Anda di halaman 1dari 28

TUGAS RESUME

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

Oleh :

Robi Saputra
NIM : 06121282328016

Dosen Pengampu :

Dr. Farhan Yadi, S.T., M.Pd.


Dewi Puspita Sari, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
MATERI 1
Filosofi dan Sejarah K3, Pengertian, Peraturan dan Tujuan K3

K3 merupakan singkatan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja. K3 harus menjadi


bagian dan urusan semua orang yang ada di lingkungan pekerjaan.Pengertian K3 menurut
OSHA (Lembaga Negara Amerika Serikat) adalah aplikasi ilmu dalam mempelajari risiko
keselamatan manusia dan properti baik dalam industri maupun bukan. Filosofi K3 Mengutip
bahan K3 ajar yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan RI, K3 difilosofikan sebagai
suatu pemikiran serta upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmani
maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera.

Filosofi dasar K3 adalah melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja dalam
menjalankan pekerjaannya, melalui upaya-upaya pengendalian yang ada di lingkungan
tempat kerjanya.Bila semua potensi bahaya telah dikendalikan dan memenuhi batas standar
keamanan, akan memberikan kontribusi terciptanya kondisi lingkungan kerja yang aman,
sehat, dan proses produksi menjadi lancar. Kondisi tersebut tentu dapat menekan risiko
kerugian dan berdampak terhadap peningkatan produktivitas.

Peraturan tentang K3

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting dan harus mendapatkan
perhatian serius. Perhatian dunia internasional terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
makin tinggi sejak lahirnya Occupational and Safety Management Systems atau sering
disingkat dengan OHSAS 18001: 1999 yang diterbitkan oleh British Standard International
(BSI) dan badan-badan sertifikasi dunia yang berisi standar manajemen K3. Indonesia juga
memiliki perhatian serius terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini dibuktikan
dengan diterbitkannya beberapa aturan terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja.

1. Undang-Undang yang Terkait K3

1. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.Undang-Undang


Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
2. Undang Undang Dasar 1945 pasal 5, 20 dan 27.
3. Undang-Undang No 23/1992 tentang Kesehatan.
4. Undang-Undang No 13/2003 tentang Ketenagakerjaan.

2. Tujuan K3

1
Tujuan utama penerapan K3 berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, antara lain

1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat
kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional.

Sumber:

https://www.bola.com/ragam/read/5071830/pengertian-k3-beserta-filosofi-dan-
tujuannya?page=5

2
MATERI 2
Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah sebuah peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya dan
senantiasa dihindari atau diminimalkan dampaknya. Kecelakaan akan mengakibatkan
kerugian, baik bagi penderita maupun pihak terkait secara material. Kecelakaan dapat terjadi
dalam bentuk ketidaksengajaan ataupun direncanakan terlebih dahulu. Menurut ILO atau
Organisasi Perburuhan Internasional, kecelakaan kerja dapat diklasifikasikan berdasarkan
beberapa kategori, yaitu :

• Klasifikasi menurut jenis kecelakaan, Terbagi menjadi beberapa hal, yaitu:

1. Terjatuh
2. Tertimpa benda yang jatuh dari ketinggian
3. Tertumbuk atau terkena benda-benda, kecuali benda jatuh
4. Terjepit benda
5. Gerakan yang melebihi kemampuan
6. Pengaruh suhu tinggi
7. Terkena arus listrik
8. Kontak dengan bahan berbahaya atau radiasi

• Klasifikasi menurut penyebab kecelakaan Terbagi menjadi beberapa hal, sebagai


berikut:

1. Alat mesin
2. Alat angkut dan alat angkat
3. Peralatan instalasi listrik
4. Bahan dan zat penyebab radiasi
5. Lingkungan kerja

• Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan Terbagi menjadi beberapa jenis, di
antaranya:

1. Patah tulang dan tulang retak


2. Dislokasi/keseleo
3. Otot/urat meregang
4. Memar luar dan dalam
5. Amputasi

3
6. Luka dipermukaan kulit
7. Keracunan mendadak

• Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka ditubuh Terbagi menjadi beberapa jenis,
yaitu:

1. Kepala
2. Leher
3. Sekujur tubuh
4. Anggota tubuh bagian atas
5. Anggota tubuh bagian bawah
6. Beberapa titik anggota tubuh
7. Kelainan umum

Sumber:

https://amp.kompas.com/skola/read/2023/06/06/063000969/klasifikasi-kecelakaan-kerja-

4
MATERI 3
Pengertian Penyakit Karna kerja, Penyebab, dan macam macam penyakit
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan
kerja. Faktor risiko PAK antara lain: Golongan fisik, kimiawi, biologis atau psikosial di
tempat kerja. Faktor tersebut di dalam lingkungan kerja merupakan penyebab yang pokok
dan menentukan terjadinya penyakit akibat kerja. Faktor lain seperti kerentanan individual
juga berperan dalam perkembangan penyakit di antara pekerja yang terpajan.1,2 Faktor risiko
yang dapat menyebabkan terjadinya PAK adalah sebagai berikut:

1. Golongan fisik

a. Kebisingan dapat mengakibatkan gangguan pada pendengaran sampai dengan Non-


induced hearing loss
b. Radiasi (sinar radio aktif) dapat mengakibatkan kelainan darah dankulit
c. Suhu udara yang tinggi dapat mengakibatkan heat stroke, heat Cramps, atau
hyperpyrexia. Sedangkan suhu udara yang rendah dapat mengakibatkan frostbite,
trenchfoot atau hypothermia.
d. Tekanan udara yang tinggi dapat mengakibatkan caison disease
e. Pencahayaan yang tidak cukup dapat mengakibatkan kelahan mata. Pencahayaan yang
tinggi dapat mengakibatkan timbulnya kecelakaan.

2. Golongan kimia

a. Debu dapat mengakibatkan pneumokoniosis


b. Uap dapat mengakibatkan metal Fume fever, dermatitis dan keracunan
c. Gas dapat mengakibatkan keracunan CO dan H2S
d. Larutan dapat mengakibatkan dermatitis
e. Insektisida dapat mengakibatkan keracunan

3. Golongan infeksi

a. Anthrax
b. Brucell
c. HIV/AIDS

4. Golongan fisiologis & Golongan mental

5
1. Dapat disebabkan oleh kesalahan konstruksi, mesin, sikap badan yang kurang baik,
salah cara melakukan suatu pekerjaan yang dapat mengakibatkan kelelahan fisik
bahkan lambat laun dapat menyebabkan perubahan fisik pada tubuh pekerja.
2. Dapat disebabkan oleh hubungan kerja yang tidak baik atau keadaan pekerjaan yang
monoton yang menyebabkan kebosanan.

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja


dan Transmigrasi Nomor PER01/MEN/1981 dan Keputusan Presiden RI
No 22/1993 terdapat 31 jenis penyakit
Akibat kerja yaitu sebagai berikut :

1. Pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan parut


(silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang silikosisnya
merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.
2. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh debu
logam keras.
3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh debu
kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang
yang dikenal berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat penghirupan
debu organik
6. Penyakit yang disebabkan oleh berillium atau persenyawaannya yangberacun.
7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang beracun.
8. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yang beracun.
9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun.
11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun.
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang beracun.
14. Penyakit yang disebabkan oleh flour atau persenyawaannya yang beracun.
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon
alifatik atau aromatik yang beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.

6
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan seperti
karbon monoksida, hidrogen sianida, hidrogen sulfida atau derivatnya yang beracun,
amoniak, seng, braso dan nikel.
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat, tulang
persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang mengion.
26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau
biologik.
27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak
mineral, antrasena, atau persenyawaan, produk atau residu dari zat tersebut.
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat dalam
suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau
kelembaban udara tinggi.
31. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan

Sumber:
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&opi=89978449&url=https://jurnal.usk
.ac.id/JKS/article/download/3260/3083%23:~:text%3DPenyakit%2520Akibat%2520Kerja%2
520adalah%2520penyakit,menentukan%2520terjadinya%2520penyakit%2520akibat%2520k
erja.&ved=2ahUKEwjRbjQz9iCAxV5zqACHWDkCNQQFnoECAkQBg&usg=AOvVaw10-
bsdKQvbnvcAnhKSEWNA

7
MATERI 4
Analisis Resiko K3
Analisis risiko K3 sendiri adalah serangkaian pendekatan sistematis yang dilakukan
untuk bisa mengidentifikasi dan mengendalikan bahaya yang dapat mengancam keselamatan
dan kesehatan kerja. Langkah ini dilakukan untuk membantu mengidentifikasi faktor-faktor
apa saja yang bisa menyebabkan cedera pada manusia serta menginformasikan langkah-
langkah pengendalian untuk menurunkan risiko cedera pada tingkat yang bisa ditoleransi.
Adanya penilaian risiko K3 diharapkan bisa membuat semua komponen dalam perusahaan
tahu cara pengendalian operasional apa yang perlu dilakukan jika ditemukan risiko yang
signifikan.Penilaian risiko bukanlah aktivitas yang dilakukan untuk menghilangkan semua
risiko di tempat kerja. Tidak pula bertujuan untuk menghapus kegiatan yang dianggap
membahayakan (padahal kegiatan itu dibutuhkan dalam proses operasional).

Mengidentifikasi Risiko

Identifikasi risiko merupakan langkah pertama dalam proses penilaian risiko K3. Ini
dilakukan dengan mencari informasi mengenai peristiwa atau kejadian dalam kegiatan
operasional yang bisa menghambat tercapainya tujuan dan sasaran perusahaan. Artinya, tim
penilai harus membuat daftar risiko yang ada dengan menggunakan 4 W + 1 H (apa, kapan,
di mana, mengapa dan bagaimana) suatu peristiwa dapat terjadi dan bagaimana peristiwa itu
bisa berpengaruh pada tujuan.

Pendataan ini akan menghasilkan output berupa profil risiko yang mengandung
berbagai informasi termasuk jenis peristiwa risiko, penyebab risiko, pemilik risiko,
pengendalian yang sudah pernah dibuat dan sisa risiko dari setiap aktivitas yang dinilai
risikonya.Ada berbagai metode yang dapat digunakan dalam proses identifikasi risiko antara
lain dengan menggunakan checklist (sesuai dokumen dan pengalaman), kajian dokumen,
analisis SWOT, survei, wawancara, flowchart, analisis sistem dan lain sebagainya.
Penggunaan metode yang tepat serta keterlibatan dengan pemilik risiko akan menghasilkan
identifikasi risiko yang tepat dan akurat.

Menganalisis Risiko

Langkah selanjutnya yang harus dilakukan dalam penilaian risiko K3 adalah dengan
melakukan analisis risiko. Analisis risiko sendiri adalah sebuah proses yang dilakukan secara
sistematis untuk menentukan seberapa sering sebuah risiko terjadi serta seberapa tinggi
konsekuensi yang muncul karenanya (lihat kembali bagian matriks risiko K3). Maksud dari
8
analisis risiko adalah untuk mengetahui risiko mana yang harus dikelola dan diprioritaskan
penanganannya.

Analisis risiko juga bisa dipahami sebagai proses untuk memahami karakteristik risiko
baik dari segi dampak maupun probabilitasnya dengan menggunakan data kuantitatif dan
kualitatif. Hasil yang diperoleh dari analisis ini adalah Level of Risks (Level Risiko) yang
signifikan. Pada tahapan ini, pimpinan perusahaan memiliki peran yang sangat penting dalam
pengendalian dan pengelolaan risiko sesuai dengan tingkat risiko yang bisa ditoleransi.
Tingkat risiko yang bisa ditoleransi dilihat dengan pertimbangan aspek manfaat dan
biayanya..

Sumber:

https://mutuinstitute.com/post/penilaian-
risikok3/#:~:text=Penilaian%20risiko%20K3%20sendiri%20adalah,mengancam%20keselam
atan%20dan%20kesehatan%20kerja.

9
MATERI 5
Pengendalian K3
Hierarki pengendalian K3 adalah sistem untuk mengendalikan bahaya di tempat kerja,
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum, Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi wajib dan bertanggung jawab untuk melakukan
pengendalian risiko K3 Konstruksi. Pengendalian risiko yang dimaksud adalah segala upaya
untuk meniadakan risiko (CSP, 2018). Pengendalian risiko dapat mengikuti Pendekatan
Hirarki Pengendalian (Hierarchy of Control) risiko. Hirarki pengendalian risiko adalah suatu
urutan prioritas dalam pencegahan dan pengendalian risiko yang mungkin timbul yang
terdiri: dari beberapa tingkatan yaitu:

1. Eliminasi

Eliminasi merupakan suatu pengendalian risiko yang bersifat permanen dan harus dicoba
untuk diterapkan sebagai pilihan prioritas utama. Eliminasi adalah cara untuk menghilangkan
sumber bahaya.

Contoh: seorang pekerja harus menghindari bekerja di ketinggian namun pekerjaan tetap
dilakukan dengan menggunakan alat bantu.

2. Substitusi

Substitusi adalah cara untuk mengganti metode atau alat/mesin/bahan yang lebih aman dan
tingkat bahayanya lebih rendah.

Contoh: penggunaan tangga diganti dengan alat angkat mekanik kecil untuk bekerja di
ketinggian.

3. Rekayasa Teknik

Rekayasa Teknik adalah cara untuk memodifikasi atau perancangan alat/mesin/tempat kerja
yang lebih aman.

Contoh: menggunakan perlengkapan kerja atau peralatan lainnya untuk menghindari terjatuh
pada saat bekerja di ketinggian.

10
4. Pengendalian Administrasi

Pengendalian administrasi adalah cara meniadakan risiko dengan membuat prosedur, aturan,
pelatihan, tanda bahaya, rambu, poster, label, atau merubah durasi kerja.

Contoh: pengaturan waktu kerja (rotasi tempat kerja) untuk mengurangi terpaparnya/
tereksposnya pekerja terhadap sumber bahaya, larangan menggunakan telepon seluler di
tempat tertentu, pemasangan rambu-rambu keselamatan.

5. Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri yang dimaksud adalah melengkapi tenaga kerja dengan alat pelindugan
diri agar meniadakan risiko.

Contoh: Pemakaian kacamata las dan sarung tangan kulit pada pekerjaan pengelasan.

Sumber:

https://depobeta.com/magazine/artikel/pengendalian-risiko-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-
k3-konstruksi/

11
MATERI 6
Definisi Kebakaran, Bahan Mudah Terbakar, Titik Nyala Api
Pengertian (Definisi) Api ialah suatu reaksi kimia (oksidasi) cepat yang terbentuk dari 3
(tiga) unsur yaitu panas, oksigen dan bahan mudah terbakar yang menghasilkan panas dan
cahaya. Ilustrasi 3 (tiga) unsur api dapat dilihat sebagaimana pada gambar segitiga api di
atas.Sedangkan pengertian (definisi) Kebakaran ialah nyala api baik kecil maupun besar pada
tempat, situasi dan waktu yang tidak dikehendaki yang bersifat merugikan dan pada
umumnya sulit untuk dikendalikan. Adapun jenis Kebakaran dan Bahan yang mudah
terbaka:

1. Kebakaran Kelas A merupakan kelas kebakaran yang dikarenakan oleh bahan-bahan


padat non-logam seperti Kertas, Plastik, Kain, Kayu, Karet dan lai sebagainya. Jenis
APAR yang cocok untuk memadamkan kebakaran Kelas A adalah APAR jenis Cairan
(Water), APAR jenis Busa (Foam) dan APAR jenis Tepung Kimia (Dry Powder).
2. Kebakaran Kelas B merupakan kelas kebakaran yang dikarenakan oleh bahan-bahan
cair yang mudah terbakar seperti Minyak (Bensin, Solar, Oli), Alkohol, Cat, Solvent,
Methanol dan lain sebagainya. Jenis APAR yang cocok untuk memadamkan
kebakaran Kelas B adalah APAR jenis Karbon Diokside (CO2), APAR jenis Busa
(Foam) dan APAR jenis Tepung Kimia (Dry Powder).
3. Kebakaran Kelas C merupakan kelas kebakaran yang dikarenakan oleh Instalasi
Listrik yang bertegangan. Jenis APAR yang cocok untuk memadamkan kebakaran
Kelas C adalah APAR jenis Karbon Diokside (CO2) dan APAR jenis Tepung Kimia
(Dry Powder).
4. Kebakaran Kelas D merupakan kelas kebakaran yang dikarenakan oleh bahan-bahan
logam yang mudah terbakar seperti sodium, magnesium, aluminium, lithium dan
potassium. Kebakaran Jenis ini perlu APAR khusus dalam memadamkannya.
5. Kebakaran Kelas K merupakan kelas kebakaran yang dikarenakan oleh minyak masak
(minyak sayur, minyak hewan) ataupun lemak yang biasanya dipergunakan dalam
dapur masak. Jenis APAR yang cocok untuk memadamkan Kebakaran Kelas K
adalah APAR jenis Busa (Foam) dan APAR jenis Karbon Diokside (CO2).

12
Sumber:

https://damkar.bandaacehkota.go.id/2020/03/03/jenis-jenis-atau-kelas-kelas-
kebakaran/#:~:text=Kebakaran%20Kelas%20B%20merupakan%20kelas,Solvent%2C%20M
ethanol%20dan%20lain%20sebagainya

13
MATERI 7
Klasifikasi Kebakaran, Cara Penanganan Kebakaran, Pencegahan, Pemadaman,
Prosedur Evakuasi
Klasifikasi kebakaran adalah pembagian jenis kebakaran yang telah dibedakan,
berikut ini jenis jenis nya:

1. Golongan A, yaitu kebakaran bahan padat kecuali logam. Seperti kayu


2. Golongan B, yaitu kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar. Seperti
Bensin
3. Golongan C, kebakaran instalasi listrik bertegangan.
4. Golongan D, kebakaran logam.

Hal yang Harus Kamu Lakukan Saat Terjadi Kebakaran

1. Dapatkan alat pemadam api.


2. Beritahu siapa pun saat ada kebakaran.
3. Segera hubungi petugas pemadam kebakaran.
4. Tinggalkan barang berharga jika tidak lagi memungkinkan diselamatkan. ...
5. Jatuhkan diri saat pakaian terbakar.
6. Tutupi hidung.
7. Tutup pintu.
8. Menjauh.

Sumber:

https://www.kompas.com/homey/read/2021/04/09/091900576/hal-yang-harus-kamu-
lakukan-saat-terjadi-kebakaran?page=all

14
MATERI 8
Pengertian, Tujuan dan Manfaat Penerapan 5R, Langkah langkah penerapan 5R,
Pengendalian Visual Dalam Penerapan 5R
Budaya Kerja 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin) merupakan suatu metode
penataan dan pemeliharaan wilayah kerja secara intensif yang berasal dari Jepang yang
dikenal dengan 5S yang digunakan oleh manajemen dalam usaha memelihara ketertiban,
efisiensi, dan disiplin di lokasi kerja sekaligus meningkatan kinerja perusahaan secara
menyeluruh.

Berikut merupakan penjelasan umum penerapan 5R, antara lain :

1. Ringkas
a. Memilah barang yang diperlukan dan yang tidak diperlukan.
b. Memilah barang yang sudah rusak dan barang yang masih dapat digunakan.
c. Memilah barang yang harus dibuang atau tidak.
d. Memilah barang yang sering digunakan atau jarang penggunaannya.
2. Rapi
a. Mengurutkan peralatan/barang berdasarkan alur proses kerja.
b. Menata peralatan/barang berdasarkan keseringan penggunaannya, keseragaman,
fungsi dan batas waktu penggunaannya.
c. Pengaturan (pengendalian) visual supaya peralatan/barang mudah ditemukan, teratur
dan selalu pada tempatnya.
3. Resik
a. Membersihkan tempat kerja dari semua kotoran, debu dan sampah.
b. Menyediakan sarana dan prasarana kebersihan di tempat kerja.
c. Meminimalisir -sumber-sumber kotoran dan sampah.
d. Memperbarui atau memperbaiki tempat kerja yang sudah usang/rusak.
4. Rawat
a. Mempertahankan 3 kondisi di atas dari waktu ke waktu.
5. Rajin
a. Mendisiplinkan diri untuk melakukan 4 hal di atas.
Berikut merupakan manfaat dari penerapan 5R di tempat kerja :

1. Membuat area kerja jadi lebih bersih, rapi, aman, dan menyenangkan
2. Meningkatkan pemanfaatan lantai kerja sebagai ruang penyimpanan
3. Meminimalisasi waktu yang terbuang untuk mencari alat kerja, material dan dokumen
15
4. Mengurangi kerusakan mesin karena peralatan selalu bersih dan terawat, sehingga
membuat peralatan jadi lebih awet dan tahan lama
5. Menumbuhkan tanggung jawab karyawan dan rasa memiliki di area kerja
6. Mengurangi bahkan menghilangkan potensi bahaya atau apa saja yang menjadi
penyebab umum terjadinya kecelakaan kerja
7. Meningkatkan produktivitas kerja.
8. Dengan penataan material dan peralatan kerja yang baik, karyawan pun bisa bekerja
lebih efektif dan efisien.

Sumber:

https://www.prosyd.co.id/pengertian-5r-dan-penerapannya-dalam-tempat-kerja/

16
MATERI 9
Analisis Dampak Lingkungan(Amdal)
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak
besar dan penting suatu usaha/kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup, yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha/kegiatan.
Kajian ini menghasilkan dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan, Analisis
Dampak Lingkungan, Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan
Lingkungan

Fungsi Amdal
Seperti pengertiannya, Amdal ialah upaya agar lingkungan hidup dapat terjaga
keamanannya melalui analisis yang dilakukan sebelum sebuah kegiatan dilakukan. Mengutip
dari Buku Ajar Mata Kuliah AMDAL Fakultas Ilmu Kesehatan UPN Veteran Jakarta (2014)
oleh Reda Rizal, jika dilihat dari segi teknis, Amdal hadir untuk menghindari dan
meminimalisasi dampak lingkungan hidup sehingga terwujud pembangunan yang
berkelanjutan. Berikut fungsi Amdal. 1. Memberi masukan dalam hal pengambilan
keputusan. 2. Memberi pedoman dalam upaya pencegahan, pengendalian dan pemantauan
dampak lingkungan hidup. 3. Memberikan informasi dan data bagi perencanaan
pembangunan suatu wilayah

Tujuan Amdal
Tujuan Amdal agar lingkungan hidup tidak terdampak, minimal mengurangi
dampaknya, dan melaksanakan kompensasi terhadap dampak tersebut. Dilansir dari
akseleren.co.id Amdal memiliki dua tujuan.
1. Amdal bertujuan menjaga agar rencana kegiatan tidak berdampak buruk pada
lingkungan.
2. Amdal bertindak sebagai penjaga keamanan lingkungan berguna sebagai pedoman
dalam pengelolaan lingkungan, pengembangan wilayah, pemenuhan prasyarat loan,
serta sebagai rekomendasi proses perizinan

Dasar hukum
Amdal memiliki fungsi dan peran yang strategis dalam upaya pencegahan dan
pengendalian kerusakan lingkungan. Dengan fungsi dan perannya, Amdal merupakan salah
satu instrumen pengelolaan lingkungan hidup. Melalui Amdal, suatu rencana atau kegiatan

17
dapat berjalan sesuai dengan komitmen terkait pengelolaan lingkungan yang akan
dilakukannya.
1. Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) awal mulanya diprakarsai di Amerika Serikat
oleh National Environmental Policy Act.
2. Dasar hukum Amdal di Indonesia yaitu UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
3. PP Nomor 27 Tahun 1999 terkait Amdal merupakan kajian dampak utama dari
rencana kegiatan atau usaha terhadap lingkungan hidup. Kajian ini dibutuhkan dalam
proses pengambilan keputusan dari penyelenggaraan kegiatan atau usaha.
Dari dasar hukum Amdal ini, para pengusaha yang berencana memiliki usaha atau kegiatan di
suatu wilayah wajib hukumnya menaati keputusan berdasarkan analisis dampak lingkungan
yang telah dilakukan. Beberapa bentuk dari hasil kajian Amdal berupa dokumen meliputi
Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (Kaandal), Dokumen
Analisis Dampak Lingkungan Hidup (Andal), Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan
Hidup (RKL), Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL), dan Dokumen
Ringkasan Eksekutif. Nah, itulah ulasan tentang pengertian dan tujuan serta dasar hukum
Amdal yang perlu diketahui. Semoga bermanfaat. (OL-14)

Sumber:

https://mediaindonesia.com/ekonomi/513814/pengertian-amdal-kegunaan-fungsi-tujuan-dan-
dasar-hukum

Fandeli, Chapid, 2007. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Liberty Offset. Yogyakarta
Tosepu, Ramadhan, 2007. Kesehatan Lingkungan. Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
MIPA UNHALU. Kendari Wardhana, AW, 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi
Offset. Yogyakarta

18
MATERI 10
Limbah Cair & Penanganan Air Limbah
Limbah Cair Limbah adalah bahan sisa atau buangan dari suatu kegiatan dan proses
produksi yang sudah tidak terpakai lagi. Limbah juga tidak memiliki nilai ekonomi dan daya
guna, melainkan bisa sangat membahayakan jika sudah mencemari lingkungan sekitar.
Terutama untuk limbah yang mengandung bahan kimia yang tidak mudah terurai oleh
bakteri. Bentuk limbah yang dihasilkan oleh industi sablon dapat berupa limbah cair.
Berdasarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 16 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Lingkungan
Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup, yaitu air limbah adalah sisa dari
suatu hasil usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair, baku mutu air limbah adalah ukuran
batas atau kadar unsur pencemar dan/atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari
suatu usaha atau kegiatan. Dari kegiatan industri limbah cair adalah limbah yang dihasilkan
dari kegiatan industri dalam bentuk cair. Limbah cair dalam industri sablon adalah semua air
buangan dari hasil kegiatan sablon yang mungkin mengandung bahan kimia beracun yang
berbahaya bagi kesehatan lingkungan, terutama lingkungan yang berada disekitar area
industri sablon.
Sejalan dengan pendapat (Suharto, 2011) menyatakan bahwa “limbah cair adalah
limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang kelingkungan
yang diduga dapat mencemari lingkungan”. Limbah cair merupakan limbah yang dihasilkan
dari proses industri yang berwujud cair dan mengandung padatan tersuspensi atau terlarut,
akan mengalami 7 proses perubahan fisik, kimia, maupun biologi yang menghasilkan zat
beracun dan dapat menimbulkan gangguan ataupun resiko terjadinya penyakit dan kerusakan
lingkungan (Kaswinarni, 2008). Oleh karena itu limbah cair yang yang dhasilkan dari
kegiatan industri sablon dapat mengandung bahan yang menghasilkan zat beracun bagi
kesehatan lingkungan dan menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan

Faktor yang Mempengaruhi Limbah Cair


Limbah cair merupakan hasil dari kehgiatan industri yang sudah tak terpakai. Adapun
faktor yang mempengaruhi dari adanya limbah cair yaitu jenis: 1. Sumber dan jenis pencemar
dalam limbah cair Berdasarkan sumbernya pencemar limbah cair dapat di bedakan menjadi
sumber pencemar fisik, sumber pencemar kimia organik dan an organik, sumber pencemar
mikrobiologi (Suharto, 2011:314). a. Sumber dan jenis pencemar fisik Adapun Sumber dan
jenis pencemar fisik yang menjadi pencemar pada limbah cair meliputi suhu, nilai pH, warna,

19
bau dan total padatan tersuspensi. b. Sumber dan jenis pencemar kimia organik dan anorganik
Adapun Sumber dan jenis pencemar kimia yang menjadi pencemar pada limbah cair seperti
karbohidrat, protein, lemak, minyak, pelumas, Biochemical Oxygen Demand (BOD),
Chemical Oxygen Demand (COD), Total Oragnic Carbon (TOC), TOD, alkalinitas.
Sedangkan pencemar senyawa anorganik pada limbah cair seperti adanya logam berta, N, P,
khlorida, sulfur, hidrogen sulfit, dan gas terlarut dalam limbah cair. Pada limbah cair hasil
olahan industri jika nilai BOD tinggi atau melebihi ambang batas maka terdapat kelebihan
adanya senyawa 8 organik pada limbah cair dengan konsentrasi oksigen (dissoled oxygen)
terlarut dalam air bebas pencemar atau tidak terkontaminasi sebesar 7,59 mg/L. c. Sumber
dan jenis pencemar mikrobiologi Adapun sumber dan jenis pencemar mikrobiologi yang
menyebabkan limbah cair sebagai pencemar seperti mikroba patogen yaitu typhuscholera
dysentri, poliovirus, virus hepatitis B, salmonella typhi, cacing parasit, bakteri, algae,
protozoa, virus, dan coliform.

Pengelolaan Limbah Cair


Limbah cair harus dikumpulkan dalam kontainer yang sesuai dengan karakteristik
bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan penyimpanannya (Asmadi,
2013). 1. Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup, kedap air,
dan limbah harus mengalir dengan lancar, serta terpisah dengan saluran air hujan. 2. Rumah
sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau bersama-sama dengan
bangunan disekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis, apabila belum ada atau tidak
terjangkau sistem pengolahan air limbah perkotaan. 13 3. Perlu dipasang alat pengukur debit
limbah cair untuk mengetahui debit hairan limbah yang dihasilkan. 4. Air limbah dari dapur
harus dillengkapi penangkap lemak dan saluran air limbah harus dilengkapi/ditutup dengan
grill. 5. Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah di Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL), bila tidak mempunyai IPAL harus dikelola sesuai kebutuhan yang berlaku
melalui kerjasama dengan pihak lain atau pihak yang berwenang. 6. Frekuensi pemeriksaan
limbah cair terolah (efflunt) dilakukan setiap bulan sekali untuk swapantau dan minimal 3
bulan sekali uji petik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Sumber :

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/3861/3/BAB%20II.pdf

20
MATERI 11
Penggumpalan Bioogis Fisika Air
Pengolahan limbah cair secara fisika
Pengolahan ini dilakukan pada limbah cair dengan kandungan bahan limbah yang dapat
dipisahkan secara mekanis langsung tanpa penambahan bahan kimia atau melalui
penghancuran secara biologis. Pengolahan limbah cair secara fisika yang umum dilakukan
meliputi :
1) Screening (penyaringan)
2) Grit Chamber
3) Sieves
4) Equalisasi
5) Sedimentasi
6) Flotasi

Atau dengan cara sebagai berikut

1) Screening
2) Comminution
3) Flow equalization
4) Mixing
5) Pengendapan
6) Pengapungan
7) Filtrasi

Pengolahan limbah cair secara biologis

Pengolahan ini merupakan sistem pengolahan yang didasarkan pada aktivitas


mikroorganisme dalam kondisi aerobik atau anaerobik ataupun penggunaan organisme air
untuk mengabsorbsi senyawa kimia dalam limbah cair. Pengolahan limbah cair secara
biologis pada prinsipnya dibedakan menjadi :

1) pengolahan secara aerob

2) pengolahan secara anaerob

3) pengolahan secara fakultatif

21
Sumber:

https://staffnew.uny.ac.id/upload/131572380/pendidikan/KUL++TPL+TOPIK+LIMBAH+C
AIR.pdf

22
MATERI 12
Pengertian SMK 3 ,Tujuan SMK 3

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari
sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif (PP No.50 Tahun 2012). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala
kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui
upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Perusahaan atau organisasi
yang akan ataupun telah menerapkan SMK3 diharapkan dapat meningkatkan efektifitas
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur dan
terintegrasi, kemudian dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja dengan melibatkan unsur manajemen dan pekerja, dan juga perusahaan dapat
menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien untuk mendorong produktivitas.

Tujuan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3

1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang


terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi;
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh;
3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktivitas;
4. Memberikan image baik kepada perusahaan dari pandangan pihak eksternal seperti
masyarakat, pemerintah, klien dll;
5. Sebagai bentuk pemenuhan persyaratan bisnis dari pihak klien.

Manfaat
1. Perlindungan Karyawan
Tujuan inti penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 adalah
memberi perlindungan kepada pekerja. Bagaimanapun, pekerja adalah asset perusahaan
yang harus dipelihara dan dijaga keselamatannya. Pengaruh positif terbesar yang dapat
diraih adalah mengurangi angka kecelakaan kerja.

2. Mengurangi Biaya

23
Dengan menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja atau K3,
kita dapat mencegah terjadinya kecelakaan, kerusakan atau sakit akibat kerja. Dengan
demikian kita tidak perlu mengeluarkan biaya yang ditimbulkan akibat kejadian
tesebut.Salah satu biaya yang dapat dikurangi dengan penerapan sistem manajemen
K3 adalah biaya premi asuransi.
3. Membuat Sistem Manajemen yang Efektif
Salah satu bentuk nyata yang bisa kita lihat dari penerapan sistem manajemen K3
adalah adanya prosedur terdokumentasi. Dengan adanya prosedur, maka segala
aktivitas dan kegiatan yang terjadi akan terorganisir, terarah dan berada dalam koridor
yang teratur. Rekaman-rekaman sebagai bukti penerapan sistem disimpan untuk
memudahkan pembuktian dan identifikasi akar masalah ketidak sesuaian.

Sumber:

https://belajark3.com/ruang-baca/tahapan-penerapan-smk3.html

24
MATERI 13
Penerapan SMK3 di industri dan sekolah
Penerapan K3 di lingkungan sekolah

Dukungan semua pihak untuk dapat mewujudkan perencanaan K3 agar dapat terlaksana
dengan baik dan sempurna sangat diperlukan. Sebagai langkah awal dalam perencanaan
penerapan K3 di lingkungan sekolah, seperti :

 Membentuk kebijakan sekolah terkait implementasi program K3 sebagai bentuk


komitmen sekolah dalam penerapan K3 sekolah
 Membentuk tim K3 sekolah yang bertugas untuk memberikan penilaian dan evaluasi
 Pembiayaan khusus untuk pelaksanaan program K3 di sekolah
 Membuat peraturan-peraturan khusus K3 di lingkungan sekolah
 Pemberian sanksi dan reward sebagai salah satu bentuk komitmen sekolah dalam
mewujudkan sistem K3 yang optimal
 Kolaborasi dengan mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, seperti dengan
memasukkan berbagai mata pelajaran khusus K3
 Dilakukan pengecekan secara berkala terkait dengan implementasi K3 yang telah
dilaksanakan
Untuk tahap selanjutnya, pihak sekolah dapat melakukan berbagai hal lagi sebagai bentuk
keseriusan pelaksanaan K3. K3 yang tidak diterapkan dengan baik, dapat mengganggu para
siswa dan warga sekolah lain, baik secara fisik maupun mental.
Supaya pihak sekolah dapat dengan mudah memberikan penilaian dan evaluasi, maka perlu
dilakukan hal-hal sebagai berikut :
 Melakukan pengukuran lingkungan kerja bahaya terkait tingkat kebisingan. Tingkat
kebisingan di sekolah sesuai nilai ambang batasnya adalah 85 db selama 8 jam per
hari
 Penerangan yang cukup sesuai dengan nilai ambang batas sesuai dengan standar K3
yang berlaku
 Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, seperti misalnya vaksinasi
 Edukasi faktor ergonomi terhadap para siswa, seperti sikap duduk yang sesuai dengan
prinsip K3
 Tersedianya P3K dan UKS untuk pertolongan pertama pada masalah kesehatan siswa
 Toilet yang bersih dan nyaman

25
 Pembentukan tim evakuasi khusus untuk menanggulangi keadaan tanggap darurat,
seperti bencana alam. Tim yang dibentuk juga harus telah memiliki sertifikasi resmi.
Penerapan K3 sekolah
Memang perlu dilakukan sesegera mungkin. Dengan diberlakukannya sistem
manajemen K3 yang baik di sekolah, maka potensi bahaya dan penyakit yang bisa timbul di
sekolah bisa ditanggulangi secara cermat sehingga proses dan aktivitas bersekolah bisa
dilakukan dengan aman, nyaman, dan tertib. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) di industri adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah, dan mengelola risiko terkait dengan keselamatan dan kesehatan
kerja di lingkungan industri.

Berikut adalah beberapa langkah penting yang terkait dengan penerapan SMK3 di industri:

1. Penetapan Kebijakan K3: Perusahaan harus menetapkan kebijakan K3 yang jelas


dan komitmen untuk menciptakan dan menjaga lingkungan kerja yang aman dan
sehat bagi seluruh karyawan. Kebijakan ini harus disosialisasikan kepada semua
pihak terkait.
2. Identifikasi Bahaya: Melakukan identifikasi bahaya di lingkungan kerja dengan
mengidentifikasi segala faktor yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja atau
penyakit. Ini dapat melibatkan pengamatan langsung, inspeksi area kerja, dan
melibatkan karyawan serta tenaga ahli K3.
3. Evaluasi Risiko: Mengevaluasi tingkat risiko yang terkait dengan bahaya yang telah
diidentifikasi. Evaluasi risiko harus mencakup estimasi tingkat probabilitas
terjadinya kejadian berbahaya dan dampaknya pada karyawan dan perusahaan.
4. Pengendalian Risiko: Mengimplementasikan tindakan pengendalian untuk
mengurangi atau menghilangkan risiko yang diidentifikasi. Ini melibatkan
penerapan langkah-langkah teknis, administratif, serta penggunaan peralatan
pelindung diri (APD) sejalan dengan standar K3 yang berlaku.
5. Pelatihan dan Kesadaran: Memberikan pelatihan K3 kepada karyawan untuk
memahami bahaya kerja, penggunaan APD, dan praktek kerja yang aman.
Kesadaran yang tinggi terhadap pentingnya K3 akan membantu mendorong
perubahan perilaku dan kepatuhan terhadap prosedur K3.
6. Pengawasan dan Pemantauan: Melakukan pengawasan rutin untuk memastikan
penerapan kebijakan K3 dan kepatuhan terhadap prosedur yang telah ditetapkan.

26
Pemantauan berkala dan audit internal juga diperlukan untuk memastikan
keefektifan dari implementasi SMK3.
7. Evaluasi dan Perbaikan: Melakukan evaluasi secara berkala untuk menilai
keberhasilan dari penerapan SMK3 dan mencari potensi perbaikan. Evaluasi dapat
melibatkan pengumpulan data statistik kecelakaan, analisis akar penyebab, dan
perbaikan berkelanjutan.

Penerapan SMK3 di industri memberikan manfaat berupa peningkatan keselamatan


kerja, mengurangi risiko kecelakaan dan penyakit, meningkatkan produktivitas, serta
memelihara citra positif perusahaan. Ini juga memberikan perlindungan hukum dan
kepatuhan terhadap peraturan K3 yang berlaku.

Sumber:

https://mutuinstitute.com/post/penerapan-k3-sekolah/

27

Anda mungkin juga menyukai