Oleh :
M. Putra Haramain A
202006052
Nim : 202006052
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan Tugas Praktik Pendidikan Profesi Ners
Departemen Keperawatan Dasar Profesi (KDP), yang dilaksanakan pada 11 Januari 2021
Mengesahkan,
Gangguan eliminasi urin adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau
cairan. Proses pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi
urine seperti ginjal, ureter, bladder,dan uretra (Wartonah, 2014). Pada orang yang
mengalami gangguan eliminasi urin akan dilakukan kateterisasi urine, yaitu tindakan
memasukkan selang kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan
3) Enuresis : hilangnya kontrol kandung kemih pada malam hari. Biasanya terjadi
pada anak-anak, umumnya terjadi pada malam hari (nocturnal enuresis), dapat
6) Polyuria : produksi urin yang berlebihan atau dalam jumlah besar oleh ginjal,
menerus.
1) Intake cairan Jumlah dan jenis makanan merupakan factor utama yang
mempengaruhi output urine atau defekasi, seperti protein dan sodium yang
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk
tonus sfingter internal dan eksternal. Hilangnya tonus otot kandung kemih
terjadi pada masyarakat yang menggunakan kateter untuk periode yang lama.
Karena urine secara terus menerus dialirkan keluar kandung kemih, otot-otot
itu tidak pernah merenggang dan dapat menjadi tidak berfungsi. Aktivitas yang
lebih berat akan mempengaruhi jumlah urine yang diproduksi, hal ini
4) Infeksi
5) Kehamilan
6) Penyakit (pembesaran kelenjar prostat)
8) Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis, kandung kemih dan uretra
9) Usia
outputnya.
Gangguan pada eliminasi urine sangat beragam seperti yang sudah dijelaskan
beda. Salah satu hal yang dapat menyebabkan gangguan eliminasi urine tersebut
adalah infeksi, yang dapat mengakibatkan adanya reaksi antigen dan antibody.
kencing. Hal ini dapat merusak otot sfingter eksterna sehingga terjadilah
inkontinensia urin reflex. Etiologi yang kedua adalah karena adanya penyakit
tertentu seperti pembesaran kelenjar prostat. Hal ini juga bisa menyebabkan
urine. Yang terakhir terdapat kesalah pola aktivitas atau aktivitas yang berlebihan,
hal ini juga dapat menyebabkan produksi urine menurun hingga dysuria urin dan
terbentuklah diagnose ganggua pola eliminasi urin. Dysuria urin tersebut juga
1) Pemeriksaan USG
8. Penatalaksanaan medis
kandung kemih, dan uretra. Prosedur ini tidak bersifat invasive. Klien perlu
suara yang tidak dapat didengar, berfrekuensi tinggi, yang memantul dari
struktur jaringan.
4) Prosedur invasive
ukurannya lebih besar sistoscopy diinsersi melalui uretra klien. Instrument ini
memiliki selubung plastk atau karet. Sebuag obturator yang membuat skop
tetap kaku selama insersi.sebuah teleskop untuk melihat kandung kemih dan
uretra dan sebuah saluran untuk menginsersi kateter atau instrument bedah
khusus.
• Biopsy ginjal. Menentukan sifat, luas dan prognosis ginjal. Prosedur ini
dengan teknik mikroskopik yang canggih. Prosedur ini dapat dilakukan dengan
system arteri ginjal. Digunakan untuk memeriksa arteri ginjal utama atau
1. Pengkajian Keperawatan
a) Identitas
Berisi tentang identitas yang terdiri dari nama klien, usia, jenis kelamin,
alamat, agam, pekerjaan, tanggal masuk, alasan masuk, no RM, keluarga yang
dapat dihubungi.
Apa yang mneyebabkan keluarga atau klien datang untuk dirawat di rumah
sakit. Biasanya masalah yang dialami pasien yaitu sulit untuk mengeluarkan
urin, sakit saat BAK, merasa tidak nyaman pada area pubis.
bantu, diet, intake cairan, aktivitas dan latihan, meditasi dan stress.
d) Pemeriksan fisik
distensi bladder, pembesaran ginjal dan nyeri tekan. Pada genetalia wanita
perlu dilakukan pemeriksaan inflamasi, nodoul, lesi adanya sekret dan meatus,
Lakukan pengkajian intake dan output cairan dalam satu hari, kebiasaan
minum selama di rumah, intake cairan infus, oral, makanan dan NGT.
cairan. lakukan oengkajian output urine dari urinal, cateter bag, drainage,
sitostomi dan periksa karakteristik urine seperti : warna, kejernihan, bau dan
kepekatan.
f) Pemeriksaan diagnostik
mengubah warna urine seperti orange gelap. Warna urin merah kuning, coklat
tertentu.
c. Berat jenis : berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan d
dengan suatu volume yang sama dari jenis yang lain, seperti air yang disuling
sebagai standart. Berat jenis air suling adalah 1,009 ml. Normal berat jenis :
1010-1025.
d. Kejernihan : normal urine terang dan transparan. Urine dapat menjadi keruh
e. pH : normal pH pada urin sedikit asam (4,5-7,5). Urine yang telah melewati
temperatur ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena aktifitas
bakteri.
dalam waktu 24 jam. Berdasarkan usia, volume urine normal dapat ditentukan
sebagai berikut.
2. Diagnosa keperawatan
kemih
3. Intervensi keperawatan
Perencanaan terdiri dari tiga aspek, yaitu tujuan umum, tujuan khusus dan rencana
dan diagnosis tertentu. Tujuan umum dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus
telah tercapai. Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian etiologi dari diagnosis
tertentu. Tujuan Khusus merupakan rumusan kemampuan yang perlu dicapai atau
jaringan (kerusakan 2. Residu volume urin setelah TTV, distensi kandung kemih,
2. Siapkan pasien
bag
Edukasi :
bag
Edukasi :
4 Gangguan eliminasi Eliminasi urin membaik dengan Dukungan perawatan diri : BAB/BAK
setelah digunakan
Edukasi :
jika perlu
4. Implementasi keperawatan
masih sesuai dan dibutuhkan oleh pasien saat ini (Prabowo, 2014).
5. Evaluasi
Menurut Direja (2011), evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan kepada pasien. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu : evaluasi
hasil atau somatif yang dilakukan dengan membandingkan antara respons pasien dan
tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan. Evaluasi dapat dilakuakn dengan
Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien pada saat tindakan dilakukan.
A : Analisis ulang atas data subjektif dna objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap, sudah teratasi atau muncul masalah baru atau ada data yang
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien.
C. Asuhan Keperawatan
Kasus Semu :
Tn. S berusia 60 tahun datang ke RS pada tanggal 18 Januari 2021 jam 08.00 dengan
keluhan BAK tidak tuntas, pasien mengatakan sudah sejak 3 hari yang lalu setiap
BAK tidak tuntas dengan pancaran kurang deras saat BAB. Pasien mengatakan kaku
Setelah dilakukan pemeriksaan pasien terdiagnosa medis BPH stadium II, saat ini
36,7˚C, Respirasi 20 x/menit. Keadaan umum pasien cukup dan kesadaran Compos
PENGKAJIAN :
ANALISA DATA
tuntas
DO :
bagian bawah
nyeri
INTERVENSI
2. 19 Januari 2021 Retensi Urine 08.00 : Mengkaji TTV, Mengkaji BAK pasien S : Pasien mengatakan BAK masih tidak
08.15 : Mengedukasi pasien untuk tidak tuntas, pasien mengatakan siap untuk di
menahan BAK operasi
08.20 : Mengedukasi pasien untuk tindakan O : pasien terlihat memegang perut bagin
selanjutnya yang akan dilakukan bawah
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi pasca operasi