Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI

MALPOSISI DALAM KEHAMILAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Askeb Patologi

Dosen : Arini Kusmintarti, SKM., M.Kes

Disusun oleh

Fitriyani 32715756

Kelas : 2DE02

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

UNIVERSITAS GUNADARMA

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah ini
berisi tentang MALPOSISI PADA KEHAMILAN.

Dalam penulisan makalah ini penyusun banyak mendapat bantuan dari


berbagai pihak. Oleh karena itu penyusun ingin mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan bahan untuk menambah wawasan
informasi bagi semua pembaca.

Penyusun sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kata
kesempurnaan. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya.

Depok, Desember 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................
i

KATA PENGANTAR...............................................................................................
ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................
iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1

1.1 Latar Belakang


....................................................................................................................................
1

1.2 Rumusan Masalah


....................................................................................................................................
2

1.3 Tujuan
....................................................................................................................................
2

1.4 Manfaat
....................................................................................................................................
3

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
4

2.1 Malposisi Janin


....................................................................................................................................
4

2.1.1 Menentukan Posisi Kepala Janin


....................................................................................................................................
5

2.1.2 Penanganan Umum


....................................................................................................................................
5

2.2 Malposisi Posisi Oksipito Posterior


....................................................................................................................................
6

2.2.1 Insiden
....................................................................................................................................
8

2.2.2 Etiologi
....................................................................................................................................
9

2.2.3 Tanda dan Gejala


....................................................................................................................................
9

2.2.4 Prognosis
....................................................................................................................................
10

2.2.5 Diagnosa
....................................................................................................................................
10

2.2.6 Penatalaksanaan
....................................................................................................................................
10

BAB III PENUTUP..................................................................................................


12

3.1 Kesimpulan
....................................................................................................................................
12

3.2 Saran
....................................................................................................................................
12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat ini angka kematian ibu dan angka kematian perinatal di
Indonesia masih sangat tinggi. Menurut survey demografi dan kesehatan
Indonesia angka kematian ibu adalah 390 per 100.000 kelahiran hidup dan
angka kematian perinatal adalah 40 per 1000 kelahiran hidup. Jika
dibandingkan dengan Negara-negara lain, maka angka kematian ibu di
Indonesia adalah 15 kali angka kematian di Malaysia, 10 kali lebih tinggi dari
pada Thailand atau 5 kali lebih tinggi dari pada Filipina (Wiknjosastro, 2006).

Kehamilan dengan presentasi bokong merupakan kehamilan yang


memiliki risiko. Hal ini dikaitkan dengan abnormalitas janin dan ibu.
Prevalensi dari presentasi bokong kira-kira 15% pada usia kehamilan 30
minggu dan 3% pada saat matur. Diantara beberapa faktor predisposisi yang
meningkatkan kemungkinan terjadinya presentasi bokong adalah multigravida
dan panggul sempit (Wikjnosastro, 2006).

Malpresentasi dapat mengakibatkan timbulnya penyebab kematian


perinatal termasuk diantaranya adalah kelainan presentasi bokong, kejadian
hipoksia dan trauma lahir pada perinatal sering ditemui pada kasus persalinan
dengan malpresentasi yaitu pada presentasi bokong. Kematian perinatal
langsung yang disebabkan karena persalinan presentasi bokong sebesar 4-5
kali dibanding presentasi kepala 3 Sebab kematian perinatal pada persalinan
presentasi bokong yang terpenting adalah prematuritas dan penanganan
persalinan yang kurang sempurna, dengan akibat hipoksia atau perdarahan di
dalam tengkorak. Trauma lahir pada presentasi bokong banyak dihubungkan
dengan usaha untuk mempercepat persalinan dengna tindakan-tindakan untuk
mengatasi macetnya persalinan (Oxorn, 2010).

Gangguan terhadap jalannya proses persalinan dapat disebabkan oleh


berbagai factor, antara lain dengan adanya kelainan presentasi, posisi dan
perkembangan janin intra uterine. Diagnosa distosia akibat janin bukan hanya
disebabkan oleh janin dengan ukuran yang besar, janin dengan ukuran normal
namun dengan kelainan pada presentasi intra uterin juga tidak jarang
menyebabkan gangguan proses persalinan.

Saat ini tidak ada metode yang akurat untuk meramalkan secara pasti
tentang adanya. Disproporsi Fetopelvik baik secara klinis maupun
menggunakan alat radiologis oleh sebab itu tenaga kesehatan sangat perlu
mengetahui bagaimana mendeteksi secara dini penyulit- penyulit yang akan
terjadi pada ibu hamil, ibu bersalin, dan janin. Terutama kasus malposisi dan
malpesentasi, agar tenaga kesehatan khususnya tenaga bidan dapat melakukan
penanganan yang tepat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar malposisi ?

2. Apa yang dimaksud posisi oksipito posterior ?

3. Bagaimana etiologi posisi oksipito posterior ?

4. Apa tanda dan gejala posisi oksipito posterior ?

5. Bagaimana pronosis terjadinya posisi oksipito posterior ?

6. Bagaimana diagnosa malposisi oksipito posterior ?

7. Bagaimana penanganan malposisi oksipito posterior ?

1.3 Tujuan

Tujuan dari disusunnya makalah ini adalah untuk:


1. Untuk dapat mengetahui dan memahami konsep dasar malposisi janin.

2. Untuk dapat memahami malposisi janin dengan posisi oksipito posterior.

3. Untuk dapat mengetahui etiologi dari posisi oksipito posterior.

4. Untuk dapat mengetahui tanda dan gejala pada kasus malposisi oksipito
posterior.

5. Untuk dapat memahami prognosis terjadinya malposisi oksipito


posterior.

6. Untuk dapat memahami cara mendiagnosis malposisi dengan posisi


oksipito posterior pada janin.

7. Untuk dapat memahami tentang bagaimana cara penatalaksanaan pada


kasus malposisi dengan posisi oksipito posterior pada janin.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat yang diharapkan didapat dari makalah ini adalah sebagai
berikut:

1. Mengetahui dan memahami konsep dasar malposisi janin.

2. Memahami malposisi janin dengan posisi oksipito posterior.

3. Mengetahui etiologi dari posisi oksipito posterior.

4. Mengetahui tanda dan gejala pada kasus malposisi oksipito posterior.

5. Memahami prognosis terjadinya malposisi oksipito posterior.

6. Memahami cara mendiagnosis malposisi dengan posisi oksipito posterior


pada janin.

7. Memahami tentang bagaimana cara penatalaksanaan pada kasus


malposisi dengan posisi oksipito posterior pada janin.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Malposisi Janin

Malpresentasi adalah bagian terendah janin yang berada dibawah segmen


bawah rahim bukan verteks kepala. Malposisi adalah penunjuk (presenting
part) tidak berada di anterior. Malposisi merupakan posisi abnormal dari
verteks kepala janin (dengan ubun-ubun kecil sebagai penanda) terhadap
panggul ibu. Janin dalam keadaan malposisi atau malpresentasi sering
menyebabkan partus lama atau partus macet. Pengertian persalinan lama
adalah persalinan kala I fase aktif dengan kontraksi uterus reguler selama
lebih dari 12 jam. Persalinan macet adalah persalinan yang kemajuannya
terhambat oleh faktor mekanis dan proses kelahiran tidak mungkin dilakukan
tanpa intervensi operatif.

Ibu dengan malpresentasi atau malposisi, perlu mendapat dorongan dan


dukungan yang lebih besar untuk membantunya melalui persalinan yang
potensial lama dan sulit. Bidan yang memberi asuhan ibu di rumah, atau di
pusat kelahiran, harus waspada bahwa bila oksiput bukan merupakan
denominator, perjalanan bisa menjadi sulit dan hasil kelahirannya bisa
bervariasi, beberapa di antaranya perlu transfer segera ke unit konsultan.

Pada waktu persalinan, hubungan antara janin dan jalan lahir sangatlah
penting untuk diperhatikan oleh karena menentukan mekanisme dan
prognosis persalinannya. Hubungan tersebut sudah dijelaskan dalam bagian
lain yang membahas letak, presentasi, sikap, dan posisi janin. Dalam keadaan
normal, presentasi janin adalah belakang kepala dengan penunjuk ubun-ubun
krcil dalam posisi transversal (saat masuk pintu atas panggul), dan posisi
anterior (setelah melewati pintu tengah panggul). Dengan presentasi tersebut,
kepala janin akan masuk panggul dalam ukuran terkecilnya (sirkumferensia
suboksipitobregmatikus). Hal tersebut dicapai bila sikap kepala janin fleksi.
Sikap ynag tidak normal akan menimbulkan malpresentasi pada janin, dan
kesulitan persalinan terjadi oleh karena diameter kepala yang harus melalui
panggul menjadi lebih besar. Sikap ekstensi ringan akan menjadikan
presentasi puncak kepala (dengan penunjuk ubun-ubun besar), ekstensi
sedang menjadikan presentasi dahi (dengan penunjuk sinsiput), dan ekstensi
maksimal menjadikan presentasi muka (dengan penunjuk dagu).

2.1.1 Menentukan Posisi Kepala Janin

1. Kepala janin biasanya masuk ke rongga panggul ibu dengan posisi


ubun-ubun kecil lintang, dengan ubun-ubun kecil janin melintang
pada rongga panggul ibu.

2. Dengan penurunan, kepala janin mengalami rotasi sehingga ubun-


ubun kecil terletak di bagian depan pada rongga panggul ibu.
Kegagalan perputaran ubun-ubun kecil ke depan sebaiknya
ditatalaksana sebagai posisi ubun-ubun kecil belakang.

3. Variasi posisi pada presentasi normal adalah posisi verteks yang


mengalami fleksi sempurna, dengan posisi ubun-ubun kecil terletak
lebih rendah pada vagina dibandingkan dengan sinsiput.

4. Jika kepala janin mengalami fleksi sempurna dengan ubun-ubun


kecil depan atau lintang (pada awal persalinan), lanjutkan
persalinan.

5. Jika kepala janin tidak berada dalam posisi ubun-ubun kecil depan,
kenali dan tatalaksana malposisi ini.

6. Jika kepala janin bukan merupakan bagian yang mengalami


presentasi atau kepala janin tidak terfleksi sempurna, kenali dan
tatalaksana malpresentasi ini.
2.1.2 Penanganan umum

Penanganan umum yang bisa dilakukan pada kasus malposisi atau


malpresentasi antara lain:

1. Lakukan penilaian cepat mengenai kondisi ibu termasuk tanda vital


(tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu).

2. Lakukan penilaian kondisi janin:

a. Dengarkan denyut jantung janin (DJJ) segera setelah HIS:

Hitung DJJ selama satu menit penuh paling sedikit 30 menit


setelah fase aktif dan setiap 5 menit pada fase kedua.
Jika DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali permenit
kemungkinan gawat janin.
b. Jika ketuban pecah, lihat warna cairan ketuban:
Jika ada mekonium yang kental, awasi lebih ketat atau
lakukan intervensi untuk penanganan gawat janin.
c. Tidak adanya cairan pada saat ketuban pecah menandakan
adanya pengurangan jumlah air ketuban yang memungkinkan
hubungannya dengan gawat janin.
Berikan dukungan moral dan perawatan pendukung lainnya.
Lakukan penilaian kemajuan persalinan memakai partograf.
Catatan: awasi ibu dengan ketat karena malpresentasi atau
malposisi meningkatkan risiko terjadinya ruptura uteri karena
partus macet.

2.2 Malposisi Posisi Oksipito-Posterior


Gambar 2.1 Posisi Oksipito Posterior

Malposisi yang paling sering adalah posisi oksipito-posterior (OP),


umumnya disebut posisi OP. Oksipito Posterior adalah letak janin sedemikian
rupa sehingga punggungnya berlawanan dengan punggung ibu, oksiput
berada di bagian posterior pelvis dan kepala mengalami defleksi (Coates,
1999). Goldberg & Tuppurainen (1994b) menemukan bahwa posisi OP
berhubungan dengan peningkatan morbiditas maternal dan prevalensi tinggi
pola denyut jantung tidak normal pada persalinan tetapi tanpa perbedaan nilai
Apgar atau asfiksia kelahiran.

Gambar 2.2 kemungkinan arah putaran pakasi dalam (PDD) pada posisi
oksipito posterior

1. 65% kasus, kepala melakukan PDD sejauh 135 o sehingga oksiput


berada dibelakakng simpisis (rotasi panjang) persalinan
spontan pervaginam normal.
2. 20% kasus, kepala tidak dapat melakukan PDD secara lengkap
sehingga ubun-ubun kecil berada di kiri atau di kanan (deep
transversa arrest).
3. 15% kasus, terjadi PDD 45o kearah posterior (rotasi pendek)
Posisi Oksipito Posterior.
Gambar 2.3 Rotasi panjang kearah anterior

Gambar 2.4 Rotasi pendek kearah posterior (mendekati sakrum)

2.2.1 Insiden

Insiden atau kejadian posisi oksipito posterior adalah sebagai


berikut:

15% selama persalinan.

5% OP persisten pada saat lahir (Gardberg dan Tuppatainen,


1994b).

Suatu studi oleh Gardberh et al (1998) menunjukkan bahwa dua


pertiga posisi OP persisten berkembang dari malrotasi oksipito-
anterior ke oksipito-posterior selama persalinan. Coates (2002)
mengatakan bahwa pemikiran terkini ternyata tidak mencerminkan
kenyataan ini karena banyak bidan percaya bahwa posisi OP sudah
tegak selama kehamilan.

Lebih umum pada primigravida.

2.2.2 Etiologi

Salah satu penyebab terjadinya posisi oksipito posterior adalah


usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul
misalnya apabila diameter anterior posterior lebih panjang dari
diameter transfersa seperti pada panggul android maka ubun-ubun
kecil akan mengalami kesulitan untuk memutar ke depan. Sebab-sebab
lain antara lain ketuban pecah sebelum waktunya (KPD), fleksi kepala
kurang, inersia uteri, otot-otot dasar panggul yang sudah lembek pada
multipara atau kepala janin yang kecil dan bulat sehingga tidak ada
paksaan pada belakang kepala janin untuk memutar ke depan. Ada
kalanya oksiput berputar ke belakang dan anak lahir dengan mata di
bawah simfisis. Ini terutama terjadi kalau fleksi kurang, jadi hanya
sebagian kecil (4%) dari posisi oksipito posterior memerlukan
pertolongan operatif.

2.2.3 Tanda dan gejala:

1. Posisi oksiput posterior berada di arah posterior dari panggul ibu.


Pada pemeriksaan abdomen, bagian bawah perut mendatar,
ekstremitas janin teraba anterior, DJJ terdengar di samping.

2. Pada pemeriksaan vagina, fontanella posterior dekat sakrum,


fontanella anterior dengan mudah teraba jika kepala dalam keadaan
defleksi.
Posisi oksiput lintang terjadi jika posisi oksiput janin
terlentang lintang terhadap rongga panggul. Jika posisi ini
menetap sampai akhir kala I persalinan, maka posisi ini
sebaiknya ditangani sebagai posisi oksiput posterior.
Gambar 2.4 Letak Ubun-Ubun Pada Posisi Oksiput Posterior
2.2.4 Prognosis
Jalannya pada proses persalinan posisi oksiput posterior sulit
diramalkan hal ini disebabkan karena kemungkinan timbulnya
kesulitan selalu ada. Persalinan pada umumnya berlangsung lebih
lama, kemungkinan kerusakan jalan lahir lebih besar. Sedangkan
kematian perinatal lebih tinggi bila dibandingkan dengan keadaan
dimana ubun-ubun kecil berada di depan.
2.2.5 Diagnosa
Diagnosa ditegakkan melalui palpasi abdomen dimana punggung
janin teraba di satu sisi pinggang ibu dan dilokasi tersebut DJJ
terdengar paling keras. Pada persalinan, pemeriksaan VT dapat
memberi informasi yang lebih banyak dengan terabanya oksiput dan
ubun-ubun besar.
2.2.6 Penatalaksanaan
Rotasi secara spontan menjadi oksiput anterior terjadi pada 90%
kasus. Persalinan yang terganggu terjadi jika kepala janin tidak rotasi
atau turun. Pada persalinan dapat terjadi robekan perineum yang tidak
teratur atau ekstensi episiotomi. Penatalaksanaan pada kasus posisi
oksipito posterior antara lain:
1. Jika ada tanda-tanda persalinan macet atau denyut jantung janin
(DJJ) lebih dari 180 atau kurang dari 100 kali per menit pada fase
apapun, lakukan seksio sesarea.
2. Jika ketuban utuh, pecahkan ketuban dengan pengait amnion atau
klem kokher.
3. Jika pembukaan serviks belum lengkap dan tidak ada tanda
obstruksi, akselerasi persalinan dengan oksitosin.
4. Jika pembukaan serviks lengkap dan tidak ada kemajuan pada fase
pengeluaran, periksa kemungkinan adanya obstruksi.
Jika tidak ada obstruksi, akselerasi persalinan dengan
oksitosin.
5. Jika pembukaan lengkap dan jika:
Kepala janin teraba 3/5 atau lebih di atas simfisis pubis (pintu
atas panggul) atau kepala janin di atas stasion (-2) lakukan
seksio sesarea.
Kepala janin di antara 1/5 dan 3/5 di atas simfisis pubis atau
bagian terdepan kepala janin di antara stasion 0 dan -2:
Lakukan ekstraksi vakum.
Atau seksio sesarea.
Kepala tidak lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau bagian
terdepan dari kepala janin berada di stasion 0, lakukan
ekstraksi vakum atau ekstraksi cunam.

BAB III

PENUTUP

2.1 Kesimpulan
Malposisi merupakan posisi abnormal dari verteks kepala janin (dengan
ubun-ubun kecil sebagai penanda) terhadap panggul ibu. Janin dalam keadaan
malposisi atau malpresentasi sering menyebabkan partus lama atau partus
macet. Malposisi yang paling sering adalah posisi oksipito-posterior (OP),
umumnya disebut posisi OP. Oksipito Posterior adalah letak janin sedemikian
rupa sehingga punggungnya berlawanan dengan punggung ibu, oksiput
berada di bagian posterior pelvis dan kepala mengalami defleksi. Posisi ini
disebabkan karena ubun-ubun kecil mengalami kesulitan untuk memutar
kedepan dikarenakan ukuran panggul yang sempit. Pada kasus oksipito
posterior biasanya persalinan dapat dilakukan dengan tindakan seperti
persalinan dengan ekstraksi vacum, persalinan dengan ekstraksi cunam atau
bahkan bisa dilakukan dengan seksio sesarea tergantung dari posisi kepala
janinnya tersendiri.

2.2 Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca. Sekiranya


semua yang membaca makalah ini agar dapat memahami apa yang ada dalam
makalah ini terutama untuk tenaga kesehatan. Untuk kurang dan lebihnya
makalah ini penyusun memohon maaf. Penyusun juga menerima kritik dan
saran dari pembaca untuk penyusunan makalah selanjutnya agar lebih baik
dari makalah yang ini.

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono; 2015; Ilmu Kebidanan; Jakarta; PT Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari dkk; 2010; Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal; Jakarta; PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Vicky Chapman alih bahasa H.Y.Kuncara editor bahasa Indonesia Monica Ester;
2006; Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran; Jakarta; EGC.

http://eprints.ums.ac.id/20392/2/BAB_I.pdf

http://irmasalsabila.blogspot.co.id/2012/10/kelainan-presentase-dan-posisi.html

https://www.scribd.com/document/211329949/Posisio-Oksipitalis-Posterior-

Anda mungkin juga menyukai