Anda di halaman 1dari 6

LEMBAR TUGAS MANDIRI

Case-based Learning (CBL) 2 : Kegawatdaruratan Kardiovaskuler

Oleh : Efa Fathurohmi


NPM : 2006539481
Kelompok : 3
Kelas : A

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS INDONESIA
GENAP 2022
I. Case-based Learning (CBL) 2 : Kegawatdaruratan Kardiovaskuler
Kasus 2A
Seorang laki-laki berusia 64 tahun diantar oleh keluarganya ke IGD karena mengeluh
nyeri dada seperti diremas dan menyebar ke lengan kiri sejak 3 jam yang lalu. Nyeri
dada muncul saat pasien sedang membaca buku. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan
skor nyeri 9 (skala 0-10), tampak meringis dan gelisah, diaphoresis, frekuensi napas 24
x/menit, SpO2 97%, TD 100/70 mmHg, frekuensi nadi 90x/menit regular, tidak
terdengar bunyi S3/S4, tidak terdengar bunyi napas tambahan, dan tidak tampak distensi
vena jugularis.
Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi dan merokok. Ayah pasien meninggal akibat
serangan jantung pada usia 66 tahun. Pasien bekerja sebagai investor dan mengaku
sering mengalami stress. Pasien diberikan oksigen 4 L/menit dan nitrogliserin 0,4 mg.
Keluarga menangis dan bertanya tentang kondisi pasien. Hasil rekaman EKG terdapat
deviasi pada segmen ST.

II. Jelaskan penatalaksanaan medis kegawatan yang diperoleh pada kasus tersebut
dan sebutkan peran perawat!
1. Penatalaksanaan medis
Penanganan awal :
a. Oksigen
Berikan oksigen 4 L/menit dengan tujuan mempertahankan Saturasi >90%.
Segera berikan oksigen untuk membatasi injuri iskemik miokard, menurunkan
jumlah elevasi segmen ST. oksigen yang direkomendasikan diberikan adalah 4
L/ menit dengan nasul kanul. Pada penderita kongesti paru, saturasi oksigen <90
% pemberian oksigen ditirasi sesuai kebutuhan.
Peran perawat disini adalah memberikan terapi oksigen kepada pasien, dan
memantau perubahan saturasi pasien. Selain itu juga perawat memantau status
kesadaran dan pola pernafasan pasien.
b. Nitroglycerin
Pemberian Nitrat disini biasanya diberikan secara sublingual atau translingual.
Tujuannya memperbaiki pengiriman oksigen ke miokard dan menurunkan
kebutuhan oksigen di miokard.
Peran perawat disini adalah mengeksplorasi kemungkinan kontraindikasi
pemberian nitrat pada pasien. Kontraindikasi tersebut diantaranya :
 Penderita hipersensitif terhadap golongan obat nitrat
 Tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg atau tidak lebih dari 30
mmHg dari baseline
 Bradikardi severe (HR <50 Bpm) atau takikardi (HR > 100 Bpm)
 Pasien dengan infark ventrikel kanan dan dinding inferior
 Pasien pengkonsumsi phosphodiesterase inhibitor untuk disfungsi ereksi
(contoh : sildenafil dan vardenafil dalam 24 jam, tadalafil dalam 48 jam)
Peran perawat adalah mengobservasi TD setelah pemberian nitrat. Karena nitrat
memiliki efek vasodilator, yang memungkinkan penurunan TD secara cepat.
Diperlukan juga observasi kesadaran pasien.
c. Aspirin
Aspirin diberikan dengan harapan bekerja dengan cara memblokade
pembentukan thromboxane A2 yang menyebabkan agregasi platelet untuk
mengurangi reoklusi coroner dan kejadian berulang setelah pemberian terapi
fibrolitik, juga efektif untuk angina pectoris yang tidak stabil.
Peran perawat adalah mengeksplorasi kemungkinan kontraindikasi pada pasien
dengan aspirin. Kontraindikasi tersebut adalah pasien dengan hipersensitif
terhadap aspirin, masalah perdarahan, penyakit hati berat. Observasi juga
kemungkinan perdarahan pada paien yang diberikan aspirin. Serta observasi
tekanan darah dan kesadaran pasien untuk mengantisipasi perdarahan otak .
dosis yang diberikan adalah 160-325 mg ( dikunyah). Dan 300 mg secara rectal
untuk pasien yang tidak bisa mengkonsumsi per oral. Pada penderita ulcer aktif,
muntah mual gunakan aspirin rektal suppositoria 300 mg.
d. Morphin
Untuk mengurangi kecemasan dan kegelisahan, mengurangi rasa sakit akibat
iskemia, menurunkan tahanan pembuluh sistemik, menurunkan afterload dan
preload sehingga menurunkan kerja jantung, maka diberikan morphin dengan
dosis 2-4 mg IV. Morphin juga merelaksasikan bronkhiolus untuk meningkatkan
oksigenasi.
Peran perawat pada pemberian morphin adalah mengobservasi respon TD dan
juga respirasi rate pasien. Karena efek morphin bisa membuat distress system
pernafasan. Selain itu monitor pula gelombang EKG terutama segmen ST.
e. Clopidogrel
Pemberian clopidogrel dosis awal diberikan 300 mg pada pasien dengan riwayat
pemakaian clopidogrel sebelumnya, untuk pasien UAP dan NSTEMI. Untuk
pasien STEMI dengan tujuan PCI diberikan dosis 600 mg.
Peran perawat adalah mengobservasi tanda-tanda perdarahan dan monitor TD
untuk menghindari perdarahan pada otak.

Penanganan Lanjutan :
a. Terapi fibrinolitik
Terapi fibrinolitik dengan streptokinase atau ataplase dianjurkan pada :
1) Onset kurang dari 3 jam
2) Tindakan invasive tidak mungkin dilakukan atau terlambat
3) Tidak ada kontraindikasi fibrinolitik
Kontraindikasi absolut :
1) Riwayat perdaahan intracranial kapanpun
2) Lesi struktrur cerebrovascular
3) Tumor intracranial ( primer maupun metastasis)
4) Stroke inskemik dalam 3 bulan atau 3 jam terakhir
5) Adanya trauma/ pembedahan/ trauma kepala dalam 3 bulan terakhir
6) Dicurigai adanya diseksi aorta
7) Adanya perdarahan aktif tidak termasuk menstruasi
8) Gangguan pembekuan darah
b. Percutaneous Coronary Intervension
Dianjurkan pada :
1) Onset lebih dari 3 jam
2) Tersedia fasilitas PCI
3) Waktu kontak antara pasien tiba dan dengan inflasi ballon < 90 menit
4) Waktu antara sampai dan inflasi ballon dikurangi waktu antara pasien tiba
sampai dengan fibrinolitik > 1 jam
5) Terdapat kontraindikasi fibrinolitik
6) Risiko tinggi ( gagal jantung kongestif, killip 3)
7) Diagnosis infark dengan elevasi ST masih diragukan

2. Peran perawat
a. Terapi fibrinolitik
 Ingat door to needle 30 menit.
 Yakinkan pasien dan keluarga sudah mendapatkan penjelasan dan sudah
menandatanagi surat persetujuan pemberian obat fibrinolitik.
 Menilai A, B, C.
 Jelaskan pada pasien selama pemberian fibrinolitik perawat dan dokter akan
selalu ada disamping pasien.
 Setiap 5 menit pasien akan dievaluasi tanda-tanda perdarahan dan alergi
( gusi berdarah, perdarahan lambung, gatal-gatal).
 Monitoring setiap 5 menit meliputi, tekanan darah, gambaran EKG monitor,
dan keluhan pasien.
b. Percutaneous Coronary Intervension
 Ingat door to ballon <90 menit.
 Yakinkan pasien dan keluarga sudah mendapat penjelasan dan sudah
menandatangi surat persetujuan PCI.
 Menilai A, B, C.
 Tanda-tanda vital, monitor EKG.
 Informed consent.
 Lakukan persiapan pasien segera (loading aspirin dan clopidogrel. Aspirin
320 mg dan clopidogrel 600 mg).
 Koordinasi dengan ruang kateterisasi.
 Menilai kemungkinan komplikasi seperti aritmia, gagal jantung atau tanda-
tanda syok. Kolaborasi segera jika ada tanda-tanda ini.
 Data laboratorium lengkap ( PT-APTT, elektrolit, fungsi ginjal, fungsi hati,
serologi).
 Cukur rambut kemaluan dan pasang cateter urin.

Daftar Pustaka
AHA GUIDELINES 2020
INKAVIN. 2021. MODUL PELATIHAN ADVANCED CARDIAC LIFE SUPPORT FOR
NURSE.EDISI REVISI I. JAKARTA

Anda mungkin juga menyukai