RUPTUR PERINEUM
DISUSUN OLEH :
PEMBIMBING:
FAKULTAS KEDOKTERAN
MAKASSAR
2021
1
LEMBAR PENGESAHAN
Muslim Indonesia.
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena berkat limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya maka refarat ini
penyusunan karya tulis ilmiah ini hingga selesai. Secara khusus rasa
penulisan refarat ini. Terakhir penulis berharap, semoga laporan kasus ini
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................2
KATA PENGANTAR................................................................................3
DAFTAR ISI.............................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................7
2.1 Anatomi.......................................................................................…...7
2.2 Definisi ……………………. ...............................................................8
2.3 Etiologi……………………... ..............................................................9
2.4 Epidemiologi……………... ..............................................................12
2.5 Patofisiologi……………………….. ..................................................13
2.6 Klasifikasi………………………….. ..................................................14
2.7 Diagnosis………………………….. ..................................................17
2.8 Tatalaksana……………………….. ..................................................19
2.9 Komplikasi,,……………………….. ..................................................21
2.10 Prognosis………………………….. ................................................22
BAB III KESIMPULAN.........................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................24
4
BAB I
PENDAHULUAN
proses yang terjadi untuk pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri), dari
rahim wanita dengan usia kehamilan cukup bulan atau hampir cukup
bulan, melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. Salah satu kondisi yang
adalah robeknya perineum pada saat janin lahir. Robekan ini sifatnya
traumatik karena perineum tidak kuat menahan regangan pada saat janin
merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang
5
tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus.
kematian pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum
masih lemah.2
6
BAB II
TINAJUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
organ-organ genitalia interna saja seperti uterus dan vagina, tetapi bagian
paling kuat, disebut diafragma pelvis, terutama musculus levator ani yang
sistem urinaria dan sistem reproduksi. Sedangkan regio anal terdiri atas
7
diafragma pelvis. Perineum merupakan area berbentuk belah ketupat bila
dilihat dari bawah, dan dapat dibagi menjadi regio urogenital dan regio
2.2 Definisi
8
robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan maupun
dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui kepala janin terlalu
cepat.4
2.3 Etiologi
adanya penggunaan alat bantu untuk persalinan yang pada akhirnya juga
meliputi:3,6
sebelumnya
ruptur perineum
9
Usia ibu < 20 tahun : berhubungan dengan status primi-paritas
presipitatus,.
Persalinan kala dua >60 menit : menandai persalinan yang sulit dan
10
Penggunaan epidural: hanya meningkatkan risiko ruptur perineum
dengan mediolateral
Usia wanita yang disarankan untuk melahirkan adalah pada umur 20-
35 tahun, dimana menurut data dari Lindgren et al. tahun 2011, usia
persalinan akan meningkat. Hal ini disebabkan karena pada usia kurang
meningkat.8
Pada ibu dengan paritas satu atau primipara akan memiliki risiko lebih
11
lebih dari satu. Hal ini dikarenakan karena jalan lahir yang belum pernah
berikutnya.8
perineum. Jarak kelahiran kurang dari dua tahun tergolong risiko tinggi
lebih hebat pada jaringan lunak akibat daya regang yang melebihi
tepat dan teknik yang paling sesuai dengan kondisi yang dihadapi. 8
2.4 Epidemiologi
12
multipara.5
kasus ruptur perineum pada ibu bersalin. Angka ini diperkirakan mencapai
6,3 juta pada tahun 2050. Seiring dengan semakin tingginya bidan yang
8%. Di Jawa Timur ruptur perineum yang dialami ibu bersalin dengan
2.5 Patofisiologi
mencapai anus.5,6
karena jalan lahir dan perineum belum pernah teregang karena persalinan
13
cukup menahan ukuran janin dan tekanan dorongan ibu, sehingga ruptur
2.6 Klasifikasi
14
Derajat 3C : laserasi pada otot sfingter anal eksterna dan interna
lumen rektem. Pada derajat ini, robekan mengenai kulit, otot, dan
15
Episiotomi adalah insisi bedah yang dibuat di perineum untuk
Oleh karena itu, dan juga untuk melancarkan jalannya persalinan, dapat
dilakukan insisi pada perineum saat kepala janin tampak dari luar dan
saat kepala janin tampak dari luar dan mulai meregangkan perineum 10
a. Episiotomi medialis
Tipe ini akan dilakukan insisi garis tengah vertikal dari fourchette
4.4
b. Episiotomi mediolateral
fourchette posterior pada satu sisi. Insisi semacam ini akan mencegah
c. Episiotomi lateralis
16
Sayatan disini dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira jam 3 atau
banyak. Selain itu jaringan parut yang terjadi dapat menimbulkan rasa
2.7 Diagnosis
17
perdarahan, darah segar yang mengalir setelah bayi lahir, uterus
berkontraksi dengan baik, dan plasenta normal. Gejala yang sering terjadi
menjabarkan ciri khas robekan jalan lahir yakni kontraksi uterus kuat,
karena ibu pasti merasakan sakit pasca melahirkan dan tidak dapat
parah untuk menilai integritas dan tonus sfingter ani. Hal ini dilakukan
untuk memastikan patensi sfingter anus dan merasakan bila ada laserasi
di bagian anus.6,12
perineum hingga saat ini masih belum dijadikan pemeriksaan rutin, namun
18
ultrasonografi endoanal dalam diagnosis ruptur perineum. Hal tersebut
penelitian yang sama juga menemukan kekurangan dari metode ini, yakni
2.8 Tatalaksana
ruptur, serta jenis alat dan bahan yang digunakan dalam tata laksana). 6
ruptur dilakukan oleh klinisi yang ahli, dan anestesi diberikan secara
pemulihan.11
19
Tujuan penjahitan ruptur perineum adalah untuk menyatukan
kembali jaringan tubuh dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu.
luka. Jahitan sebelah dalam ke arah luar, dari atas hingga mencapai
bawah laserasi. Pastikan jarak setiap jahitan sama dan otot yang terluka
agar fungsi dapat kembali normal. Ikat benang dengan membuat simpul
dalam vagina. Potong ujung benang dan sisakan 1,5 cm. Kemudian
infeksi.11
20
Gambar 3. Teknik perbaikan rupture perineum
analgesik.12
2.9 Komplikasi
luka.11
Gejala ini terjadi lebih parah pada wanita yang menjalani episiotomi
21
dibandingkan dengan mereka yang mengalami rupture spontan.
dehiscence luka dalam enam minggu pertama pasca melahirkan dan 20%
dapat berkembang pada wanita yang memiliki cedera OASIS yang tidak
perineum dan inkontinensia urin, flatal atau feses jangka panjang yang
2.10 Prognosis
diberikan tata laksana yang cepat dan tepat. Tercatat bahwa 60-80%
22
BAB III
KESIMPULAN
vagina dan kulit perineum hingga derajat 4, yakni robekan yang meluas
23
dengan non medikamentosa ataupun medikamentosa seperti antibiotik,
DAFTAR PUSTAKA
24
Persalinan Pervaginam di RS PKU Muhammadiyah Gamping.
Diakses melalui
https://www.safetyandquality.gov.au/sites/default/files/migrated/D19-
2045-Perineal-tears-lit-review-including-Commission-cover-for-
7. Cola, A., et al., 2016. Third and fourth degree perineal tears:
10. Walsh, K.A. and R.M. Grivell. 2015. Use of endoanal ultrasound for
25
11. Ramar, Cassandea., dkk. 2020. Perineal Lacerartions. Diakses
https://www.rcog.org.uk/en/guidelines-research-services/guidelines/
26