Anda di halaman 1dari 12

LEMBAR TUGAS MANDIRI

PENYAKIT AKIBAT KERJA, KECELAKAAN AKIBAT KERJA DAN


CEDERA AKIBAT KECELAKAAN KERJA PADA PERAWAT

Oleh : Efa Fathurohmi


NPM : 2006539481
Kelompok : 5
Kelas : A

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS INDONESIA
GANJIL 2021
I. Pendahuluan
Penyakit akibat kerja dapat menyerang semua tenaga kerja di rumah sakit, baik tenaga
medis maupun non medis akibat pajanan biologi, kimia dan fisik di dalam lingkungan
kerja rumah sakit itu sendiri. Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang-orang
sakit maupun sehat, atau anggota masyarakat baik petugas maupun pengunjung, pasien
yang mendapat perawatan di rumah sakit dengan berbagai macam penyakit menular. Hal
tersebut membuat rumah sakit merupakan tempat kerja yang memiliki resiko terhadap
gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja bagi petugas. Berbagai macam penyakit yang
ada di lingkungan rumah sakit memungkinkan rumah sakit menjadi tempat penularan
penyakit infeksi baik bagi pasien, tenaga kerja maupun pengunjung. Petugas di
lingkungan rumah sakit sangat beresiko dengan kontak langsung terhadap agent penyakit
menular melalui darah, sputum, jarum suntuk dan lain-lain.
UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja pada Pasal
(9) menyatakan bahwa Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas
keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril. Karena petugas rumah sakit baik
medis ataupun non medis tidak luput dari pajanan berbagai aspek baik biologi, kimia, dan
fisik dalam lingkungan rumah sakit maka diperlukan adanya upaya mitigasi resiko
ataupun pencegahan terhadap resiko-resiko yang mungkin timbul akibat pekerjaan yang
dijalankan
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit sangat
beresiko mengalami Penyakit Akibat Kerja, Kecelakaan Akibat Kerja dan Cedera Akibat
Kecelakaan Kerja, karena perawat memiliki frekunesi terbanyak kontak dengan pasien
secara langsung,

II. Penyakit Akibat Kerja, Kecelakaan Akibat Kerja dan Cedera Akibat Kecelakaan
Kerja pada Perawat
1. Penyakit Akibat Kerja
a. Definisi
Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor : 10 tahun 2016 tentang
Tata Cara Pemberian Program Kembali Kerja serta Kegiatan serta Promotif
dan Kegiatan Preventif Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat kerja
menyebutkan penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan dan atau lingkungan kerja. Lebih rinci disampaikan pada PMK
nomor : 56 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat
Kerja, yang dimaksud penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan
oleh pekerjaan dan atau lingkungan kerja termasuk penyakit terkait kerja,
penyakit terkait kerja adalah penyakit yang mempunyai beberapa agen
penyebab dengan faktor pekerjaan dan atau lingkungan kerja memegang
peranan bersama dengan faktor risiko lainnya.
b. Jenis Penyakit Akibat Kerja
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER01/MEN/1981 dan Keputusan Presiden RI No 22/1993 terdapat 31 jenis
penyakit akibat kerja antara lain sebagai berikut:
1) Pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentukan
jaringan parut (silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis
yang silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.
2) Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan
oleh debu logam keras.
3) Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan
oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).
4) Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
perangsang yang dikenal berada dalam proses pekerjaan.
5) Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik
6) Penyakit yang disebabkan oleh berillium atau persenyawaannya yang
beracun.

7) Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang


beracun.

8) Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yang


beracun.

9) Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang


beracun.
10) Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang
beracun.

11) Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.

12) Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun.

13) Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang


beracun.

14) Penyakit yang disebabkan oleh flour atau persenyawaannya yang beracun.

15) Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.

16) Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan


hidrokarbon alifatik atau aromatik yang beracun.
17) Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.

18) Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.
19) Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.

20) Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.

21) Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau
keracunan seperti karbon monoksida, hidrogen sianida, hidrogen sulfida
atau derivatnya yang beracun, amoniak, seng, braso dan nikel.
22) Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.

23) Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot,


urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
24) Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan
lebih.

25) Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang
mengion.

26) Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi
atau biologik.
27) Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen,
minyak mineral, antrasena, atau persenyawaan, produk atau residu dari zat
tersebut.
28) Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.

29) Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang
didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
30) Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi
atau kelembaban udara tinggi.
31) Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.
c. Penyakit Akibat Kerja pada Perawat
Suatu penyakit bersifat multifaktor, oleh katena itu suatu oenyakit tidak dapat
disebabkan oleh satu factor saja karena terdapat keterkaitan yang kompleks
antara berbagai macam agen, pejamu, dan lingkungan. Berdasarkan Agen
penyebabnya penyakit dapat dibedakan menjadi :
1) Agen Biologi
Agen biologi adalah seperti bakteri, mikroba dan lain-lain dimana penyakit
yang dapat timbul baik dalam suatu komunitas maupun fasilitas kesehatan
yang dapat mengkontaminasi warga fasilitas kesehatan, termasuk perawat
antara lain seperti Methiciliin resistant Staphylococcus Aureus (MRS),
vancomycin resistant Mycobacterium enterococcus (VRE) dan multidrug
resistant Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB). Bahaya biologic
ditempat kerja terdiri atas infeksi akut dan kronis, parasite, bahan beracun,
reaksi alergi dan iritan. Perawat sangat rentan terhadap risiko lecet ataupun
tertusuk jarum yang kemudian luka tersebut dapat terinfeksi oleh agen
biologi yang terdapat di fasilitas kesehatan.
Penyakit akibat kerja berdasar agen biologi yang dapat menjangkiti pekerja
rumah sakit seperti Brucellosis dapat disebabkan oelh brucella abortus
dapat terpajan pada petugas laboratorium, Hepatitis Serum (Hepatitis B,
HBV) dan Tuberculosis juga beresiko pajanan pada pekerja medis.
2) Agen Kimia
Sebagian besar agen kimia dapat menyebabkan reaksi yang berbahaya
pada manusia orang-orang dalam fasilitas pelayanan kesehatan dapat
terjangkit penyakit dermatitis dan reaksi alergik lainnya terhadap pajama
pada agen kimi tersebut, seperti penggunaan lateks, hydrogen peroksida,
merkuri, gas anastesi, obat-obatan sitotoksik, Aldehid (formaldehid) di
kamar mayat, dan glutaraldehid untuk endoskopi dapat menimbulkan
masalah pernafasan.
3) Agen Fisika
Agen fisika seperi panas, dingin, listrik, cahaya dan radiasi ionisasi dapat
menyebabkan penyakit pada petugas difasilitas pelayan kesehatan seperti
Konjungtivitis akibat pajanan sinar ultraviolet (UV).
Agen fisika seperti suhu panas biasanya didapat pada trowongan bawah
tanah untuk pemasangan pipa dan kabel rumah sakit, fasilitas binatu dan
dapur di rumah sakit. Agen fisika lainnya seperti kebisingan yang tinggi
akibat pemajanan pekerja terhadap ultrasound pada pemecahan batu
ginjal. Kemudian radiasi pengion juga tidak luput terhadap perawat
dibagian rontegen, sedangkan radiasi elektromagnetik bukan pengion
sperti laser yang dipakai dibagian bedah, dermatologi, oftalmologi dan
ginekologi juga dapat menimbulkan resiko kerusakan mata.

2. Kecelakaan Akibat Kerja


a. Definisi
Kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak
terkendali akibat dari suatu tindakan atau reaksi suatu objek, bahan, orang, atau
radiasi yang mengakibatkan cidera atau kemungkinan akibat lainnya (Sumber :
Heinrich, Petersen, dan Roos, 1980). Kecelakaan kerja menurut Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No. 03/Men/1998 adalah suatu kejadian yang tidak
dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia
dan atau harta benda. Kecelakaan kerja didefinisikan sebagai kejadian yang
berhubungan dengan pekerja yang dapat menyebabkan kematian.
b. Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Berdasarkan standar Australian AS 1885 1 (1990), kode yang digunakan untuk
mekanisme terjadinya cidera/sakit kerja dibagi sebagai berikut :
1) Jatuh dari atas ketinggian
2) Jatuh dari ketinggian yang sama
3) Menabrak objek dengan bagian tubuh
4) Terpajan oleh getaran mekanik
5) Tertabrak oleh objek yang bergeark
6) Tepajan oleh suara keras tiba-tiba
7) Terpajan suara yang lama
8) Terpajan teanan yang bervariasi (lebih daru suara)
9) Pergerakan berulang dengan pengangkatan otot yang rendah
10) Otot tegang lainnya
11) Kontak dengan listrik
12) Kontak atau terpajan dengan dingin atau panas
13) Terpajan radiasi
14) Kontak tunggal dengan bahan kimia
15) Kontak lainnya dengan bahan kimia
16) Kontak dengan atau terpajan factor biologi
17) Terpajan factor stress mental
18) Longsor atau runtuh
19) Kecelakaan kendaraan/Mobil
20) Lain-lain dan mekanisme cidera berganda atau banyak
21) Mekanisme cidera yang tidak spesifik
c. Faktor terjadi Kecelakaan Akibat Kerja
1) Komunikasi
Komunikasi keselamatan dan kesehatan kerja dapat menggunakan berbagai
media baik lisan maupun tulisan. Rumah sakit seharusnya memberikan
sosialisasi dan pelatihan terkait program K3RS kepada tenaga kesehatan
terkhusus perawat dengan menjadwalkan program-program tersebut secara
mendetail agar perawat yang merupakan tenaga kesehatan terbanyak di
rumah sakit dapat mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam lagi
terkait K3RS yang dapat membawa manfaat, yakni mencegah perawat dan
tenaga kesehatan lainnya dari kecelakaan kerja dan kesalahan tindakan
pada pasien pun dapat di minimalisir. Selain itu, perawat harus mampu
melaporkan apabila terdapat penyakit akibat kerja yang dialami agar dapat
segera diberikan penangan. Jika perawat tak melakukan pelaporan, tak
mendapat penanganan, dan ternyata penyakit yang dialami perawat tersebut
adalah penyakit menular, penyakit pada perawat tersebut dapat tertular ke
orang lain.
2) Sumber Daya, Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Ketersediaan sarana dan prasarana seperti alat pelindung diri bagi petugas
kesehatan mendukung perawat untuk terhindar dari penyakit dan
kecelakaan kerja. Alat-alat yang mencukupi dan mudah diperoleh seperti
pelindung diri seperti masker, apron, handscoon, sepatu booth, kacamata
google, dan topi. Dikarenakan terkadang perawat enggan menggunakan
alat pelindung diri disebabkan alat-alat yang ditempatkan jauh dan kurang
dapat dijangkau perawat saat hendak pergi ke ruangan pasien. Kondisi dari
alat pelindung diri yang disediakan dalam kondisi yang layak pakai
membuat perawat juga dapat menjadi faktor keinginan perawat dalam
memakai alat pelindung diri.
Kualitas sumberdaya juga tentu berpengaruh di dalam bekerja. Perawat
dan tenaga kesehatan lain seharusnya mendapat pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja maupun secara berkala. Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan No 1087 Tahun 2010 tentang Standar Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yaitu pemeriksaan berkala meliputi pemeriksaan fisik
lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan
laboratorium rutin, serta pemeriksaan-pemeriksaan lain yang dianggap
perlu dan pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit
sekurangkurangnya 1 tahun.
3) Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja beresiko menjadi penyebab terjadinya penyakit akibat
kerja atau kecelakaan akibat kerja. Faktor lingkungan ini meliputi hal yang
berhubungan dengan proses kerja secara langsung, seperti tekanan yang
berlebihan terhadap jadwal pekerjaan yang dapat mengakibatkan stress
bahkan depresi pada perawat, peralatan keselamatan kerja yang kurang
bahkan tidak memadai, kurangnya pelatihan dan kurangnya pengawasan.
Faktor-faktor fisik di rumah sakit yang dapat menjadi penyebab adalah
kebisingan, penerangan yang tidak sesuai seperti kurang pencahayaan atau
terlalu silau, tekanan udara, dan aroma di tempat kerja.
Lingkungan kerja jika tidak ditanggulangi segera akan menyebabkan
penyakit akibat kerja atau kecelakaan akibat kerja yang dialami oleh
perawat. contoh akibat yang ditimbulkan adalah perawat yang tertusuk
jarum suntik ketika hendak menutup jarum suntik tersebut. hal tersebut
dapat terjadi ketika pencahayaan ruangan yang kurang yang menyebabkan
perawat tak terlalu mampu melihat dengan jelas.
4) Standar Operasional Prosedur (SOP)
Standar Operasional Prosedur dibutuhkan agar perawat dapat
mengetahui prosedur kerja yang harus dilakukan, sebagai standarisasi
cara yang dilakukan perawat dalam menyelesaikan pekerjaannya,
mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin dilakukan
dalam melaksanakan tugas, meningkatkan efisiensi dan efektifitas
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab individual pegawai dan
rganisasi secara keseluruhan. Di tiap rumah sakit dan ruangan harus
tersedia Standart Operasional Prosedur (SOP) dan sudah
didokumentasikan sehingga Standar Operasioanl Prosedur kerja dapat
dilihat setiap saat karena sudah tersusun rapih dan mudah diliat, dan
SOP hendaklah diperbaharui untuk menyesuaikan dengan
perkembangan yang ada.
5) Komitmen
Komitmen penting sekali dimiliki leh perawat dalam bekerja. Perawat
harus mempunyai pengetahuan dan komitmen bahwa perawat tak hanya
melindungi dan merawat pasien saja, tetapi juga harus melindungi dirinya
juga di dalam bekerja. Komitmen di dalam melakukan tindakan sesuai
dengan SOP, di dalam menggunakan alat pelindung diri, melakukan cuci
tangan, mengikuti pemeriksaan kesehatan, menerapkan program K3RS
dengan baik, dan mematuhi peraturan rumah sakit. Perawat tak boleh
bersikap acuh tak acuh, meskipun itu mengenai dirinya. karena yang akan
perawat lakukan kepada pasien adalah merawat, jika perawat yang sakit
bekerja bukan tidak mungkin penyakitnya akan menular dan juga
mempengaruhi kinerjanya di dalam merawat pasien.

3. Cedera Akibat Kecelakaan Kerja


Dalam pekerjaan sehari-hari petugas kesehatan selalu dihadapkan pada bahaya-
bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagen yang toksik , peralatan listrik
maupun peralatan kesehatan yang dapat menimbulkan cidera. Ada beberapa
klasifikasi Jenis Cidera dan tingkat keparahan kibat Kecelakaan Kerja :

a. Cidera fatal (fatality) adalah kematian yang disebabkan oleh cidera atau
penyakit akibat kerja
b. Cidera yang mengakibatkan hilang waktu kerja (Loss Time Injury) adalah
suatu kejadian yang menyebabkan kematian, cacat permanen, atau
kehilangan hari kerja selama satu hari kerja atau lebih.
c. Cidera yang mengakibatkan kehilangan hari kerja (Loss Time Day)
karyawan tidak dapat masuk karena cidera.
d. Tidak mampu bekerja atau cidera dengan bekerja terbatas (Restricted Duty)
adalah karyawan tidak mampu mengerjakan pekerjaan rutin sehingga
ditempatkan pada pekerjaan lain yang sudah dimodifikasi termasuk
perubahan jadwal ataupun pola kerja.
e. Cidera dirawat dirumah sakit ( Medical Treatment Injury ) adalah
kecelakaan kerja yang ditangani oleh dokter, perawat atau orang yang
memeiliki kualifikasi untuk menangani atau memberikan pertolongan pada
kecelakaan
f. Cidera Ringan (First Aid Injury) adalah cidera ringan akibat kerja yang
ditangani menggunakan alat pertolongan pertama pada kecelakaan setempat
seperti ; luka lecet dll.( Badraningsih, 2015)

III. Kesimpulan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
pada Bahaya terhadap berbagai agen baik agen biologi, kimia, fisika dapat dialami perawat
di fasilitas kesehatan. Agen agen tersebut dapat menyebabkan penyakit menular maupun
non menular yang tentu dapat menyebabkan sakit atau cidera bagi perawat.

Daftar Pustaka
Maria., S., Wiyono, J., Candrawati, J. (2015). Kejadian Kecelakaan Kerja Perawat Tindakan
Tidak Aman. Jurnal Care, 3(2), 10-17.
Badraningsih, 2015. Kecelakaan Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Kerja. Dalam https: //
staff.uny.ac.id diakses pada minggu, 28 September 2021
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan dan transmigrasi RI nomor PER.25/MEN/XII/2008 tentang
Pedoman Diganosis dan Penilaian Cacat Karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja.
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor : 10 tahun 2016 tentang Tata Cara Pemberian
Program Kembali Kerja serta Kegiatan serta Promotif dan Kegiatan Preventif Kecelakaan
Kerja dan Penyakit Akibat kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI nomor : PER-01/MEN/1981 tentang kewajiban melapor
penyakit akibat kerja
Peraturan Menteri kesehatan nomor : 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggara Pelayanan
Penyakit Akibat Kerja
UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja

Anda mungkin juga menyukai