Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KELOMPOK

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

MK. MANAJEMEN ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN

DOSEN PENGAMPU: DR DINI INDO VIRAWATI,S.SiT,MPH

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1A

1. ANJAR MUHAJAROH
2. ASMAUL HUSNA
3. ASRIAH
4. BAYU FITRIA MAHARANI
5. SJENNY OLGA TUJU

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KALIMANTAN TIMUR
PRODI STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Penulisan Makalah ini di lakukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk mencapai nilai mata kuliah Manajemen Organisasi dan
Kepemimpinan. Semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini kami
akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang.

Penulis menyadari makalah ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG .......................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................................................2
C. TUJUAN ............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................3
A. PENINGKATAN AKSES SEMESTA..............................................................................3
B. PENINGKATAAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN ....................................5
C. PEMERDAYAAN MASYARAKAT................................................................................7
D. PENGUATAN TATA KELOLA ......................................................................................8
BAB III KESIMPULAN ..........................................................................................................12
A. KESIMPULAN ...............................................................................................................12
B. SARAN ............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia
dalam satu pembangunan nasional untuk meningkatkan kesadaran,kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujut derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.Pembangunan kesehatan juga merupakan salah satu
upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang pada gilirannya
mendukung percepatan pencapaian sasaran pembangunan nasional. Kebijakan
pembanguna kesehatan yang di lakukan oleh pemerintah mengacu pada
komitmen Indonesia akan delapan tujuan umum meleniumDevelopment goals(
MDGs) Emas,Desa siaga,Poskesdes.

Kesehatan merupakan hak dasar yang harus terpenuhi agar setiap individu
dapat melakukan aktivitas dan produktif dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya. Kesehatan bersama-sama dengan Pendidikan dan tingkat kesejahteraan
merupakan indikator yang sejak tahun 1990 digunakan UNDP dalam menentukan
Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index (HDI) yang
menggambarkan tingkat kualitas hidup sekaligus kemampuan manusia. Indikator
kesehatan diwakili oleh umur harapan hidup sejak lahir, indikator pendidikan
diwakili oleh angka melek huruf sedangkan indikator kesejahteraan diwakili oleh
kemampuan daya beli.

Pada tahun 2012 Majelis Umum PBB menegaskan tujuan global untuk
memberikan kepastian akses pada pelayanan kesehatan dan perlindungan risiko
finansial dengan mengeluarkan resolusi yang menganjurkan penyelenggaraan
Universal Health Coverage (UHC) termasuk di dalamnya perlindungan sosial dan
pembiayaan yang berkelanjutan. Resolusi ini menggarisbawahi pentingnya
Universal Health Coverage untuk pencapaian MDGs, mengurangi kemiskinan,
dan pembangunan yang berkelanjutan.Faktanya perlindungan terhadap risiko
finansial pada masyarakat yang mempunyai jaminan sosial, lebih berdampak
positif daripada mereka yang tidak mempunyai jaminan sosial.

1
Indonesia kemudian juga mengadopsi konsep UHC melalui jaminan sosial
yang diwujudkan dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang mengamanatkan
pelaksanaan jaminan sosial yang pertama kali harus dilaksanakan adalah jaminan
kesehatan yang dimulai sejak 1 Januari 2014.

Setahun sebelum pelaksanaan JKN, melalui Perpres No. 12 Tahun 2013


tentang Jaminan Kesehatan yang dirubah dengan Perpres No. 111 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas Perpres No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
pasal 6 ayat (1) bahwa kepesertaan Jaminan Kesehatan bersifat wajib dan
mencakup seluruh penduduk Indonesia dengan target semua penduduk selambat-
lambatnya pada 1 Januari 2019.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan peningkatan akses semesta?


2. Bagaimana peningkatan kualitas pelayanan kesehatan?
3. Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan masyarakat?
4. Bagaimana penguatan kualitas tata kelola?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui maksud dari peningkatan akses semesta.


2. Untuk mengetahui peningkatan kualitas pelayanan Kesehatan.
3. Untuk mengetahui maksud dari pemberdayaan masyarakat.
4. Untuk mengetahui maksud dari penguatan tata Kelola.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENINGKATAN AKSES SEMESTA


Universal Health Coverage (UHC) atau cakupan kesehatan semesta,
merupakan target Pemerintah Indonesia untuk mencakup seluruh penduduk
Indonesia dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Dalam Sidang
WHO Executive Board ke 144 tahun 2019, telah disepakati WHO 13th General
Program of Work untuk dicapai pada tahun 2023 oleh semua negara anggota
WHO, termasuk Indonesia. Target-target tersebut mencakup: 1) Satu milyar
orang mendapatkan manfaat UHC, 2). Satu milyar orang lebih terlindungi dari
kedaruratan kesehatan; dan 3). Satu milyar orang menikmati hidup yang lebih
baik dan sehat.
Pemerintah Indonesia terus upayakan capai cakupan kesehatan semesta
atau Universal health Coverage (UHC). Cakupan kesehatan semesta menjamin
seluruh masyarakat mempunyai akses untuk kebutuhan pelayanan kesehatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang berkualitas dan efektif.
Indonesia sendiri turut mengusung UHC dalam sistem kesehatan nasional.
Salah satunya diwujudkan dalam Jaminan Kesehatan Nasional yang diamanatkan
dalam UU Nomor 40 Tahun 2004. Implementasinya baru dimulai pada 2014.
JKN disediakan sebagai jaminan agar masyarakat mudah mendapatkan pelayanan
kesehatan, khususnya dengan biaya terjangkau dan mutu berkualitas (Indraswari,
2022).
Pemerintah Indonesia secara kontinyu mengeluarkan program kesehatan
dalam upaya memperbaiki kesehatan masyarakat. Pemerintah terus berupaya
memperkuat dan memperluas program Cakupan Kesehatan Semesta atau
Universal Health Coverage (UHC). Program yang menjamin seluruh masyarakat
Indonesia mempunyai akses untuk kebutuhan pelayanan kesehatan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif yang berkualitas dan efektif ini terbukti
berperan sangat signifikan dalam upaya pengendalian pandemi Covid-19.
Memperkuat dan memperluas layanan kesehatan primer, termasuk di dalamnya
puskesmas, adalah jalan untuk mencapai target Cakupan Kesehatan Semesta.

3
Saat ini dan kedepan Cakupan Kesehatan Semesta terus diperkuat dan
diperluas yang difokuskan pada tiga indikator utama yaitu akses, cakupan, dan
perlindungan finansial untuk peserta. Untuk meningkatkan akses, Pemerintah
terus mengurangi ketimpangan kesiapan supply side, sehingga siapa saja yang
ingin berobat melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) benar-benar dapat
dilayani. Artinya dokter, teknologi, dan obat-obatan serta komponen lainnya
sudah siap.
Selain itu, saat ini kebijakan Kementerian Kesehatan akan lebih fokus pada
penguatan sistem perawatan primer, meningkatkan cakupan pelayanan di seluruh
daerah, dan memastikan semua orang memiliki akses untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu tanpa hambatan finansial.
Sejak tahun 2016, anggaran kesehatan telah dipenuhi 5% dari APBN dan
terus dijaga proporsinya hingga tahun anggaran 2019 ini. Sekjen diakhir
sambutannya mengajak para peserta untuk:
1. Pertama mengarahkan pemanfataan anggaran agar dapat memperluas cakupan
sasaran, meningkatkan kualitas belanja kesehatan dengan cara memanfaatkan
dengan sebaik-baiknya agar dapat meningkatkan value for money, melalui
peningkatan sinkronisasi, kolaborasi dan integrasi lintas program, lintas sektor
serta antara pusat dan daerah.
2. Kedua mengajak untuk mengadvokasi dan mendorong peningkatan anggaran
kesehatan pemerintah baik dalam APBN maupun APBD serta mendorong
pembiayaan kesehatan dari sumber-sumber lain seperti sin tax produk
beresiko kesehatan dan peningkatan cukai rokok untuk lebih dapat mencakup
sasaran program sehingga akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
semakin meningkat disertai pula dengan peningkatan kualitas layanannya.
Dalam UHC ini menurut Sekretaris Jenderal, Kemenkes dr. Oscar Primadi,
MPH mengatakan ada tiga outcomes Target Cakupan Kesehatan Semesta, yaitu :
1. Penyempurnaan akses terhadap pelayanan kesehatan esensial (essential health
services) yang berkualitas.
2. Pengurangan jumlah orang menderita kesulitan keuangan untuk kesehatan.
3. Penyempurnaan akses terhadap obat-obatan, vaksin, diagnostik, dan alat
kesehatan essensial pada pelayanan kesehatan primer (primary health care).

4
Diskusi dan koordinasi pembangunan kesehatan saat ini tidak lepas dari
hal-hal penting seperti RPJMN, penanganan pandemi dan vaksinasi Covid-19,
serta digitalisasi kesehatan, beberapa hal yang perlu di tindaklanjuti menurut
Sesjen antara lain Pembangunan kesehatan periode 2020-2024 diarahkan pada
meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta, terutama
dengan melakukan penguatan pelayanan kesehatan dasar (primary health care)
dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif, dan didukung oleh
inovasi dan pemanfaatan teknologi.
Tema besar ini akan menjiwai pelaksanaan strategi, prioritas nasional,
proyek prioritas, dan kegiatan prioritas, yang meliputi 5 strategi yaitu:
Peningkatan kesehatan ibu, anak, KB, dan kesehatan reproduksi; Percepatan
perbaikan gizi masyarakat; Peningkatan pengendalian penyakit; Pembudayaan
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat; serta, Penguatan sistem kesehatan dan
pengawasan obat dan makanan.

B. PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN


Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam pendekatan untuk mencapai
pelayanan prima melalui peningkatan mutu pelayanan, menurut Djoko Wijono
2007 yaitu sebagai berikut:
1. Pelanggan dan harapannya
Harapan pelanggan mendorong upaya peningkatan mutu pelayanan.
Organisasi pelayanan kesehatan mempunyai banyak pelanggan potensial.
Harapan mereka harus diidentifikasi dan diprioritaskan lalu membuat kriteria
untuk menilai kesuksesan.
2. Perbaikan kinerja
Bila harapan pelanggan telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah
menidentifikasi dan melaksanakan kinerja staf dan dokter untuk mencapai
konseling, adanya pengakuan, dan pemberian reward.
3. Proses perbaikan
Proses perbaikan juga penting. Sering kali kinerja disalahkan karena masalah
pelayanan dan ketidakpuasan pelanggan pada saat proses itu sendiri tidak
dirancang dengan baik untuk mendukung pelayanan. Dengan melibatkan staf
dalam proses pelayanan, maka dapat diidentifikasi masalah proses yang dapat

5
mempengaruhi kepuasan pelanggan, mendiagnosis penyebab,
mengidentifikasi, dan menguji pemecahan atau perbaikan.
4. Budaya yang mendukung perbaikan terus menerus
Untuk mencapai pelayanan prima diperlukan organisasi yang tertib. Itulah
sebabnya perlu untuk memperkuat budaya organisasi sehingga dapat
mendukung peningkatan mutu. Untuk dapat melakukannya, harus sejalan
dengan dorongan peningkatan mutu pelayanan terus-menerus.
Untuk memperkuat budaya organisasi, semua kegiatan harus menuju
peningkatan mutu yang terus menerus. Untuk mewujudkan peningkatan mutu
pelayanan terus menerus, pilar utamanya terdiri atas hal-hal berikut:
1. Visi manajemen dan komitmen
Nilai organisasi dan komitmen dari semua level sangat diperlukan.
2. Tanggung jawab
Agar setiap orang beranggung jawab, maka perlu standar yang kuat.
3. Pengukuran umpan balik
Perlu dibuat sistem evaluasi sehingga dapat mengukur apakah kita
mempunyai informasi yang cukup.
4. Pemecahan masalah dan proses perbaikan
Ketepatan waktu, pengorganisasian sistem yang efektif untuk
menyelesaikan keluhan, dan masalah sistem memerlukan proses
perbaikan dalam upaya meningkatkan kepuasan pelanggan.
5. Komunikasi
Perlu ada mekanisme komunikasi yang jelas. Jika tidak ada informasi,
maka petugas atau staf merasa diabaikan dan tidak dihargai.
6. Pengembangan staf dan pelatihan
Pengembangan staf dan pelatihan berhubengan dengan pengembangan
sumber daya yang dapt mempengaruhi kemampuan organisasi dalam
memberikan pelayanan.
7. Keterlibatan tim Kesehatan
Perlu ketrlibatan tim kesehatan agar mereka terlibat dan berperan serta
dalam strategi organisasi.
8. Penghargaan dan pengakuan

6
Sebagai bagian dari strategi, perlu memberikan penghargaan dan
pengakuan kepada visi pelayanan dan nilai sehingga individu maupun
tim mendapat insentif untuk melakukan pekerjaan dengan baik.
9. Keterlibatan dan pemberdayaan staf
Staf yang terlibat adalah yang mempunyai keterikatan dan tanggung
jawab.
10. Mengingatkan kembali dan pemberdayaan
Petugas harus diingatkan tentang prioritas pelayanan yang harus
diberikan.
11. Siklus Deming
Siklus PDCA atau Plan – Do – Check – Action dipopulerkan oleh W
Edwards Deming (14 Oktober 1900 – 20 Desember 1993) seorang
Professor, Pengarang Buku, Pengajar dan Konsultan. Ia dianggap sebagai
bapak pengendalian kualitas modern sehingga siklus ini sering disebut
juga dengan siklus Deming. Siklus PDCA atau Siklus ‘Rencanakan –
Kerjakan – Cek – Tindaklanjuti adalah suatu proses pemecahan masalah
empat langkah yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas.
Deming yang merupakan pencetus dari siklus PDCA ini mengatakan
bahwa jika organisasi ingin menghasilkan mutu dari produk atau jasa
yang akan dihasilkan, maka roda siklus PDCA harus berputar. Artinya,
proses Plan Do Check Action harus dijalankan.
a. Plan (Perencanaan)
b. Do (Kerjakan)
c. Check (Cek)
d. Act (Tindak lanjuti)

C. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pemberdayaan yang diadaptasikan dari istilah empowerment berkembang
di Eropa mulai abad pertengahan, terus berkembang hingga diakhir 70-an, 80-an,
dan awal 90-an. Konsep pemberdayaan tersebut kemudian mempengaruhi teori-
teori yang berkembang belakangan.(Kementerian Sosial.)
Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu
(Soemodiningrat, 2002): pertama, menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Kedua, memperkuat
7
potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Ketiga,
memberdayakan mengandung pula arti melindungi.
Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah untuk mencapai keadilan sosial.
Payne (1997:268) menyatakan keadilan sosial dengan memberikan ketentraman
kepada masyarakat yang lebih besar serta persamaan politik dan sosial melalui
upaya saling membantu dan belajar melalui pengembangan langkah-langkah
kecil guna tercapainya tujuan yang lebih besar.
Dalam kerangka ini upaya untuk memberdayakan masyarakat
(empowering) dapat dikaji dari 3 (tiga) aspek:
Pertama, ENABLING yaitu menciptakan suasana yang memungkinkan
potensi masyarakat dapat berkembang. Asumsinya adalah pemahaman bahwa
setiap orang, setiap masyarakat mempunyai potensi yang dapat dikembangkan
artinya tidak ada orang atau masyarakat tanpa daya.
Kedua, EMPOWERING yaitu memperkuat potensi yang dimiliki
masyarakat melalui langkah-langkah nyata yang menyangkut penyediaan
berbagai input dan pembukaan dalam berbagai peluang yang akan membuat
masyarakat semakin berdaya.
Ketiga, PROTECTING yaitu melindungi dan membela kepentingan
masyarakat lemah. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya merupakan
unsur penting, sehingga pemberdayaan masyarakat sangat erat hubungannya
dengan pementapan, pembudayaan dan pengalaman demokrasi.(Kementerian
Sosial)

D. PENINGKATAN TATA KELOLA


Kualitas pelayanan kesehatan bukan hanya merupakan output dan outcome
dari sistem kesehatan nasional, namun juga tertuang dalam sasaran pokok
petajalan JKN 2012-2019. HFG dan USAID yang dikelola oleh Abt Associates
kembali menggelar diskusi, yang kali ini akan membahas kualitas pelayanan
kesehatan. Hasil dari Applying Science to Strengthen and Improve Systems
(ASSIST) Project, kajian dari Joint Learning Network (JLN), dan pembelajaran
dari tim WHO terkait tata kelola dan kualitas pelayanan kesehatan akan
didiskusikan bersama-sama.

8
1. Regulasi
Regulasi yang bertujuan untuk memperkuat standar lingkungan hidup seperti
polusi udara, pencemaran air, dan tanah belum lah banyak. UU No. 32/2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup baginya perlu
direvisi untuk kemajuan standar lingkungan hidup. Karena di Indonesia
lemahnya tata kelola lingkungan hidup dan mudahnya memberikan izin
pembangunan dengan dalih investasi mengakibatkan banyak bencana
lingkungan. Seperti kebakaran hutan dan lahan (karhutla), tanah longsor, dan
banjir.
2. Perencanaan dan pembiayaan
Dalam rangka peningkatan akuntabilitas lembaga dinas kesehatan sebagai
institusi pemerintah yang memegang tanggung jawab bidang kesehatan
masyarakat. Diperlukan berbagai upaya perbaikan baik dari sisi SDM,
manajemen, pengelolaan obat, termasuk keuangan. Demi terselenggaranya
perwujudan good governance dan clean governance yang menjadi pesan
dalam peningkatan akuntabilitas lembaga publik, dinas kesehatan perlu
ditopang dengan sistem keuangan yang handal dan terpercaya sehingga
informasi yang dihasilkan mampu memberikan informasi yang penting bagi
pengambilan keputusan seluruh pihak-pihak yang berkepentingan baik itu
pemerintah pusat maupun masyarakat umum.
Dinas kesehatan sebagai salah satu alat pemerintah dalam menciptakan
kesehatan masyarakat indonesia yang mandiri mempunyai tangungjawab
dalam hal melaksanakan visi dan misinya dengan dukungan sistem akuntansi
sebagai tambahan nilai bagi rantai kegiatan operasional dinas kesehatan.
Dukungan pengembangan manajemen keuangan yang baik di dinas kesehatan
diharapkan mampu meningkatkan performance dan trust stakeholder dinas
kesehatan.
Proses perencanaan menjadi bagian penting dalam siklus manajemen
keuangan daerah yang komprehensif. Kegiatan perencanaan dan
penganggaran dapat dijadikan pijakan dalam melaksanakan berbagai kegiatan
dinas kesehatan baik dalam hal program pelayanan maupun pendukung
pelayanannya
Untuk mengatasi kesenjangan pada tata kelola klinis dalam upaya
peningkatan kinerja bagi pelayanan klinik yang berkualitas, maka fokus
9
pendampingan klinik adalah pada perbaikan dan penguatan tata kelola klinik
dalam sistem pelayanan di fasilitas Kesehatan. Dalam hal ini metode yang
digunakan adalah pendampingan klinik institusi ke institusi lainnya dimana
tim pendamping klinik yang memberikan pendampingan merupakan model-
model individu bagi petugas kesehatan di fasilitas yang didampingi.
Pendekatan pendampingan tata kelola klinik adalah komprehensif yaitu
termasuk penggunaan teknologi informasi komunikasi (ICT) dalam sistem
pelayananan Kesehatan disamping peningkatan keterampilan klinik dan
kepatuhan terhadap standar praktik serta standar prosedur operasional di
fasilitas untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan melalui
prinsip strategic leadership dan learning organization.
1. Pendampingan adalah merupakan istilah yang diadaptasi dari istilah
mentoring yang berarti sebuah tatanan pelatihan praktis dan konsultasi
yang menumbuhkan pengembangan profesional yang berkesinambungan
dari tenaga Kesehatan yang menjamin tersedianya pelayanan kesehatan
yang berkualitas. Pendampingan klinis seharusnyamerupakan bagian dari
pengembangan pendidikan tenaga kesehatan profesional yang menciptakan
tenaga kesehatan yang kompeten.
2. Pelayanan emergensi maternal dan neonatal yang berkualitas adalah
pelayanan emergensi maternal dan neonatal yang diberikan berdasarkan
standar profesi pada kasus maternal-neonatal yang mengalami penyulit dan
memerlukan penanganan adekuat dari tingkat pelayanan terendah sampai
tertinggi secara berkolaborasi, yang berorientasi bagi keselamatan ibu dan
bayi baru lahir serta keluarganya.
3. Pendamping Klinis adalah merupakan istilah yang diadaptasi dari istilah
mentor yang berarti seorang tenaga professional medis dan paramedis yang
memiliki karakter personal yang kondusif bagi kegiatan pendampingan
klinis, termasuk kepemimpinan dan keinginan untuk menolong tenaga
Kesehatan lain dan anggota lain dari multi-disiplin ilmu yang berbeda
untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya dalam rangka
mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan.
4. Fasilitas Vanguard adalah fasilitas kesehatan seperti Puskesmas, Rumah
Bersalin Swasta, Rumah Sakit Swasta dan RSUD yang memberikan

10
pelayanan emergensi maternal dan neonatal berkualitas dalam sistem
pelayanan kesehatan yang sesuai standar.
5. Jaringan Vanguard adalah fasilitas Vanguard yang saling berjejaring dan
merupakan serangkaian jejaring rujukan disebuah Kabupaten/ Propinsi.
6. Tim adalah sekelompok orang yang mempunyai kewenangan memutuskan
suatu kebijakan di dalam fasilitas kesehatan. Yang termaksud di dalamnya
adalah Direktur, Kepala Pelayanan Medik, Kepala SMF, Komite Medik,
sistem pendukung lainnya yang terkait.
7. Aktor adalah orang-orang yang bekerja di unit-unit dalam fasilitas
kesehatan seperti Kamar Bersalin, Kamar Operasi, Unit Gawat Darurat,
dan perawatan bayi baru lahir (neonatus).
8. Pihak Yang Berkepentingan atau Stakeholder adalah kelompok di luar
fasilitas kesehatan yang mempunyai kepentingan agar kualitas pelayanan
kesehatan dapat dilaksanakan sesuai standar. Antara lain Kepala Daerah,
Bapeda, DPRD, Dinas Kesehatan, Organisasi Profesi (POGI, IDAI,
HOGSI, IBI dan IDI) serta Organisasi setingkat yang terkait.
9. Kepemimpinan Yang Strategis atau Strategic Leadership adalah
kepemimpinan yang memiliki keterampilan dan alat untuk merumuskan
strategi, menunjukkan visi dan arah pengembangan organisasi, mengelola
perubahan serta membangun kepemilikan dan keselarasan dalam tim untuk
menerapkan perubahan.
10. Organisasi Yang Belajar atau Learning Organization adalah istilah untuk
suatu organisasi yang memfasilitasi proses belajar anggotanya dan terus
menerus melakukan penyesuaian terhadap tekanan agar tetap kompetitif di
lingkungan usaha. Organisasi seperti ini memiliki lima ciri utama:
pemikiran sistim, kemahiran personal, berfikir sebagai model, visi bersama
dan belajar sebagai tim.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Upaya untuk memenuhi kewajiban tersebut, cakupan kesehatan semesta atau
Universal Health Coverage (UHC) diterapkan. UHC menjadi salah satu target
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang diharapkan tercapai pada 2030.
Tujuannya supaya seluruh masyarakat menerima layanan kesehatan yang mereka
butuhkan tanpa menderita kesulitan keuangan. Tentunya layanan yang diberikan
ditunjang dengan fasilitas kesehatan yang berkualitas. Untuk itu pemerintah
mempunyai 3 Outcomes yang menjadi sasaran diantaranya, Target Cakupan
Kesehatan Semesta, yaitu:
1. Penyempurnaan akses terhadap pelayanan kesehatan esensial (essential health
services) yang berkualitas.
2. Pengurangan jumlah orang menderita kesulitan keuangan untuk kesehatan.
3. Penyempurnaan akses terhadap obat-obatan, vaksin, diagnostik, dan alat
kesehatan essensial pada pelayanan kesehatan primer (primary health care).
Untuk itu agar terciptanya pelayanan yang baik dan berkualitas akan
dirasakan kepuasannya oleh pengguna layanan sendiri yaitu konsumen atau
pelanggan (customer). Kualitas pelayanan sendiri dirasakan sejak dari
terpenuhinya kebutuhan saat adanya persepsi atau penilaian konsumen/
pelanggan.
Namun, masyarakat harus tetap melakukan kegiatan pemberdayaan
masyarakat, agar terciptanya pelayanan yang diingikan. Pemberdayaan
masyarakat adalah upaya untuk membangun masyarakat agar mereka memiliki
inisiatif melakukan aktivitas sosial agar mereka bisa membenahi situasi dan
kondisi mereka sendiri.
B. SARAN
Keputusan dan kebijakan yang diberikan pemerintah untuk pelayanan
kebidanan semoga dapat menjadi pedoman dan patokan dalam pelayanan yang
diberikan dan dapat memberikan pelayanan Kebidanan yang berkualitas untuk
seluruh masyarakat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Sosial. (n.d.). PEMBERDAYAAN. Retrieved June 1, 2022, from


https://bppps.kemensos.go.id/bahan_bacaan/file_materi/pemberdayaan.pdf

Hermanto, Dadang. 2010. Pengaruh Persepsi Mutu Pelayanan Kebidanan


Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Kebidanan Di Rsud Dr. H. Soemarno
Sosroatmodjo Bulungan Kalimantan Timur. Tesis . Program Pasca
Sarjana.Universitas Dipenogoro. Semaran

Mamik. 2014. Manajemen Mutu : Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan. Sidoarjo .


Zifatama

Susmaneli Herlina, dan Ani Triana. 2014. Dimensi Mutu Pelayanan Kebidanan
terhadap Kepuasan Pasien Program Jampersal . Kesmas, Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional Vol. 8, No. 8, Mei 2014. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Hang Tuah Pekan baru

Poltekkesdepkes. 2019. DOKUMEN TATA KELOLA. Diakses tanggal 30 Mei


2022. From
https://jurusankebidanan.poltekkesdepkessby.ac.id/wpcontent/uploads/2013/
07/Dokumen-Manajemen-Tata-Kelola-Prokebma_2019.pdf

Setditjen. 2021. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Menuju Cakupan Kesehatan


Semesta.
https://itjen.kemkes.go.id/berita/detail/penguatan_layanan_kesehatan_menuj
u_cakupan_kesehatan_semesta. Diakses pada tanggal 30 mei 2022 pukul
10.00 WITA

Rokom. 2021. Pemerintah upayakan Universal Health Coverage bagi Masyarakat


Indonesia.
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20201212/0135971/pemerint
ah-upayakan-universal-health-coverage-bagi-masyarakat-indonesia/.
Diakses pada tanggal 30 mei 2022 pukul 10.00 WITA

https://itjen.kemkes.go.id/berita/detail/penguatan_layanan_kesehatan_menuju_cak
upan_kesehatan_semesta

http://firaarh.blogspot.com/2014/02/kebijakan-pelayanan-dalam-kebidanan.html
13
https://klikhijau.com/read/penguatan-regulasi-tata-kelola-lingkungan-harus-
dibuat-pemerintah-jokowi-jilid-ii/

Perencanaan Keuangan dan Pembiayaan Kesehatan | Peningkatan Kapasitas Dinas


Kesehatan (wordpress.com)

14
SOAL

1. Berikut ini merupakan target-target telah disepakati WHO 13th General


Program of Work untuk dicapai pada tahun 2023 oleh semua negara anggota
WHO, termasuk Indonesia. Antara lain,kecuali:
A. Satu milyar orang mendapatkan manfaat UHC
B. Satu milyar orang lebih terlindungi dari kedaruratan kesehatan;
C. Satu milyar orang menikmati hidup yang lebih baik dan sehat.
D. Semua jawaban salah
(Jawaban D)

2. Universal Health Coverage (UHC) atau cakupan kesehatan semesta,


merupakan target Pemerintah Indonesia untuk mencakup seluruh penduduk
Indonesia dalam program,?
A. Jaminan Mutu Pelayanan
B. Jaminan Sosial
C. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
D. Jaminan Hari Tua
(Jawaban C)

3. Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam pendekatan untuk mencapai
pelayanan prima melalui peningkatan mutu pelayanan, menurut Djoko Wijono
2007 yaitu sebagai berikut, kecuali:
A. Pelanggan dan harapannya
B. Sarana dan prasarana
C. Perbaikan kinerja
D. Proses perbaikan
(Jawaban B)

4. Salah satu pilar utama Untuk memperkuat budaya organisasi demi peningkatan
mutu yang terus menerus adalah?
A. Visi manajemen dan komitmen
15
B. Keuangan yg memadai
C. Bekerja keras
D. Kerjasama yg baik
(Jawaban A)

5. Apa yg dimaksud dengan Jaringan Vanguard?


A. serangkaian jejaring rujukan disebuah Kabupaten/ Propinsi.
B. sekelompok orang yang mempunyai kewenangan memutuskan suatu
kebijakan di dalam fasilitas kesehatan
C. orang-orang yang bekerja di unit-unit dalam fasilitas
kesehatan seperti Kamar Bersalin, Kamar Operasi, Unit Gawat Darurat,
dan perawatan bayi baru lahir (neonatus).
D. fasilitas kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Bersalin Swasta, Rumah sakit
(Jawaban A)

16

Anda mungkin juga menyukai