Anda di halaman 1dari 5

1. Pengertian penykit akibat kerja dan penyakit akibat hubungan kerja?

Jwb : Pengertian Penyakit Akibat Kerja (PAK)

Penyakit Akibat Kerja (PAK) (Occupational Diseases) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
atau lingkungan kerja (Permennaker No. Per. 01/Men/1981) yang akan berakibat cacat sebagian maupun
cacat total.Cacat Sebagian adalah hilangnya atau tidak fungsinya sebagian anggota tubuh tenaga kerja
untuk selama-lamanya. Sedangkan Cacat Total adalah keadaan tenaga kerja tidak mampu bekerja sama
sekali untuk selama-lamanya.

Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK)

Penyakit yang berhubungan / terkait dengan pekerjaan, namun bukan akibat karena pekerjaan. Terdapat
jaminan seperti kecelakaan kerja,

Contoh : asma, TBC, hipertensi

Perbedaannya :

Penyakit Akibat Kerja (PAK): terjadi hanya diantara populasi pekerja, penyebab spesifik, adanya paparan
di tempat kerja, diatur oleh kep.men.No.01/MEN/1981.

Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK) : terjadi juga pada populasi penduduk, penyebab multifaktor,
pemaparan di tempat kerja mungkin salah satu faktor, diatur dalam kep.pres.No.22/KEPRES/1993.

3. Jenis jenisnya

*Ada beberapa jenis penyakit akibat kerja menurut Simposium

Internasional oleh ILO dalam Anizar (2009), yaitu :

a. Penyakit akibat kerja (occupational disease)

Penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjan, yang pada
umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah diakui.

b. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan (work related disease)

Penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab, dimana faktor pada pekerjaan memegang
peranan bersama dengan faktor risiko lainnya dalam berkembangnya penyakit yang mempunyai etiologi
yang kompleks.

c. Penyakit yang mengenai populasi kerja (disease affecting working populations)

Penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab di tempat pekerja. Namun
dapat diperberat oleh kondisi pekerjaan yang buruk untuk kesehatan.

*Penyakit Yang Timbul Akibat hubungan Kerja

Antara Lain :

• Pnemokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut (silikosis, antrakosilikosis,
asbestosis) dan silikotuberkulosis yang silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau
kematian.

• Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu logam keras.

• Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu kapas, vas,
henep dan sisal (bissinosis).

• Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang yang dikenal yang
berada dalam proses pekerjaan.

• Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat

penghirupan debu organik.

• Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun.

• Penyakit yang disebabkan kadmium atau persenyawaannya yang beracun.

• Penyakit yang disebabkan fosfor atau persenyawaannya yang beracun.

• Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.

• Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun.

• Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.

• Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun.

• Penyakit yang disebabkan oleh timbul atau persenyawaannya yang beracun.

• Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaannya yang beracun.

• Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.


• Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon alifatik atau aromatik
yang beracun.

•Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.

•Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau homolognya yang beracun.

•Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.

•Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.

•Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan seperti karbon
monoksida, hidrogensianida, hidrogen sulfida, atau derivatnya yang beracun, amoniak seng, braso dan
nikel.

•Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.

• Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat, tulang persendian,
pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).

•Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.

•Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik dan radiasi yang

mengion.

• Penyakit kulit (dermatoses) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau biologik.

• Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak mineral, antrasena atau
persenyawaan, produk atau residu dari zat tersebut.

• Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.

• Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat dalam suatu pekerjaan
yang memiliki risiko kontaminasi khusus.

•Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau kelembaban udara
tinggi.

•Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.

4. Pengendalian Bahaya Di Tempat Kerja ( HIRARKI) Pada kegiatan pengkajian resiko(risk assesment),
hirarki pengendalian (hierarchy ofcontrol) merupakan salah satu hal yang sangat diperhatikan.Pemilihan
hirarki pengendalian memberikan manfaat secara efektifitas dan efesiensisehingga resiko menurun dan
menjadi resiko yang bisa diterima (acceptable risk) bagi suatuorganisasi. Secara efektifitas, hirarki control
pertama diyakini memberikan efektifitas yang lebihtinggi dibandingkan hirarki yang kedua.

5. Pengendalian bahaya

Berkaitan dengan risiko K3, pengendalian risiko dilakukan dengan mengurangi kemungkinan atau
keparahan dengan hirarki yaitu : (Ramli, 2010)

a. . Eliminasi

Elimininasi adalah teknik pengendalian dengan menghilangkan sumber bahaya, misalnya lobang dijalan
ditutup, ceceran minyak dilantai dibersihkan, mesin yang bising dimatikan. Cara ini sangat efektif karena
sumber bahaya dieliminasi sehingga potensi risiko dapat dihilangkan. Karena itu, teknik ini menjadi
pilihan utama dalam hirarki pengendalian risiko.

b. Substitusi

Substitusi adalah teknik pengendalian dengan mengganti alat, bahan,sistem atau prosedur yang
berbahaya dengan yang lebih aman atau yang lebih rendah bahayanya. Teknik ini banyak digunakam,
misalnya, bahan kimia berbahaya dalam proses produksi diganti dengan bahan kimia lain yang lebih
aman.

c. Engineering control / pengendalian teknis

Sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau sarana teknis yang ada dilingkungan kerja. Karena
itu, pengendalian bahaya dapat dilakukan melalui perbaikan pada desain, penambahan peralatan dan
pemasangan peralatan pengaman. Sebagai contoh, mesin yang bising dapat diperbaiki secara teknis
misalnya dengan memasang dengan peredam suara sehingga tingkat kebisingan dapat ditekan.
Pencemaran diruang kerja dapat diatasi dengan memasang sistem ventilasi yang baik. Bahaya pada
mesin dapat dikurangi dengan memasang pagar pengaman atau sistem interlock.

d. Administrative control / pengendalian administratif

Pengendalian bahaya juga dapat dilakukan secara administratif misalnya dengan mengatur jadwal kerja,
istirahat, cara kerja atau prosedur kerja yang lebih aman, rotasi atau pemeriksaan kesehatan,
pemasangan tanda bahaya atau rambu-rambu keselamatan. Pada administrative control atau
pengendalian administrative dilakukan shift kerja, rotasi kerja dan mutasi personel, prosedur kerja
keselamatan, pemasangan simbol/tanda-tanda bahaya termasuk radiasi, lembar data keselamatan
bahan (Material Safety Data Sheet:MSDS) didaerah kerja. Menurut Ramli (2010) bahaya yang ada di
tempat kerja memiliki perbedaan tergantung jenis pekerjaan dan tanda keselamatan sesuai dengan
bahaya atau lay out di lingkungan kerja.
e.. APD/Alat Pelindung Diri

Pilihan terakhir untuk pengendalian bahaya adalah dengan memakai alat pelindung diri. Misalnya,
pelindung kepala, sarung tangan, pelindung pernafasan (respirator/masker), pelindung jatuh, dan
pelindung kaki. Dalam konsep K3, penggunaan APD merupakan pilihan terakhir atau last resort dalam
pencegahan kecelakaan. Hal ini disebabkan karena alat pelindung diri bukan untuk mencegah kecelakaan
(reduce likelyhood) namun hanya sekedar mengurangi efek atau keparahan kecelakaan (reduce
consequences).

LINK

http://hima-k3.ppns.ac.id/pak-penyakit-akibat-kerja-dan-pahk-penyakit-akibat-hubungan-kerja/

Rahmawati, A. 2018. Penyakit Akibat Kerja. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/778/3/4%20BAB%20II.pdf

Universitas Sumatera Utara... Keselamatan dan kesehatan kerja.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/63525/Chapter%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai