Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENELITIAN DARI TANGGAL 31 OKTOBER – 4 NOVEMBER 2016

GAMBARAN PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN KECELAKAAN KERJA

DI PT SEMEN PADANG INDARUNG II/III

Oleh :

Dokter Muda Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

1. Nana Sri Rahayu 9. Cory Dwi Farwami


2. Mardiansyah Ikhsan Pramana 10. Mila Permata Sari
3. Kemal Fadhli Hadi 11. Oji Z Saputra
4. Sri Rahayu MK 12. Hidayaturrahmi F
5. Nurhayani Fatimah 13. Denisa Alfadilah
6. Juwi Aguarti 14. Muhammad Aqil G
7. Dwi Rizki Fadhilah 15. Mhicya Utami R
8. Jeffry Hendry Fakhruddin 16.Seruni Allisa Aslim

Pembimbing :

BIRO SAFETY, HEALTH, AND ENVIRONMENT PT SEMEN PADANG


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan salah satu hak asasi yang fundamental bagi setiap manusia. Salah
satu hak kesehatan ialah bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Hal ini
tertuang dalam pasal 28H UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal, mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah pelayanan
kesehatan kerja.1
Kesehatan pekerja merupakan hal penting dalam ruang lingkup kerja, sebagaimana
tertuang dalam UU RI No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pada pasal 86 menyatakan
bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan
dan kesehatan kerja. Kesehatan kerja merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan sebab
pekerjaan dan lingkungan kerja berkontribusi menimbulkan risiko terhadap kesehatan pekerja.
Risiko tersebut menimbulkan berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga
kerja, menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja, serta menimbulkan kecelakaan maupun
penyakit pada pekerja. Sebagai contoh, pekerja yang bekerja di pabrik semen cenderung terpapar
oleh debu yang dapat menimbulkan penumpukan debu yang tinggi di paru-paru sehingga
menyebabkan kelainan dan kerusakan paru, hal ini dikenal sebagai pneumokoniosis. Pekerja
pabrik semen juga memiliki risiko untuk mengalami kecelakaan berupa tertimpa barang berat atau
jatuh dari ketinggian. Risiko-risiko tersebut tidak akan pernah terlepas dari setiap jenis pekerjaan
namun dapat diminimalisir dengan melakukan pengendalian risiko.2,3
Pengendalian risiko yang buruk dapat berakibat menimbulkan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja. Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang tinggi di tempat kerja tidak
hanya merugikan pekerja karena hilangnya pendapatan selama tidak dapat bekerja, menurunnya
jumlah pekerja karena penyakit akibat kerja atau kecelakaan kerja juga dapat merugikan pemilik
tempat kerja karena produktivitas perusahaan akan menurun. Hal ini menyiratkan bahwa upaya
pengendalian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja harus ditingkatkan demi menjaga
keselamatan dan kesehatan pekerja.4
PT Semen Padang sebagai salah satu perusahaan besar memiliki 1849 pekerja yang perlu
diperhatikan keselamatan serta kesehatannya. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem keselamatan dan
kesehatan kerja demi menjamin kondisi kerja yang sehat dan aman bagi para pekerja. Salah satu
upaya kesehatan kerja ialah upaya pencegahan dan penanganan. Pada dasarnya, kecelakaan dan
penyakit tersebut dapat dihindari dengan melakukan tindakan pencegahan sederhana di tempat
kerja dan dilakukan secara konsisten. Tindakan pencegahan seperti selalu menggunakan alat
pelindung diri yang sesuai jenis pekerjaan terbukti menurunkan risiko terhadap kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja, sedangkan tindakan penanganan dilakukan sesua dengan jenis penyakit
akibat kerja dan jenis kecelakaan kerjanya.5,6
Berdasarkan uraian diatas, Dokter Muda bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat yang sedang
magang di PT Semen Padang tertarik untuk mengetahui gambaran penyakit akibat kerja dan
kecelakaan kerja di PT Semen Padang Indarung II/III.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di latar belakang, rumusan masalah penulisan ini ialah bagaimana
gambaran penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja di PT Semen Padang Indarung II/III.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum


Mengetahui gambaran penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja di PT Semen Padang
Indarung II/III.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja di PT Semen Padang
Indarung II/III.
2. Mengetahui upaya penanggulangan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di PT
Semen Padang Indarung II/III.
3. Mengetahui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di PT Semen
Padang Indarung II/III.

1.4 Metode Penulisan


Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai literatur
serta laporan observasi dan wawancara pekerja di PT Semen Padang Indarung II/III.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Akibat Kerja

2.1.1 Definisi

Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja,

bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian, penyakit akibat kerja merupakan

penyakit yang artifisual atau man made disease. Sejalan dengan hal tersebut terdapat pendapat lain

yang menyatakan bahwa Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan kesehatan baik jasmani

maupun rohani yang ditimbulkan ataupun diperparah karena aktivitas kerja atau kondisi yang

berhubungan dengan pekerjaan.7

2.1.2 Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja

Tedapat beberapa penyebab PAK yang umum terjadi di tempat kerja, berikut beberapa

jenis yang digolongkan berdasarkan penyebab dari penyakit yang ada di tempat kerja.8

a. Faktor fisik: bising, radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara, vibrasi, penerangan, misalnya:

1. Suara tinggi atau bising dapat menyebabkan ketulian

2. Temperature atau suhu tinggi dapat menyebabkan Hyperpireksi, Miliaria, Heat Cramp,

Heat Exhaustion, dan Heat Stroke

3. Radiasi sinar elektromagnetik infra merah dapat menyebabkan katarak

4. Ultraviolet dapat menyebabkan konjungtivitis

5. Radio aktif/alfa/beta/gama/X dapat menyebabkan gangguan terhadap sel tubuh manusia

6. Tekanan udara tinggi menyebabkan Coison Disease

7. Getaran menyebabkan Reynaud’s Desiase, ganguan metabolisme, Polineurutis

b. Faktor kimiawi: semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas, larutan, kabut.
Bahan kimiawi tersebut dapat berasal dari bahan baku, bahan tambahan, hasil sementara,

hasil samping(produk), sisa produksi atau bahan buangan. Bentuk: zat padat, cair, gas, uap

maupun partikel Cara masuk tubuh dapat melalui saluran pernafasan, saluran pencerrnaan kulit

dan mukosa. Masuknya dapat secara akut dan sevara kronis. Efek terhadap tubuh: iritasi, alergi,

korosif, asphyxia, keracunan sistematik, kanker, kerusakan kelainan janin.

c. Faktor biologik: bakteri, virus, jamur, dll

d. Faktor fisiologik/ergonomik: desain tempat kerja, beban kerja.

Faktor ini sebagai akibat dari cara kerja, posisi kerja, alat kerja, lingkungan kerja yang

salah, dan kontruksi yang salah. Efek terhadap tubuh: kelelahan fisik, nyeri otot, deformirtas

tulang, perubahan bentuk, dislokasi, dan kecelakaan. Ergonomi sebagai ilmu, teknologi, dan

seni berupaya menyerasikan alat, cara, proses, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,

kebolehan, dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat,

aman, nyaman, dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat

konseptual dan kuratif, secara populer kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai To fit the

Job to the Man and to fit the Man to the Job.

Ergonomi terkait dengan industry juga disebut human engineering atau

applied/industrial ergonomic, karena banyak hal yang dihubungkan dengan aplikasi data

maupun pertimbangan faktor manusia (human factors engineering) dalam proses perancangan,

modifikasi dan evaluasi dari produk (peralatan atau fasilitas) yang digunakan dalam sistem

kerja.9,10

Sebagian besar pekerja di perkantoran bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis,

misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang digunakan pada

umumnya barang impor yang disainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi
kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi

kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis

(stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).8

e. Faktor psikososial: stres psikis, monotomi kerja, tuntutan pekerjan

Faktor ini sebagai akibat organisasi kerja (tipe kepemimpinan, hubungan kerja

komunikasi, keamanan), tipe kerja (monoton, berulang-ulang, kerja berlebihan, kerja kurang,

kerja shift, dan terpencil). Manifestasinya berupa stress. Beberapa contoh faktor psikososial

yang dapat menyebabkan stress antara lain:8

1) Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup mati seseorang.

Untuk itu pekerja di laboratorium kesehatan di tuntut untuk memberikan pelayanan yang tepat

dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan

2) Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.

3) Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman kerja.

4) Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal ataupun informal.

2.1.3 Jenis Penyakit Akibat Kerja

Bahaya kesehatan penting yang mungkin memiliki dampak kesehatan, terkait dengan

industri semen dan kegiatan lain dari aktivitas industri aggregates dan beton yang khas antara

lain:11

- Debu yang berada dan melayang di udara

- Kebisingan dan getaran

- Atmosfir yang berbahaya

- Radiasi

- Penanganan bahan bakar alternatif


Beberapa isu kesehatan lain yang juga mungkin dihadapi, tapi tidak secara langsung terkait

dengan aktivitas industri semen dan kegiatan yang terkait lainnya adalah:11

- Kebiasaan merokok dan ketergantungan alcohol

- Penyakit hipertensi

- Diabetes melitus

- Asupan makanan dan obesitas

- Stress dan kesehatan mental

- Heat stress atau cold stress

- Penyakit jantung

- Penyakit lain seperti HIV/AIDS, tipus, malaria

2.1.3.1 Penyakit Saluran Pernapasan

Pencemaran udara oleh partikel dapat disebabkan karena peristiwa alamiah maupun ulah

manusia, yaitu lewat kegiatan industri dan teknologi. Debu yang berlebihan dapat mengganggu

pernafasan dan penglihatan sehingga akan menimbulkan penyakit yang membahayakan pekerja.

Debu semen khususnya, dapat menyebabkan endapan tidak menyenangkan pada mata, hidung dan

telinga.12

Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel

(debu) yang masuk atau mengendap didalam paru-paru. Penyakit pneumoconiosis banyak

jenisnya, tergantung dari jenis partikel (debu) yang masuk atau terhisap kedalam paru-paru.

Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak

kegiatan industri dan teknologi, yaitu silikosis, asbestosis, bisinosisi, antrakosis, dan beriliosis.8

a. Penyakit Silikosis
Penyakit silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa SiO2, yang

terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap. Debu silika bebas ini banyak

terdapat di pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi

(mengikir, menggerinda) dll. Selain dari itu, debu silika juga banyak terdapat di tempat penampang

besi, timah putih dan tambang batu bara. Pemakaian batu bara sebagai bahan bakar juga banyak

menghasilkam debu silika bebas SiO2. Pada saat dibakar, debu silika akan keluar dan terdispersi

ke udara bersama-sama dengan partikel yang lainya, seperti debu alumunia, oksida besi dan karbon

dalam bentuk debu. Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh debu silika perlu

mendapatkan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan yamg ketat sebab

penyakit silikosis belum ada obatnya yang tepat.8

b. Penyakit Asbestosis

Penyakit asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau serat

asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun yang

paling utama adalah magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang

menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lain sebagainya.

Debu asbes yang terhirup ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala sesak nafas dan batuk-

batuk yang disertai dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak besar/melebar. Apabila

dilakukan pemeriksaan pada dahak maka akan tampak debu asbes dalam dahak tersebut.

Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu diikuti dengan kesadaran akan

keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan mengakibatkan asbestosis ini.8

c. Penyakit Bisnosis

Penyakit bisnosis adalah penyakit yang disebabkan oleh pencemaran debu kapas atau serat

kapas di udara yang kemudian terhisap kedalam paru-paru. Pencemaran ini dapat dijumpai pada
pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan, atau pergudangan kapas. Masa inkubasi

penyakit bisnosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal penyakit bisnosis ini berupa

sesak nafas, terasa berat pada dada, terutama peda hari senin (yaitu hari awal kerja pada setiap

minggu). Pada bisnosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti

dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.8

d. Penyakit Antrakosis

Penyakit antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu batu

bara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batubara atau pada pekerja-

pekerja yang banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpa batubara pada tanur besi,

lokomotif (stoker), dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja boiler pada pusat

Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara. Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu: penyakit

antrakosis murni, penyakit silikoantrakosis, dan penyakit tuberkolosilkoantrakosis.8

e. Penyakit Beriliosis

Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam murni, oksida,

sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit saliran pernafasan yang

disebut beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis, dan

pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering, dan sesak nafas. Penyakit

beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industri yang menggunakan logam campuran

berilium, tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio, dan juga pada

pekerja pengolahan bahan penunjang industri nuklir.8

2.1.3.2 Penyakit Kulit


Pada umumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam kehidupan, dan kadang

sembuh sendiri. Dermatitis kontak yang dilaporkan, 90% merupakan penyakit kulit yang

berhubungan dengan pekerjaan. Penting riwayat pekerjaan dalam mengidentifikasi iritan yang

merupakan penyebab, membuat peka, atau karena faktor lain.8

2.1.3.3 Kerusakan Pendengaran

Banyak kasus gangguan pendengaran menunjukan akibat pajanan kebisingan yang lama,

ada beberapa kasus bukan karena pekerjaan. Riwayat pekerjaan secara detail sebaiknya didapatkan

dari setiap orang dengan gangguan pendengaran.8

2.1.3.4 Gejala pada Punggung dan Sendi

Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan penyakit pada punggung yang

berhubungan dengan pekerjaan daripada yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Penentuan

kemungkinan bergantung pada riwayat pekerjaan. Artritis dan tenosynovitis disebabkan oleh

gerakan berulang yang tidak wajar.8

2.1.3.5 Kanker

Adanya presentase yang signifikan menunjukan kasus Kanker yang disebabkan oleh

pajanan di tempat kerja. Bukti bahwa bahan di tempat kerja (karsinogen) sering kali didapat dari

laporan klinis individu dari pada studi epidemiologi. Pada kanker pajanan untuk terjadinya

karsinogen mulai > 20 tahun sebelum diagnosis.8

2.1.3 6 Coronary Artery

Penyakit ini disebabkan oleh karena stres atau Carbon Monoksida dan bahan kimia lain di tempat

kerja.

2.1.3.7 Penyakit Liver


Sering didiagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis virus atau sirosis karena

alkohol. Penting riwayat tentang pekerjaan, serta bahan toksik yang ada.

2.1.3.8 Masalah Neuropsikiatrik

Masalah neuropsikiatrik yang berhubungan dengan tempat kerja sering diabaikan.

Neuropatiperifer, sering dikaitkan dengan diabet, pemakaian alkohol, atau tidak diketahui

penyebabnya. Depresi SSP oleh karena penyalahgunaan zat-zat atau masalah psikiatri. Kelakuan

yang tidak baik mungkin merupakan gejala awal dari stres yang berhubungan dengan pekerjaan.

Lebih dari 100 bahan kimia (a.I solven) dapat menyebabkan depresi siste saraf pusat. Beberapa

neurotoksin (termasuk arsen, timah, merkuri, methyl, butyl ketone) dapat menyebabkan neuropati

perifer. Selain itu, Carbon disulfide dapat menyebabkan gejala seperti psikosis.

2.2 Kecelakaan Kerja

2.2.1 Definisi Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula

yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda.13 Menurut (OHSAS 18001, 1999) dalam

Shariff (2007), kecelakaan kerja adalah suatu kejadian tiba-tiba yang tidak diinginkan yang

mengakibatkan kematian, luka-luka, kerusakan harta benda atau kerugian waktu.14

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, kecelakaan kerja adalah

suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang

telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun

harta benda. Sedangkan menurut UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja,

kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sejak berangkat dari rumah

menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.15
Ada tiga jenis tingkat kecelakaan berdasarkan efek yang ditimbulkan (Frank dan george,

1990):

1. Accident adalah kejadian yang tidak diinginkan yang menimbulkankerugian baik manusia

ataupun harta benda

2. Incident adalah kejadian yang tidak diinginkan yang belum menimbulkan kerugian.

3. Near miss adalah kejadian hampir celaka artinya kejadian ini hampir menimbulkan

accident atau incident.

2.2.2 Penyebab Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja yang terjadi menurut Suma’mur (2009) disebabkan oleh dua faktor,

yaitu:16

1. Faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan meliputi aturan kerja,

kemampuan pekerja (usia, masa kerja/pengalaman, kurangnya kecakapan dan lambatnya

mengambil keputusan), disiplin kerja, perbuatan-perbuatan yang mendatangkan kecelakaan,

ketidakcocokan fisik dan mental. Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh pekerja dan

karena sikap yang tidak wajar seperti terlalu berani, sembrono, tidak mengindahkan instruksi,

kelalaian, melamun, tidak mau bekerja sama, dan kurang sabar. Kekurangan kecakapan untuk

mengerjakan sesuatu karena tidak mendapat pelajaran mengenai pekerjaan. Kurang sehat fisik

dan mental seperti adanya cacat, kelelahan dan penyakit. Diperkirakan 85% dari kecelakaan

kerja yang terjadi disebabkan oleh faktor manusia. Hal ini dikarenakan pekerja itu sendiri

(manusia) yang tidak memenuhi keselamatan seperti lengah, ceroboh, mengantuk, lelah dan

sebagainya.
2. Faktor mekanik dan lingkungan, letak mesin, tidak dilengkapi dengan alat pelindung, alat

pelindung tidak pakai, alat-alat kerja yang telah rusak. Faktor mekanis dan lingkungan dapat

pula dikelompokkan menurut keperluan dengan suatu maksud tertentu. Misalnya di

perusahaan penyebab kecelakaan dapat disusun menurut kelompok pengolahan bahan, mesin

penggerak dab pengangkat, terjatuh di lantai dan tertimpa benda jatuh, pemakaian alat atau

perkakas yang dipegang dengan manual (tangan), menginjak atau terbentur barang, luka bakar

oleh benda pijar dan transportasi. Kira-kira sepertiga dari kecelakaan yang menyebabkan

kematian dikarenakan terjatuh, baik dari tempat yang tinggi maupun di tempat datar.

Lingkungan kerja berpengaruh besar terhadap moral pekerja. Faktor-faktor keadaan

lingkungan kerja yang penting dalam kecelakaan kerja terdiri dari pemeliharaan rumah tangga

(house keeping), kesalahan disini terletak pada rencana tempat kerja, cara menyimpan bahan

baku dan alat kerja tidak pada tempatnya, lantai yang kotor dan licin. Ventilasi yang tidak

sempurna sehingga ruangan kerja terdapat debu, keadaan lembab yang tinggi sehingga orang

merasa tidak enak kerja. Pencahayaan yang tidak sempurna misalnya ruangan gelap, terdapat

kesilauan dan tidak ada pencahayaan setempat.

2.2.3 Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) tahun 1962 dalam Suma’mur (1987),

klasifikasi kecelakaan kerja sebagai berikut :

1. Berdasarkan jenis pekerjaan

a) Terjatuh

b) Tertimpa benda jatuh

c) Tertumbuk atau terkena benda-benda

d) Terjepit oleh benda


e) Gerakan-gerakan melebihi kemampuan

f) Pengaruh suhu tinggi

g) Terkena arus listrik

h) Kontak bahan berbahaya atau radiasi

2. Berdasarkan penyebab

a) Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik, mesin penggergajian kayu, dan

sebagainya.

b) Alat angkut dan angkat, misalnya mesin angkat dan peralatannya, alat angkut darat, udara

dan air

c) Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin, alat-alat listrik,

bejana bertekanan, tangga, scaffolding dan sebagainya.

d) Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi, misalnya bahan peledak, debu, gas, zat-zat kimia, dan

sebagainya.

e) Lingkungan kerja (diluar bangunan, didalam bangunan dan dibawah tanah).

3. Berdasarkan sifat luka atau kelainan

a) Patah tulang

b) Dislokasi (keseleo)

c) Regang otot

d) Memar dan luka dalam yang lain

e) Amputasi

f) Luka di permukaan

g) Gegar dan remuk

h) Luka bakar
i) Keracunan-keracunan mendadak

j) Pengaruh radiasi

4. Berdasarkan letak kelainan atau luka di tubuh

a) Kepala

b) Leher

c) Badan

d) Anggota atas

e) Anggota bawah

f) Banyak tempat

g) Letak lain yang tidak dapat dimasukan klasifikasi tersebut

2.3 Pencegahan Penyakit Akibat Kerja dan Kecelakaan Kerja

Sebagai upaya pencegahan, terdapat 5 tingkatan pencegahan penyakitakibat kerja, antara

lain:8

1. Peningkatan kesehatan (health Promotion) Misalnya, penyuluhan kesehatan dan

keselamatan kerja (K3) pendidikan kesehatan, meningkatkan gizi yang baik,

pengembangan kepribadian, perusahaan yang sehat dan memadai, penyuluhan tentang

perkawinan dan pendidikan seksual, konsultasi tentang ketutunan dan pemeriksaan

kesehatan periodic

2. Perlindungan khusus (specific protection) Misalnya imunisasi, hygiene perorangan,

sanitasi lingkungan, serta proteksi terhadap bahaya dan kecelakaan kerja, dengan

menggunakan alat pelindung diri (APD), seperti helm, kacamata kerja, masker, penutup

telinga, baju tahan panas, sarung tangan dan sebagainya


3. Diagnosis dini/ deteksi dini dan pengobatan segera serta pembatasan titik titik lemah untuk

mencegah terjadinya komplikasi

4. Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation), Misalnya memeriksa dan mengobati

tenaga kerja secara komprehensif, mengobati tenga kerja secara sempurna dan pendidikan

kesehatan

5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation) misalnya: rehabilitasi dan mempekerjakan kembali

pekerja yang cacat. Sedapat mungkin perusahaan mencoba menempatkankaryawan

karyawan cacat di jabatan yang sesuai

Upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah PAK adalah sebagai berikut

 Menyingkirkan atau mengurangi resiko pada sumbernya, misalnya menggantikan

bahan kimia yang berbahya dengan bahan kimia yang tidak berbahaya

 Mengurangi resiko dengan pengaturan mesin atau menggunakan APD

 Menetapkan prosedur kerja secara aman untuk mengurangi resiko lebih lanjut

 Menyediakan memakai dan merawat APD

Upaya pencegahan lain yang dapat ditempuh yaitu pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan

kesehatan ini meliputi:8

a. Pemeriksaan sebelum penempatan

Pemeriksaan ini dilakukan sebelum seorang dipekerjakan atau ditempatkan pada pos

pekerjaan tertentu dengan ancaman terhadap kesehatan yang mungkin terjadi. Pemeriksaan fisik

yang ditunjang dengan pemeriksaan lain seperti darah, urine, radiologis, serta organ tertentu,

seperti mata dan telinga, merupakan data dasar yang sangat berguna apabila terjadi gangguan

kesehatan tenaga kerja setelah sekian lama bekerja.

b. Pemeriksaan kesehatan berkala


Pemeriksaan kesehatan berkala sebenarnya dilaksanakan dengan selang waktu teratur

setelah pemeriksaan awal sebelum penempatan. Pada medical check-up rutin tidak selalu

diperlukan pemeriksaan medis lengkap, terutama bila tidak ada indikasi yang jelas. Pemeriksaan

ini juga harus difokuskan pada organ dan sistem tubuh yang memungkinkan terpengaruh bahan-

bahan berbahaya di tempat kerja, sebagai contoh, audiometri adalah uji yang sangat penting bagi

tenaga kerja yang bekerja pada lingkungan kerja yang bising. Sedang pemerikaan radiologis dada

(foto thorax) penting untuk mendeteksi tenaga kerja yang berisiko menderita pneumokonosis,

karena lingkungan kerja tercemar debu.

2.4 Penatalaksanaan Penyakit Akibat Kerja dan Kecelakaan Kerja

Dalam melakukan penanganan terhadap penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja, dapat

dilakukan dua macam terapi, yaitu:17

1. Terapi medikamentosa, yaitu terapi dengan obat obatan:

- Terhadap kausal (bila mungkin)

- Pada umumnya penyakit kerja ini bersifat irreversibel, sehingga terapi sering kali hanya secara

simptomatis saja. Misalnya pada penyakit silikosis (irreversibel), terapi hanya mengatasi

sesak nafas, nyeri dada.

2. Terapi okupasia

- Pindah ke bagian yang tidak terpapar

- Lakukan cara kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik


BAB 3

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu melihat gambaran Penyakit Akibat Kerja

dan Kecelakaan Kerja di wilayah pertambangan PT. Semen Padang. Populasi dan sampel

merupakan karyawan di wilayah pertambangan PT Semen Padang Pabrik Indarung II/III. Sampel

diambil dengan teknik simple random sampling sehingga terpilihlah 10 sampel dari bagian

produksi dan perkantoran. Instrumen penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam

pada karyawan .

Penelitian ini dilakukan di wilayah PT Semen Padang Pabrik Indarung II-III yang

dilakukan pada tanggal 31 Oktober – 4 November 2016. Waktu tersebut digunakan untuk

pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, serta penyusunan laporan hasil penelitian.

Sumber data pada penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui observasi dan

wawancara mendalam.
Langkah-langkah penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Mulai

Studi literatur Studi lapangan

Perumusan masalah

Tujuan penelitian

Manfaat penelitian

Pengumpulan dan pengolahan data

Tahap pengumpulan 1.Wawancara mendalam


dan pengolahan data
2.Wawancara aktifitas kerja

3. Observasi dan dokumentasi

Analisa data dan


interpretasi hasil

Kesimpulan dan saran


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 orang pekerja di pabrik indarung 2,3 bagian

produksi dan operator didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi dan frekuensi responden berdasarkan bagian

Bagian F Persentase

Produksi 6 60%

SDM 4 40%

Jumlah 10 100%

Dari tabel di atas didapatkan bahwa lebih banyak responden penelitian yang bekerja di

bagian produksi. Berdasarkan teori, manusia merupakan salah satu faktor penting dalam terjadinya

kecelakaan. Menurut penelitian hampir 88% kecelakaan disebabkan oleh faktor perilaku manusia

yang tidak aman dan atau potensi bahaya mekanik dan fisik. Dari penjelasan tersebut dapat dilihat

bahwa faktor perilaku manusia memegang peranan penting untuk mencegah kecelakaan kerja di

tempat kerja. Bagian produksi disebut juga sebagai pabrik yang merupakan tempat melakukan

proses produksi. Bagian produksi merupakan salah satu tempat diterapkannya penggunaan alat dan

mesin sehingga menjadi tempat dengan potensi bahaya yang besar dan risiko pekerjaan yang

tinggi. Hal ini menjadi fokus utama agar dapat dilakukan pengendalian bahaya dan pengendalian

risiko pekerjaan untuk melindungi pekerja dari PAK atau kecelakaan kerja 18
Sebagian besar pekerja di perkantoran bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis,

misalnya tenaga operator peralatan. Hal ini disebabkan peralatan yang digunakan pada umumnya

adalah barang impor yang disainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja

yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien

dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan

keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain). 16

Tabel 4.2 Distribusi dan frekuensi responden berdasarkan umur

Umur (tahun) f Persentase

25-35 3 30%

>35 7 70%

Jumlah 10 100%

Dari tabel di atas didapatkan bahwa lebih banyak reponden dengan umur lebih dari 35

tahun. Dari sebuah penelitian yang dilakukan di sebuah PT di Yogyakarta didapatkan hasil terdapat

hubungan antara umur pekerja dengan kecelakaan kerja (p value= 0,018). Bahri menyebutkan

bahwa kemampuan fisik maksimal seseorang akan tercapai pada usia kurang dari 25-35 tahun baik

laki-laki maupun perempuan dan terus menurun seiring bertambahnya umur. Akan tetapi menurut
penelitian Hatta, bahwa pekerja yang mengalami kecelakaan kerja terbanyak pada umur 25-35

tahun.19,20

Tabel 4.3 Distribusi dan frekuensi responden berdasarkan masa kerja

Lama kerja (tahun) f Persentase

≤5 1 10%

>5 9 90%

Jumlah 10 100%

Dari tabel di atas didapatkan bahwa lebih banyak reponden penelitian yang bekerja lebih

lama yaitu lebih dari 5 tahun sebanyak 90%. Berdasarkan penelitian oleh Hatta, bahwa pekerja

yang mengalami kecelakaan kerja tertinggi pada masa kerja kurang dari 5 tahun. Pekerja dengan

masa kerja kurang dari 5 tahun tergolong pekerja yang masih baru sehingga belum mengetahui

dan mengenal lingkungan kerja mereka. Selain itu, pekerja baru juga belum mempunyai

pengetahuan tentang K3 yang baik sehingga memperbesar peluang untuk terjadinya kecelakaan

kerja20

Tabel 4.4 Distribusi riwayat penyakit dan kecelakaan kerja pada responden
No. responden Penyakit

1 Tuli ringan

2 Hipotensi, sinusitis, gangguan refraksi, Sindrom dispepsia

3 Gangguan neurologi, strabismus

4 Gangguan refraksi, hipertensi, asam urat, kolesterol, kecelakaan kerja

terhimpit pagar

5 Tuli ringan, low back pain, kecelakaan kerja seperti luka

6 Infeksi paru, migren

7 Low back pain, kecelakaan kerja tersengat kabel las

8 Kolesterol tinggi

9 Kecelakaan kerja patah tangan

10 -

Dari tabel di atas didapatkan hasil bahwa terdapat berbagai macam penyakit akibat kerja

pada masing-masing responden. Menurut hasil studi Departemen Kesehatan yang dilakukan

terhadp 9.842 pekerja di 12 kabupaten/kota di Indonesia umumnya berupa penyakit

muskuloskeletal, diikuti kardiovaskuler, gangguan saraf, gangguan pernapasan, dan gangguan

THT. Dari data Puskesmas yang didapat pada tahun 2015 di sekitar pabrik semen, terlihat bahwa

ISPA dan penyakit kulit merupakan penyakit menonjol yang terjadi di kecamatan Seisuka.

Penyakit tersebut diduga disebabkan oleh debu.21


BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Karakteristik sampel berdasarkan masa kerja yaitu 90% responden telah bekerja > 5 tahun.
Masa kerja berhubungan dengan tingkat pengetahuan pekerja mengenai K3 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja), sehingga mempengaruhi kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.

2. Gambaran penyakit akibat kerja yang dialami responden beragam, diantaranya gangguan
pendengaran (tuli ringan) pada pekerja di bagian produksi, ganggguan refraksi dan low back
pain pada pekerja kantoran.

3. Ditemukan 4 kasus kecelakaan kerja pada responden, diantaranya kecelakaan kerja terhimpit
pagar, luka, patah lengan, tersetrum listrik.

5.2 Saran

1. Perlu diberikan pelatihan K3 kepada pekerja serta peningkatan kepatuhan pemakaian APD, guna
mencegah timbulnya penyakit akibat kerja dan meminimalisir kejadian kecelakaan kerja.

2. Penting dilakukan pemeriksaan awal sebelum penempatan dan pemeriksaan berkala terhadap
pekerja, guna mencegah dan mendeteksi secara dini timbulnya penyakit akibat kerja.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja
pada pekerja di PT Semen Padang serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan. Undang-undang Dasar 1945. Inspektorat


Jenderal Kementerian Kesehatan [serial online] 2002. Tersedia dari: URL:
www.itjen.kemkes.go.id.
2. Kementerian Perindustrian. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan.Kementerian Perindustrian. [serial online] 2003. Tersedia dari: URL:
www.kemenperin.go.id.
3. Dyah SS. Pengaruh Kegiatan Pabrik Semen Terhadap Kejadian Penyakit Saluran Pernafasan
Masyarakat Sekitarnya. Tesis [serial online] 2012. Tersedia dari: URL:
http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-81091.pdf.
4. International Labour Organization.Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja. Modul
5. 2013; 1-62.
5. PT Semen Padang. Laporan tahunan (Annual Report) PT Semen Padang Tahun 2015. [serial
online]2015;159.Tersedia dari: URL: http://www.semenpadang.co.id/file/ar_2015/ar2015.pdf
6. Agus Y. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan
Kerja. 2010;1-7.
7. Adzim, HI (2013). Penyakit Akibat Kerja.
http://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/penyakit-akibat-kerja-
pak.html.
8. Bradaningsih L, Enny ZK. UNS. Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. 2014;1-21.
9. Wignjosoebroto, S. 2006. Aplikasi Ergonomi dalam Peningkatan Produktivitas dan Kualitas
Kerja Industri (makalah lepas). ITS: Surabaya
10. Moroney,WF. 1995. The Evolution of Human Engineering: A Selected Review (Jon Weimer.
Research Techniques in Human Engineering. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall PTR)
Material Safety Data Sheet (MSDS) Puslitbang Kimia Terapan. LIPI. 1998
11. World Business Council for Sustainable Development. 2004. Kesehatan & Keselamatan Kerja
pada Industri Semen: Contoh Pelaksanaan/ Praktek yang baik
12. Yamani, AZ. Tinjauan Ergonomi Terhadap Ambang Debu dan Gangguan Pernapasan pada
Pekerja
13. Peraturan menteri tenaga kerja republik indonesia No: PER.03/MEN/1998 tentang tata cara
pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan.
14. Shariff, S.M. Occupational Safety and health management. University publication centre
(UPENA). Universitas teknologi MARA, Malaysia. 2007.
15. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja
16. Suma’mur. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta: CV Haji Masagung.1987
17. Suyono, Joko.1993. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: EGC
18. Ferlisa, R. 2008. Persepsi Pekerja di Unit Produksi II/III Terhadap Risiko Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di PT. Semen Padang Indarung Tahun 2008. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Indonesia: Depok
19. Bahri, S., Hubungan Persepsi Perawat Terhadap Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja Dengan Pemakaian Alat Pelindung Diri Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit
Umum (BPK-RSU) Dr. Zainoel Abidin, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta. 2010
20. Hatta, Z., Penggunaan Alat Pelindung Diri dan Frekuensi Kecelakaan Kerja Pada Petugas
Penanganan Sampah Medis Di Beberapa Rumah Sakit Sumatra Barat. Tesis, Program
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 2008
21. Khairiah, 2012., Analisis Konsentrasi Debu Dan Keluhan Kesehatan Pada Masyarakat Di
Sekitar Pabrik Semen Di Desa Kuala Indah Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara Tahun
2012. Tesis, Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,
Sumatera Utara. 2012

Anda mungkin juga menyukai