Anda di halaman 1dari 21

RANGKUMAN UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT

AKIBAT KERJA PADA PERAWAT

OLEH :
ANDRI MITRA ( NIM. P222007 )

PROGRAM STUDI SARJANA


KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU
KARYA KESEHATAN KENDARI
TAHUN 2024
Definisi Penyakit Akibat Kerja Dan Kecelakaan Kerja

Penyakit karena kerja adalah seuatu kendala pada tingkat


keamanan dalam kerja, dalam perihal ini memerlukan usaha pencegahan,
baik untuk keselamatan ataupun kesehatan beberapa pekerja yang berada
di lingkungan rumah sakit. Penyakit karena kerja atau terkait dengan
pekerjaan bisa dikarenakan oleh pemajanan di lingkungan kerja dengan
terus menerus setiap hari. Untuk menghadapi perihal ini, maka langkah
awal yang terpenting ialah pengenalan/identifikasi bahaya yang dapat
muncul serta dievaluasi, lalu dikerjakan usaha pengendalian lewat cara
melihat serta mengenal (walk through inspections).
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan dan lingkungan kerja. Faktor risiko PAK antara lain: Golongan
fisik, kimiawi, biologis atau psikososial di tempat kerja. Faktor tersebut di
dalam lingkungan kerja merupakan penyebab yang pokok dan menentukan
terjadinya penyakit akibat kerja. Faktor lain seperti kerentanan individual
juga berperan dalam perkembangan penyakit di antara pekerja yang
terpajan.
Kecelakaan adalah kejadian tidak terduga yang disebabkan oleh
tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman.Sebagian besar (85%)
kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dengan tindakan yang tidak
aman. Penyakit karena kerja serta kecelakaan kerja dikalangan petugas
kesehatan serta non kesehatan di lingkungan rumah sakit belumlah
terselesaikan dengan baik, hingga berlangsung kecenderungan
penambahan prevalensi. Dalam perihal ini perlu mendapatkan perhatian,
sebab seseorang yang bekerja bila mengalami kecelakaan atau penyakit
karena kerja tidak hanya punya pengaruh pada diri sendiri, tapi ikut
produktifitas kerja mengalami penurunan dalam pemberian service
kesehatan yang optimal pada pasien. Kemungkinan petugas rumah sakit
pada gangguan kesehatan serta kecelakaan kerja biasanya dikarenakan
oleh perilaku petugas dalam kepatuhan melakukan tiap-tiap mekanisme
pada kewaspadaan.
Pada simposium internasional mengenai penyakit akibat hubungan
pekerjaan yang diselenggarakan oleh ILO (International Labour
Organization) di Linz, Austria, dihasilkan definisi menyangkut PAK
sebagai berikut:
a. Penyakit Akibat Kerja – Occupational Disease adalah penyakit
yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat
dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen
penyebab yang sudah diakui.
b. Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan – Work Related
Disease adalah penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab,
dimana faktor pekerjaan memegang peranan bersama dengan faktor
risiko lainnya dalam berkembangnya penyakit yang mempunyai
etiologi kompleks.
c. Penyakit yang Mengenai Populasi Kerja – Disease of Fecting
Working Populations adalah penyakit yang terjadi pada populasi
pekerja tanpa adanya agen penyebab ditempat kerja, namun dapat
diperberat oleh kondisi pekerjaan yang buruk bagi kesehatan.
(Belakang, 2017)

2.2 Faktor Penyebab Penyakit atau Cedera pada Perawat

Beberapa faktor yang merupakan salah satu penyebab penyakit atau


cedera pada perawat di tempat kerjanya sebagai berikut:
1. Akibat kelalaian perawat seperti tertusuk jarum atau tergores jarum,
jika perawat terkena tusukan atau goresan jarum dari pasien yang
menderita HIV dan Hepatitis B maka risiko perawat akan tertular
penyakitnya.
2. Perawat berisiko terkena infeksi jika tidak cuci tangan atau
menggunakan sarung tangan serta masker jika berada pada ruang paru.
3. Perawat sering kontak langsung dengan bahan kimia seperti obat –
obatan kontak kerja tersebut yang pada umumnya dapat menyebabkan
iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi
(keton). Bahan toksik (trichloroethane, tetrachloromethane) jika
tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan
penyakit akut atau kronik, bahkan kematian.

Pada perawat bekerja secara fisik misalnya memobilisasi pasien,


memindahkan pasien, memandikan pasien dan lain sebagainya yang
berhubungan dengan fisik dapat mengakibatkan risiko seperti keluhan
yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).

Penyakit atau cedera akibat kerja di Tempat Kerja Kesehatan


umumnya berkaitan dengan : faktor biologis (kuman patogen yang
berasal umumnya dari pasien), faktor kimia (pemaparan dalam dosis
kecil namun terus menerus seperti antiseptik pada kulit, zat
kimia/solvent yang menyebabkan kerusakan hati;, faktor
ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah), faktor
fisik dalam dosis kecil yang terus menerus (panas pada kulit, tegangan
tinggi, radiasi dll.); faktor psikologis (ketegangan di kamar
penerimaan pasien, gawat darurat, karantina dll.)

1. Faktor Biologis

Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi


berkembang biaknya strain kuman yang resisten, terutama kuman-
kuman pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci, yang bersumber
yang menyebar melalui kontak dengan darah dan sekreta (misalnya
HIV dan Hep. B) dapat menginfeksi pekerja hanya akibat
kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores atau
tertusuk jarum yang terkontaminasi virus.
2. Faktor Kimia

Petugas di tempat kerja kesehatan yang sering kali kontak


dengan bahan kimia dan obat-obatan seperti antibiotika, demikian
pula dengan solvent yang banyak digunakan dalam komponen
antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling karsinogen.
Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negatif
terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang paling
sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya
disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja
oleh karena alergi (keton). Bahan toksik (trichloroethane,
tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap melalui
kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan
kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan
kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar.
3. Faktor Ergonomi

Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya


menyerasikan alat, cara, proses dan lingkungan kerja terhadap
kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya
kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan
tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya.
Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan
Kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang
ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, Posisi kerja yang
salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga
kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat
menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan
yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).
4. Faktor Fisik

Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan


masalah kesehatan kerja meliputi:
a. Kebisingan, getaran akibat alat / media elektronik dapat
menyebabkan stress dan ketulian
b. Pencahayaan yang kurang di ruang kerja, laboratorium, ruang
perawatan dan kantor administrasi dapat menyebabkan
gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja.
c. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja

d. Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan


sekitar.Terkena radiasi
e. Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi
pemeriksaan, penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika
tidak dikontrol dapat membahayakan petugas yang menangani.
5. Faktor Psikososial

Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang


dapat menyebabkan stress :
a. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan
menyangkut hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja di tempat
kerja kesehatan di tuntut untuk memberikan pelayanan yang
tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahan-
tamahan
b. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat
monoton.Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan
dan bawahan atau sesama teman kerja.Beban mental karena
menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal ataupun
informal. (Ogasawara, 2008)
2.3 Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat

1. Penyakit Menular Akibat Kerja Pada


Perawat Penyakit menular terbagi :

a. Penyakit yang disebabkan kontak udara disekitar pasien seperti :


TBC, Influenza, Flu burung, SARS.
b. Penyakit yang disebabkan kontak fisik dengan pasien seperti :
Kudis Kurap, Herpes.
c. Penyakit yang disebabkan kontak dengan cairan pasien seperti :
AIDS, Hepatitis B.

Beberapa cara perawat untuk mengantisipasi tertularnya


penyaskit menular:

1) TBC:

a) Mengurangi kontak langsung dengan penderita TBC

b) Memakai masker

c) Menjaga standard hidup yang baik, dengan


makanan bergizi, lingkungan yang sehat, dan
berolahraga.
d) Pemberian vaksin BCG (untuk mencegah kasus TBC
yang lebih berat)
2) Influenza:

a) Mengurangi kontak langsung dengan penderita Influenza

b) Memakai masker

c) Vaksinasi influenza

3) Flu Burung :

a) Mengurangi kontak langsung dengan penderita Influenza

b) Mengonsumsi obat antivirus

c) Memakai masker
d) Mengonsumsi makanan sehat
4) SARS :

a) Mengurangi berkunjung langsung ke wilayah


yang terserang SARS

b) Gunakan masker penutup hidung dan mulutserta sarung


tangan untuk mengurangi penularan melalui cairan dan
udara (debu)
c) Jaga kebersihan tuuh, misalnya segera mencuci tangan
setelah berada ditempat umum
5) AIDS :

a) Hindari tertusuknya jarum suntik bekas pasien

b) Hindari tercemarnya darah pasien dengan anggota


tubuh yang sedang luka
c) Hindari tercemarnya barang habis pakai milik penderita

2. Penyakit Tidak Menular Akibat Kerja Pada


Perawat Penyakit tidak menular terbagi :
a. Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi yang tidak
sempurna, seperti : penyakit rabun mata, beri-beri, scorbut,
dll.
b. Penyakit yang disebabkan karena tekanan darah tinggi
(hypertension) dan tekanan darah rendah (hypotension).
c. Penyakit alergi, seperti : astma gidu / kaligata.
d. Penyakit yang disebabkan karena keracunan, seperti : keracunan
makanan atau minuman.
e. Penyakit yang disebabkan karena kecelakaan, seperti keseleo,
patah tulang, luka tersayat, geger otak, dll. (Napitu, 2020)

2.4 Penyakit Atau Cedera Akibat Kecelakaan Kerja Pada Perawat

1. Penyakit menular
Tenaga perawat kemungkinan melakukan kontak yang berhubungan
dengan cairan darah berkuman, cairan tubuh, busa, cairan mulut, cairan
urine, kotoran manusia, muntahan dan lainlain sehingga mendapat
penularan. Media penularan :
- Penularan melalui cairan darah

- Penularan melalui udara atau busa

- Penularan melalui kontak tubuh

- Penularan melalui mulut -(berkontak dengan cairan urine dan


kotoran manusia) Penyakit menular : Hepatitis B, hepatitis C,
AIDS, Flu menular, TBC, SARS, Penyakit kulit biasa, radang
infeksi kulitRadang infeksi perut, hepatitis A.
2. Sakit otot dan tulang

Tindakan memindahkan pasien, membalikkan dan menepuknepuk


punggung pasien, latihan penyembuhan, dikarenakan sering
mengeluarkan tenaga berlebihan, gerakan yang tidak benar atau
berulang-ulang, mudah menyebabkan cedera di bagian otot dan tulang,
apabila tenaga perawat berusia agak tua, maka akan menambah resiko
dan tingkat keseriusan cedera di otot dan tulang.
3. Gangguan tidur

Tenaga perawat perlu waktu sepanjang malam atau waktu yang tidak
tentu untuk menjaga pasien, sehingga mudah mengalami kondisi tidur
pendek, tidur kurang lelap, kesulitan tidur.
Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah
PAK adalah sebagai berikut:
- Menyingkirkan atau mengurangi risiko pada sumbernya, misalnya
menggantikan bahan kimia yang berbahaya dengan bahan yang
tidak berbahaya.
- Mengurangi risiko dengan pengaturan mesin atau menggunakan
APD.
- Menetapkan prosedur kerja secara aman untuk mengurangi risiko
lebih lanjut.
- Menyediakan, memakai dan merawat APD. (Manullang, 2012)

2.5 Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat

1. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja, dilakukan:

a. Pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja = saat seleksi calon pekerja


Jenis pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja yang dilakukan:
1) Anamnesa

a) Riwayat Penyakit Umum: TB, DM, Jantung, Asthma, Kulit,

Perut

b) Riwayat Penyakit di RS: pernah/ belum dirawat di RS, alasan


dirawat
c) Riwayat Kecelakaan Kerja di tempat kerja yang lama

d) Riwayat Operasi: pernah/belum di operasi?, operasi di RS


mana, berapa lama perawatan
e) Riwayat Pekerjaan: apakah sebelumnya pernah bekerja, di
perusahaan apa, bekerja di bagian apa
2) Pemeriksaan Mental

3) Pemeriksaan Fisik

4) Pemeriksaan Kesegaran Jasmani

5) Pemeriksaan Radiologi

Radiasi adalah risiko berbahaya yang dikenal baik di lingkungan rumah


sakit dan usaha penanggulangannya sudah dilakukan. Rumah sakit
sebaiknya mempunyai petugas yang bertanggung jawab (safety officer)
atas keamanan daerah sekitar radiasi dan perlindungan bagi petugasnya.
Petugas hamil sebaiknya dilarang bekerja, walau hal ini masih
diperdebatkan.
pribadi untuk mencegah tertular penyakit, serta selalu memakai sarung
tangan karet pada saat bekerja. Mencuci tangan setiap akan memulai
dan setelah bekerja, mengenakan jas laboratorium, yang harus selalu
ditinggal di dalam laboratorium.
6. Perbaikan Gizi Kerja (Penyiapan Makanan)

Petugas penyiapan makanan dapat terpajan salmonela, botulism dari


bahan mentah ikan, daging dan sayuran. Pencegahan terpenting di
bagian ini adalah tangan bersih dan menggunakan alat bersih. Kulkas
penyimpanan bahan makanan mentah yang sudah dibersihkan diatur
suhunya dan kebersihannya agar bakteri atau jamur tidak sempat
berkembang biak. Memasak yang benar-benar matang akan membunuh
salmonela. Petugas yang sedang menderita gangguan gastrointestinal
diliburkan dan diobati sampai sembuh.
7. Melakukan JSA proses kerja dan lingkungan kerja

8. Membuat SOP dan Instruksi Kerja

9. Promosi Kesehatan (Edukasi, sosialisasi, poster, leaflet, pemasangan


rambu-2 K3): seperti memberi penyuluhan kesehatan
10. Menyediakan waktu dan sarpras untuk plahraga bekerja

11. Vaksinasi penyakit menular (Hepatitis)

12. Penggunaan APD

Alat Pelindung Diri (APD) adalah salah satu upaya pencegahan oleh
perawat agar tidak terluar oleh penyakit yang ada di rumah sakit.
Macam-macam APD yang dapat digunakan oleh perawat adalah :
1) Sarung Tangan Steril
2) Gaun (Celemek) Pelindung
3) Masker
4) Alat pelindung mata
5) Topi
6) Pelindung kaki
7) Kepatuhan pada aturan RS
8) Mencuci Tangan
RANGKUMAN MAKALAH UPAYA PENCEGAHAN RESIKO
HAZARD FISIK DAN RADIASI

OLEH:
ANDRI MITRA ( NIM. P222007)

PROGRAM STUDI SARJANA


KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU
KARYA KESEHATAN KENDARI
TAHUN 2024
A. Bahaya Fisik
1. Pengertian Bahaya Fisik
Bahaya fisik adalah yang paling umum dan akan hadir disebagian besar
tempat kerja pada suatu waktu tertentu. Hal itu, termasuk kondisi tidak aman
yang dapat menyebabkan cedera, penyakit, dan kematian. Bahaya ini, biasanya
paling mudah untuk diidentifikasi tempatnya, tetapi sering terabaikan karna
sudah dipandang akrab dengan situasi demikian (seperti selalu ada kabel tak
terawat, sambungan terputus atau kena bocoran air ) , kurangnya pengetahuan (
tidak dianggap sebagai bahaya ) ketahanan terhadap menghabiskan waktu atau
uang untuk melakukan perbaikan yang diperlukan atau hanya penundaan dalam
membuat perubahan untuk menghilangkan bahaya (menunggu sampai besok
atau saat “ kita tidak begitu sibuk”).
Bahaya fisik adalah salah satu jenis bahaya (hazard) yang berkaitan dengan
kesehatan kerja seperti kebisingan, suhu yang ekstrim, radiasi ionisasi, radiasi
nonionsasi, tekanan ekstrim, dan vibrasi yang semuanya merupakan tekanan-
tekanan fisik dapat ditemukan pada lingkungan kerja seseorang atau lebih
operator. Oleh karena itu, dibutuhkan penanganan terhadap bahaya fisik untuk
meminimalisir atau mencegah terjadinya hal tersebut.
2. Sumber-Sumber Bahaya
Sumber bahaya merupakan sesuatu yang merupakan inti atau pusat dari
proses kegiatan yang mengakibatkan timbulnya risiko, bisa berupa equipment,
lokasi/area, sistem, peraturan, produk, unit kegiatan, Sumber Daya Manusia
dan lain-lain
Sumber-sumber bahaya berasal dari :
a. Manusia

Kesalahan utama sebagian besar kecelakaan adalah terletak pada


pekerja itu sendiri, mereka kurang terampil, kurang tepat, kurang mentaati
tata tertib dalam mengoperasikan mesin atau peralatan.
b. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam suatu proses dapat menimbulkan bahaya jika
tidak digunakan sesuai fungsinya, tidak dilengkapi dengan pelindung saat
memasuki area.
c. Proses
Dalam proses kadang menimbulkan asap, debu, panas, bising dan bahaya
mekanis seperti terjepit, terbentur atau terjatuh, hal ini dapat
mengakibatkan kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
d. Cara atau sikap kerja
Cara kerja yang berpotensi terhadap terjadinya bahaya atau kecelakaan
berupa tindakan tidak aman, misalnya :
1) Cara mengangkat dan mengangkut yang salah
2) Posisi tubuh yang tidak benar
3) Tidak menggunakan APD
4) Lingkungan kerja yang terlalu panas
5) Menggunakan alat atau mesin yang tidak sesuai dengan peraturan
6) Keadaan mesin-mesin, perlengkapan dan peralatan kerja serta bahan-
bahan.
7) Sikap kerja yang salah, yaitu pada saat pengepakan pekerja berdiri,
duduk berjalan dan membungkuk terlalu lama.
e. Lingkungan Kerja
Bahaya dari lingkungan kerja yang dapat mengakibatkan berbagaigangguan
kesehatan dan penyakit akibat kerja. Bahaya tersebut adalah :
1) Faktor lingkungan fisik
Bahaya yang bersifat fisik seperti ruangan yang terlalu panas di
Centrifuge, bising yang melebihi Nilai Ambang Batas di Pump House dan
Centrifuge.
2) Faktor lingkungan kimia
Bahaya yang bersifat kimia yang berasal dari bahan–bahan yang
digunakan maupun bahan yang dihasilkan selama proses produksi. Bahan
ini berhamburan ke lingkungan, kerusakan atau kebocoran dari
peralatan atau instalasi yang digunakan dalam proses serta bau dari
bahan-bahan kimia yang sangat menyengat. Paparan dari gas amoniak
di Pump House dan seksi filtrasi
3) Faktor lingkungan biologis
Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari bakteri, virus
maupun dari binatang lainnya yang ada di tempat kerja.
4) Faktor faal kerja atau ergonomi
Gangguan yang bersifat faal karena beban kerja yang terlalu berat,
peralatan yang digunakan tidak serasi dengan tenaga kerja.
5) Faktor psikologis
Gangguan yang disebabkan karena hubungan atasan dengan bawahan
yang tidak serasi, hal ini dapat menimbulkan ketegangan jiwa pada
karyawan.
B. Pengendalian Resiko
1. Prinsip analisa keselamatan dan kesehatn kerja adalah mencari penyebab dari
seluruh tingkat lapisan,dari lapisan umum sampai pokok penyebabnya dicari
secara tuntas. Hingga diketahui penyebab utamnya dan melakukan perbaikan.
2. Bahaya yang telah diidentifikasi dan dinilai, maka tahap selanjutnya harus
dilakukan perencanaan pengendalian risiko untuk mengurangi risiko sampai
batas maksimal.
3. Pengendalian resiko dapat mengikuti pendekatan hirarki. Hirarrki
pengendalian resiko merupaka suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan
mengendalikan resiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa
tingkatan.
C. Resiko Bahaya Fisik
1. Resiko Bahaya Mekanik
a. Benda-benda tajam dan panas , resiko bahaya ini paling sering menimbulkan
kecelakaan kerja contohnya, jarum suntik dan jarum jahit. Resiko itu bisa saja
terkontaminasi dengan kuman akibat bekas jarum suntik.
b. Benda-benda yang bergerak yang dapat membentur , sering kali di rumah sakit
di temui yang dapat menyebabkan tertularnya penyakit contohnya brangkart/
tempat tidur , rostur/ kursi roda.
c. Resiko jatuh dari ketinggian yang sama ; terpeleset, tersandung . resiko ini
biasanya ditemui di lantai-lantai yang miring.
d. Resiko jatuh dari ketinggian yang berbeda biasanya terjadi di ruang perawatan
anak dan jiwa.yang harus di perhatikan contohnya konstruksi bangunan atau
pembersihan kaca pada posisi yang cukup tinggi . pada ruangan tersebut
biasanya dilantai atas, jadi jendela yang ada sudah terpasang teralis pengaman
dan anak-anak selalu dalam pengawasan orang dewasa dalam bermain .
2. Pengendalian Resiko Bahaya Fisik
Potensi bahaya adalah sesuatu yan berpeluang menyebabkan terjadinya
kerugian,kerusakan,cedera,sakit,atau bahkan kematian yang berhubungan dengan
proses dan sistem kerja. Secara umum yang dilakukan oleh sebagian orang dalam
tahap pengendalian resiko bahaya fisik ada beberapa tahap , diantaranya :
a. Eliminasi
Eliminasi adalah menghilangkan bahaya yang di lakukan saat perencanaan
penghilangan bahaya adalah sistem yang paling efektif sehingga tidak
mengandalkan perilaku pekerja dalam mencegah resiko , akan tetapi
penghilangan benar-benar terhadap bahaya tidak selalu praktis dan ekonomis
b. Subtitusi
Sistem ini bertujuan untuk mengganti bahan proses atau peralatan dari
yang berbahaya menjadi leboh tidak berbahaya. Dengan adanya sistem ini
dapat menurunkan resiko bahaya.
c. Rekayasa / enginering
Sistem ini dilakukan bertujuan untuk memilah bahaya dengan pekerja serta
untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia.
d. Adminstratif
Pengendalian ini dari unsur orng yang melakukan pekerjaan. Metode ini di
harapkan manusia agar mematuhi dan menyelesaikan pekerjaan secara aman.
Biasanya pekerja membuat adanya standar operasional prosedur ( SOP ).
e. Alat pelindung diri (administration control )
Alat pelindung diri yang digunakan untuk membatasi anatar terpaparnya
tubu dengan potensi bahaya yang akan diterima oleh tubuh.
3. Pedoman Penerapan Sistem K3
a. Komitmen dan Kebijakan
1) Menempatkan organisasi keselamatan dan kesehatan kerja pada posisi yang
dapat menentukan keputusan perusahaan.
2) Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-sarana
lain yang diperlukan dibidang keselamatan dan kesehatan kerja.
3) Menetapkan personel yang mempunyai tanggung jawab, wewenang dan
kewajiban yang jelas dalam penanganan keselamatan dan kesehatan kerja.
4) Perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja yang terkoordinasi.
5) Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan keselamatan
dan kesehatan kerja.
b. Perencanaan
1) Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko :
2) Peraturan Perundangan dan Persyaratan lainnya :
3) Tujuan dan Sasaran
4) Indikator Kinerja
5) Perencanaan Awal dan Perencanaan Kegiatan yang Sedang berlangsung.
c. Penerapan
Dalam mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja, perusahaan harus
menunjukkan personel yang mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diterapkan,
meliputi :
1) Jaminan Kemampuan :
a) Sumber daya manusia, sarana dan dana
b) Integrasi
c) Tanggung jawab dan tanggung gugat
d) Konsultasi, motivasi, dan kesadaran.
e) Pelatihan dan kompetensi kerja
2) Kegiatan Pendukung :
a) Komunikasi
b) Pendokumentasian
c) Pencatatan dan manajemen Informasi
3) Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko :
a) Identifikasi Sumber Bahaya
b) Penilaian Risiko
c) Tindakan Pengendalian
d) Prosedur Menghadapi Keadaan Darurat atau Bencana
4. Pegendalian Resiko Bahaya Fisik di Rumah Sakit
1. Menggunakan alat pelindung diri contohnya, helm.kaca mata, sepatu,pelindung
tangan.
2. Membuat isolasi kegiatan atau unsur-unsur yang berbahaya
3. Pengendalian cahaya di ruang laboratorium
4. Pengaturan ventilasi
5. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai
6. Filter untuk mikroskop
7. Pelindung mata untuk sinar laser
8. Pemeriksaan kesehatan pra-kerja
9. Pemeriksaan kesehatan secara berkala
10. Pengobatan apabila ditemukan gangguan fisik bagi pekerja.
11. Memasang tanda-tanda peringatan
12. Membuat daftar bahan-bahan yang aman
13. Pelatihan penanganan darurat
14. Riset medis
15. Monitoring lingkungan kerja
16. Sanitasi yang bersih dan penyediaan fasilitas kesehatan
17. Menerapkan peraturan perundangan yang disiplin
18. Penyediaan sarana dan prasarana yang terbaharuan
RANGKUMAN MAKALAH K3
UPAYA MEMUTUS MATA RANTAI INFEKSI
MEMPERTAHANKAN ERGONOMI PADA POSISI
BERBARING, DUDUK, BERDIRI DAN BERJALAN

OLEH :
ANDRI MITRA ( NIM. P222007 )

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KARYA
KESEHATAN KENDARI
TAHUN 2024

Anda mungkin juga menyukai