Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

Pada akhir abad ke-19 terdapat arah pikiran yang dipengaruhi oleh
sosiologi dan antropologi yang sedang berkembang pesat pada saat itu. Menurut
ilmu-ilmu social ini manusia adalah terlebih-lebih hasil masyarakat di mana dia
hidup, manusia adalah terutama makhluk social daripada makhluk biologis.
Sedikit demi sedikit pandangan ini makin meresap ke dalam psikologi dan
mendewasakan psikologi, dan hal ini akhirnya mempengaruhi pula teiri
kepribadian. Salah satu teori kepribadian yang memakai cara pendekatan
psikologi social adalah Individual Psychologie yang didirikan oleh Adler. Adler
yang mula-mula berpandangan psikoanalitis akhirnya meninggalkan cara
pendekatan biologis itu dan memakai cara pendekatan psikologi social. Dalam
makalah ini kami akan menerangkan tentang pokok-pokok teori kepribadian
Alfred Adler dan aplikasinya.
B. RIWAYAT HIDUP
Alfred Adler lahir di Rudolfsheim, Wina pada tahun 1870. Alfred terlahir
dengan kondisi fisik yang lemah, sewaktu kecil Alfred sering sakit-sakitan
sehingga dia baru bisa berjalan pada usia 4 tahun. Ketika berumur 5 tahun dia
nyaris tewas akibat pneumonia1[1]. Keadaan inilah yang menjadi motivasi utama
Adler untuk menjadi seorang dokter.2[2] Dia menyelesaikan studinya dalam
lapangan kedokteran pada Universitas Wina pada tahun 18953[3]. Dari praktik
umum kedokteran, Adler selanjutnya beralih pada psikiatri, dan pada tahun 1907
dia bergabung dengan kelompok diskusi Freud. Kemampuan menonjol yang ada
pada Adler menghantar dirinya menjadi ketua Masyarakat Psikoanalisis Wina
(Vienesse Analitic Society) dan ko-editor dari terbitan organisasi ini4[4]. Namun
dia segera mengembangkan pendapatnya sendiri yang menyimpang dari pendapat

1[1]C. George Baeree, Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda


Bersama Psikolog Dunia, penerjemah, Inyiak Ridwan Muzir, (Jakarta: PRISMASOPHI,
2010), h. 133
2[2]http://12070rzg.blogspot.com/2013/04/normal-0-false-false-false.html

3[3]Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta, PT. Raja Grafindo,


1983), h. 184

4[4]http://ebekunt.wordpress.com/2010/01/29/psikologi-individual-2/
Frued serta lain-lain anggota persatuan itu, yang menyebabkan dia mengundurkan
diri dari jabatan sebagai presiden serta dari keanggotaannya dalam “Masyarakat
Psikoanalisis Wina”. Kemudian dia mendirikan aliran baru yang diberi nama
Individual Psychologie pada tahun 1911.
Sejak tahun 1935 Adler menetap di Amerika Serikat. Di sana dia
melanjutkan prakteknya sebagai ahli penyakit syaraf dan juga menjadi guru besar
dalam psikologi medis di Long Island College of Medicine. Dia meninggal di
Scotlandia pada tahun 1937, ketika sedang dalam perjalanan keliling untuk
memberikan ceramah-ceramah.
Seperti Psikoanalisis pengaruh Adler juga lekas meluas, walaupun tidal
seluas pengaruh Psikoanalisis terutama karena Adler dengan pengikut-
pengikutnya mempraktekkan teorinya dalam lapangan pendidikan. Pendapat-
pendapat Adler tetap terpelihara dan bertambah luas berkat adanya “The American
Society of Individual Psychology” yang mempunyai majalah tersendiri, yaitu: The
American Journal of Individual Psychology. Sebagai penulis, Adler cukup
produktif, salah satu hasil karyanya yang oleh para ahli dianggap respresentatif
ialah: Praxis und Theorie der Individual Psychology.
C. INDIVIDUAL PSYCHOLOGY
Psikologi individual dikembangkan oleh Alfred Adler dan pengikutnya
antara lain adalah Rudolph Drekurs, Martin Son Tesgard, dan Donal Dinkmeyer.
Aliran Psikologi Individual dikenal dengan nama Adlerian Counseling. Adler
mengatakan bahwa seorang tidaklah dikendalikan semata-mata untuk memenuhi
kesenangannya sendiri tetapi sebaliknya, seseorang dimotivasi oleh rasa tanggung
jawab sosial dan kebutuhan untuk berhasil. Adler benar-benar berbicara tentang
hubungan sosial, yang mana Individu sibuk mengejar realisasi diri yang dapat
mendukung dirinya untuk membuat dunia lebih baik dalam menempatkan hidup.
Inilah yang menjadi dasar pemikiran dari teori psikologi individual. Perbedaan
prinsip Adler deng Freud adalah sebagai berikut:
1. Freud memandang komponen kehidupan yang sehat adalah kemampuan
“mencintai dan berkarya”. Bagi Adler masalah hidup selalu bersifat social. Fungsi
hidup sehat bukan hanya mencintai dan berkarya, tetapi juga merasakan
kebersamaan dengan orang lain dan memperdulikan kesejahteraan mereka.
Manusia dimotivasi oleh dorongan social, bukan dorongan seksual. Cara orang
memuaskan kebutuhan seksual ditentukan oleh gaya hidupnya, bukan sebaliknya
dorongan seks yang mengatur tingkahlaku. Freud mementingkan seks sedang
Adler menekankan minat social.
2. Freud memandang kepribadian sebagai proses biologic-mekanistik, sedang Adler
termasuk pelopor ego kreatif.
3. Adler menekankan adanya keunikan pribadi. Setiap pribadi merupakan
konfigurasi unik dari motif-motif, sifat, minat, dan nilai-nilai; setiap perbuatan
dilakukan orang secara khas gaya hidup orang itu.
4. Adler memandang kesadaran sebagai pusat kepribadian, bukan ketidaksadaran.
5. Adler keras berpendapat bahwa semua kehidupan selalu bergerak.5[5]
D. POKOK-POKOK TEORI ADLER
Teori Adler dapat dipahami lewat pengertian-pengertian pokok yang
dipergunakan untuk membahas kepribadian. Adapun pengertian-pengertian pokok
dalam teori Adler itu adalah seperti yang dikemukakan berikut ini.
1. Kesatuan (Unity) Kepribadian
Adler memilih nama Psikologi individual dengan harapan dapat
menekankan keyakinan bahwa setiap orang itu unik dan tidak dapat dipecah-
pecah. Menurut Adler tiap orang adalah suatu konfigurasi motif-motif, sifat-sifat,
serta nilai-nilai khas tiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang membawakan
corak khas gaya kehidupannya yang bersifat individual.6[6]
- Logat Organ (Organ Dialect)
Uniti kepribadian bukan hanya kesatuan aspek-aspek kejiwaan tetapi meliputi
keseluruhan organ tubuh. Contoh seorang remaja yang patuh kepada orang
tuanya, ngompol pada suatu malam. Itu adalah pesan bahwa dia tidak ingin
mengikuti keinginan orang tuanya. Adler menyimpulkan bahwa organ tubuh dapat
mengatakan secara lebih jelas disbanding dengan kalimat yang diucapkan.
- Kesadaran dan Tak Sadar
Menurut Adler, tingkahlaku tak sadar adalah bagian tujuan final yang belum
diformulasi dan difahami secara jelas. Fikiran sadar adalah apa saja yang difahami
dan diterima individu dapat membantu perjuangan menjadi sukses. Apa saja yang
dianggap tidak membantu akan ditekan ke tak sadar adler memakai ilusi mahkota

5[5]Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM Press, 2009), h. 64.

6[6]Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, h. 185


pohon dan akar, keduanya berkembang kearah yang berbeda untuk mencapai
tujuan kehidupan yang sama.
2. Perjuangan menjadi sukses atau superior
Adler yakin bahwa individu memulai hidup dengan kelemahan fisik yang
mengaktifkan perasaan inferior, perasaan yang menggerakkan orang untuk
berjuang menjadi superiorita atau untuk sukses. Individu yang secara psikologis
kurang sehat berjuang untuk menjadi pribadi yang superior, dan individu yang
secara psikologis sehat termotivasi untuk mensukseskan umat manusia. Pada teori
finalnya, Adler membatasi perjuangan menjadi superior sebagai milik orang
neorotik yang berjuang untuk menjadi pribadi yang lebih superior dibanding
orang lain dan mengenalkan istilah ”perjuangan menjadi sukses” untuk orang
yang sehat yang berjuang mencapai kesempurnaan bagi semua orang- perjuangan
yang dimotivasi oleh minat social yang sudah berkembang. Perjuangan bisa jadi
mempunyai motivasi yang berbeda, tetapi semuanya diarahkan menuju tujuan
final (final goal).
- Tujuang Final yang Semu (Fictional Final Goal)
Merut Sdler, tingkahlaku ditentukan oleh persepsi harapan yang mungkin dicapai
di masa dating, bukan oleh apa yang sudah dikerjakan di masa lalu. Konsep Adler
ini dipengaruhi oleh Filsafat “as if” yakni; bahwa manusia hidup dengan berbagai
macam fikiran dan cita-cita yang semata-mata bersifat fiktif, tidak ada dalam
kenyataan. Misalnya pernyataan “semua manusia diciptakan sama”jelas tidak
benar, namun dapat membimbing tingjkah laku orang untuk berjuang membuat
pernyataan itu menjadi “benar”. Dalam dinamika kepribadian keyakinan fiktif
semacam itu memungkinkan manusia dapat menghadapi realitas dengan lebih
baik.7[7]

Adler menemukan gagasan bahwa manusia lebih di dorong oleh harapan-


harapannya terhadap masa depan daripada pengalaman-pengalaman masa
lampaunya. Meskipun Adler mangakui bahwa masa lalu adalah penting, namun ia
mengganggap bahwa yang terpenting adalah masa depan. Yang terpenting bukan
apa yang telah individu lakukan, melainkan apa yang akan individu lakukan
dengan diri kreatifnya itu pada saat tertentu. Dikatakannya, tujuan akhir manusia

7[7]Alwisol, Psikologi Kepribadian, h. 65


akan dapat menerangkan perilaku manusia itu sendiri. Misalkan, seorang
mahasiswa yang akan masuk perguruan tinggi bukanlah didukung oleh
prestasinya ketika di Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah, melainkan tujuannya
mencapai gelar tersebut. Usaha mengikuti setiap tingkat pendidikan adalah bentuk
tujuan semunya, sebab kedua hal tidak menunjukkan sesuatu yang nyata,
melainkan hanya perangkat semu yang menyajikan tujuan yang lebih besar dari
tujuan-tujuan yang lebih jauh pada masa datang.
3. Pengamatan Subyektif (Subjective Perceptions)
Tujuan final yang fiktif bersifat subyektif, artinya orang menetapkan
tujuan-tujuan untuk diperjuangkan berdasarkan interpretasinya tentang fakta,
bukan berdasarkan fakta itu sendiri. Kepribadian manusia dibangun bukan oleh
realita, tetapi oleh keyakinan subyektif orang itu mengenai masa depannya.
Manusia secara sadar mengalami perasaan inferior dan termotivasi untuk
mengonpensasi inferioritas yang dirasakannya menyakitkan ini.8[8] Adler
berpendapat, bahwa rasa rendah diri itu bukanlah suatu pertanda ketidaknormalan,
melainkan justru merupakan pendorong bagi segala perbaikan dalam kehidupan
manusia. Tentu saja dapat juga rasa rendah diri itu berlebih-lebih sehingga
manifestasinya juga tidak normal, misalnya timbul kompleks rendah diri atau
kopleks untuk superior. Tetapi dalam keadaan normal rasa rendah diri itu
merupakan pendorong ke arah kemajuan atau kesempurnaan (superior). Bagi
Adler tujuan manusia bukanlah mendapatkan kenikmatan, akan tetapi mencapai
kesempurnaan.9[9]
4. Minat Sosial (social Interest)
Interest social adalah sikap keterkaitan diri dengan kemanusiaan secara
umum, serta empati kepada setiap anggota orang per-orang. Wujudnya adalah
kerjasama dengan orang lain untuk memajukan social alih-alih untuk kepentingan
pribadi. Menurud Adler, interes social adalah bagian dari hakekat manusia dan
dalam besaran yang berbeda muncul pada tingkahlaku setiap orang. Interest
sosiallah yang membuat orang mampu berjuang mengejar superioritas dengan
cara yang sehat dan tidak tersesat ke salah suai. Semua kegagalan neuritik, psiotik,
8[8]Daniel Cervone dkk., Kepribadian: Teori dan Penelitian, terj. Aliya Tusyani
dkk., (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), h. 168.

9[9]Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, h. 188


kriminal, pemabuk, bunuh diri adalah kegagalan karena mereka kurang memiliki
minat sosial.
5. Gaya hidup (Style of Life)
Dengan konsep gaya hidup ini, Adler menjelaskan keunikan manusia.
Setiap orang memiliki tujuan, merasa inferior, berjuang menjadi superior, dan
dapat mewarnai atau tidak mewarnai usaha superiornya dengan minat social.
Namun setiap orang melakukannya dengan gaya hidup yang berbeda-beda. Gaya
hidup adalah cara yang unik dari setiap orang dalam berjuang mencapai tujuan
khusus yang telah ditentukan orang itu dalam kehidupan tertentu dimana dia
berada.10[10] Jumlah gaya hidup sebanyak jumlah orang didunia. Misalnya,
seseorang mungkin berusaha menjadi superior dalam kekuatan dan kemampuan
fisik, dan orang lain mungkin berusaha berprestasi secara intelektual.
6. Diri yang Kreatif
Diri yang kreatif adalah faktor yang sangat penting dalam kepribadian
individu, sebab hal ini dipandang sebagai penggerak utama, sebab pertama bagi
semua tingkah laku. Dengan prinsip ini Adler ingin menjelaskan bahwa manusia
adalah seniman bagi dirinya. Ia adalah yang menafsirkan kehidupannya. Individu
menciptakan struktur pembawaan, menafsirkan kesan yang diterima dari
lingkungan kehidupannya, mencari pengalaman yang baru untuk memenuhi
keinginan untuk superior, dan meramu semua itu sehingga tercipta diri yang
berbeda dari orang lain, yang mempunyai gaya hidup sendiri, namun diri kreatif
ini adalah tahapan di luar gaya hidup. Diri kreatif membuat sesuatu yang baru
yang berbeda dari sebelumnya, yakni kepribadian yang baru. Individu mencipta
dirinya.
E. APLIKASI
1. Keadaan Keluarga
Dengan berfokus pada struktur social dan observasi yang tajam (baik
terhadap masa kecilnya sendiri maupun masa kecil orang lain), Adler menjadi
yakin akan pentingnya urutan kelahiran dalam menentukan karakteristik
kepribadian.11[11] Dalam terapi Adler hamper selalu menanyai kliennya mengenai

10[10]Alwisol, Psikologi Kepribadian, h. 73

11[11]Howard S. Friedman dkk, Kepribadian: Teori Klasik dan Riset Modern,


terj. Fransiska Dian Ikarini dkk., (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 140
keadaan keluarga, yakni; urutan kelahiran, jenis kelamin dan usia saudara-saudara
sekandung.12[12]
Ciri Kepribadian Menurut Urutan Kelahiran
Anak Sulung Anak Kedua Anak Bungsu Anak
Tunggal
Situasi Dasar
Menerima Memiliki model Memiliki banyak Menerima
perhatian tidak atau perintis, model, menerima perhatian
terpecah dari yakni kakaknya. banyak perhatian, tidak terpecah
orang tua. walaupun berbagi, dari orang tua
Harus berbagi tidak berybah
Turun tahta perhatian sejak sejak awal. Cenderung
akibat awal cukup dengan
kelahiran adik, Sering dimanja orang tuanya
dan harus Sering
berbagi dimanja
perhatian
Dampak Positif
Bertanggung Motivasi tinggi. Sering Masak social
jawab, Memiliki interes mengungguli
melindungi social. semua
dan Lebih mudah saudaranya.
memperhatikan menyesuaikan diri Ambisius yang
orang lain. dibandingkan realistic.
Organisator kakaknya.
yang baik Kompetisi yang
sehat.
Dampak Negatif
Merasa tidak Pemberontak dan Merasa inferior Ingin menjadfi
aman, takut pengiri permanan, dengan siapa saja, pusat
tiba-tiba Cenderung Tergantung perhatian,
kehilangan berusaha keepada orang Takut bersaing
nasib baik. mengalahkan lain, dengan orang
Pemarah, orang lain , Ambisi yang tidak lain,
pesimistik, Kompetitif realistic Merasa
konservatif, berlebihan Gaya hidup manja dirinya benar
perhatian pada Mudah kecil hati, dan setiap
aturan dan Sukar berperan tantangan
hukum. sebagai pengikut, harus
Berjuang untuk disalahkan,
diterima. Perasaan
Tidak kejasama
kooperatif,m rendah,
senang Gaya hidup
mengkritik manja

12[12]Alwisol, Psikologi Kepribadian, h. 79


orang lain.

2. Ingatan Masa Kecil


Untuk memperoleh pemahaman terhadap kepribadian pasien, Adler akan
meminta mereka untuk mengungkapkan ingatan masa kecil mereka. Walaupun
Adler berpendapat bahwa ingatan yang diungkap kembali akan memberikan
petunjuk untuk memahami gaya hidup pasien, ia tidak menganggap bahwa
ingatan-ingatan ini mempunyai dampak kausal (sebab akibat).13[13] Adler yakin
bahwa ingatan akan pengalaman masa kecil sesungguhnya dibentuk oleh gaya
hidup yang dijalani seseorang.
3. Mimpi
Walaupun Adler percaya bahwa ia bisa dengan mudah
menginterpretasikan mimpinya, ia menyatakan bahwa kebanyakan mimpi itu
bersifat menipu dan tidak mudah dipahami oleh si pemimpi. Semakin tidak
konsisten tujuan seseorang dengan realitas, semakin besar kemungkinan mimpi
orang tersebut digunakan untuk mengecoh diri. Mimpi membuka selubung
tentang gaya hidup seseorang, tetapi mimpi mengecoh si pemimpi dengan
menyajikan sesuatu pencapain dan kekuasaan yang tidak realistis dan berlebihan.14
[14]
4. Psikoterapi
Teori Adlerian memberikan dalil bahwa psikopatologi berasal dari
kurangnya keberanian, perasaan inferior yang berlebihan, dan minat social yang
kurang berkembang. Jadi, tujuan utama psikoterapi Adlerian adalah untuk
meningkatkan keberanian, memperkecil perasaan inferior, dan menumbuhkan
minat social.15[15]
F. Kesimpulan
Adler berpendapat bahwa manusia pertama-tama dimotivasi oleh
dorongan-dorongan sosial. Teori psikologi individual Adler ini, memang lebih
banyak berupaya menyadarkan manusia, bahwa ia merupakan mahluk yang

13[13]Jess Feist dan Gregory J. Feist, Teori Kepribadian, terj. Handriatno,


(Jakarta: Salemba Humanika, 2010), h. 103.

14[14]Jess Feist dan Gregory J. Feist, Teori Kepribadian, h. 104

15[15]Jess Feist dan Gregory J. Feist, Teori Kepribadian, h. 105


berdaya dan memiliki rasa sosial yang dalam, sehingga itu pulalah ia dapat
“survive” dalam menjalani hidup. Teori ini pula, memiliki kekuatan dalam hal
memprediksi perilaku manusia melalui tujuan semu atau akhir dari perilaku yang
diperbuatnya, sebagai tujuan akhir yang merupakan gambaran dari diri manusia
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press. 2009.

Baeree, C. George. Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog

Dunia. Terj. Inyiak Ridwan Muzir. Jakarta: PRISMASOPHI, 2010.

Cervone, Daniel dkk.. Kepribadian: Teori dan Penelitian. Terj. Aliya Tusyani dkk.,

.Jakarta: Salemba Humanika, 2011.

Feist, Jess dan Feist, Gregory J.. Teori Kepribadian. Terj. Handriatno. Jakarta: Salemba

Humanika, 2010.

Friedman, Howard S. dkk.. Kepribadian: Teori Klasik dan Riset Modern. Terj. Fransiska

Dian Ikarini dkk.. Jakarta: Erlangga, 2006.

Suryabrata, Sumadi. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1983.

Anda mungkin juga menyukai