DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
FATMAWATI
ITSNA ARYANI
JUMINAH
LUCIA SERNI LONTOH
MIRNA ARDINA
MUHIBATUL AWALIAH
NORHAYATI
NUR JANNAH
SELVIANA PUTRI
KATA PENGANTAR...................................................................................................viii
DAFTAR ISI...................................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Tujuan Masalah............................................................................................4
C. Manfaat........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI.........................................................................................5
A. Konsep Persalinan........................................................................................5
1. Pengertian Persalinan.............................................................................5
2. Pengertian Letak Sungsang atau Bokong.................................................6
3. Penyebab..................................................................................................6
4. Etiologi....................................................................................................7
5. Jenis Posisi dan Presentasi Bokong..........................................................8
6. Diagnosis Presentasi Bokong...................................................................9
7. Mekanisme Persalinan...........................................................................11
8. Komplikasi Persalinan Sungsang...........................................................11
9. Jenis Persalinan Sungsang.....................................................................12
10. Prosedur Pertolongan Persalinan Spontan..............................................13
11. Prosedur Manual Aid.............................................................................15
12. Prosedur Ekstraksi Sungsang.................................................................20
13. Wewenang Bidan dalam Persalinan Letak Sungsang.............................20
B. Aplikasi Manajemen Kebidanan pada Persalinan Letak Sungsang 21
1. Data Subjektif........................................................................................21
2. Data Objektif.........................................................................................21
3. Analisa...................................................................................................22
4. Penatalaksanaan.....................................................................................22
BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................................24
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................29
A. Kesimpulan..................................................................................................29
B. Saran............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan normal adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar yang terjadi pada kehamilan yang cukup bulan (37-42
minggu) dengan ditandai adanya kontraksi uterus yang menyebabkan penipisan, dilatasi serviks, dan
mendorong janin keluar melalui jalan lahir dengan presentase belakang kepala tanpa alat atau
bantuan (lahir spontan) serta tidak ada komplikasi pada ibu dan janin (Kuswanti, 2014).
Terjadinya kematian perinatal kemungkinan dapat disebabkan karena persalinan presentasi
bokong sebesar 4-5 kali dibandingkan presentasi kepala. Sebab kematian perinatal pada persalinan
presentasi bokong yang terpenting adalah prematuritas dan penanganan persalinan yang kurang
sempurna dengan akibat hipoksia atau perdarahan di dalam tengkorak. Trauma lahir pada presentasi
bokong banyak dihubungkan dengan usaha untuk mempercepat persalinan dengan tindakan–
tindakan untuk mengatasi macetnya persalinan (Devi Indryanti, 2017).
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada dibagian bawah cavum uteri. Tipe letak sungsang yaitu frank breech
(50-70%) yaitu kedua tungkai fleksi, complete breech (5-10%) yaitu tungkai atas lurus keatas,
tungkai bawah ekstensi, Footling (10-30%) yaitu satu atau kedua tungkai atas ekstansi, presentasi
kaki letak sungsang terjadi pada 3-4% dari seluruh persalinan. Kejadian letak sungsang berlangsung
dengan bertambahnya usia kehamilan. Letak sungsang pada usia kehamilan 28 minggu sebesar 25%,
pada kehamilan 32 minggu 7%, dan 1-5% pada kehamilan aterm (Devi Indryanti, 2017).
Pada presentasi bokong baik ibu dan janin mengalami peningkatan resiko yang besar
dibandingkan dengan presentase kepala. Peralinan letak sungsang dengan prematuritas memiliki
morbilitas dan mortalitas lebih tinggi. (Norma. N dkk, 2013).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dasar persalinan sungsang dan manajemen asuhan persalinan
sungsang
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan pengkajian dan analisis data dasar pada ibu bersalin pada kasus
persalinan sungsang
b. Dapat melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi pada ibu bersalin pada kasus
persalinan sungsang
c. Dapat menyusun perencanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin sesuai dengan kasus
persalinan sungsang
d. Dapat melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin pada kasus persalinan
sungsang
e. Dapat mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan pada ibu bersalin pada
kasus persalinan sungsang
f. Dapat mendokumentasikan hasil temuan asuhan kebidanan yang dilaksanakan pada ibu
bersalin pada kasus persalinan Sungsang
C. Manfaat
1. Manfaat Akademik
Memberikan Informasi dan masukan instansi terkait dalam meningkatkan kualitas pelayanan.
2. Manfaat bagi Mahasiswa
Merupakan pengalaman ilmiah yang berharga yang dapat meningkatkan pengetahuan dan
menambah wawasan tentang faktor yang berhubungan dengan Persalinan Sungsang.
3. Manfaat bagi Institusi
Diharapkan dapat berguna sebagai salah satu hasil penemuan dan kajian serta bahan acuan atau
pedoman bagi institusi jurusan kebidanan untuk penulisan makalah selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau bukan jalan lahir, dengan
bantuan atau tanpa bantuan.(Nurdiyani, 2020)
Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya kontraksi uterus yang
menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari serviks, kelahiran bayi, kelahiran plasenta,
dan proses tersebut merupakan proses alamiah.(Oktarina, 2016)
Persalinan adalah rangkaian peristiwa keluarnya bayi yang sudah cukup berada
dalam rahim ibunya, dengan disusul oleh keluarnya plasenta dan selaput janin dari tubuh
ibu.(Kurniarum,2016)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa persalinan adalah suatu
proses yang dimulai dengan adanya kontraksi uterus yang menyebabkan dilatasi serviks
sehingga terjadi pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang sudah cukup bulan berada
dalam rahim ibunya melalui jalan lahir atau bukan jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa
bantuan dan merupakan proses alamiah.
2. Pengertian letak sungsang atau bokong
Persalinan letak sungsang adalah letak bayi sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala
berada pada fundus uteri sedangkan bokong merupakan bagian terbawah (di daerah pintu
atas panggul/simfisis).(Saifuddin,2009)
Letak sungsang atau presentasi bokong adalah suatu keadaan yang terjadi dimana
bokong atau tungkai janin sebagai bagian yang terendah di dalam panggul ibu.
(fadlun,2014)
Letak sungsang atau presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian
terendahnya bokong, kaki atau kombinasi keduanya. (Saifuddin,2016)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa persalinan letak sungsang
adalah suatu keadaan dengan letak janin memanjang dan bokong atau tungkai janin berada
di bagian terendah pintu atas panggul.
3. Penyebab
Sering kali tidak ada penyebab yang bisa diidentifikasi, tetapi berbagai kondisi
berikut ini mendorong terjadinya presentasi bokong.
a. Tungkai ekstensi
Versi sefalik spontan dapat terhambat jika tungkai janin mengalami ekstensi dan
„membelit‟ punggung.
b. Persalinan premature
Presentasi bokong relatif banyak terjadi sebelum usia gestasi 34 minggu sehingga
presentasi bokong lebih sering terjadi pada persalinan premature.
c. Kehamilan kembar
Kehamilan kembar membatasi ruang yang tersedia untuk perputaran janin, yang dapat
menyebabkan salah satu janin atau lebih memiliki presentasi bokong.
d. Polihidramnion
Distensi rongga uterus oleh cairan amnion yang berlebihan dapat menyebabkan
presentasi bokong.
e. Hidrosefalus
Peningkatan ukuran kepala janin lebih cenderung terakomodasi di dalam fundus.
f. Abnormlitas uterus
Dostorsi rongga uterus oleh septum atau jaringan fibroid dapat menyebabkan presentasi
bokong.
g. Plasenta previa
Sebagian penulis meyakini bahwa hal ini dapat menyebabkan presentasi bokong, tetapi
sebagian lain tidak menyetujui hal tersebut.(Frsser,2009)
4. Etiologi
Penyebab letak sungsang dapat berasal dari:
a. Faktor ibu
1) Keadaan rahim
a) Rahim arkuatus
b) Septum pada rahim
c) Uterus dupleks
d) Mioma bersama kehamilan
2) Keadaan plasenta
a) Plasenta letak rendah
b) Plasena previa
3) Keadaan jalan lahir
a) Kesempitan panggul
b) Deformitas tulang panggul
c) Terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala.
b. Faktor Janin
a) Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
b) Hirdosefalus atau anensefalus
c) Kehamilan kembar
d) Hirdramnion atau oligohidramnion
e) Prematuritas.(Setyarini,2016)
d. Presentasi lutut
Hal ini jarang terjadi. Satu atau kedua pinggul mengalami ekstensi, dengan lutut fleksi.
7. Mekanisme Persalinan
Kepala adalah bagian janin yang terbesar dan kurang elastis. Pada presentasi kepala,
apabila kepala dapat dilahirkan, maka bagian janin lainnya relatif mudah dilahirkan. Tidak
demikian halnya pada presentasi bokong membantu. Hal inilah yang menjadikan persalinan
vaginal pada presentasi bokong lebih berisiko. Pemahaman tentang mekanisme
persalinannya akan dalam memberikan upaya pertolongan persalinan yang berhasil.
Bokong akan memasuki panggul (engagement dan descent) dengan diameter
bitrokanter dalam posisi oblik. Pinggul janin bagian depan (anterior) mengalami penurunan
lebih cepat dibanding pinggul belakangnya (posterior). Dengan demikian, pinggul depan
akan mencapai pintu tengah panggul terlebih dahulu. Kombinasi antara tahanan dinding
panggul dan kekuatan yang mendorong ke bawah (kaudal) akan menghasilkan putaran paksi
dalam yang membawa sakrum ke arah transversal (pukul 3 atau 9), sehingga posisi diameter
bitrokanter di pintu bawah panggul menjadi anteroposterior.
Penurunan bokong berlangsung terus setelah terjadinya putaran paksi dalam.
Perineum akan meregang, vulva membuka, dan pinggul depan akan lahir terlebih dahulu.
Pada saat itu, tubuh janin mengalami putaran paksi dalam dan penurunan, sehingga
mendorong pinggul bawah menekan perineum. Dengan demikian, lahirlah bokong dengan
posisi diameter bitrokanter anteroposterior, diikuti putaran paksi luar. Putaran paksi luar
akan membuat posisi diameter bitrokanter dari anteroposterior menjadi transversal.
Kelahiran bagian tubuh lain akan terjadi kemudian baik secara spontan maupun dengan
bantuan (manual aid). (Saifuddin,2016)
8. Komplikasi Persalinan Sungsang
a. Impaksi bokong
Persalinan menjadi macet jika janin berukuran terlalu besar untuk pelvis maternal.
b. Prolaps tali pusat
Hal ini lebih sering berjadi pada presentasi bokong fleksi atau bokong kaki karena
presentasi ini memiliki bagian presentasi yang tidak pas.
c. Cedera lahir
Kerusakan Jaringan superfisial. Bidan harus memperingatkan ibu dan pasangannya
tentang memar yang mungkin terjadi setelah pelahiran. Edema dan memar pada
genetalia bayi dapat terjadi akibat tekanan pada serviks. Pada presentasi bokong kaki,
kaki yang keluar pada vagina atau vulva untuk waktu yang lama dapat mengalami
edema berat dan pucat. Jika pelahiran dilakukan dengan benar, hal-hal berikut ini
jarang terjadi:
1) Fraktur humerus, klavikula atau femur atau dislokasi bahu atau pinggul. Hal
tersebut dapat terjadi selama pelahiran lengan atau tungkai yang terekstensi.
2) Palsi Erb. Hal ini dapat terjadi jika pleksus brakialis rusak. Pleksus brakialis dapat
rusak saat pelahiran akibat berputarnya leher bayi.
3) Trauma organ internal. Dapat terjadi ruptur hati atau limpa, akibat genggaman pada
abdomen.
4) Kerusakan medula spinalis atau fraktur tulang belakang. Hal ini dapat terjadi akibat
penekukan badan ke arah belakang di atas simfisis pubis saat melahirkan kepala.
5) Perdarahan intrakranial. Hal ini dapat terjadi akibat pelahiran kepala yang berlalu
cepat, yang tidak memberi kesempatan untuk mulase. Hipoksia juga dapat
menyebabkan perdarahan intrakranial.
d. Hipoksia janin
Hal ini dapat terjadi akibat prolaps tali pusat atau kompresi tali pusat atau plasenta
terlepas sebelum waktunya.
e. Plasenta terlepas sebelum waktunya
Retraksi yang cukup kuat pada uterus terjadi pada saat kepala masih berada di dalam
vagina dan plasenta mulai terlepas. Keterlambatan pelahiran kepala yang lama dapat
menyebabkan hipoksia berat pada janin.
f. Trauma maternal
Komplikasi maternal akibat pelahiran presentasi bokong sama dengan komplikasi
pelahiran pervaginam operatif lainnya.(fraser,2009)
c) Lovset
(1) Prinsip persalinan secara Lovset ialah memutar badan janin dalam
setengah lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi curam ke bawah
sehingga bahu yang sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir di
bawah simfisis. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa adanya inklinasi
antara pintu atas panggul dengan sumbu panggul dan bentuk lengkungan
panggul yang mempunyai lengkungan depan lebih pendek dari lengkungan
di belakang, sehingga setiap saat bahu belakang selalu dalam posisi lebih
rendah dari bahu depan.
(2) Badan janin dipegang secara femuro-pelviks dan sambil dilakukan traksi
curam ke bawah badan janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu
belakang menjadi bahu depan. Kemudian sambil dilakukan traksi, badan
janin dipurar kembali ke arah yang berlawanan setengah lingkaran,
demikian seterusnya bolak-balik, sehingga bahu belakang tampak di bawah
simfisis dan lengan dapat dilahirkan.
(3) Bila lengan janin tidak dapat lahir dengan sendirinya, maka lengan janin
ini dapat dilahirkan dengan mengait lengan bawah dengan jari penolong.
d) Bickenbach‟s
Prinsip persalinan secara Bickenbach‟s ialah merupakan kombinasi antara cara
Mueller dengan cara Klasik. Teknik ini hampir sama dengan cara Klasik.
(1) Melahirkan lengan menunjuk (nuchal arm)
(a) Yang dimaksud lengan menunjuk ialah bila salah satu lengan janin
melingkar di belakang leher dan menunjuk ke suatu arah. Berhubung
dengan posisi lengan semacam ini tidak mungkin dilahirkan karena
tersangkut di belakang leher, maka lengan tersebut harus dapat diubah
sedemikian rupa, sehingga terletak di depan dada.
(b) Bila lengan belakang yang menunjuk, maka badan atas janin
dicengkam dengan kedua tangan penolong, sehingga kedua ibu jari
diletakkan pada punggung janin sejajar sumbu panjang badan. Sedang
jari-jari lain mencengkam dada. Badan anak diputar seraha dengan arah
lengan menunjuk kea rah belakang (sakrum), sehingga lengan tersebut
terletak di depan dada dan menjadi lengan belakang. Kemudian lengan
ini dilahirkan dengan cara klasik.
(c) Bila lengan depan yang menunjuk, maka dilahirkan dengan cara yang
sama, hanya cara memegang badan atas dibalik, yaitu ibu jari
diletakkan di dada dan jari lain mencengkam punggung.
(2) Melahirkan lengan menjungkit
Yang dimaksud lengan menjungkit ialah bila lengan dalam posisi lurus ke
atas di samping kepala. Cara terbaik untuk melahirkan lengan menjungkit
ialah dengan cara Lovset. Perlu diingat, bila sedang melakukan pimpinan
persalinan secara Bracht, kemudian terjadi kemacetan bahu dan lengan,
maka harus dilakukan periksa dalam apakah kemacetan tersebut karena
kelainan posisi lengan tersebut di atas.
Teknik Prague terbalik dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di
belakang dekat sakrum dan muka janin menghadap simfisis.
Satu tangan penolong mencekam leher dari arah bawah dan punggung janin
diletakkan pada telapak tangan penolong. Tangan penolong yang lain
memegang kedua pergelangan kaki. Kaki janin ditarik ke atas bersamaan
dengan tarikan pada bahu janin, sehingga perut janin mendekati perut ibu.
Dengan laring sebagai hipomoklion, kepala janin dapat dilahirkan.
d) Cunam Piper
(1) Cunam Piper dibuat khusus untuk melahirkan kepala janin pada lerak
sungsang, sehingga mempunyai bentuk khusus, yaitu:
(a) daun cunam berfenestra, yang mempunyai lengkungan panggul yang
agak mendatar (baik untuk pemasangan yang tinggi).
(b) tangkainya panjang, melengkung ke atas dan terbuka, keadaan ini dapat
menghindari kompresi yang berlebihan pada kepala janin.
(2) Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki, dan kedua lengan
janin diletakkan di punggung janin. Kemudian badan janin dielevasi ke
atas, sehingga punggung janin mendekati punggung ibu.
(3) Pemasangan cunam pada after coming head tekniknya sama dengan
pemasangan cunam pada letak belakang kepala. Hanya pada kasus ini
cunam dimasukkan dari arah bawah, yaitu sejajar dengan pelipatan paha
belakang. Setelah suboksiput tampak di bawah simfisis, maka cunam
dielevasi ke atas dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion, berturut-
turut lahir dagu, mulut, muka, dahi dan akhirnya seluruh kepala lahir.
12. Prosedur Ekstraksi Sungsang
a. Teknik ekstraksi kaki.
1) Setelah persiapan selesai, tangan yang searah dengan bagian-bagian kecil janin
dimasukkan secara obstetrik kedalam jalan lahir, sedang tangan yang lain membuka
labia.
2) Kedua tangan penolong memegang betis janin.
3) Pegangan dipindahkan pada pangkal paha setinggi mungkin dengan kedua ibu jari
dibelakang paha, sejajar sumbu panjang dan jari lain didepan paha.
4) Pangkal paha ditarik curam kebawah sampai trokhanter depan lahir.
5) Untuk melahirkan trokhanter depan maka pangkal paha ditarik terus curam ke
bawah.
6) Setelah bokong lahir, maka untuk melahirkan janin dipakai teknik pegangan
FemuroPelviks, sehingga badan janin ditarik kebawah sampai pusar lahir.
7) Untuk melahirkan badan janin yang lain dilakukan cara persalinan yang sama seperti
pada manual aid.
b. Teknik ekstraksi bokong.
1) Ekstraksi bokong dikerjakan bila jenis letak sungsang adalah letak bokong murni dan
bokong sudah berada didasar panggul, sehingga sukar untuk menurunkan kaki.
2) Jari telunjuk tangan penolong yang searah dengan bagian kecil janin, dimasukkan
kedalam jalan lahir dan diletakkan dipelipatan paha depan.
3) Jari telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan paha ditarik curam
kebawah sampai bokong lahir.
4) Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara Femuro-Pelviks, kemudian janin
dapat dilahirkan dengan cara manual.
3. Analisa
Setelah mendapatkan data subjektif dan objektif kemudian menentukan masalah potensial yang
memerlukan tindakan, selanjutnya disimpulkan dengan pernyataan :
Ny. … usia … tahun, G…P…A…, hamil … minggu inpartu kala …, janin tunggal hidup
dengan persalinan letak sungsang.
4. Penatalaksanaan
a. Penanganan letak sungsang
Adapun prosedur-prosedur yang dapat dilakukan pada persalinan letak sungsang dengan
presentasi bokong sempurna yaitu memimpin persalinan saat pembukaan lengkap dan
bokong telah mencapai vagina, melakukan episiotomi jika perineum kaku dan
melahirkan bayi dengan teknik Bracht. (Saiffudin,2014)
b. Perawatan pasca persalinan sungsang.
1) Isap lendir dan mulut bayi
2) Klem dan potong tali pusat
3) Berikan oksitosin 10 iu IM dan 1 menit sesudah bayi lahir
4) Lanjutkan penanganan aktif kala III
5) Periksa keadaan pasien dengan baik
6) Lakukan penjahitan robekan serviks atau episiotomi
c. Persalinan letak sungsang harus dilahirkan per abdominam atau sectio caesarea bila :
1) Primigravida tua.
2) Nilai sosial janin tinggi (high social value baby).
3) Riwayat persalinan yang buruk (bad obstetric history).
4) Janin besar, lebih dari 3,5 kg – 4 kg.
5) Dicurigai adanya kesempitan panggul.
6) Prematuritas.
d. Hal-hal yang harus dilakukan sebelum melakukan pertolongan persalinan
pervaginam, yaitu:
1) Pemeriksaan abdominal yang hati-hati, jika perlu USG
2) Dilatasi serviks lengkap
3) Eliminasi setiap pertanyaan mengenai keadekuataan pelvis
4) Pengosongan kandung kemih
5) Pemotongan episiotomi
6) Persiapan untuk upaya resusitasi bayi baru lahir dalam suaka lengkap.
7) Wanita sebaiknya berada pada posisi litotomi dengan penyangga kaki ditepi
tempat tidur
8) Dokter tempat berkonsultasi seharusnya telah diberi tahu dan sebaiknya juga hadir
atau segera datang jika dibutuhkan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
a. Nama : Ny. P Nama Suami : Tn. I
b. Usia : 22 Tahun Usia : 25 Tahun
c. Suku : Sunda Suku : Sunda
d. Agama : Islam Agama :Islam
e. Pendidikan : SMP Pendidikan :SMA
f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan :Buruh
g. Alamat : Jl. Jenderal Sudirman
2. Keluhan utama
Ibu datang ke RS pukul 08.25 atas rujukan bidan puskesmas dengan diagnosa persalinan
sungsang.
3. Riwayat kehamilan sekarang
Ini adalah kehamilan pertama dan tidak pernah mengalami keguguran. Hari pertama haid terakhir
(HPHT) tanggal 17 Juni 2021 dan hari perkiraan lahir (HPL) tanggal 27 Maret 2022. Gerakan
janin aktif. Ibu rutin memeriksakan kehamilannya ke bidan setiap bulan. Ibu mengetahui
kehamilan saat ini sungsang pada saat usia kehamilan 32 minggu berdasarkan hasil
pemeriksaan USG. Ibu mengikuti anjuran bidan untuk melakukan gerakan knee chest. Ibu
rutin mengonsumsi tablet penambah darah (Fe) yang diberikan bidan, sudah mendapatkan
imunisasi TT 2 kali di bidan. Tidak mengonsumsi jamu atau obat-obatan apapun. Pada usia
kehamilan Trimester 3 ibu mengeluh sesak dan terasa nyeri pada daerah tulang iga.
4. Riwayat kesehatan ibu saat ini
Ibu mengeluh mulas sejak pukul 17.30 dan belum keluar air-air dari kemaluannya. Ibu datang
ke Puskesmas pukul 22.30 WITA karena mulas semakin kuat dan sering. Adapun hasil
pemeriksaan pembukaan satu, ketuban utuh dengan presentasi bokong. Pukul 06.00 WITA
ibu mengatakan sudah keluar air-air, hasil pemeriksaan yaitu pembukaan 6 dan ketuban pecah
jernih. Pukul 07.00 WITA pembukaan lengkap dan dipimpin meneran oleh bidan namun
hingga pukul 08.00 WITA bayi belum lahir. Lalu bidan melakukan rujukan ke RS dan tiba di
RS pukul 08.25 WITA.
5. Riwayat kesehatan ibu dan keluarga
Ibu mengatakan bahwa ibu dan keluarga tidak memiliki penyakit hipertensi, diabetes,
malaria, HIV/AIDS, ginjal, asma, dan penyakit menular lainnya. Ibu tidak memiliki turunan
kembar.
6. Riwayat biologi-psiokologi-sosial dan ekonomi
a. Biologi
1) Pola nutrisi
Ibu terakhir makan pukul 07.00 WITA dengan 3 potong roti. ibu terakhir minum 1
gelas air pukul 08.00 WITA.
2) Eliminasi
Ibu buang air besar (BAB) terakhir pukul 06.00 WITA dengan konsistensi lunak dan
buang air kecil (BAK) terakhir pukul 06.00 WITA.
3) Aktivitas dan istirahat
Tadi malam ibu tidak bisa beristirahat dengan tenang, sering terbangun karena
perutnya terasa mulas.
b. Psikologi
Ibu terlihat tenang menghadapi proses persalinan, suami dan keluarga mendampingi
ibu dan memberikan dukungan emosional.
c. Sosial
Ibu telah menikah selama 1 tahun dengan status pernikahan pertama. Kehamilan ini
direncanakan dan didukung oleh suami dan keluarga.
d. Ekonomi
Ibu telah mempersiapkan dana persalinan dan berencana untuk menggunakan. BPJS.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : 120/80 mmHg
2) Nadi : 84x/menit
3) Pernapasan : 18x/menit
4) Suhu : 36,5°C
2. Pemeriksaan fisik
a. Wajah
Tidak oedema, conjungtiva merah muda dan sklera putih.
b. Abdomen
Tinggi fundus uteri (TFU) 29 cm, teraba kepala, punggung kanan, bagian terendah
bokong. Denyut jantung janin (DJJ): 142x/menit teratur, his 4x/10 menit lamanya 45
detik. Kandung kemih penuh.
c. Ektermitas
Kaki dan tangan tidak oedema, kuku tidak pucat dan tidak ada varises. Terpasang infus
RL 500 ml di tangan kiri.
d. Genitalia dan Anus
Vulva tidak ada benjolan dan pembengkakan, vagina tidak ada varises, terdapat
pengeluaran lendir darah. VT: tidak terdapat benjolan pada dinding vagina, portio tidak
teraba, pembukaan 10 cm, selaput ketuban tidak teraba (negatif), teraba sakrum, hodge
3. Tidak terdapat haemorroid.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Hematologi
1) Hemoglobin : 12.5 Gr%
2) Jumlah leukosit : 19,800/mm3
3) Trombosit : 215,000/mm3
4) Hematocrit : 36%
b. Imunologi
1) HBSAG : Non Reaktif
2) HIV : Non Reaktif
3) TPHA : Non Reaktif
4) Sars-Cov-2 Antigen : Non Reaktif
C. ANALISA
Diagnosa : G1P0000 Hamil 38 minggu inpartu kala II dengan persalinan sungsang. Janin tunggal,
hidup, presentasi bokong dan keadaan janin baik.
Masalah :
Diagnosa Potensial :
Masalah Potensial :
Kebutuhan Segera :
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan umum ibu baik. Ibu
dan keluarga mengerti.
2. Melakukan kateterisasi untuk mengosongkan kandung kemih ibu. Urin yang keluar ±50cc.
3. Mengajarkan ibu teknik relaksasi saat ada mulas dengan cara menghirup napas panjang dari
hidung dan menghembuskannya melalui mulut. Ibu mempraktikkannya dengan baik.
4. Memberikan dukungan kepada ibu agar tetap tenang dalam menghadapi proses persalinan.
5. Memposisikan ibu dengan posisi litotomi. Ibu mampu melakukannya dengan baik.
6. Menganjurkan ibu untuk merangkul kedua kakinya ke arah perut dan membuka lebar daerah
kemaluannya ketika terdapat his. Ibu mampu melakukannya dengan baik.
7. Memberitahukan ibu cara mengedan yang baik dan benar yaitu kepala diangkat, melihat ke
perut dan mengedan ke bawah dan tidak bersuara serta mata terbuka. Ibu mampu
melakukannya dengan baik.
8. Memimpin ibu meneran ketika ada his yang kuat dan relaksasi saat his menghilang. Ibu
melakukannya dengan baik.
9. Memberitahukan kepada ibu bahwa ibu akan dilakukan episiotomi. Ibu mengerti.
10. Melakukan episiotomi dan memimpin persalinan mulai pukul 08.35 WITA dengan teknik
spontan bracht. Pukul 08.42 WITA, bayi lahir spontan, menangis cukup kuat, tonus otot
cukup aktif, jenis kelamin perempuan.
11. Mengeringkan bayi dan mengganti kain bayi. Bayi telah dikeringkan.
12. Memeriksa apakah ada janin kedua atau tidak. Tidak ada janin kedua.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan kebidanan dengan Persalinan Sungsang dilakukan dengan teknik pendekatan
manajemen asuhan kebidanan yang dimulai dari pengkajian dan analisa data dasar, pada langkah
ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap, mulai dari anamnesis riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang dan keterangan tambahan yang menyangkut atau yang berhubungan
dengan kondisi klien.
Rencana tindakan yang telah disusun bertujuan agar ibu mendapatkan penanganan yang
bersih dan aman, sesuai dengan kondisinya dan mencegah terjadinya komplikasi serta mencegah
terjadinya trauma berat pada ibu dan bayinya. Tindakan yang dilakukan bertujuan agar rencana
yang disusun tercapai dengan adanya kerjasama antara bidan dengan petugas lainnya agar dapat
lebih meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan pasien.
Asuhan Persalinan Sungsang telah diberikan semaksimal mungkin dan sesuai standar
pelayanan/rencana asuhan kebidanan serta komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi dapat
teratasi.
B. Saran
Bidan harus memperdalam ilmu mengenai hal-hal apa saja yang menjadi wewenangnya dan
apa saja yang tidak boleh untuk dilakukan dan tindakan apa saja yang harus melakukan penanganan
segera maupun kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan. Bidan juga harus lebih
meningkatkan kemampuan dalam memberikan pelayanan yang baik selama masa kehamilan,
persalinan, maupun pada masa nifas agar ibu bisa merasa puas dan nyaman dengan pelayanan yang
diberikan.
DAFTAR PUSTAKA