Anda di halaman 1dari 27

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN JUNI 2023


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

“LETAK SUNGSANG”

OLEH

FITRAH AMALIA
105501107921

PEMBIMBING

dr.Hj.Andi Fatimah.Sp.OG

Dibawakan Dalam Rangka Kepaniteraan Klinik Bagian


Ilmu Kesehatan Obstetri dan Ginekologi

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2023

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : FITRAH AMALIA

NIM :105501107921

Judul Referat : Letak Sungsang

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Ilmu Kesehatan
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Juni 2023

Pembimbing,

dr.Hj.Andi Fatimah.Sp.OG

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan referat ini dapat diselesaikan. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Besar Nabi Muhammad SAW. Karena
beliaulah sebagai suritauladan dalam kehidupan dunia ini.

Referat dengan judul “Letak Sungsang” ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat
pada waktunya sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di
Bagian Ilmu Bedah. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih yang mendalam
kepada dr.Hj.Andi Fatimah, Sp.OG selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan
waktu dengan tekun dan sabar dalam membimbing, memberikan arahan dan koreksi
selama proses penyusunan tugas ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa penyusunan referat ini belum sempurna adanya dan
memiliki keterbatasan tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga
dapat berjalan dengan baik. Akhir kata, penulis berharap agar referat ini dapat memberi
manfaat kepada semua orang.

Makassar, Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPU

L
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Tujuan penulisan.........................................................................................................2

1.3 Metode penulisan.........................................................................................................2

BAB II

TINJAUN PUSTAKA...............................................................................................................3

2. 1 DEFINISI....................................................................................................................3

2. 2 EPIDEMIOLOGI........................................................................................................3

2. 3 ETIOLOGI..................................................................................................................4

2. 4 KLASIFIKASI............................................................................................................7

2. 5 DIAGNOSIS................................................................................................................8

2. 6 TATALAKSANA.....................................................................................................10

2. 7 KOMPLIKASI..........................................................................................................19

2. 8 PROGNOSIS.............................................................................................................21

BAB III

KESIMPULAN........................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelahian bayi adalah: periode dari awian kontraksi uterus yang regular
sampai ekspulsi plasenta. Proses terjadinya hal ini secara normal disebut
persalinan (labor) adalah suatu istila yang pada konteks obstetri mengambil
beberapa konotasi dari bahasa inggri.1
Persalinan letak sungsang merupakan suatu kelainan patologis, dimana janin
dilahirkan letak memanjang dengan kepala berada di fundus uteri dan bokong
berada dibagian bawah kavum uteri. Persalinan letak sungsang adalah salah satu
penyulit persalinan yang dapat menyebabkan kematian janin.2
Kondisi klinis persalinan letak sungsang meliputi kondisi yang dapat
meningkatkan mortalitas janin atau mempengaruhi polaritas vertical rongga
rahim. Persalinan letak sungsang terjadi pada 3-4% dari semua kehamilan cukup
bulan. Presentase letak sungsang lebih tinggi terjadi pada usia kehamilan yang
kurang lanjut. Pada 32 minggu 7% janin adalah sungsang dan 28 minggu atau
kurang adalah sungsang secara khusus. Tingkat kekambuhan untuk kehamilan
kedua hampir 10% dan untuk kehamilan berikutnya 27%. 2,3
Penyebab letak sungsang adalah fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak
baik atau tidak ada. Janin mudah bergerak seperti pada hidramnion,multipara,
janin kecil, gemelli, kelainan uterus seperti uterus aruatus, mioma uteri. Adapun
letak sungsang dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu, Frank breech
(bokong murni) , Complete breech (bokong-kaki), Footling (presentasi kaki). 2,4
Letak sungsang ditegakkan berdasarkan keluhan subjektif dan pemeriksaan
fisik atau penunjang yang telah dilakukan. Dari anamnesis didapatkan kalau ibu
hamil akan merasakan dada terasa sesak dan gerakan janin lebih banyak di bagian
bawah rahim. Sedangkan dari pemeriksaan fisik leopold akan ditemukan dari
Leopold I di fundus akan teraba bagian bulat dan keras yakni kepala, Leopold II
teraba punggung dan bagian terkecil pada sisi samping perut ibu, Leopold III-IV
teraba bokong di segmen bawah rahim.

1
1.2 Tujuan penulisan
Penulisan referat ini bertujuan untuk:
1. Memahami definsi, etiologi, faktor risiko, klaisifikasi, mendiagnosis letak
sungsang, tatalsana, komplikasi dan juga prognosis dari letak sungsang
2. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah dibidang kedokteran

1.3 Metode penulisan


Referat ini menggunakan metode tinjauan kepustakaan dengan mengacu kepada
beberapa literatur dan teks book

2
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2. 1 DEFINISI
Presentasi bokong (Sungsang) didefinisikan bila janin dalam posisi membujur dengan
bokong berada di uterus bagian bawah sedangkan kepala di bagian atas.4
Pada letak bokong kepala janin teraba dibagian fundus uteri, sedangkan bokong teraba
di bagian bawah ibu (daerah pelvis).5
Persalinan letak sungsang merupakan suatu kelainan patologis, dimana janin
dilahirkan letak memanjang dengan kepala berada di fundus uteri dan bokong berada
dibagian bawah kavum uteri. Persalinan letak sungsang adalah salah satu penyulit
persalinan yang dapat menyebabkan kematian janin.2
Letak sungsang adalah janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim
dengan kepala berada di fundus dan bokong di bawah. Persalinan pada bayi dengan
presentasi sungsang dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala
berada pada fundus uteri sedangkan bokong merupakan bagian terbawah atau di
bagian pintu atas panggul.6
Dikenal beberapa enis letak sungsang, yakni: presentasi bokong, presentasi bokong-
kaki sempurna, presentasi bokong-kaki tidak sempurna dan presentasi kaki, Kelainan
letak sungsang ini sangat mempengaruhi peningkatan morbiditas dan mortalitas
perinatal.7
Letak sungsang adalah janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan
bokong dibagian bawah kavum uteri.3

2. 2 EPIDEMIOLOGI
Persalinan letak sungsang terjadi pada 3-4% dari semua kehamilan cukup bulan.
Presentase letak sungsang lebih tinggi terjadi pada usia kehamilan yang kurang lanjut.
Pada 32 minggu 7% janin adalah sungsang dan 28 minggu atau kurang adalah
sungsang secara khusus. Tingkat kekambuhan untuk kehamilan kedua hampir 10%
dan untuk kehamilan berikutnya 27%.5
Secara keseluruhan letak sungsang terjadi pada 3%-4% dari kehamilan tunggal,
namun memiliki insiden lebih tinggi pada kehamilan multiple (25% dari kembar
pertama dan 50% dari kembar kedua adalah sungsang). Di Indonesia dilaporkan
prognosis dan kelainan letak ini mengakibatkan kematian anak ± 14%, jika kematian

3
karena prematuritas dikurangi kematian anak dengan letak sungsang tetap tiga kali
lebih besar dari pada kematian anak dengan letak kepala. Frekuensinya adalah 34%
pada persalinan yang merupakan kelainan presentasi yang paling sering dijumpai,
prognosis pada bayi akibat persalinan presentasi sungsang ini jauh lebih jelek
dibanding dengan persalinan presentasi kepala.7
Persalinan letak sungsang terjadi pada 3-4% dari semua kehamilan cukup bulan.
Presentase letak sungsang lebih tinggi terjadi pada usia kehamilan yang kurang lanjut.
Pada 32 minggu 7% janin adalah sungsang dan 28 minggu atau kurang adalah
sungsang secara khusus. Tingkat kekambuhan untuk kehamilan kedua hampir 10%
dan untuk kehamilan berikutnya 27%.8
Dalam seluruh persalinan terjadi 3-4% letak sungsang. Kejadian presentasi bokong
berkisar antara 25-30% ketika umur kehamilan 28 minggu dan presentasi kepala
terjadi pada usia kehamilan 34 minggu . Di Indonesia angka kejadian letak sungsang
sekitar 3±5 % dari seluruh persalinan tunggal. Insiden persalinan letak sungsang
meningkat pada kehamilan ganda.9,10
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) memaparkan penyebab kematian neonatal dini (0-
6 hari) adalah asfiksia (3%), prematuritas (34%), dan sepsis (12%), sedangkan
penyebab kematian neonatal terlambat (7-28 hari) adalah sepsis (20,5%), kelainan
kongenital (19%), pneumonia (17%), sindrom gangguan pernapasan / RDS (14%),
dan prematuritas (14%).(1) Kematian bayi karena persalinan dengan presentasi
sungsang antara 10-20%, sedangkan 10% pada presentasi kepala. Kehamilan dengan
presentasi sungsang merupakan satu dari empat indikasi utama untuk seksio sesarea di
seluruh dunia.11

2. 3 ETIOLOGI
Adapun penyebab presentasi bokong (letak sungsung) antara lain:
1. Dari faktor janin, antara lain :

 Gemeli (kehamilan ganda)


Kehamilan dengan dua janin atau lebih dalam rahim, sehingga menyebabkan
terjadinya perebutan tempat. Setiap janin berusaha mencari tempat yang
lebih nyaman, sehingga ada kemungkinan bagian tubuh yang lebih besar
(yakni bokong janin) berada di bagian bawah rahim.

4
Secara teori dapat dipahami bahwa gemelli membatasi gerakan perputaran
janin pada masa kehamilan yang diperparah oleh faktor risiko lainnya
sehingga kejadian janin letak sungsang menjadi lebih besar
kemungkinannya.
 Hidramion (kembar air)
Didefinisikan jumlah air ketuban melebihi normal (lebih 2000 cc) sehingga
hal ini bisa menyebabkan janin bergerak lebih leluasa walau sudah memasuki
trimester ketiga.
 Hidrocepalus
Keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalis dalam ventrikel
otak, sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan
ubun-ubun. Karena ukuran kepala janin terlalu besar dan tidak dapat
berakomodasi dibagian bawah uterus, maka sering ditemukan dalam letak
sungsang.
Kelainan bentuk kepala seperti hydrocephalus, anencephalus, karena kepala
kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul dan dapat membatasi
kemampuan janin untuk mengambil bentuk presentasi kepala.
 Prematuritas
Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relative
lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa.
Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,
letak sungsang atau letak lintang.
 Oligohidromnion
Cairan amnion merupakan media yang memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa terutama pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu,
memerlukan cairan amnion (air ketuban) yang cukup agar janin dapat
menempatkan diri dalam presentasi kepala. Bila cairan amnion ini relatif
kurang (oligohidramnion), maka gerakan janin dalam uterus tidak begitu
memungkinkan janin menempatkan diri dalam presentasi kepala, sehingga
probabilitas terjadinya letak sungsang menjadi lebih besar.
 Keadaan tali pusat yang melilit.2,5,7

5
2. Dari Faktor Ibu, diantaranya :

 Plasenta praevia
Keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada
segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir (osteum uteri internal). Akibatnya keadaan ini menghalangi
turunnya kepala janin ke dalam pintu atas panggul sehingga janin berusaha
mencari tempat yang lebih luas yakni dibagian atas rahim.
 Panggul sempit
Sempitnya ruang panggul mendorong janin mengubah posisinya menjadi
sungsang. Panggul sempit juga dapat meningkatkan kejadian letak sungsang
karena menyulitkan terjadinya janin letak kepala pada proses perputaran
janin selama masa kehamilan.
 Multiparitas
Adalah ibu/ wanita yang pernah melahirkan bayi viable beberapa kali (lebih
dari 4 kali), sehingga rahimnya sudah sangat elastis, keadaan ini membuat
janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-37 dan seterusnya.
Multiparitas merupakan salah satu faktor risiko yang berhubungan dengan
janin letak sungsang. Keadaan ini dapat dimengerti karena pada kehamilan
pertama plasenta tumbuh pada lokasi tertentu dan meninggalkan jaringan
sikatriks, sehingga pada kehamilan berikutnya perlu mencari lokasi baru
untuk implantasi plasenta.
 Kelainan uterus (seperti uterus arkuatus, uterus bikornis, mioma uteri)
Adanya kelainan didalam uterus akan mempengaruhi posisi dan letak janin
dalam rahim, janin akan berusaha mencari ruang / tempat yang nyaman.
 Usia > 35 tahun
Faktor usia lebih dari 35 tahun berhubungan dengan mulainya terjadi
regenerasi sel-sel tubuh terutama dalam hal ini adalah endometrium akibat
usia biologis jaringan dan adanya penyakit yang dapat menimbulkan
kelainan letak. 5,7

2. 4 KLASIFIKASI
Ada 3 klasifikasi utama pada presentasi bokong, yaitu:

6
1. Frank breech (bokong murni) apabila bagian bawah janin adalah bokong saja
tanpa disertai lutut atau kaki. Terjadi ketika kedua paha janin fleksi dan
ekstremitas bawah ekstensi, sehingga letak telapak kaki mendekati kepala

2. Complete breech (bokong-kaki) apabila bagian bawah janin adalah bokong


lengkap disertai kedua paha yang tertekuk atau kedua lutut tertekuk (duduk
dalam posisi jongkok).

3. Footling (presentasi kaki) apabila bagian bawah janin adalah kaki atau paha.
Bisa satu kaki atau kedua kaki, bisa kaki dan paha atau kedua lutut.

Pada saat aterm 65% adalah Frnk breech, 25% complete breech dan 10%
footling.1,4

7
Gambar 2.4 klasifikasi letak sungsang

2. 5 DIAGNOSIS
Letak sungsang ditegakkan berdasarkan keluhan subjektif dan pemeriksaan fisis
obstetri dan penunjang yang telah dilakukan.
a. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan kalau ibu hamil akan merasakan dada terasa sesak dan
gerakan janin lebih banyak di bagian bawah abdomen.2,5

b. Pemeriksaan fisis obstetri


Pada pemeriksaan luar (pemeriksaan abdomen)
Tinakan manuver, leopold merupakan teknik untuk memastikan persentasi janin

- Pemeriksaan Leopold:
 Leopold I di fundus akan teraba bagian bulat, keras, melenting dan
balotemen positif yakni kepala,
 Leopold II teraba punggung pada salah satu sisi abdomen ibu dan
bagian terkecil pada sisi lainnya perut ibu,
 Leopold III-IV teraba besar bulat lunak, dan tidak mudah digerakkan
(bokong) di segmen bawah uterus.
- Denyut jantung janin umumnya ditemukan setinggi atau sedikit di atas
umbilikus. 1,4

c. Pada pemeriksaan dalam :


1. Pesentasi frank breech
o Tuberositas ischiadicum, sacrum dan anus biasanya dapat dipalpasi pada
presentasi frank breech (bokong murni), tetapi posisi kaki tidak dapat
dinilai. Setelah penurunan janin lebih jauh, organ genitalia eksterna juga
dapat diidentifikasi. Pada proses yang lama, bokong akan menjadi edema
sehingga sulit untuk dibedakan dengan muka.
Dalam beberapa kasus, anus dapat disalahartikan sebagai mulut, dan
tuberositas ishiadika sebagai malar eminensia (zygomatic process). Namun

8
dengan pemeriksaan yang cermat, pada perabaan anus akan dirasakan
kontraksi muskulus sfingter ani, sedangkan pada perabaan mulut akan
didapatkan rahang yang keras dan kurang lentur. Pada jari akan terdapat
mekonium jika dikeluarkan dari anus.
o Untuk membedakan bokong dan muka, jika jari yang dimasukkan ke dalam
mulut akan meraba tulang rahang.
o Mulut dan eminentia malar membentuk suatu segitiga, sedangkan
tuberositas ischiadicum an annus terletak dalam satu garis lurus.
2. Complete breech (bokong-kaki)
Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba di samping
bokong, sedangkan pada presntasi bokong kaki tidak sempurna, hanya
teraba satu kaki di samping bokong
3. Footling (presentasi kaki)
o Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki
terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya
tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama
dengan panjang telapak tangan.1,4,12

d. Pemeriksaan penunjang
o Pemeriksaan USG:

Peranan USG dalam diagnosis presentasi bokong adalah sebagai berikut:

a. Mengkonfirmasi diagnosis klinis – khusunya pada primigravida dengan


frank breech atau uterus yang menegang dan uterus yang irritable.
b. Mendeteksi kelainan kongenital janin – dan juga kelainan kongenital
uterus.
c. Menentukan tipe presentasi bokong - (complete/incomplete).
d. Mengukur – diameter biparietal, usia gestasional, taksiran berat janin.
e. Menentukan letak plasenta.
f. Mengevaluasi volume cairan amnion – penting untuk ECV.

9
g. Menentukan posisi kepala – fleksi atau hiperekstensi. Hiperekstensi kepala
janin (stargazer fetus atau flying fetus) merupakan kondisi dimana tulang
mandibula janin membentuk sudut >150o terhadap sumbu memanjang
vertebra servikalis. Kondisi ini merupakan kontra-indikasi persalinan
pervaginam karena berisiko cedera medulla spinalis leher.

o Sonografi
Konfirmasi terbaik pada dugaan adanya presentasi bokong adalah dengan
pemeriksaan sonografi. Pemeriksaan ini juga memberikan informsi mengenai
jenis sungsang dan sudut leher.1

2. 6 TATALAKSANA
Persalinan dengan letak sungsang dapat dilakukan per-vaginam apabila pasien bukan
merupakan primigravida tua, nilai sosial janin tinggi (high social value baby), riwayat
persalinan tidak buruk (bad obstetric history), janin tidak besar (tidak lebih dari 3,5
kg), tidak adanya kesempitan panggul dan tidak prematurita.13

 Penatalaksaan letak sungsang antepartum


Penatalaksanaan letak sungsang pada usia kehamilan sekitar 7-7,5 bulan adalah
dengan melakukan senam hamil utuk pengubahan letak janin sungsang, yaitu
dengan melakukan knee chest position. Tujuannya membenarkan posisi sungsang
janin ke arah posisi presentasi kepala secara alamiah, dengan pertimbangan kepala
lebih berat dari bokong sehingga dengan hukum alam akan mengarah ke arah
pintu atas panggul. Letak sungsang dapat diatasi dengan melakukan senam hamil
utuk pengubahan letak janin sungsang, yaitu dengan melakukan knee chest
position pada usia kehamilan kurang dari 32 minggu dan jika lebih dari 32
minggu dilakukan versi luar . Versi luar adalah tindakan dari luar yang dikerjakan
dengan dua tangan untuk mengubah/memperbaiki presentasi janin.14

a. Versi luar atau Extrernal Cephalic Version (ECV)


 Indikasi – pada kehamilan yang telah mencapai usia gestasi 37 minggu.

10
 Kontraindikasi – pada perdarahan anterpartum (plasenta previa atau
solusio plasenta, hiperekstensi kepala, janin besar (>3,5 kg), kelainan
kongenital (mayor), janin mati, IUGR, kehamilan multiple, rupture
membrane, kelainan kongenital pada uterus, KTG abnormal, kontraksi
pelvis, riwayat operasi sesar sebelumnya, pre-eklampsia berat, obesitas,
primigravida usia tua, bad obstetric history (BOH), oligohidramnion,
isoimunisasirhesus.
 Keuntungan – menurunkan risiko presentasi bokong pada hamil tua
(term), menurunkan risiko persalinan presentasi bokong (pervaginam/SC)
dan komplikasinya, dan menurunkan risiko persalinan SC hingga 5%.
Komplikasi – solusio placenta, persalinan preterm, fetal compromise,
jarang: ruptur uteri, perdarahan fetomaternal, alloimunisasi, emboli cairan
amnion, dan kematian janin.
 Teknik – ibu diposisikan miring ke kiri untuk menyokong perfusi
uteroplasenta dan posisi trendelenburg yang membantu selama elevasi
bokong. Putaran ke depan biasanya dilakukan terlebih dulu. Satu atau dua
pemeriksa mungkin mungkin dibutuhkan untuk membantu memegang
bagian kepala. Bokong janin kemudian dielevasi dari panggul dan digeser
ke lateral. Bokong kemudian diarahkan dengan lembut ke arah fundus,
sementara kepala secara simultan diarahkan ke panggul. Jika putaran ke
depan tidak berhasil, dapat dilakukan putaran ke belakang. Selama
prosedur, denyut jantung janin janin dipantau melalui USG. Selama
prosedur, tokolitik (terbutaline dan ritodrine) dan/atau analgetik regional
(epidural/spinal) mungkin dibutuhkan untuk relaksasi uterus dan terbukti
meningkatkan angka keberhasilan 12,15

Gambar 2.5 Prosedur Versi Luar

11
Dijelaskan dengan teori bahwa tingkat keberhasilan dilakukannya versi luar
sebesar 50 – 70% (semakin meningkat pada multiparitas, presentasi selain bokong
murni, volume air ketuban normal, letak lintang, atau oblik).14

b. Knee-Chest Position.
Kondisi melahirkan sungsang (bokong) biasanya terjadi ketika kepala bayi tidak
berada pada jalan lahir diusia kehamilan 37 minggu. Janin akan berputar-putar
dalam rahim hingga berumur 35-36 minggu. Melahirkan bayi dengan kepala di
atas dapat mempengaruhi proses persalinan. Prosedur Elkins adalah metode
alternatif untuk menurunkan frekuensi presentasi bokong pada kehamilan aterm.
Pada metode ini wanita hamil melakukan posisi lutut-dada selama 15 menit tiap 2
jam se mulai bagun tidur selama 5 hari kali atau 3 kali sehari selama 15 menit per
sesi dimulai pada usia kehamilan 36 – 37 minggu. Dalam satu penelitian tanpa
kontrol, 71 wanita hamil 37 minggu dengan presentasi bokong dianjurkan untuk
melakukan metode ini; 91 persen posisi janin berubah spontan dan semua wanita
melahirkan secara normal.

 Penatalaksaan selama persalinan

Kriteria berdasarkan studi retrospektif telah menghasilkan hasil neonatal yang sangat
baik pada persalinan pervaginam, menggunakan protokol yang mirip dengan yang
berikut ini:
 Usia kehamilan >37 minggu
 Presentasi Frank (utamakan) atau Complete
 Tidak ada anomali janin pada pemeriksaan USG
 Panggul ibu yang adekuat
 EFW antara 2.500 g dan 4.000 g
 Satu studi juga termasuk:
- Fleksi kepala janin
- AFV ≥3 cm kantong vertikal
- Tidak ada induksi atau augmentasi oksitosin

12
- Kriteria ketat untuk kemajuan persalinan normal. 16

Bila direncanakan dilakukan persalinan pervaginam, ada skoring untuk


memprediksi keberhasilan pada persalinan sungsang yaitu dengan Zatuchni
Andros score.

Tabel Zatuchni Andros


Keterangan 0 1 2
Paritas Primi Multi
Usia Gestasi ≥ 39 minggu 38 minggu ≤ 37 minggu
TBJ ≥ 3630 3629 - 3176 ≤ 3176
Riwayat pres. bokong - 1 kali 2 kali
Station -3 -2 -1/lebih rendah
Pembukaan ≤ 2 cm 3 cm ≥4 cm
≤3 : Persalinan section caesarea
> 4 bisa dipertimbangkan untuk dilakukan partus pervaginam.4

Metode persalinan pervaginam


Tedapat 3 metode umum pelahiran sungsan melalui vagina:
1. Pelairan bokong sempurna.
Janin dikeluarkan seluruhnya secara spontan tanpatraksi atau menipulasi selain
dorongan bayi.
Persalinan Brach berhasil bila berlangsung dalam satu kali his dan mengejan,
Sedangkan penolong membantu melakukan hiperlordose. Bila persalinan
dengan satu kali his dan mengejan tidak berhasil, maka pertolongan Brach
dianggap gagal, dan dilanjutkan dengan ekstraksi (manual aid)

Pertama, engagement bokong terjadi ketika diameter bitrochanterik janin telah


melewati pintu atas panggul. Panggul anterior biasanya turun lebih cepat dari
panggul posterior dan ketika ketahanan dari dasar panggul terpenuhi, terjadi

13
internal rotasi 45o membawa panggul anterior menuju arkus pubik dan
memungkinkan diameter bitrochanterik menempati diameter anterior pintu
bawah panggul. Jika ekstremitas posterior telah mengalami prolaps, alih-alih
panggul anterior, rotasi terjadi ke araha simfisis pubis. Setelah putaran,
penurunan berlanjut sampai perineum mengalami distensi oleh bagian bokong
yang maju, dan panggul anterior tampak pada vulva. Dengan fleksi lateral
janin, panggul posterior akan terdorong melewati perineum yang mana
menarik bokong janin sehingga janin tegak saat panggul anterior lahir.
Tungkai dan kaki mengikuti bokong dan mungkin lahir spontan atau
membutuhkan bantuan.
Setelah bokong lahir, terjadi sedikit eksternal rotasi dengan punggung berputar
ke anterior saat bahu masuk melalui diameter oblik pelvis. Bahu lalu turun
dengan cepat dan mengalami internal rotasi dengan diameter bisacromial janin
menempati bidang anteroposterior. Segera setelah bahu, kepala yang
normalnya menekuk tajam ke arah dada memasuki pelvis disalah satu
diameter oblik dan kemudian berputar dan kemudian membawa bagian
posterior leher ke
bawah simfisis pubis.
Kepala kemudian
lahir dalam posisi fleksi.

Gambar 2.7 persalinan pervaginam

2. Ekstraksi bokong parsial.

14
Janin dikeluarkan secara spontan hingga umbilikus, tetapi bagian tubuh
selanjutnya dieksraksi atau dilahirkan dengan traksi operator dan bantuan oleh
manuver-manuver, dengan atau tanpa usaha eksfulsif dari ibu.
o Persalinan dengan ekstraksi bokong partial dimaksudkan bahwa:
 Persalinan bokong - umbilikus berlangsung dengan kekuatan sendiri
 Terjadi kemacetan persalinan badan dan kepala
 Dilakukan persalinan bantuan dengan jalan : secara klasik, secara
Muller dan Loevset.
o Pertolongan persalinan kepala
 Pertolongan persalinan kepala menurut Mauriceau- veit Smellie,
dilakukan bila terjadi kegagalan persalinan kepala. Untuk melahirkan
kepala dilakukan dengan cara jari-jari tangan kiri operator dimasukkan
ke dalam mulut janin atau di atas mandibula (maxilla) janin. Jari-jari
tangan kanan melengkung di atas bahu janin. Seorang asisten
memberikan tekanan suprapubik di kepala.

Gambar 2.8 ektraksi partial dengan manuver Mauriceau- veit Smellie

 Persalinan kepala dengan ekstraksi forsep, dilakukan bila terjadi


kegagalan persalinan kepala dengan teknik Mauriceau viet Smellie.
Badan janin dipegang dengan menggunakan handuk hangat dan
forceps diletakkan pada kepala yang akan lahir. Forceps kanan
diletakkan pada tubuh yang masih terangkat. Forceps lalu ditarik untuk
melahirkan kepala.

15
Gambar 2.9 ektraksi partial dengan manuver ekstraksi forsep

 Modified Prague Manuever. Dilakukan ketika punggung janin


gagal berputar ke simfisis pubis. Dua jari pada satu tangan memegang
bahu janin sementara tangan yang lain menarik kaki ke atas dan
melewati perut ibu.

Gambar 2.10 ektraksi partial dengan Modified Prague Manuever

3. Ekstraksi bokong total


Ekstraksi bokong total bila proses persalinan sungsang seluruhnya dilakukan
dengan kekuatan penolong sendiri. 1,5

Selain itu, ada pun prosedur untuk melahirkan bahu antara lain dengan
menggunakan maneuver berikut:
a. Manuver Klasik. Kedua pergelangan kaki dipegang dengan ujung jari
tangan kanan penolong berada diantara kedua pergelangan kaki anak ,
kemudian di elevasi sejauh mungkin dengan gerakan mendekatkan perut
anak pada perut ibu. Tangan kiri penolong dimasukkan kedalam jalan
lahir, jari tengan dan telunjuk tangan kiri menyelusuri bahu sampai
menemukan fossa cubiti dan kemudian dengan gerakan “mengusap muka

16
janin ”, lengan posterior bawah bagian anak dilahirkan. Untuk melahirkan
lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin diubah.
b. Manuver Muller. Bokong dipegang dengan pegangan “femuropelvik”.
Dengan cara pegangan tersebut, dilakukan traksi curam bawah pada tubuh
janin sampai bahu depan lahir, dibawah arcus pubis dan selanjutnya lengan
depan dilahirkan dengan mengait lengan depan bagian bawah. Setelah
bahu dan lengan depan lahir, pergelangan kaki dicekap dengan tangan
kanan dan dilakukan elevasi serta traksi keatas, traksi dan elevasi sesuai
arah tanda panah) sampai bahu belakang lahir dengan sendirinya. Bila
tidak dapat lahir dengan sendirinya, dilakukan kaitan untuk melahirkan
lengan belakang anak.
c. Manuver Lovset. Prosedur dilakukan dengan cara, bayi yang terbungkus
dengan handuk hangat dipegang menggunakan kedua tangan pada
femoropelvic grip, ibu jari parallel terhadap tulang belakang. Manuver
dilakukan hanya ketika sudut bawah dari scapula anterior terlihat dibawah
arkus pubik. Bayi lalu sedikit diangkat agar terjadi lateral flexion. Badan
diputar 180o menahan punggung anterior dan mempertahankan traksi
kebawah. Badan lalu diputar ke arah sebaliknya sambil menahan
punggung depan untuk melahirkan bahu anterior ke bawah simfisis pubis.

17
Gambar 2.11 ektraksi total ( manuver klasik, manuver muller & manuver lovset)

a) Frank breech extraction (Pinard’s Manuever) – merupakan manipulasi intra-


uterine untuk mengubah frank breech menjadi footling breech.Teknik ini
memungkinkan ketika telah terjadi ruptur membrane. Dilakukan dengan cara jari
tengah dan telunjuk diletakkan pada fossa poplitea. Kemudian ditekan dan diabduksi
sehingga kaki janin menjadi fleksi. Operator lalu memegang pergelangan kaki janin
lalu dilakukan ekstraksi.

Gambar 2. 12 Pinard’s Manuever


b) Complete atau Incomplete Breech Presentation – ekstraksi bokong total dilakukan
dengan menggenggam kedua kaki dan menerapkan tekanan lembut ke bawah sampai
bokong keluar.

18
Gambar 2.13 Total extraction of complete breech presentation

Indikasi dilakukan Seksio Sesarea:


- Primigravida dengan disertai salah satu faktor X (Ketuban pecah dini,
Serotinus, riwayat infertilitas, usia tua dll)
- Gemelli anak pertama letak sungsang
- Bayi prematur < 34 minggu
- Presentasi kaki
- Riwayat Obstetri jelek
- Taksiran berat janin > 3500 gr

2. 7 KOMPLIKASI
Persalinan vagina dan Seksio caesare pada persalinan sungsang tampaknya sama-
sama valid, tidak memiliki insiden komplikasi pada ibu dan bayi yang tinggi. Namun
persalinan pervaginam berhubungan dengan skor Apgar yang lebih rendah dan
insiden trauma janin yang lebih tinggi, sehingga dibutuhkan unit perawatan intensif
pada neonatal. Hal ini bisa terjadi karena pada persalinan sungsang proses
persalinanya bisa jadi lebih lama sehingga dapat menyebabkan terjadinya asfiksia
pada bayi, terutama pada persalinan pervaginam dibutuhkan manuver-manuver untuk
membantu mengeluarkan bayi dan beberapa manuver ada yang mengakibatkan
fraktur.17

Komplikasi persalinan letak sungsang dapat dibagi sebagai berikut :


1. Komplikasi pada ibu
Trias komplikasi ibu : perdarahan, robekan jalan lahir ( pada vagina atau
serviks), infeksi ( endometritis )

2. Komplikasi pada bayi


Trias komplikasi pada bayi : asfiksia, trauma persalinan, infeksi
 Asfiksia bayi

19
 Kemacetan persalinan kepala : aspirasi air ketuban-lendir

 Perdarahan atau oedema jaringan otak

 Kerusakan medula oblongata

 Kerusakan persendian tulang leher

 Kematian bayi karena asfiksia berat


 Trauma persalinan
 Dislokasi-fraktura persendian, tulang ekstrimitas

 Kerusakan alat vital : lien, hati, paru-paru, jantung

 Dislokasi fraktura persendian tulang leher.


 Infeksi dapat terjadi karena :
 Persalinan lama

 Ketuban pecah dini

 Manipulasi pada pemeriksaan dalam.2,4,5,9


Komplikasi persalinan letak sungsang adalah asfiksia, yang dapat disebabkan oleh
kemacetan persalinan kepala yang dapat terjadi aspirasi air ketuban-lendir,
pendarahan atau edema jaringan otak, kerusakan medula oblongata, kerusakan
persendian tulang leher, kematian bayi akibat asfiksia berat. Sedangkan pada ibu
kemungkinan dapat terjadi robekan jalan lahir dan terjadinya partus lama sehingga
dapat terjadi infeksi.

2. 8 PROGNOSIS
Prognosis kehamilan yang merugikan dapat meningkat pada janin dan juga ibu.1

20
BAB III
KESIMPULAN

Persalinan letak sungsang merupakan suatu kelainan patologis, dimana janin


dilahirkan letak memanjang dengan kepala berada di fundus uteri dan bokong berada
dibagian bawah kavum uteri. Persalinan letak sungsang adalah salah satu penyulit
persalinan yang dapat menyebabkan kematian janin.

Penyebab letak sungsang adalah fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak
baik atau tidak ada. Janin mudah bergerak seperti pada hidramnion,multipara, janin
kecil, gemelli, kelainan uterus seperti uterus aruatus, mioma uteri. Adapun letak
sungsang dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu, Frank breech (bokong murni)
, Complete breech (bokong-kaki), Footling (presentasi kaki).

Penegakan diagnosis letak sungsang atau persentasi bokong dengan


pemeriksaan fisis obtetri dan juga pemeriksaan radiologi USG. Penatalaksaan
antepartum letak sungsang dapat dilakukan dengan Knee-Chest Position. Versi luar
atau Extrernal Cephalic Version. Panatalaksaan selama persalinan dapat dilakukan
dengan 3 metide, yaitu persalinan spontan, ektraksi parsial, dan ekstraksi total
dengan berbagia manuver.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Williams
obstertrics. Edisi 25. McGraw-Hill Education. 2018
2. Nur dinda, sitti saleha, nadya haruna. Manajemen aushan kebidanan intranatal
patologi dengan persalinan letak sungsang. Journal midwifry vol 3 no. 2 august
2021.
3. Sumiati. HUBUNGAN ANTARA USIA DAN PARITAS DENGAN LETAK
SUNGSANG PADA IBU BERSALIN. Vol. VII, Agustus 2015
4. Dr. Cipta Pramana, SpOG(K). MANAJEMEN PERSALINAN SUNGSANG. Bagian
Obstetri dan Ginekologi RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro. Semarang
5. Emi Sutrisminah. PENATALAKSANAAN LETAK SUNGSANG. FK Unissula
semarang
6. Bonatua A. Putra, Eddy Suparman & Hermie M. M. Tendean. Gambaran persalinan
letak sungsang di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Clinic (eCl),
Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016
7. Andi Meutiah Ilhamjaya, Suryani Tawali. ANGKA KEJADIAN DAN FAKTOR –
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN JANIN LETAK SUNGSANG DARI IBU
HAMIL YANG MELAHIRKAN DI RSWS MAKASSAR. MEDIKA ALKHAIRAAT :
JURNAL PENELITIAN KEDOKTERAN DAN KESEHATAN 2(2): 55-61 e-ISSN:
2656-7822, p-ISSN: 2657-179X
8. Ni Kadek Ari Chintya Vedantari, dkk. KARAKTERISTIK PERSALINAN LETAK
SUNGSANG DI RSUP SANGLAH DENPASAR RENTANG WAKTU 1 JANUARI-31
DESEMBER 2018. ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL.10
NO.1,JANUARI, 2021
9. Siti Nurdiyana. GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN LETAK
SUNGSANG DI RS KESDAM JAYA TAHUN 2018. Syntax Literate : Jurnal Ilmiah
Indonesia p±ISSN: 2541-0849 e-ISSN : 2548-1398 Vol. 5, No. 1 Januari 2020
10. Nordiansyah Putra, Nurul Utami. Rencana Partus Pervaginam pada Kehamilan
Aterm dengan Presentasi Bokong dan Ketuban Pecah Dini. J Medula Unila .Volume
7 no. 2 April 2017
11. Fitria & Eko Budi Santoso. EFEKTIVITAS MOKSIBUSI DAN POSISI KNEE CHEST
TERHADAP KEBERHASILAN PEMUTARAN POSISI JANIN DENGAN

22
PRESENTASI SUNGSANG PADA KEHAMILAN. Vol.15 No.8 Maret 2021
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
12. Konar H. DC Dutta’s Textbook of Obstetrics. Edisi 8. The Health SciencesPublisher.
2015.
13. Fitriana Ikhtiarinawati Fajrin, Kholidah Ziah. ASUHAN KEBIDANAN
KOMPREHENSIF PADA Ny “S” GI P0000 TRIMESTER III DENGAN LETAK
SUNGSANG DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2015 (10)
14. Rama Agustina. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III
DENGAN LETAK SUNGSANG DI BPM Hj. YOHANAH PALEMBANG. Jurnal
Bidan Mandira Cendikia Vol.1 No. 1 Agustus 2022 https://journal-
mandiracendikia.com/jbmc
15. ECV. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
Williams obstertrics. Edisi 25. McGraw-Hill Education. 2018
16. ACOG Committee Opinion: Mode of Term Singleton Breech Delivery.Wolter Kluwer
Health Inc. Agustus 2018; 132(2):e62p
17. Dessy Hertati, Pengaruh Antara Umur dan Paritas pada Ibu Bersalin dengan
Kejadian Letak Sungsang. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan 'Aisyiyah, 16 (2),
2020, 229-239. https://ejournal.unisayogya.ac.id/ejournal/index.php/jkk

23

Anda mungkin juga menyukai