Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KELOMPOK

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELAYANAN KEBIDANAN


(MK. MANAJEMEN ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN)

DOSEN: Rusiah Dewi, S.ST


Kelompok Kelas B Aljen Paser:

1. Agustina Enang 14. Juminah 27. Rusmaleny


2. Apridiana Rahmawati 15. Lisnawati 28. Salmawati
3. Arinah 16. Lucia Serni L 29. Selina
4. Dasmy Anasiswaty 17. Marhamah 30. Siti Nur Ainun J
5. Dewi Fitriyani 18. Mirna Ardina 31. Sri Dharmayanti
6. Emiliani Riska 19. Misniawati 32. Sri Mulyani
7. Endang Ekawati 20. Mispah 33. Sri Wulan
8. Entika Yuliani 21. Natalia Putri W 34. Suriani
9. Eryani 22. Nopytha Normauly S 35. Syamsiah
10. Fatmawati 23. Nur Hasanah 36. Syintami Rahim
11. Fitriyawati 24. Nurmalinda 37. Triyati
12. Itsna Aryani 25. Rima Fitriyani 38. Yeni Puji Lestari
13. Jumidsa Anshari 26. Riskawati

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan Makalah ini. Penulisan Makalah
ini di lakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai nilai mata
kuliah Manajemen Organisasi dan Kepemimpinan. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam administrasi pendidikan dalam profesi Kebidanan. Harapan kami semoga
makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini kami akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang.

Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................... i

Daftar Isi.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar belakang .................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3

A. Peningkatan akses Kesehatan semesta ................................................. 3


B. Peningkatan kualitas pelayanan Kesehatan .......................................... 5
C. Pemberdayaan Masyarakat .................................................................. 8
D. Penguatan tata Kelola .......................................................................... 11

BAB III PENUTUP ................................................................................... 15

A. Kesimpulan ......................................................................................... 15
B. Saran................................................................................................... 15

Daftar Pustaka ........................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pemerintah
Indonesia dalam pembangunan nasional untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Pembangunan kesehatan juga merupakan
salah satu upaya utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
yang pada gilirannya mendukung percepatan pencapaaian sasaran
pembangunan nasional. Kebijakan pembangunan kesehatan yang dilakukan
oleh pemerintah mengacu pada komitmen Indonesia akan delapan tujuan
umum Millenium Development Goals (MDGs), EMAS, Desa Siaga,
Poskesdes.
Kesehatan merupakan hak dasar yang harus terpenuhi agar setiap
individu dapat melakukan aktivitas dan produktif dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya. Kesehatan bersama-sama dengan Pendidikan dan tingkat
kesejahteraan merupakan indikator yang sejak tahun 1990 digunakan UNDP
dalam menentukan Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development
Index (HDI) yang menggambarkan tingkat kualitas hidup sekaligus
kemampuan manusia. Indikator kesehatan diwakili oleh umur harapan hidup
sejak lahir, indikator pendidikan diwakili oleh angka melek huruf sedangkan
indikator kesejahteraan diwakili oleh kemampuan daya beli.
Pada tahun 2012 Majelis Umum PBB menegaskan tujuan global untuk
memberikan kepastian akses pada pelayanan kesehatan dan perlindungan
risiko finansial dengan mengeluarkan resolusi yang menganjurkan
penyelenggaraan Universal Health Coverage (UHC) termasuk di dalamnya
perlindungan sosial dan pembiayaan yang berkelanjutan. Resolusi ini
menggarisbawahi pentingnya Universal Health Coverage untuk pencapaian
MDGs, mengurangi kemiskinan, dan pembangunan yang berkelanjutan.

1
Faktanya perlindungan terhadap risiko finansial pada masyarakat yang
mempunyai jaminan sosial, lebih berdampak positif daripada mereka yang
tidak mempunyai jaminan sosial.
Indonesia kemudian juga mengadopsi konsep UHC melalui jaminan
sosial yang diwujudkan dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang
mengamanatkan pelaksanaan jaminan sosial yang pertama kali harus
dilaksanakan adalah jaminan kesehatan yang dimulai sejak 1 Januari 2014.
Setahun sebelum pelaksanaan JKN, melalui Perpres No. 12 Tahun 2013
tentang Jaminan Kesehatan yang dirubah dengan Perpres No. 111 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas Perpres No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan pasal 6 ayat (1) bahwa kepesertaan Jaminan Kesehatan bersifat
wajib dan mencakup seluruh penduduk Indonesia dengan target semua
penduduk selambat-lambatnya pada 1 Januari 2019.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan peningkatan akses semesta?
2. Apa itu peningkatan kualitas pelayanan Kesehatan?
3. Apa yang dimaksud pemberdayaan masyarakat?
4. Apa yang dimaksud penguatan tata Kelola?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari peningkatan akses semesta.
2. Untuk mengetahui peningkatan kualitas pelayanan Kesehatan.
3. Untuk mengetahui maksud dari pemberdayaan masyarakat.
4. Untuk mengetahui maksud dari penguatan tata Kelola.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peningkatan akses Kesehatan semesta


Setiap orang berhak atas hidup sehat, di manapun dia tinggal. Negara-
negara di seluruh dunia berkewajiban menyediakan pelayanan dan jaminan
kesehatan bagi warganya.
Sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban tersebut, cakupan kesehatan
semesta atau Universal Health Coverage (UHC) diterapkan. UHC menjadi
salah satu target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang diharapkan
tercapai pada 2030. Tujuannya supaya seluruh masyarakat menerima layanan
kesehatan yang mereka butuhkan tanpa menderita kesulitan keuangan.
Tentunya layanan yang diberikan ditunjang dengan fasilitas kesehatan yang
berkualitas.
Indonesia sendiri turut mengusung UHC dalam sistem kesehatan
nasional. Salah satunya diwujudkan dalam Jaminan Kesehatan Nasional yang
diamanatkan dalam UU Nomor 40 Tahun 2004. Implementasinya baru dimulai
pada 2014. JKN disediakan sebagai jaminan agar masyarakat mudah
mendapatkan pelayanan kesehatan, khususnya dengan biaya terjangkau dan
mutu berkualitas (Indraswari, 2022).
Pemerintah Indonesia secara kontinyu mengeluarkan program kesehatan
dalam upaya memperbaiki kesehatan masyarakat. Pemerintah terus berupaya
memperkuat dan memperluas program Cakupan Kesehatan Semesta atau
Universal Health Coverage (UHC). Program yang menjamin seluruh
masyarakat Indonesia mempunyai akses untuk kebutuhan pelayanan kesehatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang berkualitas dan efektif ini
terbukti berperan sangat signifikan dalam upaya pengendalian pandemi Covid-
19. Memperkuat dan memperluas layanan kesehatan primer, termasuk di
dalamnya puskesmas, adalah jalan untuk mencapai target Cakupan Kesehatan
Semesta.

3
Saat ini dan kedepan Cakupan Kesehatan Semesta terus diperkuat dan
diperluas yang difokuskan pada tiga indikator utama yaitu akses, cakupan, dan
perlindungan finansial untuk peserta. Untuk meningkatkan akses, Pemerintah
terus mengurangi ketimpangan kesiapan supply side, sehingga siapa saja yang
ingin berobat melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) benar-benar dapat
dilayani. Artinya dokter, teknologi, dan obat-obatan serta komponen lainnya
sudah siap.
Selain itu, saat ini kebijakan Kementerian Kesehatan akan lebih fokus
pada penguatan sistem perawatan primer, meningkatkan cakupan pelayanan di
seluruh daerah, dan memastikan semua orang memiliki akses untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu tanpa
hambatan finansial.
Sejak tahun 2016, anggaran kesehatan telah dipenuhi 5% dari APBN dan
terus dijaga proporsinya hingga tahun anggaran 2019 ini. Sekjen diakhir
sambutannya mengajak para peserta untuk:
1. Pertama mengarahkan pemanfataan anggaran agar dapat memperluas
cakupan sasaran, meningkatkan kualitas belanja kesehatan dengan cara
memanfaatkan dengan sebaik-baiknya agar dapat meningkatkan value for
money, melalui peningkatan sinkronisasi, kolaborasi dan integrasi lintas
program, lintas sektor serta antara pusat dan daerah.
2. Kedua mengajak untuk mengadvokasi dan mendorong peningkatan
anggaran kesehatan pemerintah baik dalam APBN maupun APBD serta
mendorong pembiayaan kesehatan dari sumber-sumber lain seperti sin tax
produk beresiko kesehatan dan peningkatan cukai rokok untuk lebih dapat
mencakup sasaran program sehingga akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan semakin meningkat disertai pula dengan peningkatan kualitas
layanannya.
Adapun 3 Outcomes yang menjadi sasaran diantaranya, Target Cakupan
Kesehatan Semesta, yaitu:
1. Penyempurnaan akses terhadap pelayanan kesehatan esensial
(essentialhealth services) yang berkualitas.

4
2. Pengurangan jumlah orang menderita kesulitan keuangan untuk kesehatan.
3. Penyempurnaan akses terhadap obat-obatan, vaksin, diagnostik, dan alat
kesehatan essensial pada pelayanan kesehatan primer (primary health care).

B. Peningkatan kualitas pelayanan Kesehatan


Terciptanya pelayanan yang baik dan berkualitas akan dirasakan
kepuasannya oleh pengguna layanan sendiri yaitu konsumen atau pelanggan
(customer). Kualitas pelayanan sendiri dirasakan sejak dari terpenuhinya
kebutuhan saat adanya persepsi atau penilaian konsumen/ pelanggan (Jasfar,
2005). Artinya bahwa pelayanan yang baik dan berkualitastidak dilihat dari
persepsi penyedia jasa tetapi yang utama persepsi dari konsumen/ pelanggan.
Persepsi konsumen/ pelanggan terhadap mutu pelayanan merupakan
penilaian yang holistik atas keunggulan/ keutamaan manfaat dari suatu
produk atau jasa. Persepsi pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan
merupakan cara penilaian yang holistik atas keunggulan produk atau jasa yang
diterimanya, dan kualitas jasa yang diterima ditentukan dan dirasakan oleh
pelanggan melalui kepuasan pelanggan.
Kenyataannya saat ini masih terdapat banyak keluhan masyarakat
Indonesia terkait jasa pelayanan Kesehatan yang pelayanannya kurang
memuaskan baik dirumah sakit maupun ditempat pelayanan kesehatan
lainnya, untuk itulah pemerintah hadir untuk memberikan fasilitas kesehatan
kepada masyarakat yang dapat memudahkan bagi masyarakat untuk berobat
dengan pelayanan yang memuaskan dan biaya terjangkau, apalagi pemerintah
tidak akan memungut biaya Kesehatan bagi masyarakat yang dianggap tidak
mampu atau miskin.
Namun berdasarkan pengamatan yang berkaitan dengan fenomena
yang muncul saat ini diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut:
1. Kualitas pelayanan kesehatan yang terdiri dari pelayanan: pendaftaran,
pemeriksaan awal, medis, dan obat masih belum optimal, karena masih
terdapat pasien rawat jalan yang mengeluh terhadap pelayanan yang telah
dilakukan walaupun upaya sudah berusaha melayani dengan baik.

5
2. Kepuasan pasien dalam menerima jasa pelayanan kesehatan masih
belum merata karena masih terdapat pengguna pelayanan yang merasa
tidak puas terhadap pelayanan dan fasilitas yang sediakan oleh BPJS.
1. Dimensi Kualitas Pelayanan
Menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1988) dalam F.
Tjiptono & G. Chandra (Chandra, 2016) dimensi untuk mengukur
kualitas pelayanan sebagai berikut:
a. Realibilitas (Realibility)
kemampuan untuk memberikan layanan yang tepat/ akurat tanpa
membuat kesalahan dan menyampaikannya sesuai dengan waktu yang
disepakati.
b. Daya Tanggap (Responsiveness)
kesediaan dan kemampuan untuk membantu para pelanggan dan
merespon permintaannya serta menginformasikan kapan jasanya
diberikan dan disampaikan secara cepat.
c. Jaminan (Assurance)
berkenaan dengan pengetahuan, kesopanan dan kemampuan dalam
memberikan kepercayaan/ rasa percaya (trust) dan mampu
menciptakan rasa aman bagi pelanggannya.
d. Empati (Empathy)
mampu memahami permasalahan yang dialami pelanggannya dan
bertindak demi kepentingannya, serta memberikan perhatian secara
pribadi dalam memahami yang dibutuhkannya.
e. Bukti Fisik (Tangibles)
daya tarik atau penampilan fisik layanan, kelengkapan peralatan, dan
material yang digunakan serta penampilan karyawan (Kosasih &
Paramarta, 2020).
2. Dimensi Kepuasan Pasien
Hawkins dan Lonney dalam Tjiptono mengungkapkan dimensi/
indicator untuk membentuk kepuasan atas jasa yang telah diterimanya
(FandyTjiptono,2004):

6
a. Kesesuaian harapan
Yang diharapkan oleh pelanggan sesuai dengan yang diterima/
dirasakannya.
b. Minat berkunjung Kembali
Kesedian pelanggan untuk melakukan kunjungan Kembali atau
melakukan pembelian ulang terhadap produk/ jasa yang telah
diterima/ dirasakannya.
c. Kesediaan merekomendasikan
Kesediaan pelanggan untuk memberi rekomendasi produk yang telah
diterima/ dirasakannya kepada relasinya (Kosasih & Paramarta,
2020).
3. Kuatkan Layanan Kesehatan, Pemerintah Melakukan Lima Upaya
secara Simultan.
a. Peningkatan akses
Upaya ini dilakukan melalui pemenunah tenaga
kesehatan,peningkatan sarana pelayanan primer (Puskesmas, klinik
pratama, dokter praktek mandiri), pemenuhan prasarana pendukung
(alat kesehatan,obat,dan bahan habis pakai), serta inovasi untuk
pelayanan di daerah terpencil dan sangat terpencil,dengan
pendekatan pelayanan kesehatan bergerak, gugus pulau, atau
telemedicine.
b. Peningkatan mutu.
Peningkatan mutu baik fasilitas penyelenggara layanan,maupun
sumber daya manusia kesehatan di antaranya melalui penyediaan
norma, standar, prosedur, dan kreteria (NSPAK), atau standar
prosedur oprasional (SPO), Peningkatan kemmampuan tenaga
kesehatan (Nakes), dokter layanan primer (DLP), dan akreditasi
fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP).
c. Regionalisasi rujukan
Kegiatan ini melalui penguatan sistem rujukan baik di tingkat
Kabupaten, Regional, maupun Nasional. Sejak jaminan kesehatan

7
nasional (JKN) dilaksanakan mulai awal 2014, kebutuhan penataan
sistem rujuan semakin,di butuhakan. Di era JKN, mekanisme rujukan
penting untuk menjamin mutu pelayanan dan efisiensi pembiayaan.
d. Penguatan peran.
Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dan Dinas Kesehatan
Provinsi melalui sosialisasi advokasi dan capacity bulding.
e. Penguatan dukungan
Dukungan bagi penguatan pelayanan kesehatan dari lintas sector,
baik itu beruka regulasi, infrastruktur, maupun pendanaan.
Semua upaya ini di lakukan secara simultan. DLP itu hanya salah
satu dari sekian upaya yang di lakukan Pemerintah.

C. Pemberdayaan masyarakat
Salah satu kegiatan yang kini digemari oleh generasi milenial adalah
pemberdayaan masyarakat. Karena generasi ini konon kabarnya memiliki jiwa
sosial yang tinggi. Mereka akan sangat senang bila bisa turut aktif terjun ke
masyarakat dan memberikan dampak yang luas bagi masyarakat (Herdianto,
2020).
1. Pengertian
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk membangun
masyarakat agar mereka memiliki inisiatif melakukan aktivitas sosial agar
mereka bisa membenahi situasi dan kondisi mereka sendiri (Herdianto,
2020).
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau proses
untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Menurut Fahrudin, pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk
memampukan dan memandirikan masyarakat melalui 3 cara, diantaranya:
a. Enabling, menciptakan situasi yang memungkinkan lahirnya potensi
masyarakat untuk berkembang.

8
b. Empowering, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat
dengan meningkatkan kapasitas mereka.
c. Protecting, membangun sistem perlindungan untuk masyarakat yang
sedang dikembangnkan.
Di samping itu terdapat empat strategi pokok dalam bidang
pembangunan kesehatan, yaitu:
a. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat
b. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas
c. Meningkatkan system surveilans, monitoring dan informasi Kesehatan
d. Meningkatkan pembiayaan Kesehatan (Kesmas, 2021).
Menurut Linda Ewles dan Ina Simnett (1994) Tingkat partisipasi
masyarakat dalam usaha menyusun kegiatan kesehatan yang diorganisir
oleh suatu lembaga (seperti lembaga daerah atau kesehatan) akan bervariasi
antara tidak berpartisipasi dan sangat berpartisipasi, dengan tingkatan
sebagai berikut:
a. Tidak adanya partisipasi, masyarakat tidak diberi pengetahuan apapun
serta tidak dilibatkan dalam kegiatan apapun.
b. Partisipasi sangat rendah, dimana masyarakat diberitahu suatu rencaana
serta mengumumkannya.
c. Masayarakat dikumpulkan atau dengan cara lain sehingga bisa diberi
tahu.
d. Partisipasi serendah rendahnya, dengan diperlukannya dukungan
seperlunya dari masyarakat, agar rencana dapat dilaksanakan.
e. Partisipasi moderat, masyarakat memberi saran melalui proses
konsultasi.
f. Partisipasi setinggi tingginya, proses penyusunan rencana dilakukan
bersama sama dengan masyarakat.
g. Partisipasi sangat tinggi, masyarakat telah mendelegasikan wewenang.
Pada tingkatan ini lembaga mengenalkan dan mempresentasikan
sebuah permasalahan kepada masyarakat, mendefinisikan batasan-

9
batasannya dan meminta masyarakat untuk menyusun serangkaian
keputusan yang dapat diwujudkan dalam sebuah rencana yang diterima
oleh lembaga.
h. Partisipasi paling tinggi, masyarakat mempunyai kendali.
Pada tingkatan ini lembaga meminta masyarakat utnuk
mengidentifikasi masalah dan membuat semua keputusan penting
mengenai rencana dan tujuannya. Lembaga akan membantu masyarakat
dalam setiap langkah guna mencapai tujuannya, hingga pengendalian
administrasi pun akan didelegasikan (Kesmas, 2021).
Di Indonesia implementasi konsep pemberdayaan masyarakat ini,
antara lain diwujudkan dalam program dan kebijakan desa siaga. Desa siaga
dikembangkan berdasarkan Surat keputusan Menteri kesehatan Nomor
574/VIII/2006 tentang Pedoman Pengembangan Desa Siaga di Indonesia.
Pengertian Desa merujuk pada suatu kesatuan masyarakat atau wilayah
yang memiliki kesatuan hukum (baik hukum positif maupun hukum adat),
bertempat tinggal suatu kelompok masyarakat yang berkuasa mengadakan
pemerintahan sendiri. Menurut Depkes (2006), Desa siaga merupakan
bentuk pendekatan baru pembangunan kesehatan dengan paradigma
pemberdayaan masyarakat. Desa siaga adalah desa yang memiliki kesiapan
sumber daya dan kemampuan mencegah dan mengatasi masalah kesehatan
(bencana dan kegawatdaruratan kesehatan) secara mandiri.
2. Tujuan
Tujuan dari program ini yaitu:
a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya
Kesehatan
b. Meningkatkan kemampuan dan kemauan masyarakat desa menolong
dirinya sendiri di bidang Kesehatan
c. Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa,
sehingga masyarakat dapat mengetahui berbagai risiko dan bahaya yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan, seperti bencana dan wabah

10
penyakit dan meningkatnya kesehatan lingkungan di desa (Kesmas,
2021).
D. Penguatan tata Kelola
Kualitas pelayanan kesehatan bukan hanya merupakan output dan
outcome dari sistem kesehatan nasional, namun juga tertuang dalam sasaran
pokok peta jalan JKN 2012-2019. HFG dan USAID yang dikelola oleh Abt
Associates kembali menggelar diskusi, yang kali ini akan membahas kualitas
pelayanan kesehatan. Hasil dari Applying Science to Strengthen and Improve
Systems (ASSIST) Project, kajian dari Joint Learning Network (JLN), dan
pembelajaran dari tim WHO terkait tata kelola dan kualitas pelayanan
kesehatan akan didiskusikan bersama-sama.
1. Regulasi
Regulasi yang bertujuan untuk memperkuat standar lingkungan hidup
seperti polusi udara, pencemaran air, dan tanah belum lah banyak. UU No.
32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup baginya
perlu direvisi untuk kemajuan standar lingkungan hidup. Karena di
Indonesia lemahnya tata kelola lingkungan hidup dan mudahnya
memberikan izin pembangunan dengan dalih investasi mengakibatkan
banyak bencana lingkungan. Seperti kebakaran hutan dan lahan (karhutla),
tanah longsor, dan banjir.
2. Perencanaan dan pembiayaan
Dalam rangka peningkatan akuntabilitas lembaga dinas kesehatan
sebagai institusi pemerintah yang memegang tanggung jawab bidang
kesehatan masyarakat. Diperlukan berbagai upaya perbaikan baik dari sisi
SDM, manajemen, pengelolaan obat, termasuk keuangan. Demi
terselenggaranya perwujudan good governance dan clean governance yang
menjadi pesan dalam peningkatan akuntabilitas lembaga publik, dinas
kesehatan perlu ditopang dengan sistem keuangan yang handal dan
terpercaya sehingga informasi yang dihasilkan mampu memberikan
informasi yang penting bagi pengambilan keputusan seluruh pihak-pihak
yang berkepentingan baik itu pemerintah pusat maupun masyarakat umum.

11
Dinas kesehatan sebagai salah satu alat pemerintah dalam
menciptakan kesehatan masyarakat indonesia yang mandiri mempunyai
tangungjawab dalam hal melaksanakan visi dan misinya dengan dukungan
sistem akuntansi sebagai tambahan nilai bagi rantai kegiatan operasional
dinas kesehatan. Dukungan pengembangan manajemen keuangan yang baik
di dinas kesehatan diharapkan mampu meningkatkan performance dan trust
stakeholder dinas kesehatan.
Proses perencanaan menjadi bagian penting dalam siklus
manajemen keuangan daerah yang komprehensif. Kegiatan perencanaan
dan penganggaran dapat dijadikan pijakan dalam melaksanakan berbagai
kegiatan dinas kesehatan baik dalam hal program pelayanan maupun
pendukung pelayanannya
Untuk mengatasi kesenjangan pada tata kelola klinis dalam upaya
peningkatan kinerja bagi pelayanan klinik yang berkualitas, maka fokus
pendampingan klinik adalah pada perbaikan dan penguatan tata kelola
klinik dalam sistem pelayanan di fasilitas Kesehatan. Dalam hal ini metode
yang digunakan adalah pendampingan klinik institusi ke institusi lainnya
dimana tim pendamping klinik yang memberikan pendampingan
merupakan model-model individu bagi petugas kesehatan di fasilitas yang
didampingi.
Pendekatan pendampingan tata kelola klinik adalah komprehensif
yaitu termasuk penggunaan teknologi informasi komunikasi (ICT) dalam
sistem pelayananan Kesehatan disamping peningkatan keterampilan klinik
dan kepatuhan terhadap standar praktik serta standar prosedur operasional
di fasilitas untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan
melalui prinsip strategic leadership dan learning organization.
1. Pendampingan adalah merupakan istilah yang diadaptasi dari istilah
mentoring yang berarti sebuah tatanan pelatihan praktis dan konsultasi
yang menumbuhkan pengembangan profesional yang
berkesinambungan dari tenaga Kesehatan yang menjamin tersedianya
pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pendampingan klinis seharusnya

12
merupakan bagian dari pengembangan pendidikan tenaga kesehatan
profesional yang menciptakan tenaga kesehatan yang kompeten.
2. Pelayanan emergensi maternal dan neonatal yang berkualitas adalah
pelayanan emergensi maternal dan neonatal yang diberikan
berdasarkan standar profesi pada kasus maternal-neonatal yang
mengalami penyulit dan memerlukan penanganan adekuat dari tingkat
pelayanan terendah sampai tertinggi secara berkolaborasi, yang
berorientasi bagi keselamatan ibu dan bayi baru lahir serta keluarganya.
3. Pendamping Klinis adalah merupakan istilah yang diadaptasi dari
istilah mentor yang berarti seorang tenaga professional medis dan
paramedis yang memiliki karakter personal yang kondusif bagi
kegiatan pendampingan klinis, termasuk kepemimpinan dan keinginan
untuk menolong tenaga Kesehatan lain dan anggota lain dari multi-
disiplin ilmu yang berbeda untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilannya dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan
kualitas pelayanan.
4. Fasilitas Vanguard adalah fasilitas kesehatan seperti Puskesmas,
Rumah Bersalin Swasta, Rumah Sakit Swasta dan RSUD yang
memberikan pelayanan emergensi maternal dan neonatal berkualitas
dalam sistem pelayanan kesehatan yang sesuai standar.
5. Jaringan Vanguard adalah fasilitas Vanguard yang saling berjejaring
dan merupakan serangkaian jejaring rujukan disebuah Kabupaten/
Propinsi.
6. Tim adalah sekelompok orang yang mempunyai kewenangan
memutuskan suatu kebijakan di dalam fasilitas kesehatan. Yang
termaksud di dalamnya adalah Direktur, Kepala Pelayanan Medik,
Kepala SMF, Komite Medik, sistem pendukung lainnya yang terkait.
7. Aktor adalah orang-orang yang bekerja di unit-unit dalam fasilitas
kesehatan seperti Kamar Bersalin, Kamar Operasi, Unit Gawat Darurat,
dan perawatan bayi baru lahir (neonatus).

13
8. Pihak Yang Berkepentingan atau Stakeholder adalah kelompok di luar
fasilitas kesehatan yang mempunyai kepentingan agar kualitas
pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan sesuai standar. Antara lain
Kepala Daerah, Bapeda, DPRD, Dinas Kesehatan, Organisasi Profesi
(POGI, IDAI, HOGSI, IBI dan IDI) serta Organisasi setingkat yang
terkait.
9. Kepemimpinan Yang Strategis atau Strategic Leadership adalah
kepemimpinan yang memiliki keterampilan dan alat untuk
merumuskan strategi, menunjukkan visi dan arah pengembangan
organisasi, mengelola perubahan serta membangun kepemilikan dan
keselarasan dalam tim untuk menerapkan perubahan.
10. Organisasi Yang Belajar atau Learning Organization adalah istilah
untuk suatu organisasi yang memfasilitasi proses belajar anggotanya
dan terus menerus melakukan penyesuaian terhadap tekanan agar tetap
kompetitif di lingkungan usaha. Organisasi seperti ini memiliki lima
ciri utama: pemikiran sistim, kemahiran personal, berfikir sebagai
model, visi bersama dan belajar sebagai tim.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Upaya untuk memenuhi kewajiban tersebut, cakupan kesehatan
semesta atau Universal Health Coverage (UHC) diterapkan. UHC menjadi
salah satu target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang diharapkan
tercapai pada 2030. Tujuannya supaya seluruh masyarakat menerima layanan
kesehatan yang mereka butuhkan tanpa menderita kesulitan keuangan.
Tentunya layanan yang diberikan ditunjang dengan fasilitas kesehatan yang
berkualitas. Untuk itu pemerintah mempunyai 3 Outcomes yang menjadi
sasaran diantaranya, Target Cakupan Kesehatan Semesta, yaitu:
1. Penyempurnaan akses terhadap pelayanan kesehatan esensial (essential
health services) yang berkualitas.
2. Pengurangan jumlah orang menderita kesulitan keuangan untuk kesehatan.
3. Penyempurnaan akses terhadap obat-obatan, vaksin, diagnostik, dan alat
kesehatan essensial pada pelayanan kesehatan primer (primary health care).
Untuk itu agar terciptanya pelayanan yang baik dan berkualitas akan
dirasakan kepuasannya oleh pengguna layanan sendiri yaitu konsumen atau
pelanggan (customer). Kualitas pelayanan sendiri dirasakan sejak dari
terpenuhinya kebutuhan saat adanya persepsi atau penilaian konsumen/
pelanggan.
Namun, masyarakat harus tetap melakukan kegiatan pemberdayaan
masyarakat, agar terciptanya pelayanan yang diingikan. Pemberdayaan
masyarakat adalah upaya untuk membangun masyarakat agar mereka memiliki
inisiatif melakukan aktivitas sosial agar mereka bisa membenahi situasi dan
kondisi mereka sendiri
B. Saran
Keputusan dan kebijakan yang diberikan pemerintah untuk pelayanan
kebidanan semoga dapat menjadi pedoman dan patokan dalam pelayanan yang

15
diberikan dan dapat memberikan pelayanan Kebidanan yang berkualitas untuk
seluruh masyarakat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Nurmawati, 2010. Mutu Pelayanan Kebidanan. Jakarta, Trans Info Media.

https://itjen.kemkes.go.id/berita/detail/penguatan_layanan_kesehatan_menuju
_cakupan_kesehatan_semesta

Satrianegara, M. Fais. 2009. Buku Ajar Organisasi Dan Manajemen


Pelayanan Kesehatan Serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

http://firaarh.blogspot.com/2014/02/kebijakan-pelayanan-dalam-kebidanan.html

https://klikhijau.com/read/penguatan-regulasi-tata-kelola-lingkungan-harus-
dibuat-pemerintah-jokowi-jilid-ii/

Perencanaan Keuangan dan Pembiayaan Kesehatan | Peningkatan Kapasitas Dinas


Kesehatan (wordpress.com)

17

Anda mungkin juga menyukai