KELOMPOK 1
1. Aliantina 200411001
2. Eko Wahyu Satriatmi 200411009
3. Intan Bangsawan 200411019
4. Neny Rahmawati 200411029
5. Sannauly Novita S 200411037
6. Sarah Della 200411038
7. Wahyuni 200411044
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Patofisiologi............................................................................. 2
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 2
B. Saran.......................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Patologi adalah salah satu dasar ilmu yang memiliki peranan yang sangat
fundamental, seringkali diagnosis pasti suatu penyakit ditegakan dengan patologi
(histapatologi). Sedangkan pengertian paatologi dalam arti luas adalah bagian
dari ilmu yang mengamati sebab akibat dari terjadinya penyakit atau kelainan
pada tubuh. Namun pengertian patofisiologi sender adalah reaksi fungsi tubuh
terhadap suatu penyakit yang masuk dalam tubuh.
B. Perumusan Masalah
1. Apa definisi patofisiologi?
2. Apa ruang lingkup patofisiologi?
3. Apa konsep stres dan penyakit?
.
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi patofisiologi
2. Mengetahui ruang lingkup patofisiologi
3. Apa konsep stres dan penyakit
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Patofisiologi
Patofisiologi diambil daridua kata yaitu patologi dan fisiologi. Patologi adalah ilmu
mengenai penyakit. Fisiologi adalah ilmu yang tentang fungsi tubuh yang normal. Jadi
Patofisiologis adalah ilmu yang mempelajari mengenai fungsi-fungsi tubuh yang
mengalami gangguan atau fungsi-fungsi tubuh yang berubah akibat proses penyakit.
b. Etiologi : (Sebab) Suatu agen primer yang bertanggung jawab untuk memulai
proses selanjutnya yang menghasilkan sakit
2. Etiologi Penyakit
a. Faktor genetik.
b. Multifaktor.
c. Faktor lingkungan : bakteri,virus jamur, bahan kimia, radias,trauma mekanik.
2
3. Patogenesis
a. Proses radang adalah suatu respon terhadap berbagai mikro organisme dan
berbagai jenis bahan yang merugikan menyebabkan kerusakan jaringan.
d. Reaksi imun adalah reaksi system imun tubuh yang tak diinginkan.
3
C. Konsep Stres
1. Pengertian Stres
Stress adalah suatu reaksi fisik dan psikis terhadap setiap tuntutan yang
menyebabkan keteganggan dan mengganggu stabilitas kehidupan sehari - hari
(Priyoto, 2014). Stress merupakan respon tubuh terhadap lingkungan di
sekitarnya, sehingga dapat menjadi sistem pertahanan diri yang dapat
memproteksi diri kita (Nasir & Munith 2011). Stres adalah suatu kondisi atau
keadaan tubuh yang terganggu karena tekanan psikologis dan biasanya stres
dikaitkan dengan penyakit psikologis. Akan tetapi, lebih karena masalah
kejiwaan seseorang selanjutnya berakibat pada penyakit fisik yang bisa muncul
akibat lemah dan rendahnya daya tahan tubuh dalam kondisi stress (Mumpuni,
Y, & Wulandari, A, 2010).
Konflik antara dua atau lebih kebutuhan atau keinginan yang ingin dicapai,
yang ingin dicapai, yang terjadi secara berbenturan juga bisa menjadi penyebab
timbulnya stres. Konflik bisa menjadi pemicu timbulnya stres. Faktor pemicu
stres itu dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok berikut (Yusuf,
2004)
a. Stressor fisik-biologik, seperti : penyakit yang sulit disembuhkan, cacat fisik
atau kurang berfungsinya salah satu anggota tubuh, wajah yang tidak cantik
atau ganteng.
b. Stressor psikologik, seperti : negative thinking atau berburuk sangka,
frustrasi (kekecewaan karena gagal memperoleh sesuatu yang diinginkan).
4
c. Stressor Sosial, seperti iklim kehidupan keluarga : hubungan antar anggota
keluarga yang tidak harmonis (broken home), perceraian, suami atau istri
selingkuh, suami atau istri meninggal, mengkonsumsi minuman keras, dan
menyalahgunakan obat-obatan terlarang) tingkat ekonomi keluarga yang
rendah, lalu ada faktor pekerjaan : kesulitan mencari pekerjaan,
pengangguran.
Menurut Greenwood III dan Greenwood Jr (dalam Yusuf, 2004) faktor faktor
yang mengganggu kestabilan (stres) organisme berasal dari dalam maupun
luar. Faktor yang berasal dari dalam diri organisme adalah :
Tahapan stres dikemukakan oleh (Robert J. Van Amberg, dalam Yosep 2016)
sebagai berikut :
a. Sres Tingkat I
1) Semangat besar.
2) Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya.
3) Energi dan gugup berlebihan, diikuti kemampuan menyelesaikan
pekerjaan lebih dari biasanya.
b. Stres Tingkat II
Pada tahapan ini dampak stres yang menyenangkan mulai menghilang dan
timbul keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energi tidak lagi cukup
sepanjang hari.
d. Stres Tingkat IV
Pada tahapan ini sudah menunjukkan gejala yang lebih buruk yang
ditandai dengan ciri-ciri :
1) Tenaga yang digunakan untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa
sangat sulit.
2) Kegiatan - kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit.
3) Kehilangan kemampuan untuk menanggapi suatu pergaulan sosial dan
kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa berat.
4) Tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan dan sering
terbangun dini hari.
6
e. Stres Tingkat V
f. Stres Tingkat VI
1) Denyut jantung terasa amat keras, hal ini disebabkan zat adrenalin yang
dikeluarkan, karena stres tersebut cukup tinggi dalam peredaran darah.
4) Tenaga untuk hal-hal yang ringan sekalipun tidak bisa lagi, pingsan
atau collap.
4. Tingkat Stres
Setiap individu memiliki persepsi dan resepon yang berbeda – beda terhadapa
stress. Stres sudah menjadi bagian dari hidup seseorang. Mungkin tidak ada
manusia biasa yang belum pernah merasakan stres. Stres kini menjadi
manusiawi selama tidak berlarut - larut dan berkepanjangan (Psychology
foundation of Australia, 2010). Berdasarkan gejalanya, stres dibagi menjadi tiga
tingkat yaitu :
a. Stres Ringan
Pada tingkat stres ringan adalah stres yang tidak merusak aspek fisiologis
dari seseorang. Stres ringan umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya
lupa, ketiduran, dikritik, dan kemacetan. Stres ringan sering terjadi pada
kehidupan sehari - hari dan kondisi dapat membantu individu menjadi
7
waspada. Situasi ini tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi
terus menerus.
b. Stres Sedang
Stres sedang terjadi lebih lama, dari beberapa jam hingga beberapa hari.
Respon dari tingkat stres ini didapat gangguan pada lambung dan usus
misalnya maag, buang air besar tidak teratur, ketegangan pada otot,
gangguan pola tidur, perubahan siklus menstruasi, daya konsentrasi dan
daya ingat menurun. Contoh dari stresor yang menimbulkan stres sedang
adalah kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebihan,
mengharapkan pekerjaan baru, dan anggota keluarga yang pergi dalam
waktu yang lama.
c. Stres Berat
Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai
beberapa tahun. Respon dari tingkat stres ini didapat gangguan pencernaan
berat, debar jantung semakin meningkat, sesak napas, tremor, persaan
cemas dan takut meningkat, mudah bingung dan panik. Contoh dari stresor
yang dapat menimbulkan stres berat adalah
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Kelompok kami menyadari akan kekurangan dalam makalah ini, adapun saran yang
hendak penulis sampaikan semoga makalah ini dapat memberikan waasan kepada
teman-teman mahasiswi tentang patofisiologi dan konsep stress.
9
DAFTAR PUSTAKA
Desi trisiani, 2017. Hubungan Kecemasan Ibu Hamil Terhasap Kejadian Preeklampsia di
RSUD Majalaya Kabupaten Bandung. 1(3) : 14-17
Anitya Setyawati, 2018. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia
di Indonesia. 2(1) : 32-40
Suyanto. 2016. Patologi I. Jakarta: PPSDM Kemenkes RI.
10
LAMPIRAN
9
Hubungan Kecemasan Ibu
Hamil
desitrisiani@yahoo.co.id
I. ABSTRAK
Kehamilan merupakan waktu transisi dari suatu masa sebelum mempunyai anak hingga janin
berada dalam kandungan dan kemudian lahir. Perubahan status yang radikal ini akan memerlukan
persiapan psikologis dan salah satu bentuk adaptasinya adalah kecemasan. Kecemasan merupakan
unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan, keadaan emosional yang dimiliki oleh seseorang pada
saat menghadapi kenyataan atau kejadian dalam hidupnya. Hal ini dapat membuat spasme pembuluh
darah menjadi memburuk sehingga terjadi kenaikan tekanan darah pada ibu hamil dan apabila tidak
dikelola dengan baik dapat menyebabkan hipertensi bahkan preeklampsia.
Tujuan penelitian ini untuk mengatahui hubungan antara kecemasan terhadap ibu hamil dengan
preeklampsia.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analitik korelatif, dengan pendekatan case
control jumlah sampel 90 responden (1:2) yang dikumpulkan secara accidental sampling.
Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan antara kecemasan pada ibu hamil dengan
kejadian preeklampsi. Dukungan psikologis yang diperlukan oleh ibu hamil salah satunya adalah dari
bidan yang diberikan pada saat kunjungan ANC, dengan memberikan informasi yang baik (konseling)
untuk mengatasi setiap kecemasan yang dirasakan klien serta mencegah kecemasan berkelanjutan yang
bisa menyebabkan stress dan depresi yang akan berdampak pada kesehatan ibu dan janin.
15
penyebab utama meningkatnya kematian ibu seperti munculnya perasaan khawatir yang
akibat preeklampsi dan eklampsi. Mulai dari berlebihan,
karakteristik ibu , riwayat penyakit sebelumnya
ataupun factor social yang lainnya (Hidayat,
2015).
RSUD Majalaya merupakan salah satu
Rumah Sakit Rujukan yang ada di Wilayah
Kabupaten Bandung dengan angkat kejadian
preeklampsi yang cukup tinggi. Pada tahun 2013
diketahui kejadian Preeklampsi 146 kasus dari
2137 ibu bersalin (6,83%). Pada tahun 2014
kejadian preeklampsi 136 kasus dari 2217 ibu
bersalin (6,13%) dan pada tahun 2015 terdapat
141 kasus dari 2425 ibu bersalin (5,81%).
Meskipun terdapat penurunan angka kejadian
preeklampsi namun hal tersebut tidaklah
signifikan mengingat dampak yang ditimbulkan
hingga pada kematian ibu dan janin.
Ya 0 29 11 30
(Kasus) 0% 63,4% 36,6% 100%
0,000
Tidak 26 26 8 60
(Kontrol) 43,3% 43,3% 13,4% 100%
Jumlah 26 45 19 90
28,9% 50% 21,1 100%
Alder Judith, et all. 2007. Depresion and Anxiety during Pregnancy : a risk factor for obstetric, fetal
and neonatal outcome? A critical review of the literature. The Journal of Maternal – Fetal and
Neonatal Medicine 20 (3) : 189-209.
Banita Sephtia. 2015. Hubungan antara peran keluarga terhadap kecemasan ibu hamil di Poli
Kandungan RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Skripsi FK. Universitah Syah Kuala
Darrusalam banda Aceh.
Hidayat Dini, 2015. Epidemiologi Preeklampsi, dalam Prosiding Simposium What’s New in
Preeclampsia. Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan Obstetri Gynekologi FK.
UNPAD, 12 Desember 2015
Hamilton. 1959. The Assesment of Anxiety States By Rating. British Journal of Medical Psychology.
Isworo. 2012. Hubungan antara kecemasan dengan kejadian preeklampsia di Kabupaten Banyumas
Jawa Tengah. Berita Kedokteran Masyarakat
;Vol. 28:no 1.
Kemenkes RI, 2014. Situasi Kesehatan Ibu. Infodatin - Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI. http:/www.depkes. go.id
Kumala Fatma Tiara, 2015. Hubungan antara kejadian Preeklampsia dan resiko depresi Antenatal. Di
RSI Sunan Kudus. Tesis Universitas Sebelas Maret Surakarta
Kurki, et all. 2010. Depression and anxiety in early pregnancy and risk for preeclampsia. The
American college of Obstetricians and Gynecologist, Volume 95 issue 4 p 487-490.
Lubis Lumongga Namora & Pieter Zan Herri, 2010. Pengantar Psikologi untuk Kebidanan. Jakarta
Priyanto A,. 2009. Komunikasi dan Konseling Aplikasi dalam Sarana Pelayanan Kesehatan untuk
Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika. Halaman 49, 73-4
Qiu Chunfang, et all. 2009. Preeclampsia Risk in Relation to Maternal Mood and Anxiety Disorders
Diagnosed Before or During Pregnancy. American Journal of Hypertension (AJH), Volume 22 ;
issue 4 > 397-402.
Rozikhan. 2007. Faktor - Faktor Risiko Terjadinya Preeklampsia Berat di RS. Dr. H Soewondo
Kendal. Universitas Diponogoro Semarang.
Sijangga, WN. 2010. Hubungan Antara Strategi Coping dengan kecemasan Menghadapi Persalinan
pada Ibu Hamil Hipertensi. Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Umba Tandu Barthelemy, 2014. Maternal Stress and Pregnancy Outcomes. Departement of obstetric
and gynaecology, University Clinics of Kinshasa, Democratif Republic of Congo. Open Journal of
obstetric and gynaecology Vol.4 361-370
Varney, H. 2006. buku ajar asuhan kebidanan, Jakarta, EGC. WHO.Millenium Development
Goals.2012[Accessed 06 Desember 2015]
32
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 1, Hal 32 - 40, Mei 2018
e-ISSN 2548-7051
Persatuan
Jurnal Perawat
Perawat Nasional
Indonesia, Indonesia
Volume 2 NoJawa
1, HalTengah
23 - 29, Mei 2018 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa
Tengah
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA
DI INDONESIA
Abstrak
VIII. Preeklampsia adalah kelainan multisistemik spesifik pada kehamilan yang ditandai oleh
timbulnya hipertensi dan proteinuria setelah umur kehamilan 20 minggu. Kondisi yang terjadi pada
kasus preeklampsia perlu ditangani dengan tepat karena preeklampsia dapat menimbulkan komplikasi
yang serius pada ibu dan janin. Sementara itu, hingga saat ini penyebab preeklampsia belum diketahui
secara pasti. Namun demikian, beberapa penelitian telah mengidentifikasi faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian preeklampsia. Sehingga, studi literatur ini dilakukan untuk
mengidentifikasi faktor- faktor yang berhubungan dengan preeklampsia berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan di Indonesia. Studi literatur ini dilakukan dengan cara melakukan pencarian artikel
pada google cendekia, pengkategorian artikel sesuai kriteria inklusi, dan analisis artikel. Kata kunci yang
digunakan dalam pencarian artikel adalah : faktor-faktor dan preeklampsia. Pada pengaturan lanjutan
ditentukan artikel yang dicari adalah artikel pada tahun 2008-2018. Dalam pencarian tersebut
didapatkan 887 artikel. Kriteria inklusi yang digunakan dalam pencarian artikel adalah : (1) artikel berisi
tentang kejadian preeklampsia di Indonesia, (2) kata kunci yang digunakan dalam pencarian ada dalam
judul artikel, dan
(3) rancangan penelitian dalam artikel menggunakan case control design. Berdasarkan kriteria inklusi
tersebut, maka didapatkan 10 artikel yang dapat dianalisis untuk studi literatur ini. Berdasarkan analisis
yang telah dilakukan, telah teridentifikasi bahwa faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan
kejadian preeklampsia adalah karakteristik ibu, riwayat kehamilan, berat badan, riwayat penyakit kronis,
pengetahuan, dan riwayat kontrasepsi. Faktor-faktor resiko yang telah teridentifikasi ini diharapakan
dapat digunakan sebagai dasar untuk menganalisis program pencegahan preeklampsia dan menentukan
penatalaksanaan yang lebih tepat pada ibu hamil dengan preeklampsi di Indonesia.
Literature Study: Related Factors With Preeclampsia Events In Indonesia. Preeclampsia is a specific multisystemic
disorder in pregnancy characterized by the onset of hypertension and proteinuria after 20 weeks' gestation.
Conditions that occur in cases of preeclampsia need to be handled appropriately because preeclampsia can cause
serious complications in the mother and fetus. Meanwhile, until now the cause of preeclampsia is not known for
certain. Nevertheless, several studies have identified factors associated with the incidence of preeclampsia. Thus,
this literature study was conducted to identify factors related to preeclampsia based on the results of studies that
have been conducted in Indonesia. This literature study is done by doing an article search on google scholar,
categorizing articles according to inclusion criteria, and article analysis. The keywords used in article search are:
factors and preeclampsia. In the advanced settings specified article sought is an article in 2008-2018. In this search
887 articles were obtained. The inclusion criteria used in article search are: (1) articles containing the incidence of
preeclampsia in Indonesia, (2) the keywords used in the search are in the title of the article, and (3) the research
design in the article using case control design. Based on the inclusion criteria, 10 articles can be analyzed for this
literature study. Based on the analysis that has been done, has been identified that risk factors associated with the
incidence of preeclampsia are mother characteristics, pregnancy history, body weight, history of chronic diseases,
knowledge, and history of contraception. These identified risk factors are expected to be used as a basis for
analyzing prevention programs of preeclampsia and establishing more appropriate management in pregnant
women with preeclampsia in Indonesia.
33
Keywords: factor, preeclampsia
34
IX. Pendahuluan dengan primigravida;
Dalam kerangka Sustainable
Development Goals (SDGs), menurunkan
Angka Kematian Ibu (AKI) masih menjadi
salah satu target utama bidang
kesehatan(World Health Organization, 2016).
WHOmencanangkan bahwa AKIdiharapkan
menurun hingga 70 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030
(World Health Organization, 2016).
Sementara berdasarkan Survei Demografi
Kependudukan Indonesia (SDKI) tahun
2015, AKI di Indonesia adalah 305 per
100.000 kelahiran hidup(Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Barat, 2015).
AKI adalah jumlah kematian ibu selama
masa kehamilan, persalinan, dan nifas yang
disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan
nifas serta pengelolaannya tetapi bukan
karena sebab – sebab lain seperti kecelakaan,
terjatuh, dan lain – lain di setiap
100.000 kelahiran
hidup(KementerianKesehatanRepublikInd
onesia, 2011). Seiring dengan pernyataan di
atas, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan mengungkapkan bahwa
penyebab tertinggi AKIdi Indonesia
adalah 32,4% hipertensi dan/atau
preeklampsia serta 20,3% perdarahan post
partum.
Preeklampsia adalah kelainan
multisistemik spesifik pada kehamilan yang
ditandai oleh timbulnya hipertensi dan
proteinuria setelah umur kehamilan 20
minggu (Rahmadhayanti, Hayati, & Saleh,
2014). Kondisi yang terjadi pada kasus
preeklampsia perlu ditangani dengan tepat
karena preeklampsia dapat menimbulkan
komplikasi yang serius pada ibu dan janin.
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dan
janin meliputi komplikasi maternal dan
komplikasi fetal yang dapat mengancam
nyawa(Heazell, 2010).
Sementara itu, hingga saat ini penyebab
preeklampsia belum diketahui secara
pasti(Velde, Scholefield, & Plante, 2013).
Namun demikian, resiko preeklampsia
diketahui dapat meningkat pada ibu hamil
grandmultigravida; kehamilan yang tentang kejadian preeklampsia di Indonesia,
langsung terjadi setelah perkawinan; ibu (2) kata kunci yang digunakan
hamil dengan usia kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun; janin besar;
kehamilan lebih dari satu (kembar);
morbid obesitas; riwayat preeklampsia
pada kehamilan sebelumnya; riwayat
keluarga dengan preeklampsia; ibu hamil
dengan gangguan fungsi organ (diabetes
mellitus, penyakit ginjal, migrain, dan
hipertensi); serta ibu hamil dengan hydrops
foetalis, mola hidatidosa, anti fosfolipid
antibodies, dan infeksi saluran kemih
(Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2004;
Cunningham et al., 2012).
Akan tetapi, faktor resiko
preeklampsia di atas merupakan faktor
resiko yang didapatkan dari hasil-hasil
penelitian di Luar Indonesia. Padahal di
Indonesia juga terdapat hasil-hasil
penelitian yang meneliti faktor-faktor yang
berhubungan dengan
kejadian
preeklampsia. Hasil-hasil penelitian yang
mengidentifikasi adanya faktor resiko
preeklampsia di Indonesia tentu dapat
digunakan sebagai dasar untuk
menganalisis program pencegahan
preeklampsia dan
menentukan
penatalaksanaan yang lebih tepat pada ibu
hamil dengan preeklampsia. Oleh karena
itu, studi literatur ini dilakukan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang
berhubungan dengan
kejadian
preeklampsia di Indonesia.
X. Metode
Tabel 1.
Kategori Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia
Kategori Faktor p
Resiko
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(Umar & Yani &(Nurhasanah &(Sutrimah, (Situmorang (Saraswati (Astuti, (Agustin (Aidah et (Andriyani,
Wardan, 2017)
Suyan, Indriani, 2017) Mifbakhuddin, &et al., 2016) & Mardiana,2016) & Indriani, al., 2013) 2012)
2017) Wahyuni, 2015) 2016) 2013)
Usia 0,004 0,001 0,000 0,768 0,000 0,0001 0,017 0,000 0,046 0,001
Karakteristik Tingkat - - 0,001 - - 0,082 0,002 0,823 - 0,001
Pendidikan
Pekerjaan - - 0,631 - - 0,287 0,166 - - 0,001
Paritas 0,000 0,001 0,000 0,313 0,765 0,009 0,793 - 0,010 0,001
ANC - - - - 0,813 0,0001 0,215 - - -
Riwayat Jarak antar - - - - - - 0,698 0,996 0,004 -
Kehamilan Kehamilan
Kehamilan - - - 1,0 - 0,584 - 0,015 0,316 -
Kembar
Berat Badan Obesitas - 0,005 0,027 - - - - - - -
Tentang - - - - 0,000 - - - - -
Pengetahuan Kehamilan
dan Masalah
Kehamilan