DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
HENDRIANI
RISKA NUR
HASNIAH
FITRIANI ALFIRA
NANNA MARLIANA
PAIMAH
FREDERIKA BOIKAWAI
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Persalinan Letak Sungsang, ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Kegawatdaruratan pada Persalinan Letak Sungsang. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh
dari apa yang kami harapkan.
Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun. Semoga
makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya Makalah
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Penulis
SAMPUL.................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR............................................................................................... 2
DAFTAR ISI.............................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 5
C. Tujuan............................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian....................................................................................................... 7
B. Etiologi........................................................................................................... 8
C. Manifestasi Klinis.......................................................................................... 10
D. Klasifikasi...................................................................................................... 11
E. Patofisiologi................................................................................................... 11
F. Diagnosis........................................................................................................ 12
G. Prognosis........................................................................................................ 13
H. Prosedur Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Pada Persalinan Dengan Letak
Sungsang........................................................................................................ 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................... 29
B. Saran............................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 30
A. Latar Belakang
Kehamilan, persalinan, nifas merupakan pengalaman yang sangat mendalam, yang
membawa suatu arti yang bermakna untuk perempuan, namun pada kenyataanya masih
banyak ibu hamil dengan kelainan letak janin, seperti letak lintang, dan letak sungsang.
Oleh sebab itu, proses kehamilan, persalinan dan nifas sangat membutuhkan perhatian
lebih dari tenaga kesehatan agar mendapat kesejahteraan kesehatan ibu dan bayi
(Mufdilah, dkk. 2015).
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala
di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Letak sungsang memiliki
beberapa tipe yaitu: frank breech yaitu presentasi bokong murni dimana bagian kaki dari
janin mengalami fleksi total di bagian bokong dan ekstensi total di bagian lutut, complete
breech yaitu presentasi bokong sempurna dimana kedua kaki dan tangan menyilang secara
sempurna dan di samping bokong dapat diraba kedua kaki, incomplate breech yaitu
presentasi bokong tidak sempurna dimana hanya satu kaki di samping bokong, sedangkan
kaki lain terangkat ke atas (Marmi, 2016).
Kehamilan letak sungsang sering terjadi pada pertengahan trimester kedua, secara
kasar seperempat fectus berada dalam letak sungsang pada kehamilan usia 28-30 minggu,
hanya 80%. Kehamilan letak sungsang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu sudah
tidak dapat lagi mengubah presentasi menjadi presentasi kepala. Faktor resiko kehamilan
sungsang di antaranya janin mudah bergerak seperti pada hidramnion, hamil kembar,
hidrosefalus, panggul sempit, kelainan pada uterus, dan plasenta previa. Risiko persalinan
secara normal dengan janin letak sungsang diantaranya adalah mulut rahim tidak terbuka
dan meregang secara maksimal, tali pusat jatuh kevagina sebelum janin lahir, bayi
mengalami nilai apgar rendah saat lahir, serta cidera pada leher dan saraf tulang belakang
leher bayi. Sedangkan proses persalinan dengan caesar juga memiliki berbagai risiko
seperti infeksi, perdarahan, 2 maupun cedera pada organ bagian dalam dan risiko kepala
bayi terjepit masih dapat terjadi (Oxorm & Forte, 2010). Psikososial ibu hamil dengan
letak sungsang merasa sangat khawatir, oleh karena itu ibu hamil perlu dilakukan
pemeriksaan palpasi abdomen melalui Ante Natal Care (ANC) (Wiknjosastro, 2010).
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui pengertian dari kegawatdaruratan pada persalinan sungsang
2. Untuk mengetahui etiologi dari kegawatdaruratan pada persalinan sungsang
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari kegawatdaruratan pada persalinan sungsang
4. Untuk mengetahui klasifikasi dari kegawatdaruratan pada persalinan sungsang
A. PENGERTIAN
Letak sungsang adalah janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim
dengan kepala berada di fundus dan bokong di bawah. Persalinan pada bayi dengan
presentasi sungsang dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada
pada fundus uteri sedangkan bokong merupakan bagian terbawah atau di bagian pintu
atas panggul. Pada letak sungsang berturut-turut lahir bagian-bagian yang makin lama
makin besar,dimulai dari lahirnya bokong, bahu kemudian kepala. Pada kehamilan
belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan
cukup bulan, sebagian besar janin ditemukan dalam presentasi kepala. Pada presentasi
bokong, baik ibu dan janin mengalami peningkatan risiko yang besar dibandingkan
dengan presentasi kepala. Persalinan letak sungsang dengan prematuritas memiliki
morbiditas dan mortalitas lebih tinggi.
Kehamilan sungsang dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain: kelahiran
kembar, cairan amniotik berlebihan, hidrosefalus, anensefali, tali pusat pendek dan
kelainan Rahim.
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala berada di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah
kavum uteri. Biasanya kejadian letak sungsang berkisar antara 2% sampai 3%
berfariasi di berbagai tempat. Sekalipun kejadiannya kecil tetapi mempunyai
penyulit yang besar dengan angka kematian sekitar 20% sampai 30% (Winkjosastro,
2005 ).
Persalinan sungsang dengan presentasi bokong adalah jika letak bayi
membujur dengan kepala janin di fundus uteri. (Manuaba, 2001).
Persalinan sungsang dengan presentase bokong adalah jika letak bayi memanjang
dengan bokong sebagai bagian yang terendah, (Sulaeman, dkk 2005)
Kelainan letak sungsang adalah kondisi dimana presentasi janin dalam uterus
terutama bokong janin lebih dulu memasuki rongga panggul, terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong berada di bawah kavum uteri. (Manuaba, 2010).
Dari beberapa definisi persalinan sungsang dengan presentase bokong menurut
sumber diatas dapat disimpulkam bahwa persalinan sungsang adalah persalinan dengan
B. ETIOLOGI
Banyak faktor yang menyebabkan kelainan letak sungsang, diantaranya umur ibu,
paritas ibu, bentuk panggul ibu, jarak kehamilan dan riwayat kehamilan sungsang. Pada
paritas yang banyak keadaan rahim ibu sudah tidak seperti rahim yang pertama kali
melahirkan sehingga ketika ibu hamil dengan paritas yang banyak, maka janin ibu
tersebut akan lebih aktif bergerak sehingga posisi janin tersebut menjadi tidak normal
dan dapat menyebabkan terjadinya letak sungsang. Angka kejadian letak sungsang jika di
hubungkan dengan paritas pada ibu maka kejadian terbanyak adalah dengan grande
multipara dibanding pada primigravida. Pada primipara di tinjau dari sudut kematian
maternal dan paritas tinggi mempunyai angka kejadian kehamilan dengan letak sungsang
(Prawirohardjo S,2008).
Penyebab Letak Sungsang dapat berasal dari faktor janin maupun faktor ibu.
1. Dari faktor janin, antara lain :
Kehamilan dengan dua janin atau lebih dalam rahim, sehingga menyebabkan
terjadinya perebutan tempat. Setiap janin berusaha mencari tempat yang lebih
nyaman, sehingga ada kemungkinan bagian tubuh yang lebih besar (yakni
bokong janin) berada di bagian bawah rahim.
Didefinisikan jumlah air ketuban melebihi normal (lebih 2000 cc) sehingga hal
ini bisa menyebabkan janin bergerak lebih leluasa walau sudah memasuki
trimester ketiga.
Hidrocepalus
Keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalis dalam ventrikel otak,
sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-
ubun. Karena ukuran kepala janin terlalu besar dan tidak dapat berakomodasi
dibagian bawah uterus, maka sering ditemukan dalam letak sungsang.
Plasenta praevia
Panggul sempit
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan
dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban
relative lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa.
Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah:
1. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong,
2. Air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar
3. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul.
4. Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang sesuai
dengan bentuk pintu atas panggul.
5. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya pada
panggul sempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor – tumor pelvis dan lain – lain.
6. Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara
7. Gemeli (kehamilan ganda)
1. Maternal
Maternal yang mungkin terjadi pada persalinan sungsang pervaginam umumnya
berkaitan dengan trauma jalan lahir, seperti robekan perineum, luka episiotomi,
laserasi vagina, hematoma vagina, dan trauma pada labia.
2. Neonatal
Neonatal meliputi asfiksia, prolaps tali pusat, trauma persalinan, sampai dengan
kematian.
a) Asfiksia Neonatal
Asfiksia umumnya terjadi akibat prolaps dan kompresi tali pusat atau
jepitan kepala pada aftercoming head. Kejadian ini juga dipengaruhi oleh
durasi kala 2 persalinan, terutama waktu yang dibutuhkan untuk melahirkan
kepala dan bagian tubuh di atas umbilikus. Risiko absolut asfiksia neonatal
ditemukan lebih tinggi pada bayi dengan presentasi bokong yang lahir
pervaginam (3,3%) daripada sectio caesarea (0,6%)
b) Prolaps Tali Pusat
Prolaps tali pusat terjadi pada 7,4% dari seluruh persalinan dengan
presentasi bokong. Prolaps tali pusat terjadi 2 kali lipat lebih sering pada
wanita multipara (6%) daripada primigravida (3%).
Jepitan kepala janin terjadi pada 0–8,5% persalinan pervaginam dengan
presentasi bokong. Hal ini disebabkan oleh dilatasi serviks yang belum
sempurna dan molase kepala janin yang tidak adekuat. Angka kejadiannya
meningkat pada janin dengan usia kehamilan <32 minggu, di mana lingkar
kepala masih lebih besar dari abdomen.
c) Trauma Persalinan
Proses persalinan pervaginam pada presentasi bokong menimbulkan
risiko trauma persalinan yang lebih besar daripada sectio caesarea, dengan
risiko absolut sebesar 0,7% dan 0,17% secara berurutan. Beberapa trauma
persalinan yang mungkin terjadi adalah cedera pleksus brakialis, cedera
servikal medula spinalis, serta trauma organ intraabdomen.
Cedera pleksus brakialis terjadi pada 1 dari 1.000 persalinan
pervaginam yang direncanakan. Nuchal arms, kondisi di mana salah satu atau
kedua lengan bayi berada di belakang leher atau kepala, meningkatkan risiko
trauma persalinan seperti cedera pleksus brakialis. Cedera servikal medula
spinalis umumnya terjadi pada janin dengan sikap kepala hiperekstensi.
Sebanyak 8 dari 11 bayi dengan sikap kepala hiperekstensi yang lahir
pervaginam mengalami cedera servikal medula spinalis.
D. KLASIFIKASI
Berdasarkan komposisi dari bokong dan kaki dapat ditentukan beberapa bentuk letak
sungsang :
1. Letak bokong murni (Frank Breech)
Teraba bokong
Kedua kaki menjungkit ke atas sampai kepala bayi.
Kedua kaki bertindak sebagai spalk
2. Letak bokong kaki sempurna (Complete Breech)
Teraba bokong
Kedua kaki berada disamping bokong
3. Letak bokong tak sempurna (Incomplete/Footing Breech)
Teraba bokong
Disamping bokong teraba satu kaki
E. PATOFISIOLOGI
Letak janin dalam uterus tergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan
dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban
F. DIAGNOSIS
1. Palpasi
Saat pemeriksaan leopold bagian bawah teraba lunak bulat dan tidak
melenting (bokong), sementara di fundus teraba bagian bulat, keras, melenting
(kepala) dan punggung teraba di kanan atau kiri (Hanretty, 2014).
2. Auskultasi
Denyut jantung janin paling jelas terdengar di atas umbilicus, punctum
maximum denyut jantung janin terdengar di 13 kuadran atas perut ibu (Mochtar,
2013).
3. Pemeriksaan dalam
Bokong teraba lunak dan tidak teratur dengan tidak adanya sutura yang
terpalpasi, walaupun terkadang sacrum dapat disalahartikan sebagai kepala yang
keras, dan bokong dapat diartikan sebagai caput succadeum. Anus dapat teraba dan
mekonium segar pada jari pemeriksa biasanya merupakan diagnosis. Jika tungkai
terekstensi, genital ekternal sangat jelas,teraba tetapi,harus diingat bahwa genitalia
eksterna tersebut mengalami edema. Vulva yang mengalami edema dapat disalah
artikan dengan skrotum. Jika kaki teraba, bidan harus membedakannya dengan
tangan. jari-jari kaki semuanya sama panjang, jari-jari kaki lebih pendek daripada jari
jari tangan dan ibu jari kaki tidak dapat direntangkan dan jari kaki lainnya. Kaki
berada pada sudut 90 derajat dari tungkai, dan tumit tidak memiliki kesaamaan
dengan tangan.
G. PROGNOSIS
Bagi ibu
Bagi bayi
karena adanya gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong lahir dan
setelah perut lahir, tali pusat terjapit antara kepala dan panggul, sehingga bayi bisa
mengalami asfiksia.
Cara termudah dan teraman untuk mengubah posisi janin sungsang adalah dengan
bersujud (knee chest position) secara rutin setiap hari sebanyak 2 kali sehari,
misalnya pagi dan sore, masing-masing selama 10 menit. Biasanya bayi akan
berputar dan posisinya kembali normal, yaitu kepala berada di bagian bawah rahim.
Pada saat kontrol ulang/ periksa ulang , maka bidan atau dokter akan kembali
melakukan pemeriksaan palpasi untuk memeriksa posisi janin. Jika belum berhasil,
maka latihan diulangi dan dilanjutkan setiap hari. Latihan ini hanya efektif bila
dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
Merupakan upaya yang dilakukan dari luar untuk dapat mengubah kedudukan janin
menjadi kedudukan lebih menguntungkan dalam persalinan pervaginam
( memutar posisi janin dari luar ). Untuk melakukan versi luar ini diperlukan syarat,
sehingga versi luar dapat berhasil dengan baik, yaitu :
Tindakan ini hanya boleh dilakukan oleh dokter ahli (spesialis obsgyn). Oleh karena
itu, tindakan versi luar saat ini jarang dipraktikkan.
Pertolongan persalinan letak sungsang pervaginam yang tidak sempat atau tidak
berhasil dilakukan versi luar adalah :
Persalinan Brach berhasil bila berlangsung dalam satu kali his dan mengejan,
Sedangkan penolong membantu melakukan hiperlordose. Bila persalinan
dengan satu kali his dan mengejan tidak berhasil, maka pertolongan Brach
dianggap gagal, dan dilanjutkan dengan ekstraksi (manual aid)
PENANGANAN
A. Pada saat Pemeriksaan Antenatal
a) Beritahu hasil pemeriksaan yang sebenarnya, jelaskan pada pasien mengenai
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dengan presentasi sungsang.
b) Beri konseling mengenai gerakan knee-cheest, yaitu meletakkan kepala diantara
kedua tangan lalu menoleh ke samping kiri atau kanan, kemudian turunkan badan
sehingga dada menyentuh kasur dengan menggeser siku sejauh mungkin.
Kegunaan gerakan ini adalah untuk mempertahankan atau memperbaiki posisi
janin agar bagian kepala janin tetap berada di bawah. Gerakan ini disebut juga
sebagai gerakan “anti sungsang”
c) Jika diketahui janin letak sungsang pada usia kehamilan kurang dari 34 minggu
tidak perlu dilakukan intervensi apapun, karena janin masih cukup kecil dan cairan
amnion masih cukup banyak sehingga kemungkinan besar janin masih dapat
memutar dengan sendirinya.
B. Pada saat persalinan
Persiapan Pasien
Persiapan pasien untuk persalinan pervaginam yang direncanakan meliputi
permintaan informed consent dan pemeriksaan untuk memastikan tidak ada
kontraindikasi terhadap persalinan pervaginam. Pemeriksaan ultrasonografi dan
pelvimetri bisa dilakukan untuk menyingkirkan kontraindikasi persalinan pervaginam.
Saat memasuki proses persalinan, pasien perlu diajarkan cara mengejan yang
efektif dan hanya mengejan tiap kali merasakan kontraksi. Pasien dianjurkan
mengosongkan kandung kemih. Jika pasien tidak dapat berkemih secara spontan,
Meja persalinan
Posisi Pasien
Seperti persalinan pada umumnya, posisi litotomi merupakan posisi yang
digunakan. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists (2017) menyatakan
bahwa posisi semi-recumbent atau all-fours dapat diterapkan untuk
persalinan malpresentasi bokong pervaginam. Namun, saat ini data terkait pengaruh
posisi ini terhadap luaran persalinan masih sangat terbatas.
Posisi all-fours adalah posisi badan membungkuk ke depan dengan kaki dan
tangan menumpu badan. Posisi ini dikatakan dapat memperluas dimensi rongga pelvis
yang terlihat pada pencitraan magnetic resonance imaging (MRI). Sebaiknya,
pemilihan posisi persalinan disesuaikan dengan preferensi pasien dan pengalaman
penolong persalinan.
Prosedural
Penolong harus berhat-hati untuk tidak memberikan tarikan pada bokong atau
tungkai karena bisa menyebabkan defleksi kepala bayi. Untuk menjaga kepala bayi
dalam posisi fleksi, jagalah tubuh bayi tetap berada di bawah garis horizontal. Hindari
menopang bayi dengan memegang dinding abdomen karena bisa menyebabkan
trauma pada organ intraabdomen.
1. Masih dengan posisi tangan yang sama di tulang ekor dan panggul, dekatkan
punggung janin ke arah perut ibu tanpa memberikan tarikan (punggung janin
hiperlordosis), sehingga leher berputar pada simfisis
3. Letakkan bayi di atas perut ibu, bungkus bayi dengan handuk hangat, lakukan
pemotongan tali pusat
Manuver Pinard
Manuver ini digunakan untuk melahirkan lutut dan kaki janin. Berikut
langkah-langkah melakukan manuver Pinard:
1. Masukkan tangan secara obstetrik pada sisi yang sama dengan bagian kecil janin
2. Jari telunjuk dan jari tengah menyusuri tungkai sampai ke fossa poplitea
4. Tangan yang berada di luar memberikan tekanan pada area suprasimfisis untuk
mempertahankan fleksi kepala janin
Manuver Lovset
3. Lahirkan bahu dengan cara memasukkan satu atau dua jari ke area bahu janin.
Kemudian, dorong perlahan bahu ke arah dada dalam keadaan bahu fleksi
Manuver Mauriceau
2. Posisikan jari telunjuk dan jari tengah untuk menekan maksila atau eminensia
malar janin guna mempertahankan posisi fleksi. Hindari penekanan pada area
mandibula dan hindari memasukkan jari ke mulut karena meningkatkan risiko
trauma pada janin
3. Tangan dominan penolong berada pada tengkuk janin, dengan jari telunjuk dan
jari tengah mengapit bagian tengkuk
6. Lakukan sedikit traksi ke arah bawah sampai oksiput terlihat di bawah simfisis
pubis. Traksi dilakukan oleh tangan yang berada di tengkuk janin, bukan
tangan yang menyangga badan
Follow Up
Setelah janin dilahirkan, proses persalinan dilanjutkan dengan melahirkan
plasenta dan manajemen aktif kala 3. Setelah itu, kondisi pasien akan diobservasi
selama 2 jam pada kala 4 persalinan. Observasi meliputi tanda vital, kekuatan
kontraksi uterus, dan perdarahan pervaginam yang dilakukan setiap 15 menit pada
jam pertama, kemudian setiap 30 menit pada jam kedua.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan materi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kelainan pada
letak sungsang merupakan kondisi dimana presentasi janin dalam uterus terutama
bokong janin lebih dulu memasuki rongga panggul, terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bawah kavum uteri. (Manuaba, 2010).
Kelainan pada letak sungsang dapat dibagi dalam beberapa tipe, yaitu :
Frank Breech ( Presentasi bokong murni)
Complete Breech ( Presentasi bokong sempurna)
Incomplete/Footing Breech ( Presentasi bokong tidak sempurna)
Kemudian pertolongan pada persalinan dengan letak sungsang dapat ditolong melalui
jalan lahir (per vaginam) dan sectio caesarian (per abdomen). Baik keduanya memiliki
risikonya masing-masing apabila diterapkan, baik risiko untuk ibu maupun janin.
B. SARAN
Seorang bidan memang tidak memiliki wewenang untuk menolong persalinan sungsang
kecuali, dalam kondisi-kondisi tertentu. Oleh karna itu sebagai calon tenaga kesehatan
yang bergerak dalam pelayanan kebidanan, alangkah baiknya sebagai seorang mahasiswi
bidan untuk mempelajari dan memahami semua hal yang berkaitan dengan persalinan
sungsang
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/viewFile/12798/12388
https://ejournal.unisayogya.ac.id/ejournal/index.php/jkk/article/download/155/pdf
http://research.unissula.ac.id/file/publikasi/
210104088/392LETAK_SUNGSANG_HARUSKAH_DITERMINASI_DENGAN_BEDAH_SE
SAR.pdf
http://repository.unimus.ac.id/1298/3/5.%20BAB%202.pdf