TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi Robekan Serviks
Robekan serviks adalah robekan yang terjadi pada persalinan yang
kadang-kadang sampai ke forniks, robekan biasanya terdapat pada pinggir
samping serviks malahan kadang-kadang sampai ke segmen bawah rahim
(SBR) dan membuka parametrium (UNPAD, 2005).
Robekan yang kecil-kecil selalu terjadi pada persalinan. Oleh karena
itu, robekan yang harus mendapat perhatian yaitu robekan yang dalam, yang
kadang-kadang sampai ke vornik. Robekan biasanya terdapat dipinggir
samping servik bahkan kadang-kadang sampai ke segmen bawah rahim dan
membuka parametrium. Robekan yang sedemikian dapat membuka
pembuluh-pembuluh darah yang besar dan menimbulkan perdarahan yang
hebat. Robekan semacam ini biasanya terjadi pada persalinan buatan,
ekstraksi dengan forsep ekstraksi pada letak sunsang, versi dan ekstraksi,
dekapitasi, pervorasi, dan kraniokasi terutama jika dilakukan pada
pembukaan yang belum lengkap. Robekan ini jika tidak dijahit selain
menimbulkan
menjadi
penyebab
servisitis,
Pada partus ini kontraksi uterus kuat dan sering sehingga janin didorong
keluar. Namun demikian, kontraksi uterus yang kuat disertai serviks yang
panjang serta kaku dan vagina, vulva atau perineum yang tidak teregang
dapat menimbulkan ruptur uteri ataupun laserasi yang luas pada serviks,
vagina maupun perineum.
d. Distosia bahu (Saifuddin, 2010).
1.4 Tanda dan Gejala Adanya Robekan Serviks
Tanda dan gejala yang selalu ada yaitu perdarahan segera pada saat bayi
dilahirkan berupa darah segar dan mengalir terus menerus, uterus berkontraksi
dengan baik dan plasenta lahir lengkap. Sedangkan tanda dan gejala yang
terkadang ada yaitu keadaan ibu menjadi lemah, pucat, ataupun menggigil
(Sarwono, 2010).
1.5 Patofisiologi Robekan Serviks
Serviks kaku dan his kuat
Robekan serviks
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks, sehingga serviks
seorang multipara berbeda daripada yang belum pernah melahirkan per
vaginam. Robekan serviks yang luas mengakibatkan perdarahan dan dapat
menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan yang tidak
berhenti meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus berkontraksi baik,
perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya robekan serviks uteri
(Manuaba, 2008).
1.6 Klasifikasi Robekan Serviks
a. Robekan serviks tanpa mengenai segmen bawah rahim.
b. Robekan serviks membujur sampai segmen bawah rahim.
Dimana dari kedua klasifikasi di atas penangannya yang berbeda,
robekan serviks tanpa mengenai segmen bawah rahim dapat diperbaiki
dengan melakukan ligasi untuk menghentikan perdarahan. Sedangkan
robekan serviks yang sampai mengenai segmen bawah rahim perlu dilakukan
koporesis atau hiserektomi (Manuaba, 2008).
1.7 Diagnosis Robekan Serviks
a. Palpasi uterus
Bagaimana kontraksi uterusnya apakah keras atau lembek. Pada kondisi
dengan robekan serviks ini akan ditemukan bahwa kontraksi uterus tetap
baik (keras). Dan juga diperiksa juga tinggi fundus uterinya dimana
biasanya tinggi fundus uteri akan berada di bawah pusat pada saat setelah
bayi dan plasenta lahir.
b. Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban apakah lahir
lengkap atau masih ada yang tersisa di dalam.
c. Melakukan pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat robekan serviks dan daerah
disekitar robekan. Diagnosa perlukaan serviks dilakukan dengan
pemeriksaan speculum. Bibir serviks dapat dijepit dengan cunam
atromatik. Kemudian diperiksa seara cermat sifat-sifat dari robekan
tersebut. Bila ditemukan robekan serviks yang memanjang, maka luka
dijahit dari ujung yang paling atas, terus ke bawah. Pada perlukaan
serviks yang berbentuk melingkar, dilakukan pemeriksaan dahulu apakah
sebagian besar dari serviks sudah lepas atau tidak. Jika belum lepas,
bagian yang belum lepas tersebut dipotong dari serviks. Jika yang lepas
hanya sebagan kecil saja maka dijahit lagi pada serviksnya.
d. Pemeriksaan laboratorium
Yaitu dengan melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin darah yang
mana jika kadar Hb <8 gr% maka perlu dilakukan transfusi darah.
1.8 Komplikasi Robekan Serviks
a. Komplikasi Awal
1) Perdarahan
Robekan serviks bisa menimbulkan perdarahan banyak, khususnya
bila robekan jauh ke lateral sebab di tempat tersebut terdapat ramus
desendens dari arteri uterina. Perdarahan dapat terjadi jika pembuluh
darah tidak diikat dengan baik. Pencegahannya adalah dengan
mengikat titik perdarahan ketika sedang menjahit. Pastikan bahwa
perdarahan tidak berasal dari uterus yang atonik. Terkadang
perdarahan ini sangat banyak sehingga menimbulkan syok bahkan
4
pemberian
antibiotik
profilaktik
pada
maternal
dan
robekan serviks berbeda untuk robekan serviks tanpa melalui segmen bawah
rahim dengan yang sampai melewati segmen bawah rahim. Penanganan yang
cepat dan tepat maka prognosisnya lebih baik.
1.10 Cara Menghindari Terjadinya Robekan Serviks
a. Senam kegel
Senam kegel adalah senam ringan yang bisa dilakukan selama hamil.
Caranya adalah menahan otot-otot daerah vagina dan sekitarnya seperti
menahan BAB. Manfaat dari senam kegel ini yaitu untuk melenturkan otot
vagina dan daerah sekitarnya termasuk serviks sehingga lebih elastic saat
proses persalinan.
b. Awasi peningkatan berat badan bayi
Seperti uraian di atas, robekan serviks juga dapat disebabkan karena
ukuran bayi yang terlalu besar. Untuk mengantisipasinya maka selalu
pantau dan awasi berat badan janin selama kehamilan, usahakan agar tidak
mencapai 4.000 gram atau lebih. Cara ini selain untuk menghindari
terjadinya robekan serviks dan daerah sekitarnya juga mempercepat proses
persalinan.
1.11 Penatalaksanaan Robekan Serviks
a. Penatalaksanaan secara Mandiri
1) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang kondisi dan hasil
pemeriksaan ibu saat ini yang mengalami robekan serviks.
2) Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital ibu.
3) Memastikan bahwa kontraksi uterus baik dan perdarahan berasal dari
perlukaan serviks serta memantau jumlah perdarahan.
4) Melakukan informed consent atas tindakan yang akan dilakukan.
5) Memasang infus RL atau NaCl.
6) Memantau input dan output ibu.
7) Melakukan pendokumentasian semua asuhan yang telah dilakukan
(Lisnawati, Lilis, 2011).
b. Penatalaksanaan dengan Kolaborasi
1) Melakukan transfusi darah apabila diperlukan (Jika kadar Hb <8 gr%).
2) Penatalaksanaan pemberian obat amoxicillin 500mg.
c. Penatalaksanaan Rujukan
- A (Alat)
- K (Keluarga)
- S (Surat)
- O (Obat)
- DA (Darah)
: Menyiapkan
pendonor
untuk
antisipasi
jika
10
BAB II
KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN
PADA KASUS ROBEKAN SERVIKS
Pengkajian
Tanggal : Digunakan untuk mengetahui tanggal kejadian masalah
kebidanan
Tempat
: Untuk mengetahui tempat kejadian peristiwa/masalah kebidanan.
Pengkaji : Untuk mengkaji siapa yang menangani dan bertanggungjawab
terhadap asuhan yang diberikan kepada klien pasien.
2.1 Data Subjektif
a. Biodata
Pada anamnesis ditanyakan yaitu antara lain:
11
1) Nama
2) Umur
klien lainnya.
: Perlu ditanyakan untuk mengetahui pengaruh umur
terhadap permasalahan kesehatan klien. Dalam kurun
waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa umur aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Pada
sebagian ibu pada umur <20 tahun organ reproduksinya
masih belum sempurna ditambah dengan keadaan
psikologis dan mentalnya yang belum siap dapat
beresiko mengalami partus lama. Dimana partus lama
merupakan salah satu penyebab dari terjadinya robekan
serviks. Sedangkan jika umur ibu >35 tahun maka kerja
organ-organ reproduksinya dan tenaga ibu mulai
melemah. Hal ini membuat ibu kesulitan untuk mengejan
sehingga beresiko juga mengalami partus lama yang
akan memperbesar resiko terjadi robekan serviks
3) Agama
(Amuriddin, 2009).
: Dengan diketahuinya
agama
pada
klien,
akan
agar
nasehat
kondisinya.
Dimana
jika
bidan
sesuai
pendapatannya
dengan
termasuk
6) Alamat
: Ditanyakan
dengan
maksud
untuk
mempermudah
tersebut atau tidak. Hal ini mungkin dapat mempengaruhi tingkat dan lama
penyembuhan robekan serviks baik secara langsung maupun tidak
langsung, dan penyakit tersebut dapat muncul pada saat ibu dalam masa
kehamilan seperti penyakit diabetes melitus, anemia, dan gangguan
pembekuan darah.
e. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui apakah dalam kehamilan,
persalinan, dan nifas sebelumnya klien mengalami malpresentasi janin,
makrosomia janin, persalinan lama, persalinan presipitatus, persalinan
dengan bantuan, dan apakah ada riwayat robekan serviks atau adanya
jaringan parut sebelumnya atau tidak. Hal ini dikarenakan dapat
mempengaruhi (beresiko) terhadap kejadian robekan serviks pada
persalinan berikutnya.
f. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Sekarang
Sama halnya dengan data riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
menentukan apakah ada faktor penyebab atau faktor predisposisi terhadap
kejadian robekan serviks. Seperti adanya indikasi makrosomia janin, dan
malpresentasi janin.
g. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Data ini digunakan untuk diketahui agar bisa mendapatkan gambaran
bagaimana kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari yang
adekuat guna mempercepat penyembuhan luka akibat robekan serviks dan
pemulihan kondisi klien setelah melahirkan.
1) Pola Nutrisi
Kalori pada ibu setelah melahirkan mengalami peningkatan 500 kkal
per hari dari jumlah kalori biasanya. Hal ini berfungsi untuk menjaga
kesehatan, mempercepat pengembalian alat-alat kandungan serta
membantu mempercepat penyembuhan luka-luka persalinan seperti
perlukaan pada serviks, vagina, dan perineum.
2) Pola Istirahat
14
konseling
mengenai
pola
makan
karena
dapat
Namun, terkadang juga keadaan umum ibu masih baik ataupun lemah
tergantung dari luasnya robekan dan penanganan segera yang
didapatkan. Keadaan umum ibu dikatakan:
a. Baik
Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan
dan orang lain.
b. Lemah atau buruk
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak
memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain.
2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat
melakukan
pengkajian
derajat
kesadaran
pasien
dari
keadaan
16
17
diagnosa
dan
masalah.
Masalah
tersebut
membutuhkan
18
19
20
serviks
dapat
didiagnosa
apabila
uterus
infus
RL
atau
NaCl
berguna
untuk
21
merupakan
unsure
pokok
dalam
22
apabila sudut atas luka robekan serviks tidak dapat dicocokkan atau
robekan mencapai parametrium atau perdarahan tindak segera berhenti.
Yaitu dengan dilakukannya penjahitan pada robekan serviks sesuai
prosedur. Rujukan ini dilakukan dengan prinsip BAKSOKUDA.
Rasional : Penjahitan luka akibat robekan serviks dilakukan untuk
menghentikan perdarahan dan dilakukan dengan teknik khusus
yang tepat agar tidak sampai menimbulkan inkompeten serviks
dan
menimbulkan
abortus
habitualis
atau
persalinan
prematuritas.
Evaluasi : Ibu dan keluarga bersedia dilakukan rujukan guna memperoleh
penanganan lebih lanjut.
23
DAFTAR PUSTAKA
Amuriddin, Ridwan. 2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:
EGC
Erawati, Ambar Dwi. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan Normal.
Jakarta: EGC
JNPK-KR. 2014. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta
Liliyana, dkk.2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta: EGC
Lisnawati, Lilis. 2011. Buku Pintar Bidan (Aplikasi Penatalaksanaan Gawatdarurat Kebidanan di Rumah Sakit). Jakarta: TIM
Manuaba. Ida Bagus Gde. 2008. Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi & ObstetriGinekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC
Prawiroharjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Rohani, dkk. 2011. Asuhan pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika
Saifuddin, Abdul B. 2010. Buku Pandan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
& Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sulistyawati, Ari & Nugraheny, Esty. 2013. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.
Jakarta: Salemba Medika
UNPAD. 2005. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC
Widyastuti, Palupi. 2002. Modul Hemoragi Postpartum Materi Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: EGC
Jurnal Cervical lacerations: some surprising facts. 2007 Diakses tanggal 15 Maret
2016 http://www.ajog.org/article/S0002-9378(06)02415-X/fulltext
24