau yang lebih dikenal
dengan gangguan pendengaran, terutama kehilangan pendengaran karena bising.
Gangguan ini tidak menyebabkan kematian. Akan tetapi dapat menyebabkan cacat
permanen apabila tidak segera dilakukan pencegahan dini terhadapnya. Berangkat
dari ini penulis ingin membahas lebih jauh mengenai penyakit gangguan
pendengaran akibat kebisingan atau noice induced hearing loss (NIHL). Dengan
tujuan memberikan gambaran epidemiologi penyakit ini walaupun tidak secara
mendetail sebab diketahui bahwa pada penyakit akibat kerja seperti penyakit ini
sulit dilakukan studi epidemiologi secara mendalam, paling tidak tujuan penulisan
ini, penulis memberikan gambaran epidemiologi agar nantinya diketahui
gambaran umum, penyebab, klasifikasi, perjalanan penyakit, keadaan penyakit ini
di masyarakat luas, yang nantinya dapat dilakukan pencegahan terhadap penyakit
ini apabila telah diketahui hal-hal yang disebutkan di atas.
3
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui definisi penyakit gangguan pendengaran akibat kebisingan
atau Nioce Induced Hearing Loss (NIHL).
2. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit gangguan pendengaran akibat kebisingan
atau Nioce Induced Hearing Loss (NIHL).
3. Untuk mengetahui etiologi penyakit gangguan pendengaran akibat kebisingan
atau Nioce Induced Hearing Loss (NIHL).
4. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit gangguan pendengaran akibat
kebisingan atau Nioce Induced Hearing Loss (NIHL).
5. Untuk mengetahui pathogenesis penyakit gangguan pendengaran akibat
kebisingan atau Nioce Induced Hearing Loss (NIHL).
6. Untuk mengetahui epidemiologi penyakit gangguan pendengaran akibat
kebisingan atau Nioce Induced Hearing Loss (NIHL).
7. Untuk mengetahui diagnosis/pemeriksaan penunjang penyakit gangguan
pendengaran akibat kebisingan atau Nioce Induced Hearing Loss (NIHL).
8. Untuk mengetahui pencegahan serta pengendalian penyakit gangguan
pendengaran akibat kebisingan atau Nioce Induced Hearing Loss (NIHL).
4
BAB II
KAJIAN TEORI
5
Banyak definisi tentang epidemiologi yang dikemukakan oleh para ahli,
beberapa diantaranya :
1. W.H Welch
Suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan
penyakit, terutama penyakit infeksi menular. Dalam perkembangannya,
masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja,
melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degeneratif, kanker, penyakit
jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Oleh karena batasan
epidemiologi menjadi lebih berkembang.
2. Maunser dan Kramer
Studi tentang distribusi dan determinan dari penyakit dan kecelakaan pada
populasi manusia.
3. Clast
Studi tentang distribusi dan determinan tentang keadaan atau kejadian yang
berkaitan dengan kesehatan pada populasi tertentu dan aplikasi studi untuk
menanggulangi masalah kesehatan.
4. Mac Mohon dan Pugh
Epidemiologi adalah sebagai cabang ilmu yang mempelajari penyebaran
penyakit dan faktor –faktor yang menetukan terjadinya penyakit pada
manusia.
5. Omran
Epidemiologi adalah suatu studi mengenai terjadinya distribusi keadaan
kesehatan, penyakit dan perubahan penduduk, begitu juga determinannya dan
akibat-akibat yang terjadi pada kelompok penduduk.
6. W.H Frost
Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya distribusi, dan
jenis penyakit pada manusia menurut waktu dan tempat.
7. Azrul Azwar
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran
masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan.
6
2.2 Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
2.2.1 Kesehatan Kerja
Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental
dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan
melainkan juga menunjukan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan
dan pekerjaannya.
Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat tetap
sehat dan bukan sekedar mengobati, merawat atau menyembuhkan gangguan
kesehatan atau penyakit. Oleh karenanya, perhatian utama dibidang kesehatan
lebih ditujukan ke arah pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya penyakit
serta pemeliharaan kesehatan seoptimal mungkin.
Status kesehatan seseorang, menurut blum (1981) ditentukan oleh empat
faktor yakni :
1. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan) kimia
(organik/anorganik, logam berat, debu), biologik (virus, bakteri,
microorganisme) dan sosial budaya (ekonomi, pendidikan, pekerjaan).
2. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku.
3. Pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan
kecacatan, rehabilitasi.
4. Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.
“Pekerjaan mungkin berdampak negatif bagi kesehatan akan tetapi sebaliknya
pekerjaan dapat pula memperbaiki tingkat kesehatan dan kesejahteraan
pekerja bila dikelola dengan baik. Demikian pula status kesehatan pekerja
sangat mempengaruhi produktivitas kerjanya. Pekerja yang sehat
memungkinkan tercapainya hasil kerja yang lebih baik bila dibandingkan
dengan pekerja yang terganggu kesehatannya”.
Menurut Suma’mur (1976) Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu
kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/
masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik
fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap
penyakit/ gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan
lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum.
7
Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan
sekedar “kesehatan pada sektor industri” saja melainkan juga mengarah
kepada upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya
(total health of all at work).
(http://www.google.com/definisi_kesehatan_dan_keselamatan_kerja/html/
diakses 8/9/2011).
8
2.2.3 Faktor Resiko di Tempat Kerja
Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan kerja, seperti
disebutkan diatas, dalam melakukan pekerjaan perlu dipertimbangkan berbagai
potensi bahaya serta resiko yang bisa terjadi akibat sistem kerja atau cara kerja,
penggunaan mesin, alat dan bahan serta lingkungan disamping faktor manusianya.
Istilah hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya sesuatu yang potensial
untuk mengakibatkan cedera atau penyakit, kerusakan atau kerugian yang dapat
dialami oleh tenaga kerja atau instansi. Sedang kemungkinan potensi bahaya
menjadi manifest, sering disebut resiko. Baik “hazard” maupun “resiko” tidak
selamanya menjadi bahaya, asalkan upaya pengendaliannya dilaksanakan dengan
baik.
Ditempat kerja, kesehatan dan kinerja seseorang pekerja sangat dipengaruhi
oleh:
1. Beban Kerja berupa beban fisik, mental dan sosial sehingga upaya
penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan.
2. Kapasitas Kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan,
kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya.
3. Lingkungan Kerja sebagai beban tambahan, baik berupa faktor fisik, kimia,
biologik, ergonomik, maupun aspek psikososial.
(http://www.google.com/definisi_kesehatan_dan_keselamatan_kerja/html/
diakses 8/9/2011).
9
oksigen disebabkan oleh peristiwa tertentu, insiden atau serangkaian peristiwa
dalam hari kerja tunggal atau pergeseran. Termasuk adalah luka terbuka, luka
intrakranial dan internal, pitam panas, hipotermia, asphyxiations, keracunan akut,
yang dihasilkan dari paparan jangka pendek terbatas untuk menggeser pekerja,
bunuh diri dan pembunuhan, dan cedera kerja terdaftar sebagai penyebab atau
iuran kematian.
Penggunaan kajian epidemiologi terhadap hal tersebut di antaranya :
1. Deskripsi penyakit cara memulai dan mengembangkan.
2. Penentuan penyebab.
3. Identifikasi kelompok berisiko.
4. Pemantauan penyaki, menyelidiki tren, studi upaya pencegahan.
5. Selidiki epidemi.
6. Mengevaluasi program pencegahan.
7. Evaluasi pengobatan atau rehabilitasi.
(Modjo, Robiana : Epidemiologi dalam K3)
10
misalnya debu hitam hitam, obat serangga. Akhirnya, penyakit akibat kerja
memiliki spefisik, misalnya asbes menyebabkan asbestosis. (Jeyaratnam.et al.
Buku Ajar Praktek Kedokteran Kerja : 3).
Tabel 2.1 Resiko Kesehatan Kerja
No Efek yang Merugikan Kesehatan dan
Faktor Resiko
. Akibat Kerja
1. Faktor resiko mekanis Kecelakaan dan ruda paksa pada pekerja
Tegangan fisiologis dan Kelainan musculoskeletal, stress mental,
2.
pekerjaan fisik yang berat nyeri punggung bawah
Ruda paksa, stress mental, produktivitas
3. Faktor ergonomi
dan mutu kerja menurun
Faktor fisik misalnya getaran Noice-induced hearing loss, penyakit
4.
dan suara pembuluh darah karena trauma
Intoksikasi, fibrosis, kanker, alergi,
5. Bahaya kimiawi
kerusakan system saraf
6. Faktor biologi Infeksi, alergi
Stress psikis, ketidakpuasan dalam
7. Tekanan psikologis
pekerjaan, semangat padam dan muram
Konflik, produktivitas menurun, mutu
8. Aspek psikososial pekerjaan
kerja menurun, stres mental
(Jeyaratnam.et al. Buku Ajar Praktek Kedokteran Kerja : 4).
11
4. Asam akibat kerja yang disebabkan oleh sensitisasi dan zat perangsang yang
dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik.
6. Penyakit yang disebkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun.
7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmiun atau persenyawaannya yang beracun.
8. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yang beracun.
9. Penyakit yang disebakan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
10. Penyakit yang disebabkna oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun.
11. Penyakit yang disebkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun.
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbul atau persenyawaannya yang beracun.
14. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaannya yang beracun.
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfide.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen persenyawaan dari
hidrokarbon alifatik atau aromatic yang beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzene atau homolognya yang beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan
seperti karbon monoksida, hidrogensianida, hydrogen sulfide, atau derivatnya
yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel.
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat,
tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik dan radiasi mengion.
26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi,
atau biologik.
12
27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen,
minyak mineral antrasena atau persenyawaan, prodduk atau residu dari zat
tersebut.
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau
kelembaban udara tinggi.
31. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Epidemiologi lahir berdasarkan dua asumsi dasar. Pertama, penyakit pada
populasi manusia tidak terjadi dan tersebar begitu saja secara acak. Kedua,
penyakit pada manusia sesungguhnya mempunyai faktor penyebab dan faktor
preventif yang dapat diidentifikasi melalui penelitian sistematik pada berbagai
populasi, tempat, dan waktu. Berdasarkan asumsi tersebut, epidemiologi dapat
didefinisikan sebagai ” ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan –
determinan frekuensi penyakit dan status kesehatan pada populasi manusia.
Tujuan akhir riset epidemiologi yaitu mencegah kejadian penyakit, mengurangi
dampak penyakit dan meningkatkan status kesehatan manusia. Sasaran
epidemiologi adalah populasi manusia, bukan individu. Ciri-ciri ini yang
membedakan epidemiologi dari ilmu kedokteran klinik dan ilmu-ilmu biomedik,
yang lebih memusatkan perhatiannya kepada individu, jaringan, atau organ.
Epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja, bentuk ini merupakan salah
satu bagian epidemioloi yang mempelajari serta mnganalisis keadaan kesehatan
tenaga kerja akibat pengaruh keterpaparan pada lingkubngan kerja, baik yang
bersifat fisik kimiawo biologis maupun social budaya, serta kebiasaan hidup para
pekerja. Bentuk ini sangat berguna dalam analisis tingkat kesehatan ekerja serta
untuk menilai keadaan dan lingkungan kerja serta penyakit akibat kerja.
3.2 Saran
Penulis sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan dalam
mempelajari tentang epidemiologi khususnya kesehatan dan keselamatan kerja.
Dan harapan penulis makalah ini tidak hanya berguna bagi penulis tetapi juga
berguna bagi semua pembaca. Terakhir dari penulis walaupun makalah ini kurang
sempurna penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di kemudian
hari.
14
DAFTAR PUSTAKA
15