Oleh :
Nurul Fani Tualle
111 2018 1019
Pembimbing :
Dr. dr. H. Sultan Buraena, Ms, Sp.OK
1
HALAMAN PENGESAHAN
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahuwa Ta’ala atas segala rahmat
dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini sebagai salah satu
tugas kepaniteraan klinik pada Bagian IKM-KK Fakultas Kedokteran Universitas
Muslim Indonesia.
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................2
KATA PENGANTAR.........................................................................................3
DAFTAR ISI.......................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................5
2.1 Definisi..........................................................................................................6
2.8 Tatalaksana..................................................................................................23
2.9 Pencegahan..................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................27
4
BAB I
PENDAHULUAN
dan penyakit akibat kerja.. Penyakit akibat kerja dapat disebabkan oleh beberapa
faktor yang ada di lingkungan kerja meliputi faktor fisika, faktor bahan kimia, faktor
biologi, faktor ergonomi, dan faktor psikis. Salah satu factor bahan fisika yang dapat
menyebabkan PAK adalah radiasi. Radiasi terbagi atas dua yaitu radiasi pengion dan
non-pengion1
energi radiasi non pengion scpcrti laser, radar, oven microwave, jaringan listrik dan
yang mcrugikan tcrhadap kesehatan akibat dari pajanan radiasi tersebut. Radiasi
panjang gelombang yang lebih besar, frekuensi lebih kecil dan energy foton yang
lebih rendah ketika berinteraksi dengan jaringan tubuh. Oleh karena itu pada referat
kali ini akan membahas penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh radiasi non-
pengion.2
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
spesifik atau memiliki keterkaitan yang kuat dengan pekerjaan. Pada umumnya terdiri
dari satu sumber penyebab dan terdapat korelasi antara proses penyakit dan bahaya di
tempat kerja.3
proses, lingkungan kerja, metode kerja, cara kerja, maupun produk. Target yang
proses, produk, lingkungan, dan lain lain. Faktor bahaya di lingkungan kerja yang
harus diidentifikasi meliputi: bahaya fisik, bahaya kimia, bahaya biologik, bahaya
lain-lain. 3
6
2.2.2 Bahaya Kimia
1. Mudah meledak
Bahan kimia yang bersifat mudah meledak akibat suhu, tekanan dan reaksi
2. Mudah terbakar
Bahan kimia yang dapat menjadi panas atau meningkat suhunya dan terbakar
karena kontak dengan udara pada temperatur ambien dan sumber nyala api,
dan lain-lain.
3. Korosif
4. Iritatif
kontak. Iritasi pada kulit bisa menyebabkan reaksi (eksim atau dermatitis),
7
sedangkan pada alat-alat pernapasan yang dapat menyebabkan sesak napas,
5. Alergen
6. Karsinogen
beryllium.
7. Racun
sistem tubuh:
disulphide.
8
c. Sistem pembentukan darah : benzene, ethylene glycol ethers.
thalidomid.
g. dan lain-lain.
Bahaya yang ditimbulkan oleh mikro organisme dan organisme, seperti: virus,
Bahaya yang ditimbulkan akibat interaksi pekerja dengan, mesin/alat, tugas kerja/task
dan daerah kerja, maka kemungkinan penyakit akibat kerja yang terjadi antara lain
9
Bahaya yang ditimbulkan akibat pembebanan kerja, sehingga fungsi anggota tubuh
pekerja terganggu. seperti: cara mengangkat yang tidak benar yang mengakibatkan
Bahaya yang ditimbulkan akibat interaksi sosial antar sesama pegawai dan sistem
Radiasi adalah pancaran energy melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk
Ada beberapa sumber radiasi yang dikenal di sekitar lingkungan hidup, contohnya
sebagainya. Radiasi terbagi atas dua, yaitu radiasi pengion dan non-pengion. Radiasi
pengion adalah jenis radiasi yang dapat mengionisasi atom-atom atau materi yang
dilaluinya. Yang termasuk radiasi pengion adalah partikel alfa, partikel beta, sinar
gamma, sinar-X dan partikel neutron. Sedangkan radiasi non-pengion adalah jenis
radiasi yang tdiak menyebabkan efek ionisasi apabila berinteraksi dengan materi.
Radiasi non pengion tersebut berada dilingkungan makhluk hidup. Yang termasuk
10
dalam jenis radiasi non-pengion antara lain adalah gelombang radio (melalui radio
dan televisi), gelombang mikro (yang digunakan dalam transmisi seluler handphone),
siniar inframerah (yang memberikan energy dalam bentuk panas), dan cahaya tampak
(cahaya matahari).4
11
Gambar 1. Jenis radiasi pengion dan non-pengion
(seperti sinar matahari, petir, dll) dan buatan manusia yang terlihat dalam komunikasi
nirkabel, aplikasi industri, ilmiah, bahkan medis. Spekrum radiasi non pengion (non-
ionizing radiation) dibagi menjadi dua garis besar yaitu radiasi optic dan gelombang
elektromagnetik.5
a. Radiasi Optik
Radiasi optik berpusat di sekitar cahaya tampak. Radiasi optic terbagi atas 2 yaitu
radiasi UV (ultra violet) yang memiliki energy tinggi dan radiasi IR (infra merah)
yang memiliki energy rendah. Sumber radiasi UV adalah matahari, las busur, las oxy-
gas, lampu matahari, laser (UV), lampu sterilisasi (germicidal), lampu pelepasan gas
bertekanan rendah, lampu pelepasan tekanan tinggi. Sedangkan radiasi IR berasal dari
proses panas seperti pembuatan baja, pembuatan kaca, dan pengelasan. Aplikasi
medis termasuk UV dan fototerapi neonatal, laser bedah dan terapi, lampu panas
fisioterapi
b. Gelombang elektromagnetik
seluler, oven microwave, pemancar TV. Aplikasi medis meliputi: gelombang mikro,
12
Radiofrequency (RF) dan Electric & Magnetic Fields (EMF) juga termasuk dalam
visual, dan pesawat televisi. Sedangkan EMF digunakan dalam mesin listrik,
peralatan rumah tangga (seperti micromave), kabel listrik, serta saluran dan saluran
banyak daripada yang lain. Pekerjaan yang memiliki eksposur lebih tinggi meliputi:5
- Pekerja yang bertugas sebagai pemeliharaan menara radio, seluler, atau televisi
- Pekerja induksi
- Pekerja kantor
13
- Pekerja listrik
Penyerapan sinar UV-B/C pada kulit dibatasi oleh lapisan basal pada
epidermis, sedangkan UV-A dapat menembus lebih dalam. UV-C diserap stratum
korneum dan lapisan atas stratum Malpighi. UV-C hanya memberikan efek tidak
dan mampu merubah fungsi imunitas sel Langerhans yang kemungkinan terlibat
Selain itu, efek pada kulit juga berupa reaksi sunburn sebagai efek paling
umum yang terjadi akibat pajanan sinar matahari. Eritema atau memerahnya kulit
adalah aspek visual dari respon sunburn. Sunburn yang parah biasanya diikuti dengan
peningkatan ketebalan epidermis dan deskuamasi sel epidermis yang mati. Sunburn
14
Pigmentasi kulit merupakan proses adaptif sebagai konsekuensi langsung
melanogenesis secara langsung. Efek imunitas juga berpengaruhi akibat paparan sinar
UV karena dapat memodifikasi protein dan molekul organic dalam epidermis menjadi
molekul terubah yang dikenali sebagai molekul asing oleh sistem imun sehingga
memacu respon imunitas pada kulit, seperti alergi matahari atau fotodermatitis.2
Pada mata, energy radiasi pada panjang gelombang < 280 nm (UV-C) dapat
diserap seluruhnya oleh kornea. Energi radiasi UV-B (280-315 nm) sebagian besar
diserap kornea dan dapat pula mencapai lensa. Sedangkan energy UV-A (315-400
nm) secara kuat diserap lensa dan hanya sebagian kecil energy saja (<1%) yang
dapat mencapai retina. Efek fototoksik akut radiasi UV pada mata adalah
keratokonjungtivitis. Ini merupakan keruskan akibat reaksi fotokimia pada koena dan
konjungtiva yang timbul beberapa jam setelah pajanan 200-400 nm dan umumnya
berlangsung hanya 24-48 jam. Gejala yang ditimbulkan adalah eritema pada mata
yang disertai rasa sakit dan pada beberapa kasus terjadi blepharospasm. Sedangkan
pajanan kronik radiasi UV pada mata dapat menimbulkan pterygium atau penebalan
15
patalogis pada kornea yang berhubungan dengan mata yang umum dijumpai pada
Peneterasi radiasi cahaya tampak dan IR-A (400-1400 nm) dapat mencapai
fotoretinitis yang biasanya disertai dengan scotoma (blind spot), terjadi akibat
menatap sumber cahaya yang sangat tajam dan terang seperti matahari dalam waktu
yang sangat singkat ataupun cahaya terang dari laser untuk waktu yang lebih lama.
Pajanan IR-A juga memberikan kontribusi dalam pembentukan katarak pada lensa
akibat panas.2
Radiasi IR-B (1,4-3 um) dapat menembus lebih jauh dan diserap lensa dan
memberikan kontribusi pembentukan katarak dan juga menimbulkan luka bakar pada
dapat menyebabkan terjadinya fotokeratitis atau yang lebih parah lagi luka bakar pada
korna dan juga konjungtiva. Dengan demikian, radiasi laser yang menggunakan
radiasi cahaya tampak dan juga infra merah dapat menyebabkan kerusakan pada
kornea, lensa atau retina, tergantung panjang gelombang cahya dan karakterisitk
Efek kesehatan yang terjadi pada umumnya sebagai akibat dari panas yang
timbul pada saat terjadi interaksi antara energy gelombang mikro dengan materi
16
biologic. Efek biologic yang terjadi karena pemanasan disebut efek thermal dan yang
terjadi bukan karena proses pemanasan disebut efek non-thermal. Efek yang
berbahaya akibat pajanan gelombang mikro adalah efek thermal atau hipertermia
yang terutama merusak mata dan testis. Kedua jaringan relative sangat sensitive
Lensa mata tidak berpembuluh darah dan terselubung dalam kapsul, sehingga
peningkatan suhu dari pajanan radiasi dengan intensitas yang tinggi. Selain itu
melalui efek thermal dan mungkin melalui efek non thermal juga gelombang ini dapat
akibat radiasi pengion. Kondisi pajanan, waktu dan intensitas yang menyebabkan
Fungsi testis sangat bergantung pada suhu. Secara normal, suhu testi 2C
lebih rendah dari suhu tubuh 37C. Peningkatan suhu testis walaupun hanya sampai
thermal.2
Efek non thermal yang ditemukan pada para pekerja yang secara kronik
terpajan microwave adalah berupa peningkatan kelelahan, sakit kepala periodic dan
17
konstan, iritasi parah, ketiduran selama bekerja, dan penurunan sensitivitas olfactory.
Gejala klinik yang timbul antara lain bradikardi, hipotensi, hipertiroid, dan
peningkatan tingkat histamine darah. Pada kelompok pekerja yang berada di medan
gelombang mikro dijumpai pula efek subyektif seperti sakit kepala, lelah, pusing,
tidur yang tidak nyenyak, perasaan takut, tegang, depresi mental, daya ingat kurang
RF tidak memiliki cukup energi untuk merusak DNA secara langsung. Karena itu,
telah menemukan kemungkinan peningkatan tingkat jenis tumor tertentu pada hewan
laboratorium yang terpapar radiasi RF, tetapi secara keseluruhan, hasil dari jenis
kerja mereka (seperti orang yang bekerja di sekitar atau dengan peralatan radar,
mereka yang melayani antena komunikasi, dan operator radio) tidak menemukan
18
Gambar 2. Efek radiasi non-pengion terhadap kesehatan
2.7 Diagnosis
19
Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu dengan
untuk mendiagnosis suatu penyakit. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat
dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau
tidak.
Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah
esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini
perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti,
yang mencakup:
- Jumlah pajanannya
- Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala
serupa)
20
c. Menentukan apakah pajanan memang dapat menyebabkan penyakit tersebut
pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika
dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal
tersebut di atas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja.
d. Menentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat
mengakibatkan penyakit tersebut. Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi
pada keadaan pajanan tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja
kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan diagnosis penyakit akibat kerja.
Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaan yang dapat
Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah penderita
Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan untuk
21
Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan
berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti telah
penyakit, kadang-kadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada
apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak
akan menderita penyakit tersebut pada saat ini. Sedangkan pekerjaan dinyatakan
memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah ada pada waktu yang sama tanpa
timbulnya penyakit. Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa untuk menegakkan
berbagai informasi yang didapat baik dari pemeriksaan klinis pasien, pemeriksaan
kerja yang disebabkan radiasi non pengion, maka perlu dilakukan anamnesis terhadap
jenis pekerjaan yang berisiko terpapar radiasi non-pengion, lama paparan, dan efek
yang ditimbulkan pada kesehatan. Kemudian pemeriksaan fisik pada area yang sering
apabila dibutuhkan.1
22
2.8 Tatalaksana
medis dilakukan setelah diagnosis klinis pada langkah pertama diagnosis penyakit
akibat kerja ditegakkan. Terapi yang diberikan berupa medikamentosa/dan atau non-
kasus PAK akibat radiasi non-pengion, tatalaksana medis yang dapat diberikan
tergantung pada kondisi klinis yang ditampilkan pasien. Apabila pasien mengalami
efek kesehatan pada kulit akibat paparan UV, tatalaksana awal yang dapat dilakukan
yaitu, mendinginkan kulit. Mandi dingin atau air suhu ruangan selama 10-20 menit
akan meringankan rasa sakit dan air aka menghentikan kulit iritasi. Penatalaksanaan
selanjutnya adalah aplikasi obat topical untuk mencegah iritasi kulit semakin parah
seperti penggunaan aloe vera, krim kortison untuk mengurangi peradangan, dan
menjaga keseimbangan cairan kulit dengan minum banyak air serta menggunakan
tabir surya.8 Selanjutnya efek yang ditimbulkan pada mata dapat berupa pterigium.
Pterigium dapat diatasi dengan pemberian artificial tears dan operasi pengangkatan
pterigium.9 Begitu pula pada efek radiasi non-pengion yang menyebabkan katarak.
2.9 Pencegahan
23
Pencegahan pada efek dari radiasi non-pengion dapat dilakukan dengan
mengurangi pajanan. Cara terbaik untuk mengurangi risiko paparan radiasi non-
ionisasi adalah dengan mengurangi atau menghilangkan sumber paparan. Jika tidak
pakaian pelindung telah sesuai, telah diverifikasi, dan memiliki tabir surya.
Saat paparan dihindarkan, maka risiko terkena efek radiasi non-pengion akan
ikut berkurang. Jika paparan tidak bisa dihindari maka dapat dilakukan cara dengan
menggunakan alat pelindung diri. Untuk pekerja yang berisiko terpajan sinar UV, ada
panjang untuk melindung lengan, tangan dan leher, serta sarung tangan.5
Untuk memperkecil efek yang timbul akibat pajanan radiasi matahari dapat
digunakan sunscreens dengan SPF sekitar 20-40, baju dengan tenunan rapat lebih
bersifat protektif, kacamata dan topi yang lebar untuk melindungi wajah dan leher.
24
Sedangkan pencegahan terjadinya efek kesehatan akibat pajanan radiasi non-pengion
buatan manusia salah satunya dapat dilakukan dengan memberikan informasi secara
jelas dan sederhana terutama kepada operator, selain pasien dan juga masyrakat
keselamatan kerja dan proteksi serta batas pajanan terhadap radiasi non pengion yang
Protection).2
BAB III
KESIMPULAN
25
Radiasi adalah pancaran energy melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk
Radiasi terbagi atas radiasi pengion dan non pengion. . Yang termasuk dalam jenis
radiasi non-pengion antara lain adalah gelombang radio (melalui radio dan televisi),
inframerah (yang memberikan energy dalam bentuk panas), dan cahaya tampak
(cahaya matahari). Penyakit Akibat Kerja yang disebabkan oleh radiasi non pengion
dapat menyebabkan beberapa efek pada kondisi kesehatan seperti efek pada kulit,
mata, bahkan dapat menyebabkan kanker. Perlu dilakukan penilaian risiko kontrol
terhadap pajanan agar menghindarkan seorang pekerja dari bahaya radiasi non-
pengion.
DAFTAR PUSTAKA
26
1. Yudistira, Sianipar. Bahaya Fisik-Radiasi Bagi Tenaga Medis dan Upaya
https://inis.iaea.org/collection/NCLCollectionStore/_Public/39/057/39057175.
Tersedia di https://jdihn.go.id/files/145/9620870992012-01-020.pdf
https://www.who.int/peh-emf/meetings/archive/en/keynote3ng.pdf
https://www.cancer.org/content/dam/CRC/PDF/Public/8060.00.pdf
27
8. Roy, Rena, et al. Tatalaksana dan Pencegahan Komplikasi Sunburn pada
Tersedia di http://www.cdkjournal.com/
28