Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL DAN

BASIC LIFE SUPPORT


“PERSALINAN LETAK SUNGSANG”

Dosen Pembimbing :
Estin Gita M, SST, MPH
Disusun Oleh:
Arum Hastuti Dwi Sofiati (201802007)
Millenia Annisa Fitri (201802032)
Riska Amaliya Sova (201802044)
Santi Kumala Sari (201802046)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
Jl . Soekarno Hatta No. 7, Kotak pos 153, Telp. (0354) 391866 Fax. (0354) 391866 Pare
TAHUN AJARAN 2018/2019

i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT . Karena atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penyusun makalah ini dapat kami selesaikan . Makalah ini merupakan salah
satu syarat dalam ketuntasan mata kuliah “Kegawatdaruratan Maternal Neonatal dan Basic
Life Support”.
Kami selaku penulis dan penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai
pihak membantu dalam penyusunannya, mungkin makalah ini tidak terselesaikan. Oleh
karena itu kami selaku penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu kami khususnya dosen pembimbing kami yang telah memberi arahan
dalam penyusunan makalah ini.
Sangat kami sadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan , namun
kami telah berusaha semampu kami untuk memberikan yang terbaik. Dan kami sadari selaku
manusia tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu kami mohon maaf yang sebesar- besarnya
jika ada kesalahan dan kekurangan, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk menyempurnakan makalah ini.

Kediri, 21 Maret 2020


Penysun

ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan.................................................................................................... 1
C. Manfaat Penulisan................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Pengertian atau Definisi......................................................................................... 3
B. Etiologi................................................................................................................... 3
C. Penyulit ................................................................................................................. 4
D. Diagnosis............................................................................................................... 4
E. Prognosis............................................................................................................... 6
F. Mekanisme Persalinan......................................................................................... 6

BAB III TINJAUAN KASUS.................................................................................. 27


BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................... 33
B. Saran.................................................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Letak sungsang merupakan keadaan dimana bokong janin atau kaki berada di
bagian bawah kavum uteri (rongga rahim). Ulasan berikut tentang patofisologi,
etiologi atau penyebab, bagaimana mendiagnosis atau mengetahui apakan janin letak
sungsang atau tidak, dan bagaimana penanganan bila sesorang akan melahirkan bayi
dengan letak sungsang. Untuk ibu hamil dan rekan-rekan yang bergerak dibidang
medis ataupun kehamilan ulasan ini sangat perlu diketahui. Sebagian besar selama
kehamilan, fetus (janin) yang sedang berkembang sangat bebas untuk bergerak di
dalam uterus (rahim). Antara umur kehamilan 32-36 minggu, fetus bertambah besar
sehingga pergerakannya terbatas. Sangat sulit bagi fetus untuk turn over, jadi apapun
posisi yang dicapai pada saat ini biasanya sama dengan posisi saat persalinan akan
dimulai. Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada
dalam posisi sungsang.
Letak sungsang terjadi dalam 3-4% dari persalinan yang ada. Terjadinya letak
sungsang berkurang dengan bertambahnya umur kehamilan. Letak sungsang terjadi
pada 25% dari persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 28 minggu, terjadi
pada 7% persalinan yang terjadi pada minggu ke 32 dan terjadi pada 1-3% persalinan
yang terjadi pada kehamilan aterm. Faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam
terjadinya letak sungsang diantaranya adalah multiparitas, kehamilan kembar,
hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa, panggul sempit, dan kadang-kadang letak
sungsang disebabkan oleh kelainan uterus dan kelainan bentuk uterus.
Baik ibu maupun janin dengan letak sungsang memiliki risiko yang lebih besar
dibandingkan dengan letak kepala. Manipulasi secara manual dalam jalan lahir akan
memperbesar risiko infeksi pada ibu.Pada janin, mortalitas tiga kali lebih besar
dibandingkan dengan presentasi verteks, hal ini disebabkan karena setelah sebagian
janin lahir maka uterus akan berkontraksi yang berakibat pada gangguan sirkulasi
uteroplasenta, janin akan bernafas, dan terjadilah aspirasi air ketuban, mekonium,
lendir dan darah.2 Untuk menegakkan diagnosis letak sungsang diperlukan beberapa
hal, yaitu anamnesis yang komunikatif dan terarah, pemeriksaan fisik yang teliti dan
seksama, dan penunjang diagnosis dalam hal ini yaitu pemeriksaan ultrasonografi

1
yang sangat membantu diagnosis dan pelaksanaan terapi serta intervensi lebih dini
bisa dilakukan. Dalam kehamilan, mengingat bahaya-bahayanya, sebaiknya
persalinan dalam letak sungsang dihindarkan. Untuk itu bila pada waktu pemeriksaan
antenatal dijumpai letak sungsang, terutama pada primigravida, hendaknya
diusahakan melakukan versi luar menjadi presentasi kepala.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui definisi tentang presentasi bokong atau sungsang
2. Mengetahui etiologi dari presentasi bokong atau sungsang
3. Mengetahui cara persalinan dari presentasi bokong atau sungsang
C. MANFAAT PENULISAN
1. Untuk mengetahui definisi tentang presentasi bokong atau sungsang
2. Untuk mengetahui etiologi dari presentasi bokong atau sungsang
3. Untuk mengetahui cara persalinan dari presentasi bokong atau sungsang

2
BAB II

TINJAUAN MATERI

A. Definisi
Presentasi bokong (breech presentation) terjadi ketika bokong janin lebih dulu
memasuki rongga panggul. Istilah breech (bokong) mungkin berasal dari kata yang
sama dengan britches, yang menggambarkan kain untuk menutupi selangkangan dan
paha. Untuk alasan tertentu, presentasi bokong umumnya terjadi jauh sebelum aterm.
Namun, paling sering terjadi, sebelum proses persalinan dimulai, janin berputar
spontan sehingga presentasinya menjadi prestasi kepala. Oleh karena itu, presentasi
bokong hanya terjadi pada sekitar 3 sampai 4 persen pelahiran bayi tunggal. Sebagai
contoh, 3,5 persen diantara 136.256 bayi tunggal yang lahir antara tahun 1990 dan
1999 di Parkland Hospital memiliki presentasi bokong.
Faktor predisposisi terjadinya presentasi bokong adalah antara lain:
Prematuritas, kelainan bentuk uterus, mioma uteri, polihidramnion, anomali janin dan
kehamilan kembar (gemelli). Kematian perinatal meningkat 2-4 kali pada persalinan
sungsang tidak tergantung dari cara persalinan pervaginam maupun seksio sesarea.
Kematian paling sering terjadi berhubungan dengan malformasi, prematuritas dan
kematian intra uterine.
B. Etiologi
Menjelang kehmailan aterm, kavum uteri telah mempersiapkan janin pada letak
longitudinal dengan presentasi puncak kepala. Faktor-faktor predisposisi untuk
presentasi bokong diluar usia gestasi adalah relaksasi uterus disebabkan oleh
multiparitas, janin multipel, hidramnion, olihohidramnion, hidrosefalus, anensefalus,
riwayat presentasi bokong anomali uterus dan berbagai tumor dalam panggul.
Fianu dan Vaclavinkova (1978) menunjukkan hasil USG yang menyatakan
bahwa terdapat prevelansi presentasi bokong yang jauh lebih tinggi pada implantasi
plasenta didaerah kornu fundus uteri (73 persen) dibandingkan dengan presentasi
puncak kepala (5 persen). Frekuensi presentasi bokong juga meningkat pada plasenta
previa, meskipun hanya sedikit kasus presentasi bokong berhunungan dengan plasenta
previa. Tidak terdapat korelasi kuat antara presentasi bokong dengan panggul sempit.

3
Gestasi Jumlah Persen
Kepala Bokong Lainnya
(mgg) Total
21-24 264 54,6 33,3 12,1
25-28 367 61,9 27,8 10,4
29-32 443 78,1 14,0 7,9
33-36 638 88,7 8,8 2,5
37-40 463 91,5 6,7 1,7
Dari Scheer dan Nubar (1976)
Tabel 1.1 Presentasi Janin pada Berbagai Usia Gestasi yang Ditentukan melalui USG
C. Penyulit
Pada presentasi bokong presisten, peningkatan frekuensi penyulit berikut ini dapat
diperkirakan:
1. Morbiditas dan mortalitas perinatal akibat pelahiran yang sulit.
2. Berat lahir rendah pada pelahiran preterm, pertumbuhan terhambat, atau
keduanya.
3. Prolaps tali pusat.
4. Plasenta previa.
5. Anomali janin, neonatus dan bayi.
6. Anomali dan tumor uterus.
7. Janin multipel.
8. Intervensi operatif, terutama seksio sesarea.
D. Diagnosis
Hubungan yang bervariasi antara ekstremitas bawah dan bokong pada bayi
dengan presentasi bokong memebentuk kategori presentasi bokong murni, sempurna
dan tak sempurna. Pada presentasi bokong murni, tampak ekstremitas bawah
mengalami fleksi pada sendi panggul dan ekstensi pada sendi lutut sehingga kaki
terletak berdekatan dengan kepala. Presentasi bokong sempurna dibedakan dari
presentasi bokong murni satu atau kedua lutut dalam keadaan fleksi. Pada presentasi
bokong tak sempurna, satu atau kedua sendi panggul tidak berada dalam keadaan
fleksi dan satu atau kedua kaki atau lutut terletak dibawah bokong sehingga kaki atau
lutut bayi terletak paling bawah pada jalan lahir. Presentasi bokong murni paling
banyak dijumpai ketika diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan radiologis pada
saat menjelang aterm.

► PEMERIKSAAN ABDOMINAL

4
Biasanya, dengan perasat Leopold I, kepala janin yang keras, bulat, dan dapat
diraba dengan balotemen sudah menempati bagian fundus uteri. Prasat Leopold II,
menunjukkan punggung sudah berada pada satu sisi abdomen dan bagian-bagian
kecil berada pada sisi yang lain. Pada prasat Leopold III, bila engegement belum
terjadi-diameter intertrokanterika panggul janin belum melewati pintu panggul-
bokong janin masih dapat digerakkan diatas pintu atas panggul. Setelah terjadi
engegement, prasat Leopold IV menunjukkan posisi bokong yang mapan di bawah
simfisis. Suara jantung janin biasanya terdengar paling keras pada daerah sedikit
diatas umbilikus, sedangkan bila telah terjadi engegement kepala janin, suara
jantung terdengar paling keras dibawah umbilikus.
► PEMERIKSAAN DALAM (Vaginal Toucher)
Pada presentasi bokong murni, kedua tuberositas iskiadika, sakrum maupun anus
biasanya teraba, dan setelah terjadi penurunan lebih lanjut, genetalia eksterna
dapat dikenali. Terutama pada partus lama, bokong dapat sangat membengkak
sehingga menyebabkan kesulitan untuk membedakan muka dengan bokong; anus
bisa dikira mulut dan tuberositas iskhiadika dapat disangka tulang pipi. Namun,
dengan pemeriksaan cermat, kesalahan tersebut dapat dihindari karena jari tangan
pemeriksa akan menghadapi tahanan otot pada anus, sedangkan rahang yang
lebih keras dan kurang kenyal ketika diraba akan terasa pada mulut. Selanjutnya
ketika jari tangan dikeluarkan dari anus, kadang-kadang jari tersebut berlumuran
mekoneum. Mulut dan kedua tonjolan tulang pipi akan membentuk bangunan
segitiga, sedangkan tuberositas iskiadika dan anus akan membentuk satu garis
lurus. Akan tetapi, petunjuk yang lebih tepat bisa diperoleh berdasarkan lokasi
sakrum dan prosesus spinosus, yang dapat menegakkan dianosis tentang posisi
dan macamnya.
Pada presentasi bokong sempurna, kaki dapat diraba disebelah bokong,
sedangkan pada presentasi kaki, letak salah satu atau kedua kaki lebih rendah dari
pada bokong. Pada presentasi kaki, kaki kanan atau kiri dapat ditentukan
berdasarkan hubungannya dengan ibu jari kaki. Ketika bokong turun lebih jauh
kedalam rongga panggul, genetalia dapat diraba.

► TEKNIK PENCITRAAN

5
USG idealnya digunakan untuk memastikan perkiraan klinis presentasi
bokong dan, bila mungkin, untuk mengidentifikasi adanya anomali janin.
E. Prognosis
1) Prognosis terhadap anak
Kematian bayi mencapai 30% karena faktor-faktor sebagai berikut :
o Prematuritas
o Penyebab sungsang sendiri (CPD, panggul sempit, placenta previa)
o Hypoxia (terjadi bila tali pusat tertekan badan dan kepala janin lebih dari 8
menit)
o Perdarahan otak karena kompresi kepala terlalu cepat
o Gangguan dalam persalinan, misal tangan menjungkit, after coming head
o Akibat tindakan penolong, misalnya fraktur humerus, kerusakan saraf leher,
plexus brachialis
2) Prognosis terhadap ibu
o Laserasi cervix karena pembukaan tak bisa sempurna (terutama letak kaki,
lutut)
o Infeksi karena manipulasi tangan penolong yang masuk ke dalam vagina
o Perdarahan post partum karena laserasi jalan lahir
F. MEKANISME PERSALINAN SUNGSANG
Ada perbedaan mendasar antara proses persalinan presentasi kepala dan
presentasi bokong. Pada presentasi kepala, setelah kepala dilahirkan, biasanya
dengan sendirinya akan diikuti seluruh badan tanpa kesulitan. Sedangkan pada
presentasi bokong, secara berturut-turut bagian-bagian bayi yang semakin besar dan
semakin padat akan dilahirkan.
Pengeluaran bayi utuh secara spontan pada presentasi bokong jarang berhasil
dilaksanakan. Biasanya, baik pelahiran dengan seksio sesarea maupun pelahiran
pervaginam menuntut keterampilan dokter ahli kebidanan agar tercapai hasil akhir
yang baik
Jenis persalinan pada presentasi sungsang ada 2, yaitu pervaginam dan Sectio
Caesarea :
1) Pervaginam
Terdapat perbedaan dasar antara persalinan pada presentasi sungsang dengan
persalinan pada presentasi belakang kepala. Pada presentasi belakang kepala, bila

6
kepala sudah lahir maka sisa tubuh janin akan mengalami proses persalinan
selanjutnya dan umumnya tanpa kesulitan.
Pada presentasi sungsang, lahirnya bokong dan bagian tubuh janin tidak selalu
dapat diikuti dengan persalinan kepala secara spontan. Dengan demikian maka
pertolongan persalinan sungsang pervaginam memerlukan keterampilan khusus dari
penolong persalinan. Engagemen dan desensus bokong terjadi melalui masuknya
diameter bitrochanteric bokong melalui diameter oblique panggul.
Panggul anterior anak umumnya mengalami desensus lebih cepat dibandingkan
panggul posterior.
Pada saat bertemu dengan tahanan jalan lahir terjadi putar paksi dalam sejauh
450 dan diikuti dengan pemutaran panggul anterior kearah arcus pubis sehingga
diameter bi-trochanteric menempati diameter antero-posterior pintu bawah panggul.
Setelah putar paksi dalam, desensus bokong terus berlanjut sampai perineum
teregang lebih lanjut oleh bokong dan panggul anterior terlihat pada vulva. Melalui
gerakan laterofleksi tubuh janin, panggul posterior lahir melalui perineum.
Tubuh anak menjadi lurus ( laterofleksi berakhir ) sehingga panggul anterior
lahir dibawah arcus pubis. Tungkai dan kaki dapat lahir secara spontan atau atas
bantuan penolong persalinan. Setelah bokong lahir, terjadi putar paksi luar bokong
sehingga punggung berputar keanterior dan keadaan ini menunjukkan bahwa saat itu
diameter bisacromial bahu sedang melewati diameter oblique pintu atas panggul.
Bahu selanjutnya mengalami desensus dan mengalami putar paksi dalam
sehingga diameter bis-acromial berada pada diameter antero-posterior jalan lahir.
Segera setelah bahu, kepala anak yang umumnya dalam keadaan fleksi
maksimum masuk panggul melalui diameter oblique dan kemudian dengan cara yang
sama mengalami putar paksi dalam sehingga bagian tengkuk janin berada dibawah
simfisis pubis. Selanjutnya kepala anak lahir melalui gerakan fleksi.
Engagemen bokong dapat terjadi pada diameter tranversal panggul dengan
sacrum di anterior atau posterior. Mekanisme persalinan pada posisi tranversal ini
sama dengan yang sudah diuraikan diatas, perbedaan terletak pada jauhnya putar
paksi dalam ( dalam keadaan ini putar paksi dalam berlangsung sejauh 900 ).
Kadang-kadang putar paksi dalam terjadi sedemikian rupa sehingga punggung
anak berada dibagian posterior dan pemutaran semacam ini sedapat mungkin dicegah
oleh karena persalinan kepala dengan dagu didepan akan jauh lebih sulit bila
dibandingkan dengan dagu di belakang selain itu dengan arah pemutaran seperti itu

7
kemungkinan terjadinya hiperekstensi kepala anak juga sangat besar dan ini akan
memberi kemungkinan terjadinya “after coming head” yang amat besar.
Selama proses persalinan, resiko ibu dan anak jauh lebih besar dibandingkan
persalinan pervaginam pada presentasi belakang kepala.
Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam,
persalinan pervaginam dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Persalinan spontan (spontaneous breech).
Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri, tanpa tarikan ataupun
manipulasi selain menyangga bayi. Cara ini disebut cara Bracht.
b. Manual aid (partial breech axtraction; assisted breech delivery).
Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi
dengan tenaga penolong.
c. Ekstraksi sungsang (total breech extraction).
Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.
Mekanisme persalinan sungsang pervaginam berlangsung melalui “seven cardinal
movement” yang terjadi pada masing-masing tahapan persalinan sungsang
pervaginam:
a. Persalinan Bokong
b. Persalinan Bahu
c. Persalinan Kepala

Persalinan sungsang pervaginam secara spontan (sungsang “Bracht”)

dibagi menjadi 3 tahap :

1. Fase Lambat Pertama

Tahapan persalinan dari bokong sampai umbilikus. Disebut fase lambat oleh
karena pada fase ini umumnya tidak terdapat hal-hal yang membahayakan jalannya
persalinan. Pada fase ini, penolong bersikap pasif menunggu jalannya persalinan.

2. Fase Cepat

Tahapan persalinan dari umbilikus sampai mulut. Disebut fase cepat oleh karena
dalam waktu < 8 menit ( 1 – 2 kali kontraksi uterus ) fase ini harus sudah berakhir.
Pada fase ini, tali pusat berada diantara kepala janin dengan PAP sehingga dapat
menyebabkan terjadinya asfiksia janin.

8
3. Fase lambat Kedua

Tahapan persalinan dari mulut sampai seluruh kepala. Pertolongan pada tahap
persalinan ini tidak boleh tergesa-gesa oleh karena persalinan kepala yang terlalu
cepat pada presentasi sungsang dapat menyebabkan terjadinya dekompresi kepala
sehingga dapat menyebabkan perdarahan intrakranial.

► Manuver untuk melahirkan BAHU DAN KEPALA :

Pertolongan persalinan secara Bracht

Bokong dan pangkal paha janin yang telah lahir dipegang dengan 2 tangan,
kemudian dilakukan hiperlordosis tubuh janin ke arah perut ibu, sehingga lambat
laun badan bagian atas, bahu, lengan dan kepala janin dapat dilahirkan. Kemudian
bayi diletakkan diperut ibu dan dilakukan asuhan pada bayi baru lahir.

Pada manuver ini penolong sama sekali tidak melakukan tarikan, dan hanya
membantu melakukan proses persalinan sesuai dengan mekanisme persalinan letak
sungsang. Tetapi tidak selalu bahu dan kepala berhasil dilahirkan, sehingga untuk
mempercepat kelahiran bahu dan kepala dilakukan manual aid atau manual hilfe.

Pertolongan dimulai setelah bokong nampak di vulva dengan penampang


sekitar 5 cm. Suntikkan 5 unit oksitosin i.m dengan tujuan bahwa dengan 1–2 his
berikutnya fase cepat dalam persalinan sungsang spontan pervaginam akan
terselesaikan. Dengan menggunakan tangan yang dilapisi oleh kain setengah basah,
bokong janin dipegang sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong berada
pada bagian belakang pangkal paha dan empat jari-jari lain berada pada bokong
janin (gambar 1)

Pada saat ibu meneran, dilakukan gerakan mengarahkan punggung anak ke


perut ibu ( gerak hiperlordosis )sampai kedua kaki anak lahir . Setelah kaki lahir,
pegangan dirubah sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari sekarang berada pada
lipatan paha bagian belakang dan ke empat jari-jari berada pada pinggang janin
(gambar 2)

Dengan pegangan tersebut, dilakukan gerakan hiperlordosis dilanjutkan ( gerak


mendekatkan bokong anak pada perut ibu ) sedikit kearah kiri atau kearah kanan

9
sesuai dengan posisi punggung anak. Gerakan hiperlordosis tersebut terus
dilakukan sampai akhirnya lahir mulut-hidung-dahi dan seluruh kepala anak.

Pada saat melahirkan kepala, asisten melakukan tekanan suprasimfisis searah jalan
lahir dengan tujuan untuk mempertahankan posisi fleksi kepala janin.

Setelah anak lahir, perawatan dan pertolongan selanjutnya dilakukan seperti pada
persalinan spontan pervaginam pada presentasi belakang kepala.

Gambar 1 : Pegangan panggul anak pada persalinan spontan Bracht

Gambar 2 Pegangan bokong anak pada persalinan spontan Bracht


Prognosis :
 Prognosis lebih buruk dibandingkan persalinan pada presentasi belakang
kepala.
Prognosa lebih buruk oleh karena :

10
 Perkiraan besar anak sulit ditentukan sehingga sulit diantisipasi terjadinya
peristiwa “after coming head”.
 Kemungkinan ruptura perinei totalis lebih sering terjadi.
Sebab kematian anak:
 Talipusat terjepit saat fase cepat.
 Perdarahan intrakranial akibat dekompresi mendadak waktu melahirkan
kepala anak pada fase lambat kedua.
 Trauma collumna vertebralis.
 Prolapsus talipusat.
EKSTRAKSI PARSIAL PADA PERSALINAN SUNGSANG
PERVAGINAM atau manual aid, terdiri dari 3 tahapan :
1. Bokong sampai umbilikus lahir secara spontan (pada frank breech).
2. Persalinan bahu dan lengan dibantu oleh penolong.
3. Persalinan kepala dibantu oleh penolong.
Untuk melahirkan BAHU DAN LENGAN dapat dilakukan manuver klasik, muller atau
Lovset.

Gambar 3 Pegangan “Femuro Pelvic” pada pertolongan persalinan sungsang pervaginam


Pegangan pada panggul anak sedemikian rupa sehingga ibu jari penolong
berdampingan pada os sacrum dengan kedua jari telunjuk pada krista iliaka anterior
superior ; ibu jari pada sakrum sedangkan jari-jari lain berada didepan pangkal paha
(gambar 3). Dilakukan traksi curam kebawah sampai menemui rintangan (hambatan)
jalan lahir.
Selanjutnya bahu dapat dilahirkan dengan menggunakan salah satu dari cara-cara
berikut:
► Pengeluaran lengan secara Klasik/Deventer

11
Digunakan jika bahu masih tinggi. Pada dasarnya, lengan kiri janin dilahirkan
dengan tangan kiri penolong, sedangkan lengan kanan janin dilahirkan dengan tangan
kanan penolong. Kedua lengan dilahirkan sebagai lengan belakang. Bokong dan
pangkal paha yang telah lahir dipegang dengan dua tangan, badan ditarik ke bawah
sampai ujung bawah scapula depan kelihatan dibawah simfisis. Kedua kaki janin
dipegang dengan tangan yang bertentangan dengan lengan yang akan dilahirkan,
tubuh janin ditarik ke atas, sehingga perut janin kea rah perut ibu, tangan penolong
yang satu dimasukkan ke dalam jalan lahir dengan menelusuri punggung janin
menuju ke lengan belakang sampai fossa kubiti. Dua jari tangan tersebut ditempatkan
sejajar dengan humerus dan lengan belakang janin dikeluarkan dengan jari-jari
tersebut. Untuk mengeluarkan lengan depan, dada dan punggung janin dipegang
dengan kedua tangan, tubuh janin diputar untuk mengubah lengan depan supaya
berada di belakang tersebut dilahirkan dengan cara yang sama.
Cara klasik tersebut terutama dilakukan apabila lengan depan menjungkit ke atas
atau berada di belakang leher janin. Karena memutar tubuh dapat membahayakan
janin, maka bila lengan depan letaknya normal, cara klasik dapat dilakukan tanpa
memutar tubuh janin, sehingga lengan kedua tetap dilahirkan sebagai lengan depan.
Kedua kaki dipegang dengan tangan bertentangan dengan lengan depan utnuk
menarik tubuh janin ke bawah sehingga punggung janin mengarah ke bokong ibu.
Tangan yang lain menulusuri punggung janin menuju ke lengan depan sampai fossa
kubiti dan lengan depan dikeluarkan dengan dua jari yang sejajar dengan humerus.
Melahirkan lengan belakang dahulu dan kemudian melahirkan lengan depan
dibawah simfisis.Dipilih bila bahu tersangkut di pintu atas panggul.
Prinsip :
Melahirkan lengan belakang lebih dulu (oleh karena ruangan panggul sebelah
belakang/sacrum relatif lebih luas didepan ruang panggul sebelah depan) dan
kemudian melahirkan lengan depan dibawah arcus pubis
Tehnik :

12
Gambar 7 Melahirkan lengan belakang pada tehnik melahirkan bahu cara KLASIK

Gambar 8 Melahirkan lengan depan pada tehnik melahirkan bahu cara KLASIK
Kedua pergelangan kaki dipegang dengan ujung jari tangan kanan penolong
berada diantara kedua pergelangan kaki anak , kemudian di elevasi sejauh mungkin
dengan gerakan mendekatkan perut anak pada perut ibu.
Tangan kiri penolong dimasukkan kedalam jalan lahir, jari tengan dan telunjuk
tangan kiri menyelusuri bahu sampai menemukan fosa cubiti dan kemudian dengan
gerakan “mengusap muka janin ”, lengan posterior bawah bagian anak dilahirkan.
Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin
diubah.
Dengan tangan kanan penolong, pergelangan kaki janin dipegang dan sambil
dilakukan traksi curam bawah melakukan gerakan seolah “mendekatkan punggung
janin pada punggung ibu” dan kemudian lengan depan dilahirkan dengan cara yang
sama.

13
Bila dengan cara tersebut pada no 3 diatas lengan depan sulit untuk dilahirkan,
maka lengan tersebut diubah menjadi lengan belakang dengan cara:
Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicekap dengan kedua tangan
penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong terletak dipunggung
anak dan sejajar dengan sumbu badan janin ; sedangkan jari-jari lain didepan dada.
Dilakukan pemutaran tubuh anak kearah perut dan dada anak sehingga lengan
depan menjadi terletak dibelakang dan dilahirkan dengan cara yang sudah dijelaskan
pada no 2
Keuntungan : Umumnya selalu dapat dikerjakan pada persalinan bahu
Kerugian : Masuknya tangan kedalam jalan lahir meningkatkan resiko infeksi
► Pengeluaran lengan secara Mueller
Digunakan jika bahu sudah berada dipintu bawah panggul. Dengan kedua tangan
pada bokong dan pangkal paha, tubuh janin ditarik ke arah vertical ke bawah sampai
bahu depan berada dibawah simpisis, kemudian lengan depan dikeluarkan dengan
cara yang kurang lebih sama dengan cara klasik.
Melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dibawah simfisis melalui
ekstraksi ; disusul melahirkan lengan belakang di belakang ( depan sacrum )
Dipilih bila bahu tersangkut di Pintu Bawah Panggul

Gambar 9 (kiri) Melahirkan bahu depan dengan ekstraksi pada bokong dan bila perlu
dibantu dengan telunjuk jari tangan kanan untuk mengeluarkan lengan depan
Gambar 10 (kanan) Melahirkan lengan belakang (inset : mengait lengan atas dengan
telunjuk jari tangan kiri penolong)
► Tehnik pertolongan persalinan bahu cara Mueller:
Bokong dipegang dengan pegangan “femuropelvik”.

14
Dengan cara pegangan tersebut, dilakukan traksi curam bawah pada tubuh janin
sampai bahu depan lahir (gambar 9 ) dibawah arcus pubis dan selanjutnya lengan
depan dilahirkan dengan mengait lengan depan bagian bawah.
Setelah bahu dan lengan depan lahir, pergelangan kaki dicekap dengan tangan
kanan dan dilakukan elevasi serta traksi keatas (gambar 10), traksi dan elevasi
sesuai arah tanda panah) sampai bahu belakang lahir dengan sendirinya. Bila tidak
dapat lahir dengan sendirinya, dilakukan kaitan untuk melahirkan lengan belakang
anak (inset pada gambar 10)
Keuntungan penggunaan tehnik ini adalah oleh karena tangan penolong tidak
masuk terlalu jauh kedalam jalan lahir maka resiko infeksi berkurang.
► Pengeluaran bahu secara Loevset
Digunakan jika lengan bayi terjungkit dibelakang kepala. Dasar pemikiran cara
loevset adalah bahu belakang janin selalu berada lebih rendah daripada bahu depan
karena lengkungan jalan lahir, sehingga bila bahu belakang diputar ke depan dengan
sendirinya akan lahir ke bawah simfisis. Setelah sumbu bahu janin terletak dalam
ukuran muka belakang, dengan kedua tangan pada bokong, tubuh janin ditarik ke
bawah sampai ujung bawah scapula depan terlihat di bawah simfisis. Kemudian
tubuh janin diputar dengan cara memegang dada dan punggung oleh kedua tangan
sampai bahu belakang tedapat di depan dan tampak di bawah simfisis, dengan
demikian lengan depan dapat dikeluarkan dengan mudah. Bahu yang lain yang
sekarang menjadi bahu belakang, dilahirkan dengan memutar kembali tubuh janin ke
arah yang berlawanan, sehingga bahu belakang menjadi bahu depan dan lengan
dapat dilahirkan dengan mudah.
Prinsip :
Memutar badan janin setengah lingkaran (1800) searah dan berlawanan arah jarum
jam sambil melakukan traksi curam kebawah sehingga bahu yang semula dibelakang
akan lahir didepan (dibawah simfsis).
Hal tersebut dapat terjadi oleh karena :
 Adanya inklinasi panggul (sudut antara pintu atas panggul dengan sumbu
panggul)
 Adanya lengkungan jalan lahir dimana dinding sebelah depan lebih panjang
dibanding lengkungan dinding sacrum disebelah belakang. Sehingga setiap saat

15
bahu posterior akan berada pada posisi lebih rendah dibandingkan posisi bahu
anterior
Tehnik :

Gambar 4 Tubuh janin dipegang dengan pegangan femuropelvik

Dilakukan pemutaran 1800 sambil melakukan traksi curam kebawah sehingga bahu
belakang menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan

Gambar 5 Sambil dilakukan traksi curam bawah, tubuh janin diputar 1800 kearah yang
berlawanan sehingga bahu depan menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat
dilahirkan

Gambar 6 Tubuh janin diputar kembali 1800 kearah yang berlawanan sehingga bahu belakang
kembali menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan

Keuntungan persalinan bahu dengan cara Lovset :


 Tehnik sederhana.
 Hampir selalu dapat dikerjakan tanpa melihat posisi lengan janin.
 Kemungkinan infeksi intrauterin minimal.

16
► PERSALINAN KEPALA
Pengeluaran kepala secara Mauriceau (Viet Smellie)
Digunakan bila bayi dilahirkan secara manual aid atau bila dengan bracht
kepala belum lahir.
Badan janin dengan perut kebawah diletakkan pada lengan kiri penolong. Jari
tengah dimasukkan kedalam mulut janin sedangkan jari telunjuk dan jari manis pada
maksila, untuk mempertahankan supaya kepala janin tetap dalam keadaan fleksi.
Tangan kanan memegang bahu janin dari belakang dengan jari telunjuk dan jaritangah
berada disebelah kiri dan kanan leher. Janin ditarik kebawah dengan tangankanan
sampai suboksiput atau batas rambut dibawah simpisis. Kemudian tubuh janin
digerakkan ke atas, sedangkan tangan kiri tetap mempertahankan fleksi kepala,
sehingga muka lahir melewati perineum, disusul oleh bagian kepala lain. Tangan kiri
tidak boleh ikut menarik janin, karena dapat menyebabkan perlukaan padda mulut dan
muka janin.

17
Gambar 16 Tehnik Mouriceau
Dengan tangan penolong yang sesuai dengan arah menghadapnya muka janin,
jari tengah dimasukkan kedalam mulut janin dan jari telunjuk serta jari manis
diletakkan pada fosa canina. Tubuh anak diletakkan diatas lengan anak, seolah
anak “menunggang kuda”.
Belakang leher anak dicekap diantara jari telunjuk dan jari tengah tangan yang
lain. Assisten membantu dengan melakukan tekanan pada daerah suprasimfisis
untuk mempertahankan posisi fleksi kepala janin. Traksi curam bawah terutama
dilakukan oleh tangan yang dileher.
► Cara Prague Terbalik
Dilakukan bila occiput dibelakang (dekat dengan sacrum) dan muka janin
menghadap simfisis.
Satu tangan mencekap leher dari sebelah belakang dan punggung anak
diletakkan diatas telapak tangan tersebut.
Tangan penolong lain memegang pergelangan kaki dan kemudian di elevasi
keatas sambil melakukan traksi pada bahu janin sedemikian rupa sehingga perut
anak mendekati perut ibu.
Dengan larynx sebagai hypomochlion kepala anak dilahirkan.

Gambar 17 Persalinan kepala dengan tehnik Prague terbalik

18
► Pengeluaran kepala dengan menggunakan cunam piper
Cara ini dianggap lebih baik karena dengan cunam, tarikan dilakukan terhadap
kepala, sedangkan dengan cara Mauriceau tarikan dilakukan pada leher. Kedua
kaki janin dipegang oleh asisten dan diangkat ke atas, kemudian cunam dipasang
melintang terhadap kepala dan melintang terhadap panggul. Cunam ditarik curam
ke bawah sampai batas rambut dan suboksiput berada di bawah simfisis, dengan
suboksiput sebagai titik pemutaran, cunam berangsur diarahkan mendatar dank e
atas, sehingga muka janin dilahirkan melewati perineum, disusul oleh bagian
kepala yang lain.

Komplikasi persalinan sungsang pervaginam

 Komplikasi ibu:
1. Perdarahan
2. Trauma jalan lahir
3. Infeksi
 Komplikasi anak:
1. Sufokasi / aspirasi :
Bila sebagian besar tubuh janin sudah lahir, terjadi pengecilan rongga
uterus yang menyebabkan gangguan sirkulasi dan menimbulkan anoksia.
Keadaan ini merangsang janin untuk bernafas dalam jalan lahir sehingga
menyebabkan terjadinya aspirasi.
2. Asfiksia :
Selain hal diatas, anoksia juga disebabkan oleh terjepitnya talipusat pada
fase cepat.
3. Trauma intrakranial:
Terjadi sebagai akibat :
 Panggul sempit
 Dilatasi servik belum maksimal (after coming head)
 Persalinan kepala terlalu cepat (fase lambat kedua terlalu cepat)
 Fraktura / dislokasi:
 Terjadi akibat persalinan sungsang secara operatif
 Fraktura tulang kepala
 Fraktura humerus

19
 Fraktura klavikula
 Fraktura femur
 Dislokasi bahu
 Paralisa nervus brachialis yang menyebabkan paralisa lengan,
merangsang janin untuk bernafas dalam jalan lahir sehingga
menyebabkan terjadinya aspirasi.
► Ekstraksi Total Pada Persalinan Sungsang Pervaginam
Persalinan sungsang pervaginam dimana keseluruhan proses persalinan anak
dikerjakan sepenuhnya oleh penolong persalinan.
EKSTRAKSI BOKONG
Tindakan ini dikerjakan pada letak bokong murni dengan bokong yang sudah
berada didasar panggul.
Tehnik :
Jari telunjuk penolong yang sesuai dengan bagian kecil anak dimasukkan jalan
lahir dan diletakkan pada lipat paha depan anak. Dengan jari tersebut, lipat paha
dikait. Untuk memperkuat kaitan tersebut, tangan lain penolong mencekap
pergelangan tangan yang melakukan kaitan dan ikut melakukan traksi kebawah
(gambar 18 dan 19)
Bila dengan traksi tersebut trochanter depan sudah terlihat dibawah arcus
pubis, jari telunjuk tangan lain segera mengait lipat paha belakang dan secara
serentak melakukan traksi lebih lanjut untuk melahirkan bokong (gambar 20)
Setelah bokong lahir, bokong dipegang dengan pegangan “femuropelvik” dan
janin dilahirkan dengan cara yang sudah dijelaskan pada ekstraksi bokong
parsialis.

Gambar 18 Kaitan pada lipat paha depan untuk melahirkan trochanter depan

20
Gambar 19 Untuk memperkuat traksi bokong, dilakukan traksi dengan menggunakan
kedua tangan seperti terlihat pada gambar.

Gambar 20 Traksi dengan kedua jari untuk melahirkan bokong

EKSTRAKSI KAKI
Setelah persiapan selesai, tangan penolong yang sesuai dengan bagian kecil
anak dimasukkan secara obstetris kedalam jalan lahir, sedangkan tangan lain
membuka labia.
Tangan yang didalam mencari kaki dengan menyelusuri bokong – pangkal
paha sampai belakang lutut (fosa poplitea) dan kemudian melakukan fleksi dan
abduksi paha janin sehingga sendi lutut menjadi fleksi.(gambar 21)
Tangan yang diluar (dekat dibagian fundus uteri) mendekatkan kaki janin
untuk mempermudah tindakan mencari kaki janin tersebut diatas (gambar 22)
Setelah lutut fleksi, pergelangan kaki anak dipegang diantara jari ke II dan III
dan dituntun keluar dari vagina (gambar 23)

21
Gambar 21 Tangan dalam mencari kaki dengan menyelusuri bokong sampai fosa
poplitea

Gambar 22 Bantuan tangan luar dibagian fundus uteri dalam usaha mencari kaki
janin

22
Gambar 23 c, d , e
Rangkaian langkah mencari dan menurunkan kaki pada persalinan sungsang (maneuver Pinard)

Kedua tangan penolong memegang betis anak dengan meletakkan kedua ibu
jari dibelakang betis sejajar dengan sumbu panjangnya dan jari-jari lain didepan
tulang kering. Dengan pegangan ini dilakukan traksi curam bawah pada kaki
sampai pangkal paha lahir
Pegangan kini dipindahkan keatas setinggi mungkin dengan kedua ibu jari
dibelakang paha pada sejajar sumbu panjangnya dan jari lain didepan paha.
Dengan pegangan ini pangkal paha ditarik curam bawah sampai trochanter depan
lahir ( gambar 24)

Kemudian dilakukan traksi curam atas pada pangkal paha untuk melahirkan
trochanter belakang sehingga akhirnya seluruh bokong lahir. (Gambar 25)

Setelah bokong lahir, dilakukan pegangan femuropelvik dan dilakukan traksi


curam dan selanjutnya untuk menyelesaikan persalinan bahu dan lengan serta
kepala seperti yang sudah dijelaskan.

23
Gambar 26. Terlihat bagaimana cara melakukan pegangan pada pergelangan kaki anak.
Sebaiknya digunakan kain setengah basah untuk mengatasi licinnya tubuh anak ; Traksi
curam bawah untuk melahirkan lengan sampai skapula depan terlihat .

Gambar 27. Pegangan selanjutnya adalah dengan memegang bokong dan panggul janin
(jangan diatas panggul anak). Jangan lakukan gerakan rotasi sebelum skapula terlihat .

Gambar 28. Skapula sudah terlihat, rotasi tubuh sudah boleh dikerjakan

24
Gambar 29. Dilakukan traksi curam atas untuk melahirkan bahu belakang yang diikuti
dengan gerakan untuk membebaskan lengan belakang lebih lanjut.

25
Gambar 30. Persalinan bahu depan melalui traksi curam bahwa setelah bahu
belakang dilahirkan ; Lengan depan dilahirkan dengan cara yang sama dengan
melahirkan lengan belakang
2) Sectio Cesarean
Pada saat ini SC menduduki tempat yang sangat penting dalam menghadapi
persalinan sungsang. Alasan-alasan SC dilakukan :
 jika taksiran berat badan janin lebih dari 3500 gram.
 Jika diketahui panggul sempit baik panggul sempit absolute dan panggul
sempit relative.
 Kelainan pada rahim sehingga tidak memungkinkan lahir secara pervaginam.
Jika anak tersebut merupakan anak yang ditunggu-tunggu kelahirannya atau
pernah ada riwayat bayi yang mengalami trauma lahir bisa dipertimbangkan untuk
SC.

26
BAB III
TINJAUAN KASUS
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Pada Ny. W G2P1A0 Umur Kehamilan 40 Minggu
Dengan Letak Sungsang Di Ruang Bersalin RS X

Ruang : ruang bersalin RS X


Tanggal/pukul masuk : 6 Mei 2019/06.40 WIB
Diagnosa : G2P1A0 umur kehamilan 40 minggu inpartu kala
II
A. Data Subjektif
Biodata
Nama Ibu : Ny. W Nama Suami : Tn. J
Umur ibu : 33 th Umur suami :37 th
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : tidak bekerja Pekerjaan : Swasta
Alamat : Pinggir RT 02/RW 01 Pinggir Karanggede
Alasan masuk
Seorang ibu kiriman bidan dengan G2P1A0 hamil 40 minggu letak sungsang. Ibu
mengatakan sudah merasakan kenceng teratur dan mengeluarkan lendir darah sejak
pukul 01.00 WIB, datang ke rumah bidan jam 05.30 WIB sudah pembukaan 4 cm dan
oleh bidan langsung dirujuk ke rumah sakit. Saat perjalanan ke rumah sakit, sekitar
pukul 06.00 WIB, ibu mengeluarkan cairan ketuban ngepyok. Ibu mengatakan cemas
dengan keadaannya saat ini.
Tanda persalinan
Kontraksi teratur sejak tanggal 6 Mei 2011 pukul 01.00 WIB, frekuensi 4-5
kali/menit, durasi 40 detik, intensitas kuat, pengeluaran pervaginam berupa lendir
darah, cairan ketuban banyak.
Data kebidanan
a. Riwayat haid
Menarche usia 13 tahun, siklus haid 28 hari, lamanya 5-6 hari, banyaknya 2-3 kali
ganti pembalut/hari, tidak ada keluhan.
b. Riwayat kehamilan sekarang

27
G2P1A0, HPHT 29 Juli 2018, HPL 6 Mei 2019, umur kehamilan 40 minggu, ibu
merasa gerakan janin 10 kali/hari. ANC sejak umur kehamilan 16 minggu, frekuensi 3
kali di bidan dan 3 kali di dokter spesialis kandungan. Imunisasi TT I pada umur
kehamilan 16 minggu, dan imunisasi TT II pada umur kehamilan 28 minggu karena
pada umur kehamilan 20 minggu dan 24 minggu periksa ke dokter spesialis
kandungan dan tidak diberikan imunisasi TT. Keluhan pada saat hamil trimester I, ibu
mengalami mual dan muntah. Trimester II tidak ada keluhan dan pada trimester III
mengalami sembelit.
c. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
G2P1A0, umur kehamilan cukup bulan, persalinan spontan pada tahun 2007. Tempat
bersalin di rumah bidan, tidak ada komplikasi, penolong persalinan bidan, jenis
kelamin bayi laki-laki dengan berat badan 3700 gram, panjang badan 50 cm, keadaan
bayi sehat, hidup, sekarang berumur 4 tahun. Saat nifas tidak ada komplikasi, tidak
mengalami perdarahan, ibu menyusui hingga usia anak 2 tahun.
d. Riwayat perkawinan
Kawin satu kali, umur 28 tahun, lama perkawinan dengan suami sekarang 5 tahun.
Data kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan bahwa tidak sedang menderita penyakit menular (TBC, hepatitis),
penyakit menahun (jantung, hipertensi), dan penyakit menurun (DM, asma). Ibu
merasakan kenceng teratur, mengeluarkan lendir darah dan cairan ketuban. Ibu
mengatakan cemas dengan keadaannya.
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan bahwa tidak pernah menderita penyakit menular (TBC, hepatitis),
penyakit menahun (jantung, hipertensi), dan penyakit menurun (DM, asma).
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan bahwa keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular (TBC,
hepatitis), penyakit menahun (jantung, hipertensi), dan penyakit menurun (DM, asma)
serta tidak ada mempunyai keturunan kembar.
Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Frekuensi makan 3 kali sehari, porsi 1 piring, jenis nasi, lauk dan sayur, tidak ada
makanan pantang, tidak ada keluhan, makan terakhir tanggal 6 Mei 2019 pukul 05.00

28
WIB. Frekuensi minum 10 kali sehari, 1 gelas penuh, jenis air putih dan teh, tidak ada
keluhan, minum terakhir tanggal 6 Mei 2019 pukul 05.00 WIB.
b. Eliminasi
Buang air kecil 5 kali sehari, warna kuning jernih, bau khas urin, tidak ada keluhan,
buang air kecil terakhir tanggal 6 Mei 2019 pukul 05.00 WIB. Buang air besar 1 kali
sehari, warna kuning kecoklatan, agak keras, bau khas tinja, tidak ada keluhan, buang
air besar terakhir tanggal 6 Mei 2019 pukul 05.00 WIB.
Istirahat
Ibu tidak pernah tidur siang, lama waktu tidur malam 6-7 jam, tidak ada keluhan.
c. Personal higiene
Ibu mandi 2 kali sehari, keramas 1 kali sehari, menggosok gigi 2 kali sehari,
mengganti pakaian lebih dari 2 kali sehari, tidak ada keluhan.
Riwayat KB
Ibu pernah menggunakan KB suntik 3 bulan, lamanya 3 tahun, tidak ada keluhan.
Rencana KB ada, setelah masa nifas selesai, jenis KB suntik 3 bulan. Suami
mendukung dan merencanakan memiliki 3 anak.
Data psikososial
Ibu merasa cemas menghadapi persalinan. Ibu mengatakan keluarga sangat
mendukung dan suami bersedia mendampingi saat proses persalinan. Tidak ada
kebiasaan budaya saat menghadapi persalinan.
Data Objektif
Tanggal/pukul: 6 Mei 2019/06.50 WIB
a. Tanda vital
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, status emosional stabil, TD 110/80
mmHg, nadi 88 kali/menit, suhu 36,6ºC, respirasi 24 kali/menit.
b. Pengukuran tinggi badan dan berat badan
Tinggi badan 154 cm, berat badan sebelum hamil 48 kg, berat badan sekarang 60 kg.
c. Pemeriksaan fisik
Kepala :
Rambut warna hitam, tidak bau, pertumbuhan lebat, tidak ada lesi, tidak ada odema.
Wajah :
Tidak ada oedema pada wajah, tidak ada cloasma gravidarum.
Mata :
Konjungtiva merah muda ka/ki, sklera putih ka/ki.

29
Telinga :
Simetris, tidak ada OMP/OMA.
Mulut :
Bersih, bibir lembab, gusi tidak bengkak, tidak ada karang gigi, gigi tidak karies.
Leher :
Tidak ada pembengkakan vena jugularis, kelenjar limfe maupun kelenjar tiroid.
Payudara :
Simetris, puting susu menonjol, hiperpigmentasi pada areola mamae, ada pengeluaran
berupa kolustrum.
Abdomen :
Pembesaran sesuai umur kehamilan, tidak ada bekas luka operasi, tidak ada benjolan,
terlihat gerakan janin, striae gravidarum dan linea nigra tampak jelas.
Palpasi leopold
 Leopold I : TFU 3 jari di bawah prosesus xipoideus, bagian fundus teraba bagian
janin keras, bulat dan melenting (kepala).
 Leopold II: bagian kanan perut ibu teraba bagian janin yang lurus dan datar seperti
papan/punggung, bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil-kecil janin/ekstremitas
(punggung kanan).
 Leopold III: bagian bawah perut ibu teraba bagian janin yang lunak, bulat, tidak
melenting/bokong (presentasi bokong).

 Leopold IV: bagian terendah janin sudah masuk panggul. Penurunan bagian
terendah janin 3/5 bagian (divergen).
TFU: 34 cm, TBJ: 3565 gram. Auskultasi DJJ: punctum maksimum di kanan atas
pusat, frekuensi 144 kali/menit, teratur, kuat. Kontraksi uterus: 4-5 kali/menit, durasi
40 detik, intensitas kuat.
Punggung
Teraba lordosis.
Ekstremitas
Tidak ada oedema, kuku jari tidak pucat, reflek patela positif, tidak ada kekakuan otot
dan sendi, tidak ada varises.
Genetalia eksterna

30
Vagina kebiruan, tidak ada varises, tidak ada bekas luka, tidak ada odema dan
benjolan pada kelenjar bartolini, vulva membuka, anus tidak ada hemoroid dan
membuka.
Pemeriksaan dalam
Tanggal 6 Mei 2019, pukul 06.55 WIB oleh bidan.
Hasil : vagina tidak ada benjolan, dinding vagina licin, porsio tidak teraba,
pembukaan lengkap, ubun-ubun kecil di jam 11.00, kepala turun di hodge IV, tidak
teraba caput succedaneum, sarung tangan lendir darah positif, kulit ketuban negatif,
bagian terbawah bokong.
Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan
A : Analisa
Ny. W umur 33 tahun G2 P1 A0 hamil 40 minggu, janin tunggal, hidup intra uterin,
letak memanjang, punggung kanan, presentasi bokong, dalam persalinan kala II.
P : Penatalaksanaan
Tanggal/pukul: 6 Mei 2019/07.05 WIB
1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan bahwa pembukaan
sudah lengkap dan ibu segera dipimpin untuk persalinan.
2. Memberikan inform consent pada suami atau keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan dengan resiko kemungkinan bayi mengalami asfiksia atau gangguan
bernafas.
3. Menyiapkan dan memeriksa kelengkapan partus set dalam bak instrumen dan
peralatan resusitasi bayi.
4. Menyiapkan perlengkapan ibu dan bayi.
5. Mengatur posisi ibu dengan posisi litotomi.
6. Menganjurkan ibu untuk mengejan saat ada his.
7. Menganjurkan ibu untuk istirahat dan makan/minum di sela-sela his.
8. Melakukan pertolongan persalinan spontan bracht dengan segera setelah bokong
lahir, bokong dengan alas duk steril dicengkram secara bracht yaitu kedua ibu
jari penolong sejajar sumbu panjang paha, sedang jari lain memegang panggul.
Pada setiap his ibu disuruh mengejan. Saat tali pusat lahir dan tampak tegang, tali
pusat dikendorkan. Melakukan hiperlordosis pada badan janin guna mengikuti
gerakan rotasi anterior yaitu punggung janin didekatkan ke perut ibu. Meletakkan
janin pada perut ibu.

31
9. Melakukan perawatan bayi baru lahir normal dengan mengeringkan bayi,
memotong dan mengikat tali pusat kemudian melakukan IMD.
10. Melakukan penilaian pada keadaan umum ibu, tanda vital, TFU, kontraksi dan
jumlah perdarahan.

Evaluasi

Tanggal/pukul: 6 Mei 2019/07.16 WIB


1. Ibu dan keluarga telah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Suami telah mengerti penjelasan bidan dan menandatangani inform consent.
3. Partus set dan peralatan resusitasi bayi baru lahir telah siap dan lengkap.
4. Perlengkapan ibu dan bayi telah siap.
5. Posisi ibu litotomi.
6. Ibu bersedia mengejan pada saat his.
7. Ibu bersedia istirahat dan makan/minum saat sela-sela his.
8. Pertolongan persalinan dengan bracht mulai pukul 07.10 WIB. Bayi lahir pukul
07.15 WIB hidup, jenis kelamin perempuan, Apgar skor 7/8/10.
9. Bayi telah hangat dengan dibungkus kain kering, tali pusat telah dipotong dan
diikat. IMD telah dilakukan.
10. Keadaan umum ibu baik, TD 110/70 mmHg, nadi 88 kali/menit, respirasi 24
kali/menit, suhu 37ºC. TFU 1 jari sepusat, kontraksi keras, jumlah perdarahan kala
II 100 cc.

32
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Letak sungsang merupakan keadaan dimana bokong janin atau kaki berada di
bagian bawah kavum uteri (rongga rahim). Meskipun Seksio sesarea adalah
pilihan terbaik untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas perinatal pada proses
persalinan sungsang, pertolongan persalinan pervaginam pada letak sungsang
masih bisa dilakukan dengan aman dengan syarat harus memenuhi kriteria tertentu
untuk bisa dilakukan dan perencanaan pengelolaan yang baik dan akurat. Diskusi,
konseling dan inform concent terhadap pasien dan keluarga penting dilaksanakan
terkait tindakan yang akan dilakukan. Tidak kalah penting adalah ketrampilan
operator/petugas penolong persalinan didukung oleh tenaga-tenaga lain yang
kompeten baik dokter ahli anestesi, dokter spesialis anak, bidan, perawat dan
peralatan-peralatan yang memadai.
B. SARAN
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
baik isi maupun penulisan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini selanjutnya dan kami berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

33
DAFTAR PUSTAKA
Cuningman F. Gary, Gant F. Norman , dkk . 2006 .Obstetri Williams. Jakarta : Widya
Medika
Prawirohardjo, Sarwono . 2008 . Ilmu Kebidanan . Jakarta : Bina Pustaka

iv

Anda mungkin juga menyukai