Oleh :
Pembimbing :
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan uraian di latar belakang, rumusan masalah penulisan ini ialah bagaimana
gambaran penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja di PT Semen Padang Indarung II/III.
2.1.1 Definisi
Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja,
bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian, penyakit akibat kerja merupakan
penyakit yang artifisual atau man made disease. Sejalan dengan hal tersebut terdapat pendapat lain
yang menyatakan bahwa Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan kesehatan baik jasmani
maupun rohani yang ditimbulkan ataupun diperparah karena aktivitas kerja atau kondisi yang
Tedapat beberapa penyebab PAK yang umum terjadi di tempat kerja, berikut beberapa
jenis yang digolongkan berdasarkan penyebab dari penyakit yang ada di tempat kerja.8
a. Faktor fisik: bising, radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara, vibrasi, penerangan, misalnya:
2. Temperature atau suhu tinggi dapat menyebabkan Hyperpireksi, Miliaria, Heat Cramp,
b. Faktor kimiawi: semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas, larutan, kabut.
Bahan kimiawi tersebut dapat berasal dari bahan baku, bahan tambahan, hasil sementara,
hasil samping(produk), sisa produksi atau bahan buangan. Bentuk: zat padat, cair, gas, uap
maupun partikel Cara masuk tubuh dapat melalui saluran pernafasan, saluran pencerrnaan kulit
dan mukosa. Masuknya dapat secara akut dan sevara kronis. Efek terhadap tubuh: iritasi, alergi,
Faktor ini sebagai akibat dari cara kerja, posisi kerja, alat kerja, lingkungan kerja yang
salah, dan kontruksi yang salah. Efek terhadap tubuh: kelelahan fisik, nyeri otot, deformirtas
tulang, perubahan bentuk, dislokasi, dan kecelakaan. Ergonomi sebagai ilmu, teknologi, dan
seni berupaya menyerasikan alat, cara, proses, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,
kebolehan, dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat,
aman, nyaman, dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat
konseptual dan kuratif, secara populer kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai To fit the
applied/industrial ergonomic, karena banyak hal yang dihubungkan dengan aplikasi data
maupun pertimbangan faktor manusia (human factors engineering) dalam proses perancangan,
modifikasi dan evaluasi dari produk (peralatan atau fasilitas) yang digunakan dalam sistem
kerja.9,10
Sebagian besar pekerja di perkantoran bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis,
misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang digunakan pada
umumnya barang impor yang disainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi
kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi
kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis
(stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).8
Faktor ini sebagai akibat organisasi kerja (tipe kepemimpinan, hubungan kerja
komunikasi, keamanan), tipe kerja (monoton, berulang-ulang, kerja berlebihan, kerja kurang,
kerja shift, dan terpencil). Manifestasinya berupa stress. Beberapa contoh faktor psikososial
1) Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup mati seseorang.
Untuk itu pekerja di laboratorium kesehatan di tuntut untuk memberikan pelayanan yang tepat
3) Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman kerja.
4) Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal ataupun informal.
Bahaya kesehatan penting yang mungkin memiliki dampak kesehatan, terkait dengan
industri semen dan kegiatan lain dari aktivitas industri aggregates dan beton yang khas antara
lain:11
- Radiasi
dengan aktivitas industri semen dan kegiatan yang terkait lainnya adalah:11
- Penyakit hipertensi
- Diabetes melitus
- Penyakit jantung
Pencemaran udara oleh partikel dapat disebabkan karena peristiwa alamiah maupun ulah
manusia, yaitu lewat kegiatan industri dan teknologi. Debu yang berlebihan dapat mengganggu
pernafasan dan penglihatan sehingga akan menimbulkan penyakit yang membahayakan pekerja.
Debu semen khususnya, dapat menyebabkan endapan tidak menyenangkan pada mata, hidung dan
telinga.12
Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel
(debu) yang masuk atau mengendap didalam paru-paru. Penyakit pneumoconiosis banyak
jenisnya, tergantung dari jenis partikel (debu) yang masuk atau terhisap kedalam paru-paru.
Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak
kegiatan industri dan teknologi, yaitu silikosis, asbestosis, bisinosisi, antrakosis, dan beriliosis.8
a. Penyakit Silikosis
Penyakit silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa SiO2, yang
terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap. Debu silika bebas ini banyak
terdapat di pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi
(mengikir, menggerinda) dll. Selain dari itu, debu silika juga banyak terdapat di tempat penampang
besi, timah putih dan tambang batu bara. Pemakaian batu bara sebagai bahan bakar juga banyak
menghasilkam debu silika bebas SiO2. Pada saat dibakar, debu silika akan keluar dan terdispersi
ke udara bersama-sama dengan partikel yang lainya, seperti debu alumunia, oksida besi dan karbon
dalam bentuk debu. Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh debu silika perlu
mendapatkan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan yamg ketat sebab
b. Penyakit Asbestosis
Penyakit asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau serat
asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun yang
paling utama adalah magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang
menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lain sebagainya.
Debu asbes yang terhirup ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala sesak nafas dan batuk-
batuk yang disertai dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak besar/melebar. Apabila
dilakukan pemeriksaan pada dahak maka akan tampak debu asbes dalam dahak tersebut.
Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu diikuti dengan kesadaran akan
c. Penyakit Bisnosis
Penyakit bisnosis adalah penyakit yang disebabkan oleh pencemaran debu kapas atau serat
kapas di udara yang kemudian terhisap kedalam paru-paru. Pencemaran ini dapat dijumpai pada
pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan, atau pergudangan kapas. Masa inkubasi
penyakit bisnosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal penyakit bisnosis ini berupa
sesak nafas, terasa berat pada dada, terutama peda hari senin (yaitu hari awal kerja pada setiap
minggu). Pada bisnosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti
dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.8
d. Penyakit Antrakosis
Penyakit antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu batu
bara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batubara atau pada pekerja-
pekerja yang banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpa batubara pada tanur besi,
lokomotif (stoker), dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja boiler pada pusat
Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara. Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu: penyakit
e. Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam murni, oksida,
sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit saliran pernafasan yang
disebut beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis, dan
pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering, dan sesak nafas. Penyakit
beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industri yang menggunakan logam campuran
berilium, tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio, dan juga pada
sembuh sendiri. Dermatitis kontak yang dilaporkan, 90% merupakan penyakit kulit yang
berhubungan dengan pekerjaan. Penting riwayat pekerjaan dalam mengidentifikasi iritan yang
Banyak kasus gangguan pendengaran menunjukan akibat pajanan kebisingan yang lama,
ada beberapa kasus bukan karena pekerjaan. Riwayat pekerjaan secara detail sebaiknya didapatkan
Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan penyakit pada punggung yang
berhubungan dengan pekerjaan daripada yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Penentuan
kemungkinan bergantung pada riwayat pekerjaan. Artritis dan tenosynovitis disebabkan oleh
2.1.3.5 Kanker
Adanya presentase yang signifikan menunjukan kasus Kanker yang disebabkan oleh
pajanan di tempat kerja. Bukti bahwa bahan di tempat kerja (karsinogen) sering kali didapat dari
laporan klinis individu dari pada studi epidemiologi. Pada kanker pajanan untuk terjadinya
Penyakit ini disebabkan oleh karena stres atau Carbon Monoksida dan bahan kimia lain di tempat
kerja.
alkohol. Penting riwayat tentang pekerjaan, serta bahan toksik yang ada.
Neuropatiperifer, sering dikaitkan dengan diabet, pemakaian alkohol, atau tidak diketahui
penyebabnya. Depresi SSP oleh karena penyalahgunaan zat-zat atau masalah psikiatri. Kelakuan
yang tidak baik mungkin merupakan gejala awal dari stres yang berhubungan dengan pekerjaan.
Lebih dari 100 bahan kimia (a.I solven) dapat menyebabkan depresi siste saraf pusat. Beberapa
neurotoksin (termasuk arsen, timah, merkuri, methyl, butyl ketone) dapat menyebabkan neuropati
perifer. Selain itu, Carbon disulfide dapat menyebabkan gejala seperti psikosis.
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula
yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda.13 Menurut (OHSAS 18001, 1999) dalam
Shariff (2007), kecelakaan kerja adalah suatu kejadian tiba-tiba yang tidak diinginkan yang
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, kecelakaan kerja adalah
suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang
telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun
harta benda. Sedangkan menurut UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja,
kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sejak berangkat dari rumah
menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.15
Ada tiga jenis tingkat kecelakaan berdasarkan efek yang ditimbulkan (Frank dan george,
1990):
1. Accident adalah kejadian yang tidak diinginkan yang menimbulkankerugian baik manusia
2. Incident adalah kejadian yang tidak diinginkan yang belum menimbulkan kerugian.
3. Near miss adalah kejadian hampir celaka artinya kejadian ini hampir menimbulkan
Kecelakaan kerja yang terjadi menurut Suma’mur (2009) disebabkan oleh dua faktor,
yaitu:16
1. Faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan meliputi aturan kerja,
ketidakcocokan fisik dan mental. Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh pekerja dan
karena sikap yang tidak wajar seperti terlalu berani, sembrono, tidak mengindahkan instruksi,
kelalaian, melamun, tidak mau bekerja sama, dan kurang sabar. Kekurangan kecakapan untuk
mengerjakan sesuatu karena tidak mendapat pelajaran mengenai pekerjaan. Kurang sehat fisik
dan mental seperti adanya cacat, kelelahan dan penyakit. Diperkirakan 85% dari kecelakaan
kerja yang terjadi disebabkan oleh faktor manusia. Hal ini dikarenakan pekerja itu sendiri
(manusia) yang tidak memenuhi keselamatan seperti lengah, ceroboh, mengantuk, lelah dan
sebagainya.
2. Faktor mekanik dan lingkungan, letak mesin, tidak dilengkapi dengan alat pelindung, alat
pelindung tidak pakai, alat-alat kerja yang telah rusak. Faktor mekanis dan lingkungan dapat
perusahaan penyebab kecelakaan dapat disusun menurut kelompok pengolahan bahan, mesin
penggerak dab pengangkat, terjatuh di lantai dan tertimpa benda jatuh, pemakaian alat atau
perkakas yang dipegang dengan manual (tangan), menginjak atau terbentur barang, luka bakar
oleh benda pijar dan transportasi. Kira-kira sepertiga dari kecelakaan yang menyebabkan
kematian dikarenakan terjatuh, baik dari tempat yang tinggi maupun di tempat datar.
lingkungan kerja yang penting dalam kecelakaan kerja terdiri dari pemeliharaan rumah tangga
(house keeping), kesalahan disini terletak pada rencana tempat kerja, cara menyimpan bahan
baku dan alat kerja tidak pada tempatnya, lantai yang kotor dan licin. Ventilasi yang tidak
sempurna sehingga ruangan kerja terdapat debu, keadaan lembab yang tinggi sehingga orang
merasa tidak enak kerja. Pencahayaan yang tidak sempurna misalnya ruangan gelap, terdapat
Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) tahun 1962 dalam Suma’mur (1987),
a) Terjatuh
2. Berdasarkan penyebab
a) Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik, mesin penggergajian kayu, dan
sebagainya.
b) Alat angkut dan angkat, misalnya mesin angkat dan peralatannya, alat angkut darat, udara
dan air
c) Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin, alat-alat listrik,
d) Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi, misalnya bahan peledak, debu, gas, zat-zat kimia, dan
sebagainya.
a) Patah tulang
b) Dislokasi (keseleo)
c) Regang otot
e) Amputasi
f) Luka di permukaan
h) Luka bakar
i) Keracunan-keracunan mendadak
j) Pengaruh radiasi
a) Kepala
b) Leher
c) Badan
d) Anggota atas
e) Anggota bawah
f) Banyak tempat
lain:8
kesehatan periodic
sanitasi lingkungan, serta proteksi terhadap bahaya dan kecelakaan kerja, dengan
menggunakan alat pelindung diri (APD), seperti helm, kacamata kerja, masker, penutup
tenaga kerja secara komprehensif, mengobati tenga kerja secara sempurna dan pendidikan
kesehatan
Upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah PAK adalah sebagai berikut
bahan kimia yang berbahya dengan bahan kimia yang tidak berbahaya
Menetapkan prosedur kerja secara aman untuk mengurangi resiko lebih lanjut
Upaya pencegahan lain yang dapat ditempuh yaitu pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan
Pemeriksaan ini dilakukan sebelum seorang dipekerjakan atau ditempatkan pada pos
pekerjaan tertentu dengan ancaman terhadap kesehatan yang mungkin terjadi. Pemeriksaan fisik
yang ditunjang dengan pemeriksaan lain seperti darah, urine, radiologis, serta organ tertentu,
seperti mata dan telinga, merupakan data dasar yang sangat berguna apabila terjadi gangguan
setelah pemeriksaan awal sebelum penempatan. Pada medical check-up rutin tidak selalu
diperlukan pemeriksaan medis lengkap, terutama bila tidak ada indikasi yang jelas. Pemeriksaan
ini juga harus difokuskan pada organ dan sistem tubuh yang memungkinkan terpengaruh bahan-
bahan berbahaya di tempat kerja, sebagai contoh, audiometri adalah uji yang sangat penting bagi
tenaga kerja yang bekerja pada lingkungan kerja yang bising. Sedang pemerikaan radiologis dada
(foto thorax) penting untuk mendeteksi tenaga kerja yang berisiko menderita pneumokonosis,
Dalam melakukan penanganan terhadap penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja, dapat
- Pada umumnya penyakit kerja ini bersifat irreversibel, sehingga terapi sering kali hanya secara
simptomatis saja. Misalnya pada penyakit silikosis (irreversibel), terapi hanya mengatasi
2. Terapi okupasia
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu melihat gambaran Penyakit Akibat Kerja
dan Kecelakaan Kerja di wilayah pertambangan PT. Semen Padang. Populasi dan sampel
merupakan karyawan di wilayah pertambangan PT Semen Padang Pabrik Indarung II/III. Sampel
diambil dengan teknik simple random sampling sehingga terpilihlah 10 sampel dari bagian
produksi dan perkantoran. Instrumen penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam
pada karyawan .
Penelitian ini dilakukan di wilayah PT Semen Padang Pabrik Indarung II-III yang
dilakukan pada tanggal 31 Oktober – 4 November 2016. Waktu tersebut digunakan untuk
pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, serta penyusunan laporan hasil penelitian.
Sumber data pada penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui observasi dan
wawancara mendalam.
Langkah-langkah penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Mulai
Perumusan masalah
Tujuan penelitian
Manfaat penelitian
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 orang pekerja di pabrik indarung 2,3 bagian
Bagian F Persentase
Produksi 6 60%
SDM 4 40%
Jumlah 10 100%
Dari tabel di atas didapatkan bahwa lebih banyak responden penelitian yang bekerja di
bagian produksi. Berdasarkan teori, manusia merupakan salah satu faktor penting dalam terjadinya
kecelakaan. Menurut penelitian hampir 88% kecelakaan disebabkan oleh faktor perilaku manusia
yang tidak aman dan atau potensi bahaya mekanik dan fisik. Dari penjelasan tersebut dapat dilihat
bahwa faktor perilaku manusia memegang peranan penting untuk mencegah kecelakaan kerja di
tempat kerja. Bagian produksi disebut juga sebagai pabrik yang merupakan tempat melakukan
proses produksi. Bagian produksi merupakan salah satu tempat diterapkannya penggunaan alat dan
mesin sehingga menjadi tempat dengan potensi bahaya yang besar dan risiko pekerjaan yang
tinggi. Hal ini menjadi fokus utama agar dapat dilakukan pengendalian bahaya dan pengendalian
risiko pekerjaan untuk melindungi pekerja dari PAK atau kecelakaan kerja 18
Sebagian besar pekerja di perkantoran bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis,
misalnya tenaga operator peralatan. Hal ini disebabkan peralatan yang digunakan pada umumnya
adalah barang impor yang disainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja
yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien
dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan
keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain). 16
25-35 3 30%
>35 7 70%
Jumlah 10 100%
Dari tabel di atas didapatkan bahwa lebih banyak reponden dengan umur lebih dari 35
tahun. Dari sebuah penelitian yang dilakukan di sebuah PT di Yogyakarta didapatkan hasil terdapat
hubungan antara umur pekerja dengan kecelakaan kerja (p value= 0,018). Bahri menyebutkan
bahwa kemampuan fisik maksimal seseorang akan tercapai pada usia kurang dari 25-35 tahun baik
laki-laki maupun perempuan dan terus menurun seiring bertambahnya umur. Akan tetapi menurut
penelitian Hatta, bahwa pekerja yang mengalami kecelakaan kerja terbanyak pada umur 25-35
tahun.19,20
≤5 1 10%
>5 9 90%
Jumlah 10 100%
Dari tabel di atas didapatkan bahwa lebih banyak reponden penelitian yang bekerja lebih
lama yaitu lebih dari 5 tahun sebanyak 90%. Berdasarkan penelitian oleh Hatta, bahwa pekerja
yang mengalami kecelakaan kerja tertinggi pada masa kerja kurang dari 5 tahun. Pekerja dengan
masa kerja kurang dari 5 tahun tergolong pekerja yang masih baru sehingga belum mengetahui
dan mengenal lingkungan kerja mereka. Selain itu, pekerja baru juga belum mempunyai
pengetahuan tentang K3 yang baik sehingga memperbesar peluang untuk terjadinya kecelakaan
kerja20
Tabel 4.4 Distribusi riwayat penyakit dan kecelakaan kerja pada responden
No. responden Penyakit
1 Tuli ringan
terhimpit pagar
8 Kolesterol tinggi
10 -
Dari tabel di atas didapatkan hasil bahwa terdapat berbagai macam penyakit akibat kerja
pada masing-masing responden. Menurut hasil studi Departemen Kesehatan yang dilakukan
THT. Dari data Puskesmas yang didapat pada tahun 2015 di sekitar pabrik semen, terlihat bahwa
ISPA dan penyakit kulit merupakan penyakit menonjol yang terjadi di kecamatan Seisuka.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Karakteristik sampel berdasarkan masa kerja yaitu 90% responden telah bekerja > 5 tahun.
Masa kerja berhubungan dengan tingkat pengetahuan pekerja mengenai K3 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja), sehingga mempengaruhi kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
2. Gambaran penyakit akibat kerja yang dialami responden beragam, diantaranya gangguan
pendengaran (tuli ringan) pada pekerja di bagian produksi, ganggguan refraksi dan low back
pain pada pekerja kantoran.
3. Ditemukan 4 kasus kecelakaan kerja pada responden, diantaranya kecelakaan kerja terhimpit
pagar, luka, patah lengan, tersetrum listrik.
5.2 Saran
1. Perlu diberikan pelatihan K3 kepada pekerja serta peningkatan kepatuhan pemakaian APD, guna
mencegah timbulnya penyakit akibat kerja dan meminimalisir kejadian kecelakaan kerja.
2. Penting dilakukan pemeriksaan awal sebelum penempatan dan pemeriksaan berkala terhadap
pekerja, guna mencegah dan mendeteksi secara dini timbulnya penyakit akibat kerja.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja
pada pekerja di PT Semen Padang serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
DAFTAR PUSTAKA