Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH FARMAKOLOGI

(KEGAWATDARURATAN PADA PERSALINAN SUNGSANG)

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 3
HENDRIANI
RISKA NUR
HASNIAH
FITRIANI ALFIRA
NANNA MARLIANA
PAIMAH
FREDERIKA BOIKAWAI

STIKES GRAHA EDUKASI


TAHUN AJARAN
2021-2022

Kegawatdaruratan Pada Persalinan Sungsang 1


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Persalinan Letak Sungsang, ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Kegawatdaruratan pada Persalinan Letak Sungsang. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh
dari apa yang kami harapkan.

Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun. Semoga
makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya Makalah
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Bantaeng, Februari 2022

Penulis

Kegawatdaruratan Pada Persalinan Sungsang 2


DAFTAR ISI

SAMPUL.................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR............................................................................................... 2
DAFTAR ISI.............................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 5
C. Tujuan............................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian....................................................................................................... 7
B. Etiologi........................................................................................................... 8
C. Manifestasi Klinis.......................................................................................... 10
D. Klasifikasi...................................................................................................... 11
E. Patofisiologi................................................................................................... 11
F. Diagnosis........................................................................................................ 12
G. Prognosis........................................................................................................ 13
H. Prosedur Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Pada Persalinan Dengan Letak
Sungsang........................................................................................................ 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................... 29
B. Saran............................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 30

Kegawatdaruratan Pada Persalinan Sungsang 3


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan, persalinan, nifas merupakan pengalaman yang sangat mendalam, yang
membawa suatu arti yang bermakna untuk perempuan, namun pada kenyataanya masih
banyak ibu hamil dengan kelainan letak janin, seperti letak lintang, dan letak sungsang.
Oleh sebab itu, proses kehamilan, persalinan dan nifas sangat membutuhkan perhatian
lebih dari tenaga kesehatan agar mendapat kesejahteraan kesehatan ibu dan bayi
(Mufdilah, dkk. 2015).
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala
di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Letak sungsang memiliki
beberapa tipe yaitu: frank breech yaitu presentasi bokong murni dimana bagian kaki dari
janin mengalami fleksi total di bagian bokong dan ekstensi total di bagian lutut, complete
breech yaitu presentasi bokong sempurna dimana kedua kaki dan tangan menyilang secara
sempurna dan di samping bokong dapat diraba kedua kaki, incomplate breech yaitu
presentasi bokong tidak sempurna dimana hanya satu kaki di samping bokong, sedangkan
kaki lain terangkat ke atas (Marmi, 2016).
Kehamilan letak sungsang sering terjadi pada pertengahan trimester kedua, secara
kasar seperempat fectus berada dalam letak sungsang pada kehamilan usia 28-30 minggu,
hanya 80%. Kehamilan letak sungsang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu sudah
tidak dapat lagi mengubah presentasi menjadi presentasi kepala. Faktor resiko kehamilan
sungsang di antaranya janin mudah bergerak seperti pada hidramnion, hamil kembar,
hidrosefalus, panggul sempit, kelainan pada uterus, dan plasenta previa. Risiko persalinan
secara normal dengan janin letak sungsang diantaranya adalah mulut rahim tidak terbuka
dan meregang secara maksimal, tali pusat jatuh kevagina sebelum janin lahir, bayi
mengalami nilai apgar rendah saat lahir, serta cidera pada leher dan saraf tulang belakang
leher bayi. Sedangkan proses persalinan dengan caesar juga memiliki berbagai risiko
seperti infeksi, perdarahan, 2 maupun cedera pada organ bagian dalam dan risiko kepala
bayi terjepit masih dapat terjadi (Oxorm & Forte, 2010). Psikososial ibu hamil dengan
letak sungsang merasa sangat khawatir, oleh karena itu ibu hamil perlu dilakukan
pemeriksaan palpasi abdomen melalui Ante Natal Care (ANC) (Wiknjosastro, 2010).

Kegawatdaruratan Pada Persalinan Sungsang 4


Upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi atau risiko kehamilan dengan letak
sungsang yaitu bidan perlu melakukan ANC yang berkualitas dengan melakukan
pemantauan secara fisik, psikologis, pertumbuhan dan perkembangan janin serta
mempersiapkan proses persalinan dan kelahiran agar ibu hamil siap menghadapi peran
baru. ANC yang berkualitas di harapkan mampu mendeteksi secara dini adanya kelainan
letak pada kehamilan (Wiknjosastro, 2010). Antenatal Care (ANC) merupakan suatu
program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil,
guna untuk memperoleh proses kehamilan dan persalinan yang aman serta memberikan
asuhan yang berkualitas (Marmi, 2017).
Upaya lain untuk mengurangi terjadi komplikasi pada kehamilan yaitu dengan asuhan
kebidanan secara berkesinambungan (Continuity Of Care). Continuity Of Care merupakan
serangkaian kegiatan dimana pasien dan tenaga kesehatan secara aktif terlibat dalam
manajemen pelayanan secara terus menerus untuk pelayanan dengan kualitas tinggi.
Pelayanan yang dimulai dari ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir serta pelayanan
keluarga berencana (Adnani. 2013).
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang dapat dirumuskan dari latar belakang adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan tentang pengertian dari kegawatdaruratan pada persalinan sungsang
2. Menjelaskan tentang etiologi dari kegawatdaruratan pada persalinan sungsang
3. Menjelaskan tentang manifestasi klinis dari kegawatdaruratan pada persalinan
sungsang
4. Menjelaskan tentang klasifikasi dari kegawatdaruratan pada persalinan sungsang
5. Menjelaskan tentang patofisiologi dari kegawatdaruratan pada persalinan sungsang
6. Menjelaskan tentang diagnosis dari kegawatdaruratan pada persalinan sungsang
7. Menjelaskan tentang prognosis dari kegawatdaruratan pada persalinan sungsang
8. Menjelaskan tentang prosedur penatalaksanaan kegawatdaruratan pada persalinan
sungsang

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui pengertian dari kegawatdaruratan pada persalinan sungsang
2. Untuk mengetahui etiologi dari kegawatdaruratan pada persalinan sungsang
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari kegawatdaruratan pada persalinan sungsang
4. Untuk mengetahui klasifikasi dari kegawatdaruratan pada persalinan sungsang

Kegawatdaruratan Pada Persalinan Sungsang 5


5. Untuk mengetahui patofisiologi dari kegawatdaruratan pada persalinan sungsang
6. Untuk mengetahui diagnosis dari kegawatdaruratan pada persalinan sungsang
7. Untuk mengetahui prognosis dari kegawatdaruratan pada persalinan sungsang
8. Untuk mengetahui prosedur penatalaksanaan kegawatdaruratan pada persalinan
sungsang

Kegawatdaruratan Pada Persalinan Sungsang 6


BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Letak sungsang adalah janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim
dengan kepala berada di fundus dan bokong di bawah. Persalinan pada bayi dengan
presentasi sungsang dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada
pada fundus uteri sedangkan bokong merupakan bagian terbawah atau di bagian pintu
atas panggul. Pada letak sungsang berturut-turut lahir bagian-bagian yang makin lama
makin besar,dimulai dari lahirnya bokong, bahu kemudian kepala. Pada kehamilan
belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan
cukup bulan, sebagian besar janin ditemukan dalam presentasi kepala. Pada presentasi
bokong, baik ibu dan janin mengalami peningkatan risiko yang besar dibandingkan
dengan presentasi kepala. Persalinan letak sungsang dengan prematuritas memiliki
morbiditas dan mortalitas lebih tinggi.
Kehamilan sungsang dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain: kelahiran
kembar, cairan amniotik berlebihan, hidrosefalus, anensefali, tali pusat pendek dan
kelainan Rahim.
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala berada di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah
kavum uteri. Biasanya kejadian letak sungsang berkisar antara 2% sampai 3%
berfariasi di berbagai tempat. Sekalipun kejadiannya kecil tetapi mempunyai
penyulit yang besar dengan angka kematian sekitar 20% sampai 30% (Winkjosastro,
2005 ).
Persalinan sungsang dengan presentasi bokong adalah jika letak bayi
membujur dengan kepala janin di fundus uteri. (Manuaba, 2001).
Persalinan sungsang dengan presentase bokong adalah jika letak bayi memanjang
dengan bokong sebagai bagian yang terendah, (Sulaeman, dkk 2005)
Kelainan letak sungsang adalah kondisi dimana presentasi janin dalam uterus
terutama bokong janin lebih dulu memasuki rongga panggul, terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong berada di bawah kavum uteri. (Manuaba, 2010).
Dari beberapa definisi persalinan sungsang dengan presentase bokong menurut
sumber diatas dapat disimpulkam bahwa persalinan sungsang adalah persalinan dengan

Kegawatdaruratan Pada Persalinan Sungsang 7


letak atau posisi bayi tidak normal yaitu bokong berada di bagian bawah atau di daerah
pintu atas panggul sedangkan kepala berada pada fundus uteri.

B. ETIOLOGI
Banyak faktor yang menyebabkan kelainan letak sungsang, diantaranya umur ibu,
paritas ibu, bentuk panggul ibu, jarak kehamilan dan riwayat kehamilan sungsang. Pada
paritas yang banyak keadaan rahim ibu sudah tidak seperti rahim yang pertama kali
melahirkan sehingga ketika ibu hamil dengan paritas yang banyak, maka janin ibu
tersebut akan lebih aktif bergerak sehingga posisi janin tersebut menjadi tidak normal
dan dapat menyebabkan terjadinya letak sungsang. Angka kejadian letak sungsang jika di
hubungkan dengan paritas pada ibu maka kejadian terbanyak adalah dengan grande
multipara dibanding pada primigravida. Pada primipara di tinjau dari sudut kematian
maternal dan paritas tinggi mempunyai angka kejadian kehamilan dengan letak sungsang
(Prawirohardjo S,2008).
Penyebab Letak Sungsang dapat berasal dari faktor janin maupun faktor ibu.
1. Dari faktor janin, antara lain :

 Gemelli (kehamilan ganda)

Kehamilan dengan dua janin atau lebih dalam rahim, sehingga menyebabkan
terjadinya perebutan tempat. Setiap janin berusaha mencari tempat yang lebih
nyaman, sehingga ada kemungkinan bagian tubuh yang lebih besar (yakni
bokong janin) berada di bagian bawah rahim.

 Hidramion (kembar air)

Didefinisikan jumlah air ketuban melebihi normal (lebih 2000 cc) sehingga hal
ini bisa menyebabkan janin bergerak lebih leluasa walau sudah memasuki
trimester ketiga.
 Hidrocepalus
Keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalis dalam ventrikel otak,
sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-
ubun. Karena ukuran kepala janin terlalu besar dan tidak dapat berakomodasi
dibagian bawah uterus, maka sering ditemukan dalam letak sungsang.

Kegawatdaruratan Pada Persalinan Sungsang 8


2. Dari Faktor Ibu, diantaranya :

 Plasenta praevia

Keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada


segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir (osteum uteri internal). Akibatnya keadaan ini menghalangi turunnya kepala
janin ke dalam pintu atas panggul sehingga janin berusaha mencari tempat yang
lebih luas yakni dibagian atas rahim.

 Panggul sempit

Sempitnya ruang panggul mendorong janin mengubah posisinya menjadi


sungsang.
 Multiparitas
Adalah ibu/ wanita yang pernah melahirkan bayi viable beberapa kali (lebih dari
4 kali), sehingga rahimnya sudah sangat elastis, keadaan ini membuat janin
berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-37 dan seterusnya.
 Kelainan uterus (seperti uterus arkuatus, uterus bikornis, mioma uteri)
Adanya kelainan didalam uterus akan mempengaruhi posisi dan letak janin dalam
rahim, janin akan berusaha mencari ruang / tempat yang nyaman.

Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan
dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban
relative lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa.
Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah:
1. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong,
2. Air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar
3. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul.
4. Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang sesuai
dengan bentuk pintu atas panggul.
5. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya pada
panggul sempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor – tumor pelvis dan lain – lain.
6. Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara
7. Gemeli (kehamilan ganda)

Kegawatdaruratan Pada Persalinan Sungsang 9


8. Kelainan uterus, seperti mioma uteri.
9. Janin sudah lama mati.
C. MANIFESTASI KLINIS

1. Maternal
Maternal yang mungkin terjadi pada persalinan sungsang pervaginam umumnya
berkaitan dengan trauma jalan lahir, seperti robekan perineum, luka episiotomi,
laserasi vagina, hematoma vagina, dan trauma pada labia.
2. Neonatal
Neonatal meliputi asfiksia, prolaps tali pusat, trauma persalinan, sampai dengan
kematian.
a) Asfiksia Neonatal
Asfiksia umumnya terjadi akibat prolaps dan kompresi tali pusat atau
jepitan kepala pada aftercoming head. Kejadian ini juga dipengaruhi oleh
durasi kala 2 persalinan, terutama waktu yang dibutuhkan untuk melahirkan
kepala dan bagian tubuh di atas umbilikus. Risiko absolut asfiksia neonatal
ditemukan lebih tinggi pada bayi dengan presentasi bokong yang lahir
pervaginam (3,3%) daripada sectio caesarea (0,6%)
b) Prolaps Tali Pusat
Prolaps tali pusat terjadi pada 7,4% dari seluruh persalinan dengan
presentasi bokong. Prolaps tali pusat terjadi 2 kali lipat lebih sering pada
wanita multipara (6%) daripada primigravida (3%).
Jepitan kepala janin terjadi pada 0–8,5% persalinan pervaginam dengan
presentasi bokong. Hal ini disebabkan oleh dilatasi serviks yang belum
sempurna dan molase kepala janin yang tidak adekuat. Angka kejadiannya
meningkat pada janin dengan usia kehamilan <32 minggu, di mana lingkar
kepala masih lebih besar dari abdomen.
c) Trauma Persalinan
Proses persalinan pervaginam pada presentasi bokong menimbulkan
risiko trauma persalinan yang lebih besar daripada sectio caesarea, dengan
risiko absolut sebesar 0,7% dan 0,17% secara berurutan. Beberapa trauma
persalinan yang mungkin terjadi adalah cedera pleksus brakialis, cedera
servikal medula spinalis, serta trauma organ intraabdomen.
Cedera pleksus brakialis terjadi pada 1 dari 1.000 persalinan
pervaginam yang direncanakan. Nuchal arms, kondisi di mana salah satu atau
kedua lengan bayi berada di belakang leher atau kepala, meningkatkan risiko
trauma persalinan seperti cedera pleksus brakialis. Cedera servikal medula
spinalis umumnya terjadi pada janin dengan sikap kepala hiperekstensi.
Sebanyak 8 dari 11 bayi dengan sikap kepala hiperekstensi yang lahir
pervaginam mengalami cedera servikal medula spinalis.

Kegawatdaruratan Pada Persalinan Sungsang 10


d) Kematian Perinatal
Angka kematian perinatal pada bayi dengan presentasi bokong
mencapai 25 dari 1.000 kelahiran hidup. Kematian perinatal pada presentasi
bokong berkisar antara 0,8–1,7 per 1.000 kelahiran untuk persalinan
pervaginam dan 0–0,8 per 1.000 kelahiran untuk sectio caesarea elektif.
Anomali kongenital, prematuritas, trauma saat persalinan, dan asfiksia
merupakan faktor peningkat morbiditas dan mortalitas perinatal.

D. KLASIFIKASI
Berdasarkan komposisi dari bokong dan kaki dapat ditentukan beberapa bentuk letak
sungsang :
1. Letak bokong murni (Frank Breech)
 Teraba bokong
 Kedua kaki menjungkit ke atas sampai kepala bayi.
 Kedua kaki bertindak sebagai spalk
2. Letak bokong kaki sempurna (Complete Breech)
 Teraba bokong
 Kedua kaki berada disamping bokong
3. Letak bokong tak sempurna (Incomplete/Footing Breech)
 Teraba bokong
 Disamping bokong teraba satu kaki

E. PATOFISIOLOGI
Letak janin dalam uterus tergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan
dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban

Kegawatdaruratan Pada Persalinan Sungsang 11


relative lebih banyak, sehingga memungkingkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan
demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentase kepala, letak sungsang atau
letak lintang, (Tanto, 2014).
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relative berkurang . bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada
kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri,
sedangkan kepala berada di ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan
demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, janin Sebagian
besar di temukan dalam presentase kepala. Presentase bokong yang menetap dapat
disebabkan oleh abnormalitas dari bayi, volume cairan amnion, lokasi plasenta, kelainan
uterus, tonos otot uterus yang lemah, dan prematuritas. (Saifuddin, 2011 dan Tanto,
2014)

F. DIAGNOSIS
1. Palpasi
Saat pemeriksaan leopold bagian bawah teraba lunak bulat dan tidak
melenting (bokong), sementara di fundus teraba bagian bulat, keras, melenting
(kepala) dan punggung teraba di kanan atau kiri (Hanretty, 2014).
2. Auskultasi
Denyut jantung janin paling jelas terdengar di atas umbilicus, punctum
maximum denyut jantung janin terdengar di 13 kuadran atas perut ibu (Mochtar,
2013).
3. Pemeriksaan dalam
Bokong teraba lunak dan tidak teratur dengan tidak adanya sutura yang
terpalpasi, walaupun terkadang sacrum dapat disalahartikan sebagai kepala yang
keras, dan bokong dapat diartikan sebagai caput succadeum. Anus dapat teraba dan
mekonium segar pada jari pemeriksa biasanya merupakan diagnosis. Jika tungkai
terekstensi, genital ekternal sangat jelas,teraba tetapi,harus diingat bahwa genitalia
eksterna tersebut mengalami edema. Vulva yang mengalami edema dapat disalah
artikan dengan skrotum. Jika kaki teraba, bidan harus membedakannya dengan
tangan. jari-jari kaki semuanya sama panjang, jari-jari kaki lebih pendek daripada jari
jari tangan dan ibu jari kaki tidak dapat direntangkan dan jari kaki lainnya. Kaki
berada pada sudut 90 derajat dari tungkai, dan tumit tidak memiliki kesaamaan
dengan tangan.

Kegawatdaruratan Pada Persalinan Sungsang 12


4. Pemeriksaan penunjang
Peranan USG sangat penting dalam diagnosis dan penilaian resiko pada
presentasi bokong. Taksiran berat janin, penilaian volume air ketuban, konfirmasi
letak plasenta, jenis presentasi bokong, keadaan hiperekstensi kepala, kelainan
congenital, dan kesejahteraan janin dapat diperiksa menggunakan ultrasonografi
(Saifuddin, 2011). Pemeriksaan USG juga digunakan untuk memastikan perkiraan
klinis presentasi bokong, bila mungkin untuk mengidentifikasi adanya anomali janin.
USG pada usia kehamilan 32-34 minggu untuk menegakkan diagnosis,
memperkirakan ukuran dan konfigurasi panggul ibu (Fadlun, 2012). Pemeriksaan
USG dilakukan untuk konfirmasi tipe dari presentasi bokong, memperkirakan berat
janin dan mengidentifikasi adanya kelainan janin atau plasenta (Tanto, 2014).
Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar,
dibagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang keras dan bulat, yakni kepala,
dan kepala teraba difundus uteri. Kadang- kadang bokong janin teraba bulat dan dapat
memberi kesan seolah- olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah
kepala. Sering kali wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain dari
pada kehamilan yang terdahulu, karena terasa penuh dibagian atas dan gerakan terasa
lebih banyak di bagian bawah.
Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih
tinggi daripada umbilikus. Apabila diagnosis letak sungsnag dengan pemeriksaan luar
tidak dapat dibuat, karena misalnya dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi
atau banyaknya air ketuban, maka diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
dalam. Apabila masih ada keragu- raguan, harus dipertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan ultrasonografik atau M.R.I. (Magnetic Resonance Imaging).
Diagnosis ditegakan dengan pemeriksaan abdominal. Pada palpasi di bagian
bawah teraba bagian yang kurang keras dan kurang bundar, semtara di fundus teraba
bagian yang keras, bundar dan melenting. Denyut jantung janin terdengar di atas
pusat. Pemeriksaan dengan USG atau rontgen dapat mengetahui letak yang
sebenarnya pada pemeriksaan pervaginam teraba bagian lunak anus juga akan teraba
bagian sacrum (Marmi, 2016).

G. PROGNOSIS
 Bagi ibu

Kegawatdaruratan Pada Persalinan Sungsang 13


Kemungkinan robekan pada perineum lebih besar, ketuban pecah lebih cepat, partus
lama, sehingga mudah terkena infeksi

 Bagi bayi
karena adanya gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong lahir dan
setelah perut lahir, tali pusat terjapit antara kepala dan panggul, sehingga bayi bisa
mengalami asfiksia.

H. PROSEDUR PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN PADA PERSALINAN


SUNGSANG

Pertolongan persalinan letak sungsang memerlukan perhatian karena dapat


menimbulkan komplikasi kesakitan, cacat permanen sampai kematian bayi. Menghadapi
kehamilan letak sungsang dapat diambil tindakan :
1. Saat kehamilan
 Mengubah Posisi Sungsang Dengan Bersujud

Cara termudah dan teraman untuk mengubah posisi janin sungsang adalah dengan
bersujud (knee chest position) secara rutin setiap hari sebanyak 2 kali sehari,
misalnya pagi dan sore, masing-masing selama 10 menit. Biasanya bayi akan
berputar dan posisinya kembali normal, yaitu kepala berada di bagian bawah rahim.
Pada saat kontrol ulang/ periksa ulang , maka bidan atau dokter akan kembali
melakukan pemeriksaan palpasi untuk memeriksa posisi janin. Jika belum berhasil,
maka latihan diulangi dan dilanjutkan setiap hari. Latihan ini hanya efektif bila
dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.

 Cara lain yakni dengan versi luar

Merupakan upaya yang dilakukan dari luar untuk dapat mengubah kedudukan janin
menjadi kedudukan lebih menguntungkan dalam persalinan pervaginam

( memutar posisi janin dari luar ). Untuk melakukan versi luar ini diperlukan syarat,
sehingga versi luar dapat berhasil dengan baik, yaitu :

a. Dilakukan pada primigravida dengan umur kehamilan 34 minggu, multigravida


dengan umur kehamilan 36

b. Pada inpartu dilakukan sebelum pembukaan 4 cm

Kegawatdaruratan Pada Persalinan Sungsang 14


c. Bagian terendah belum masuk atau masih dapat dikeluarkan dari pintu atas
panggul

d. Bayi dapat dilahirkan pervaginam

e. Ketuban masih positif utuh.

f. Tidak ada komplikasi atau kontraindikasi ( IUGR, perdarahan, bekas seksio,


kelainan janin, kehamilan kembar, hipertensi)

Tindakan ini hanya boleh dilakukan oleh dokter ahli (spesialis obsgyn). Oleh karena
itu, tindakan versi luar saat ini jarang dipraktikkan.

2. Persalinan diselesaikan dengan :

a. Pertolongan persalinan pervaginam

Pertolongan persalinan letak sungsang pervaginam yang tidak sempat atau tidak
berhasil dilakukan versi luar adalah :

1. Pertolongan fisiologis secara Brach

Persalinan Brach berhasil bila berlangsung dalam satu kali his dan mengejan,
Sedangkan penolong membantu melakukan hiperlordose. Bila persalinan
dengan satu kali his dan mengejan tidak berhasil, maka pertolongan Brach
dianggap gagal, dan dilanjutkan dengan ekstraksi (manual aid)

2. Ekstraksi bokong partial

Persalinan dengan ekstraksi bokong partial dimaksudkan bahwa:

a. Persalinan bokong sampai umbilikus berlangsung dengan kekuatan sendiri

b. Terjadi kemacetan persalinan badan dan kepala

c. Dilakukan persalinan bantuan dengan jalan : secara klasik, secara Muller


dan Loevset.

d. Pertolongan persalinan kepala

e. Pertolongan persalinan kepala menurut Mauriceau- veit Smellie, dilakukan


bila terjadi kegagalan persalinan kepala.

f. Persalinan kepala dengan ekstraksi forsep, dilakukan bila terjadi kegagalan


persalinan kepala dengan teknik Mauriceau viet Smellie.

Kegawatdaruratan Pada Persalinan Sungsang 15


g. Ekstraksi bokong totalis

Ekstraksi bokong total bila proses persalinan sungsang seluruhnya


dilakukan dengan kekuatan penolong sendiri.

b. Pertolongan persalinan dengan sektio sesarea

Memperhatikan pertolongan persalinan letak sungsang melalui jalan vaginal, maka


sebagian besar pertolongan persalinan sungsang dilakukan dengan seksio sesarea.

PENANGANAN
A. Pada saat Pemeriksaan Antenatal
a) Beritahu hasil pemeriksaan yang sebenarnya, jelaskan pada pasien mengenai
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dengan presentasi sungsang.
b) Beri konseling mengenai gerakan knee-cheest, yaitu meletakkan kepala diantara
kedua tangan lalu menoleh ke samping kiri atau kanan, kemudian turunkan badan
sehingga dada menyentuh kasur dengan menggeser siku sejauh mungkin.
Kegunaan gerakan ini adalah untuk mempertahankan atau memperbaiki posisi
janin agar bagian kepala janin tetap berada di bawah. Gerakan ini disebut juga
sebagai gerakan “anti sungsang”
c) Jika diketahui janin letak sungsang pada usia kehamilan kurang dari 34 minggu
tidak perlu dilakukan intervensi apapun, karena janin masih cukup kecil dan cairan
amnion masih cukup banyak sehingga kemungkinan besar janin masih dapat
memutar dengan sendirinya.
B. Pada saat persalinan

Teknik persalinan sungsang atau persalinan malpresentasi bokong disesuaikan


dengan tahapan kemajuan persalinan, kekuatan kontraksi uterus, dan kemampuan
mengejan ibu. Persalinan sungsang pervaginam dapat dilakukan secara spontan atau
dengan dengan bantuan manuver dari penolong dan alat bantu seperti forceps.

Persiapan Pasien
Persiapan pasien untuk persalinan pervaginam yang direncanakan meliputi
permintaan informed consent dan pemeriksaan untuk memastikan tidak ada
kontraindikasi terhadap persalinan pervaginam. Pemeriksaan ultrasonografi dan
pelvimetri bisa dilakukan untuk menyingkirkan kontraindikasi persalinan pervaginam.
Saat memasuki proses persalinan, pasien perlu diajarkan cara mengejan yang
efektif dan hanya mengejan tiap kali merasakan kontraksi. Pasien dianjurkan
mengosongkan kandung kemih. Jika pasien tidak dapat berkemih secara spontan,

Kegawatdaruratan Pada Persalinan Sungsang 16


dokter dapat melakukan kateterisasi urine. Pastikan akses intravena sudah terpasang
sebelum memasuki kala 2 persalinan
Persalinan harus dilakukan di fasilitas kesehatan yang memiliki fasilitas sectio
caesarea darurat, memiliki dokter spesialis anestesi dan spesialis anak yang tersedia
24 jam, dan mampu melakukan resusitasi neonatus.
Peralatan
Dalam tindakan persalinan sungsang, alat yang dibutuhkan meliputi alat untuk
proses persalinan serta alat untuk resusitasi neonatus. Peralatan yang diperlukan
antara lain:

 Meja persalinan

 Lampu persalinan dan pencahayaan ruangan yang memadai

 Alat pelindung diri untuk penolong (sepatu boot, apron, masker, penutup


kepala, dan sarung tangan steril)
 Kanula intravena dan kateter urine

 Alat pengukur denyut jantung janin

 Perlengkapan episiotomi dan jahit (gunting episiotomi, spuit, benang jahit)


 Forceps
 Klem dan gunting tali pusat

 Handuk atau duk hangat untuk memegang dan menghangatkan bayi

 Obat-obatan (lidokain, oksitosin, dan cairan infus kristaloid)


 Perlengkapan resusitasi bayi (infant warmer, kanula suction, laringoskop, pipa
endotrakeal, dan sungkup oksigen)

Posisi Pasien
Seperti persalinan pada umumnya, posisi litotomi merupakan posisi yang
digunakan. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists (2017) menyatakan
bahwa posisi semi-recumbent atau all-fours dapat diterapkan untuk
persalinan malpresentasi bokong pervaginam. Namun, saat ini data terkait pengaruh
posisi ini terhadap luaran persalinan masih sangat terbatas.
Posisi all-fours adalah posisi badan membungkuk ke depan dengan kaki dan
tangan menumpu badan. Posisi ini dikatakan dapat memperluas dimensi rongga pelvis
yang terlihat pada pencitraan magnetic resonance imaging (MRI). Sebaiknya,
pemilihan posisi persalinan disesuaikan dengan preferensi pasien dan pengalaman
penolong persalinan.

Prosedural

Kegawatdaruratan Pada Persalinan Sungsang 17


Selama proses persalinan, denyut jantung janin harus dipantau berkala.
Evaluasi kemajuan persalinan dilakukan sama seperti pada asuhan persalinan normal.
Augmentasi persalinan dengan oksitosin dapat dipertimbangkan jika kontraksi uterus
dinilai tidak adekuat. Sementara itu, pemberian analgesia dapat dilakukan jika
terdapat indikasi.
Setelah memasuki kala 2 persalinan, pasien mulai dipimpin mengejan.
Penurunan dan ekspulsi janin dari bokong hingga umbilikus sebisa mungkin hanya
mengandalkan kekuatan mengejan ibu tanpa bantuan traksi dari penolong.
Prinsip hands off the breech harus selalu diterapkan pada setiap persalinan
pervaginam dengan presentasi bokong.

Persalinan Bokong Spontan (Manuver Bracht)

Pada persalinan bokong spontan, kelahiran janin sepenuhnya tergantung pada


kekuatan mengejan ibu, setidaknya sampai janin lahir setinggi umbilikus. Penolong
persalinan menginstruksikan pasien untuk mengejan setiap merasakan kontraksi
uterus. Ketika bokong sudah crowning atau tampak membuka introitus vagina,
penolong dapat melakukan episiotomi. Namun, episiotomi tidak direkomendasikan
sebagai tindakan rutin pada presentasi bokong.
Setelah bokong bayi lahir, penolong dapat menopang bayi dengan memegang
secara lembut pada tulang panggul dan tulang ekor. Kedua ibu jari diletakkan di
tulang ekor dengan posisi sejajar dengan garis paha, sementara jari-jari lain berada
pada tulang panggul. Pada presentasi bokong murni, kelahiran bokong biasanya
diikuti dengan kelahiran spontan dari tungkai bawah. Jika kaki tidak lahir secara
spontan, dapat dilakukan manuver Pinard.

Penolong harus berhat-hati untuk tidak memberikan tarikan pada bokong atau
tungkai karena bisa menyebabkan defleksi kepala bayi. Untuk menjaga kepala bayi
dalam posisi fleksi, jagalah tubuh bayi tetap berada di bawah garis horizontal. Hindari
menopang bayi dengan memegang dinding abdomen karena bisa menyebabkan
trauma pada organ intraabdomen.

Setelah janin lahir setinggi umbilikus, proses kelahiran bagian dada,


ekstremitas atas, dan kepala diusahakan dapat selesai dalam waktu 3–4 menit untuk
mencegah kompresi tali pusat yang menyebabkan hipoksia pada janin. Penolong
dapat menunggu secara pasif sampai janin lahir setinggi skapula dan tetap meminta
pasien untuk mengejan. Jika skapula tidak bisa lahir secara spontan, lakukan manuver
Lovset.

Kegawatdaruratan Pada Persalinan Sungsang 18


Setelah bayi lahir setinggi skapula, lakukan manuver Bracht dengan langkah
sebagai berikut untuk melahirkan kepala:

1. Masih dengan posisi tangan yang sama di tulang ekor dan panggul, dekatkan
punggung janin ke arah perut ibu tanpa memberikan tarikan (punggung janin
hiperlordosis), sehingga leher berputar pada simfisis

2. Gerakkan janin ke superior untuk melahirkan seluruh bagian kepala

3. Letakkan bayi di atas perut ibu, bungkus bayi dengan handuk hangat, lakukan
pemotongan tali pusat

Jika terdapat hambatan dalam melahirkan kepala, asisten dapat membantu


dengan memberikan tekanan suprapubik. Jika kepala tidak dapat lahir dengan
spontan, dapat dilakukan manuver Mauriceau

Manuver Pinard

Manuver ini digunakan untuk melahirkan lutut dan kaki janin. Berikut
langkah-langkah melakukan manuver Pinard:

1. Masukkan tangan secara obstetrik pada sisi yang sama dengan bagian kecil janin

2. Jari telunjuk dan jari tengah menyusuri tungkai sampai ke fossa poplitea

3. Lakukan gerakan abduksi pada fossa poplitea sehingga menyebabkan fleksi


spontan pada lutut janin

4. Tangan yang berada di luar memberikan tekanan pada area suprasimfisis untuk
mempertahankan fleksi kepala janin

5. Kaki dikeluarkan dengan memegang pergelangan kaki janin dan menuntunnya


keluar vagina sampai batas lutut

6. Lakukan hal yang sama terhadap sisi lainnya

Manuver Lovset

Manuver Lovset digunakan untuk melahirkan bahu janin dengan melakukan


rotasi pada tubuh janin. Manuver ini digunakan jika lengan bayi terjungkit di
belakang kepalanya (nuchal arm). Langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Letakkan kedua ibu jari pada tulang ekor dengan jari-jari lain menggenggam
bagian atas paha janin

Kegawatdaruratan Pada Persalinan Sungsang 19


2. Rotasikan tubuh janin 90 derajat sehingga punggung bayi menghadap ke kanan
atau kiri penolong, kemudian lakukan sedikit traksi ke bawah untuk membantu
penurunan bahu

3. Lahirkan bahu dengan cara memasukkan satu atau dua jari ke area bahu janin.
Kemudian, dorong perlahan bahu ke arah dada dalam keadaan bahu fleksi

4. Rotasikan tubuh janin 180 derajat ke arah berlawanan sehingga punggung


menghadap ke sisi sebaliknya, sambil lakukan traksi ringan ke bawah

5. Lahirkan bahu dengan cara yang sama seperti di atas

Manuver Mauriceau

Manuver ini digunakan untuk melahirkan kepala janin. Langkah-langkahnya


adalah sebagai berikut:

1. Letakkan badan janin di atas tangan nondominan penolong, sehingga lengan


penolong menyangga seluruh bagian tubuh depan janin

2. Posisikan jari telunjuk dan jari tengah untuk menekan maksila atau eminensia
malar janin guna mempertahankan posisi fleksi. Hindari penekanan pada area
mandibula dan hindari memasukkan jari ke mulut karena meningkatkan risiko
trauma pada janin

3. Tangan dominan penolong berada pada tengkuk janin, dengan jari telunjuk dan
jari tengah mengapit bagian tengkuk

4. Asisten dapat membantu dengan memberikan penekanan suprapubik

5. Kepala janin dilahirkan dengan tetap mempertahankan posisi fleksi

6. Lakukan sedikit traksi ke arah bawah sampai oksiput terlihat di bawah simfisis
pubis. Traksi dilakukan oleh tangan yang berada di tengkuk janin, bukan
tangan yang menyangga badan

7. Setelah oksiput terlihat, angkat badan janin sehingga punggung janin


mendekat ke perut ibu

8. Jika tidak berhasil, manuver ini bisa dikombinasi dengan simfisiotomi

Persalinan Bokong dengan Ekstraksi Cunam Piper

Teknik persalinan menggunakan cunam atau forceps diindikasikan untuk


membantu melahirkan kepala pada aftercoming head. Tindakan ini dilakukan untuk
penyelamatan jika kepala tidak berhasil dilahirkan dengan manuver Mauriceau.
Namun, tindakan ini hanya direkomendasikan untuk tenaga penolong yang terlatih.

Kegawatdaruratan Pada Persalinan Sungsang 20


Bagian tubuh dan tangan janin disangga dan diangkat dengan handuk hangat
kemudian masing-masing bilah dari forceps dimasukkan sampai ke regio parietal
kepala janin. Lalu, kepala janin ditarik menggunakan bantuan forceps.

Follow Up
Setelah janin dilahirkan, proses persalinan dilanjutkan dengan melahirkan
plasenta dan manajemen aktif kala 3. Setelah itu, kondisi pasien akan diobservasi
selama 2 jam pada kala 4 persalinan. Observasi meliputi tanda vital, kekuatan
kontraksi uterus, dan perdarahan pervaginam yang dilakukan setiap 15 menit pada
jam pertama, kemudian setiap 30 menit pada jam kedua.

Pada persalinan pervaginam tanpa komplikasi, pasien dapat diobservasi 8–24


jam pascasalin sebelum diperbolehkan pulang. Selanjutnya, pasien dianjurkan untuk
melakukan kontrol 6 hari, 2 minggu, dan 6 minggu setelah persalinan. Beberapa hal
yang perlu dinilai adalah tanda vital, kontraksi uterus, tanda-tanda infeksi, perdarahan
pervaginam, tinggi fundus uteri, kondisi perineum, dan penyembuhan luka.

Menurut prawihardjo, berdasarkan jalan lahir yang dilalui maka, penatalaksanaan


persalinan sungsang dapat dibagi ,menjadi dua tipe yaitu :
1. Persalinan pervaginam
Persalinan letak sungsang dengan pervaginam mempunyai syarat yang harus
dipenuhi yaitu pembukaan benar-benar lengkap, kulit ketuban sudah pecah, his
adekuat dan tafsiran berat badan janin < 3600 gram.
Terdapat situasi-situasi tertentu yang membuat persalinan pervaginam tidak
dapat dihindarkan yaitu ibu memilih persalinan pervaginam, direncanakan bedah
sesar tetapi terjadi proses persalinan yang sedemikian cepat, persalinan terjadi di
fasilitas yang tidak memungkinkan dilakukan bedah sesar, presentasi bokong yang
tidak terdiagnosis hingga kala II dan kelahiran janin kedua pada kehamilan
kembar.
Persalinan pervaginam tidak dilakukan apabila didapatkan kontra indikasi
persalinan pervaginam bagi ibu dan janin, presentasi kaki, hiperekstensi kepala
janin dan berat bayi > 3600 gram, tidak adanya informed consent, dan tidak adanya
petugas yang berpengalaman dalam melakukan pertolongan persalinan
(Prawirohardjo, 2008).
Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang: bokong sempurna
(complete) atau bokong murni (frank breech), pelvimetri, klinis yang adekuat, janin

Kegawatdaruratan Pada Persalinan Sungsang 21


tidak terlalu besar, tidak ada riwayat seksio sesaria dengan indikasi CPD, kepala
fleksi.
 Persiapan untuk kelahiran bokong menurut Varney
1) Pemeriksaan abdomen yang hati-hati atau jika perlu USG untuk
menentukan jenis presentasi bokong dan menyingkirkan kecurigaan terjadinya
hiperekstensi kepala, hidrosefalus, atau bokong-kaki, atau bokong-lutut.
2) Dilatasi serviks lengkap.
3) Kosongkan kandung kemih ibu.
4) Persiapan episiotomi jika memang diperlukan.
5) Kaji efektifitas upaya mengejan pada ibu.
6) Persiapan untuk upaya resusitasi bayi baru lahir.
7) Posisikan pasien dalam posisi litotomi dengan penyangga kaki untuk
memberikan ruang yang adekuat di bawah panggul ibu yang dibutuhkan
untuk persalinan.
8) Dokter tempat berkonsultasi seharusnya telah diberi tahu dan sebaiknya
juga hadir atau segera datang jika dibutuhkan.
9) Lakukan pemasangan infus intravena (Cuningham, 2014 dan Endozien,
2013).
 Mekanisme persalinan letak sungsang
1. Bokong dan tungkai bawah
1) Penurunan : Bokong masuk panggul apabila diameter bitrochanteric telah
melewati PAP, pada RSA maka sacrum ada dikuadran kanan depan
panggul ibu dan diameter bitrochanteric ada pada diameter oblique kanan
oleh karena bokong merupakan pembuka yang kurang baik. Penurunan
berjalan lambat dan mungkin bokokng masih tetap tinggi sampai
persalinan sudah berjalan beberapa lama . kebanyakan bokong tidak turun
sampai pembukaan lengkap atau ketuban tidak pecah
2) Flexi : untuk memudahkan lewatnya bokong melalui panggul , terjadi flexi
lateral ada pinggul. Panggul depan menjadi bagian terendah . apabila
presentasinya bokong murni , kaki kaki janin bekerja sebagai bidai
pemanjang dan dengan mengurangi flexi lateral dan keluwesannya maka
kaki kaki ini dapat menghambat penurunan bokong.
3) Putaran Paksi dalam : Panggul depan mendapat tahana dari dasar panggul
dan berputar 45 derajat obliqa kanan panggul ke anteroposterior . sacrum

Kegawatdaruratan Pada Persalinan Sungsang 22


berputar menjauhi garis tengah dari kuadran depan ke kanan lintang.
Bokong lahir dengan flexi ke lateral Panggul depan terbentur dibawah
symphisis pubis, terjadi flexi ke lateral, dan panggung belaknag keluar
dan dilahirkan diatas pernineum. Kemudian bokong jatuh kearah anus dan
panggul depan tergelncir keluar dari bawah symphisis
2. Bahu dan lengan
Bahu masuk panggul pada diameter oblique kanan panggul , ketika sakrum
berputar dari ke sakrum anterior kanan. Putar paksi dalam. Bahu depan
Berputar dibawah symphisis . dan diameter basacromalis berputar 45 derajat
dari diameter oblique kanan ke diameter anteroposterior pintu bawah
panggul. Sakrum mengikuti dari sakrum anterior kanan. Bahu lahir dengan
Flexi lateral . Bahu depan terbentur dibawah symphisis dan bahu belakang
dengan lengan dilahirkan diatas perineum keika tubuh bayi diangkat ketas.
Kemudian bayi diturunkan dan bahu depan dengan lengan keluar dibawah
symphisis.
3. Kepala
1) Penurunan dan masuk panggul : Pada saat bahu ada di PBP, kepala
mencapai panggul. Ia mencapai panggul dengan sutura sagitalis pada
diameter oblique kiri. UUK ada dikuadran kanan depan panggul.
2) Flexi : Flexi kepala terjadi seperti pada presentasi lain, penting bahwa
flexi ini dipertahankan
3) Putaran Paksi dalam : Kepala sampai disasar panggul dan mengadakan
putaran paksi dalam sehingga ia mencapai pintu bawah panggul dengan
sutura sagitalis pada diameter anteroposterior, sudah pada lengkung
sakrum dan UUK dibawah sympisis. Sakrum berputar kearah pubis
sehingga punggung didepan.
4) Kepala lahir dengan flexi : Diameter – diameternya sama dengan
kedudukan UUK depan tetapi dalam arah yang sebaliknya. Tengkuk
menjadi titik putar dibawah symphisis dan dagu, mulut, hidung, dahi,
bregma, dan UUK dilahirkan diatas perineum dengan gerakan flexi.

Terdapat 3 metode umum persalinan presentasi bokong melalui vagina :


 Persalinan spontan (spontaneous breech)

Kegawatdaruratan Pada Persalinan Sungsang 23


Janin di lahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini disebut cara
Bracht. Pada persalinan spontan bracht ada 3 tahapan yaitu tahapan pertama yaitu
fase lambat, fase cepat, dan fase lambat.
1. Tahap pertama : fase lambat, yaitu mulai melahirkan bokong sampai pusat
(skapula depan). Disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak perlu
ditangani secara tergesa-gesa mengingat tidak ada bahaya pada ibu dan anak
yang mungkin terjadi.
2. Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai lahirnya mulut.
Pada fase ini, kepala janin masuk panggul sehingga terjadi oklusi pembuluh
darah tali pusat antara kepala dengan tulang panggul sehingga sirkulasi
uteroplasenta terganggu. Disebut fase cepat oleh karena tahapan ini harus
terselesaikan dalam 1 – 2 kali kontraksi uterus (sekitar 8 menit).
3. Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala
lahir. Fase ini disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak boleh
dilakukan secara tergesa-gesa untuk menghidari dekompresi kepala yang
terlampau cepat yang dapat menyebabkan perdarahan intracranial
Berikut ini teknik melahirkan secara bracht :
(a) Biarkan persalinan berlangsung dengan sendirinya (tanpa intervensi
apapun) hingga bokong tampak di vulva.
(b) Pastikan bahwa pembukaan sudah lengkap sebelum memperkenankan ibu
mengejan.
(c) Perhatikan hingga bokong membuka vulva.
(d) Lakukan episiotomi bila perlu (pada perineum yang cukup elastis dengan
introitus yang sudah lebar, episiotomi mungkin tidak diperlukan). Gunakan
anastesi lokal sebelumnya.
(e) Biarkan bokong lahir, bila tali pusat sudah tampak dikendorkan. Perhatikan
hingga tampak tulang belikat (scapula) janin mulai tampak di vulva. Awas :
jangan melakukan tarikan atau tindakan apa pun pada tahap ini.
(f) Dengan lembut peganglah bokong dengan kedua ibu jari penolong sejajar
sumbu panggul, sedang jari-jari yang lain memegang belakang pinggul
janin.
(g) Tanpa melakukan tarikan, angkatlah kaki, bokong, dan badan janin dengan
kedua tangan penolong disesuaikan dengan sumbu panggul ibu sehingga

Kegawatdaruratan Pada Persalinan Sungsang 24


berturut-turut lahir perut, dada, bahu dan lengan, dagu, mulut dan seluruh
kepala (Saifuddin, 2011).
 Manual aid (partial breech extraction)
Janin di lahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu, sebagian lagi dengan
tenaga penolong. Dalam cara ini, terdapat 3 tahap yaitu :
a) Tahap pertama : Bokong sampai umbilicus lahir secara spontan dengan
mengunakan kekuatan tenaga ibu sendiri.
b) Tahap kedua : Persalinan bahu dan lengan dibantu oleh penolong. Menurut
Manuaba (2010)
ada 3 cara :
 Cara Klasik
Pegang bokong dengan telunjuk pada spina ischiadika anterior superior dan
ibu jari menekan sacrum, kemudian tarik curam kebawah sampai skapula
tampak, lalu transi kearah atas untuk melahirkan bahu dan lengan belakang,
kemudian lengan depan.
 Cara Mueller
Tidak jauh berbeda dari cara klasik, perbedaaanya adalah lengan depan
dilahirkan lebih dulu kemudian lengan belakang. Caranya tarik janin vertikal
ke bawah lalu dilahirkan bahu dan lengan depan. Cara melahirkan bahu lengan
depan bisa spontan atau diikat dengan satu jari menyapu muka. Lahirkan bahu
belakang dengan menarik kaki ke atas lalu bahu dan lengan belakang diikat
menyapu kepala.
 Cara lovset
Bahu janin diputar 900 disertai tarikan sehingga dengan putaran tersebut bahu
dapat dilahirkan.
c) Tahap ketiga : Melahirkan kepala pada persalinan dengan presentasi bokong
melalui salah satu perasat berikut ini, yaitu :
 Perasat Wigand-Martin
Badan bayi diletakkan pada tangan penolong, jari tengah kanan
tersebut ditaruh pada mulut bayi, dan jari telunjuk dan jari manis pada
maxilla. Tujuan jari berada di mulut tidak untuk traksi tetapi untuk
mengusahakan dan mempertahankan fleksi. Kemudian dengan tangan
lainnya melakukan dorongan suprapubik pada kepala melalui perut ibu.

Kegawatdaruratan Pada Persalinan Sungsang 25


 Perasat Mauriceau-Smellie-Veit
Posisinya sama dengan perasat Wigand-Martin, dengan satu jari
dimulut dan dua jari pada maxilla. Perbedaannya penolong meletakkan
tangannya yang lain mengangkang diatas bahu bayi dan dengan cara ini
melakukan traksi. Efisiensi prosedur ini meningkat dengan dorongan
suprapubik pada kepala oleh asisten ketika penolong mengerjakan perasat
Mauriceau.
After coming head adalah kesulitan saat melahirkan kepala. Setelah
umbilicus lahir, kepala anak mulai masuk ke rongga panggul sehingga tali
pusat tertekan antara kepala dan dinding panggul (Martaadisoebrata, 2013).
Bayi akan mengalami asfiksia apabila umbilicus telah lahir dan tidak
ada kemajuan, untuk mengantisipasinya penolong tidak boleh menunggu
terlalu lama dan melakukan pertolongan secara manual aid agar kelahiran
dari umbilikus sampai janin lahir seluruhnya berlangsung < 8 menit
(Mochtar, 2013).
 Cunam piper pada kepala menyusul
Sediakan cunam piper sebagai antisipasi bila terdapat kesulitan saat
melahirkan kepala (WHO, 2013 dan Mochtar, 2013). Traksi pada tindakan
cunam piper langsung dikerjakan pada kepala untuk menghindari kerusakan
struktur pada leher bayi.
 Perasat prague terbalik
Dilakukan bila oksiput dibelakang (dekat dengan sacrum) dan muka
janin menghadap simfisis. Satu tangan mencekap leher dari sebelah belakang
dan punggung anak diletakkan diatas telapak tangan tersebut. Tangan
penolong lain memegang pergelangan kaki dan kemudian di elevasi keatas
sambil melakukan traksi pada bahu janin sedemikian rupa sehingga perut
anak mendekati perut ibu. Dengan larynx sebagai hypomochlion kepala anak
dilahirkan.
 Ekstraksi bokong (total breech extraction)
Janin di lahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong. Janin dilahirkan
seluruhnya dengan menggunakan tenaga penolong (teknik ekstrasi kaki, ekstrasi
bokong). Ekstrasi bokong merupakan pelahiran manipulatif yang dilakukan oleh

Kegawatdaruratan Pada Persalinan Sungsang 26


dokter spesialis obstetrik dan dilakukan untuk mempercepat persalinan dalam
situasi gawat seperti gangguan kondisi janin (Fraser, 2009).
A. Syarat dilakukan ekstaksi bokong
a) Panggul harus cukup lebar, tanpa disproporsi
b) Pembukaan harus lengkap
c) Vesica Urinaria dan rectum harus kosong
d) Anestesi yang dalam dan ahlinya sangat diperlukan
e) Diperlukan asisten yang terlatih
f) Anak harus hidup
B. Jenis ekstraksi total
a) Ekstraksi bokong
 Tindakan ini dikerjakan pada letak bokong murni dengan bokong yang
sudah berada didasar panggul.
 Teknik :
- Jari telunjuk penolong yang sesuai dengan bagian kecil anak
dimasukkan jalan lahir dan diletakkan pada lipat paha depan anak.
Dengan jari tersebut, lipat paha dikait. Untuk memperkuat kaitan
tersebut, tangan lain penolong mencekap pergelangan tangan yang
melakukan kaitan dan ikut melakukan traksi kebawah
- Bila dengan traksi tersebut trochanter depan sudah terlihat dibawah
arcus pubis, jari telunjuk tangan lain segera mengait lipat paha
belakang dan secara serentak melakukan traksi lebih lanjut untuk
melahirkan bokong
- Setelah bokong lahir, bokong dipegang dengan pegangan
“femuropelvik” dan janin dilahirkan dengan cara yang sudah dijelaskan
pada ekstraksi bokong parsialis.
b) Ekstraksi Kaki
Dilakukan dengan teknik :
- Setelah persiapan selesai, tangan penolong yang sesuai dengan bagian
kecil anak dimasukkan secara obstetris kedalam jalan lahir, sedangkan
tangan lain membuka labia.
- Tangan yang didalam mencari kaki dengan menyelusuri bokong –
pangkal paha sampai belakang lutut (fosa poplitea) dan kemudian

Kegawatdaruratan Pada Persalinan Sungsang 27


melakukan fleksi dan abduksi paha janin sehingga sendi lutut menjadi
fleksi
- Tangan yang diluar (dekat dibagian fundus uteri) mendekatkan kaki janin
untuk mempermudah tindakan mencari kaki janin tersebut diatas.
- Setelah lutut fleksi, pergelangan kaki anak dipegang diantara jari ke II
dan III dan dituntun keluar dari vagina.

2. Persalinan perabdominan (sectio caesarean)


Sectio Ceaesaria adalah suatu cara melahirkan melalui insisi pada dinding
abdomen dan rahim. Persalinan per abdominal telah menggantikan teknik
persalinan pervaginam dengan bantuan alat untuk persalinan dengan komplikasi
tertentu dan sering digunakan dalam menangani janin beresiko, khususnya pada
janin 21 prematur (Hanretty, 2014)
Menurut Saifuddin (2011) sectio ceaesaria lebih aman dan direkomendasikan pada
:
a) Presentasi kaki ganda
b) Panggul sempit
c) Bekas sectio ceaesaria dengan indikasi disproporsi sefalopelvik
d) Kepala hiperekstensi atau defleksi
e) Janin sangat besar
f) Plasenta previa
g) Keterlambatan penurunan bokong setelah pembukaan lengkap.
h) Primigravida (Oxorn, 2010).

Kegawatdaruratan Pada Persalinan Sungsang 28


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan materi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kelainan pada
letak sungsang merupakan kondisi dimana presentasi janin dalam uterus terutama
bokong janin lebih dulu memasuki rongga panggul, terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bawah kavum uteri. (Manuaba, 2010).
Kelainan pada letak sungsang dapat dibagi dalam beberapa tipe, yaitu :
 Frank Breech ( Presentasi bokong murni)
 Complete Breech ( Presentasi bokong sempurna)
 Incomplete/Footing Breech ( Presentasi bokong tidak sempurna)
Kemudian pertolongan pada persalinan dengan letak sungsang dapat ditolong melalui
jalan lahir (per vaginam) dan sectio caesarian (per abdomen). Baik keduanya memiliki
risikonya masing-masing apabila diterapkan, baik risiko untuk ibu maupun janin.

B. SARAN
Seorang bidan memang tidak memiliki wewenang untuk menolong persalinan sungsang
kecuali, dalam kondisi-kondisi tertentu. Oleh karna itu sebagai calon tenaga kesehatan
yang bergerak dalam pelayanan kebidanan, alangkah baiknya sebagai seorang mahasiswi
bidan untuk mempelajari dan memahami semua hal yang berkaitan dengan persalinan
sungsang

Kegawatdaruratan Pada Persalinan Sungsang 29


DAFTAR PUSTAKA

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/viewFile/12798/12388
https://ejournal.unisayogya.ac.id/ejournal/index.php/jkk/article/download/155/pdf
http://research.unissula.ac.id/file/publikasi/
210104088/392LETAK_SUNGSANG_HARUSKAH_DITERMINASI_DENGAN_BEDAH_SE
SAR.pdf
http://repository.unimus.ac.id/1298/3/5.%20BAB%202.pdf

Kegawatdaruratan Pada Persalinan Sungsang 30

Anda mungkin juga menyukai