OLEH:
1. ELINA ( 07210400255 )
2. KASTURI ANDAYANI ( 07210400258 )
3. MELIANA (07210400256 )
4. NOLISA SUTRISNAWATI ( 07210400206 )
5. SYAFITRI APRILIANI ( 07210400227 )
6. TANTI MARYANI (07210400279 )
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ASUHAN
KEBIDANAN PADA MASA KEHAMILAN PADA TRIMESTER 3 (PERDARAHAN ANTE
PARTUM SOLUSIO PLASENTA)” dapat tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
PENGKAYAAN PRAKTEK pada program Pendidikan Sarjana Terapan Kebidanan. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu KUSWATI RAMIDI, S.SiT, M. Kes, selaku
dosen mata kuliah PENGKAYAAN PRAKTEK yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman – teman kelompok 4 yang sudah bekerja
sama dan meluangkan waktunya sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karna itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan penulisan............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................2
BAB IV PENUTUP................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
ibu. Seorang ibu yang pernah mengalami solusio plasenta, mempunyai resiko
yang lebih tinggi mengalami kekambuhan pada kehamilan berikutnya. Solusio
plasenta juga cenderung menjadikan morbiditas dan bahkan mortabilitas pada
janin dan bayi baru lahir.
a. Bagi Penulis
Terpenuhinya tugas dari matakuliah Pengkayaan Praktek berupa makalah yang
berjudul Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan Pada Trimester 3
(Perdarahan Ante Partum Solusio Plasenta).
b. Bagi Institusi
Sebagai tambahan sumber bacaan di perpustakaan.
c. Bagi Pembaca
2
Untuk menambah wawasan kita mengenai pengertian, strategi, kegiatan serta
bentuk penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN
4
2.2 KLASIFIKASI
1) Klasifikasi dari solusio plasenta adalah sebagai berikut:
a) Solusio plasenta parsialis : bila hanya sebagian saja plasenta terlepas dari
tempat perlengkatannya.
b) Solusio plasenta totalis ( komplek ) : bila seluruh plasenta sudah terlepas
dari tempat perlengketannya.
c) Prolapsus plasenta : kadang-kadang plasenta ini turun ke bawah dan dapat
teraba pada pemeriksaan dalam.
a) Kelas 0 : asimptomatik
Diagnosis ditegakkan secara retrospektif dengan menemukan hematoma
atau daerah yang mengalami pendesakan pada plasenta. Rupture sinus
marginal juga dimasukkan dalam kategori ini.
b) Kelas I : gejala klinis ringan dan terdapat hampir 48 % kasus.
Solusio plasenta ringan yaitu : rupture sinus marginalis atau terlepasnya
sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak, sama sekali tidak
mempengaruhi keadaan ibu atau janinnya.
Gejala : perdarahan pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman dan
sedikit sekali bahkan tidak ada, perut terasa sakit terus-menerus dan
tegang, tekanan darah dan denyut jantung maternal normal, tidak ada
koagulopati, dan tidak ditemukan tanda-tanda fetal distress.
5
c) Kelas II : gejala klinik sedang dan terdapat hampir 27% kasus.
Solusio plasenta sedang dalam hal ini plasenta telah lebih dari
seperempatnya tetapi belum sampai dua pertiga luas permukaannya.
4)
6
4) Berdasarkan luasnya bagian plasenta yang terlepas dari uterus
a) Solusio plasenta ringan
Plasenta yang kurang dari ¼ bagian plasenta yang terlepas. Perdarahan
kurang dari 250 ml.
b) Solusio plasenta sedang
Plasenta yang terlepas ¼ - ½ bagian. Perdarahan <1000 ml,uterus
tegang,terdapat fetal distress akibat insufisiensi uteroplasenta.
c) Solusio plasenta berat
Plasenta yang terlepas > ½ bagian, perdarahan >1000 ml, terdapat fetal
distress sampai dengan kematian janin, syok maternal serta koagulopati.
2.3 ETIOLOGI
Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum diketahui dengan jelas.
Meskipun demikian, beberapa hal di bawah ini di duga merupakan factor-faktor
yang berpengaruh pada kejadiannya.
Factor-faktor yang mempengaruhi solusio plasenta antara lain sebagai berikut :
1) Factor vaskuler (80-90%) yaitu toksemia gravidarum, glomerulonefritis kronik,
dan hipertensi esensial. Adanya desakan darah yang tinggi membuat pembuluh
darah mudah pecah sehingga terjadi hematoma retroplasenter dan plasenta
sebagian terlepas.
2) Factor trauma.
a) Pengecilan yang tiba-tiba dari uterus pada hidromnion dan gamely.
b) Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat dari pergerakan janin yang
banyak/bebas, atau pertolongan persalinan.
3) Factor paritas
Lebih banyak dijumpai pada multi dari pada primi. Holmer mencatat bahwa
dari 83 kasus solusio plasenta dijumpai 45 multi dan 18 primi.
4) Pengaruh lain seperti anemia, malnutrisi, tekanan uterus pada vena cava
inferior dan lain-lain seperti merokok, alcohol, dan kokain.
5) Trauma langsung seperti jatuh, kena tendang dan lain-lain.
7
2.4 PATOFISIOLOGI
1) Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang
membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya
terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan
mendesak jaringan plasenta, perdarahan antara uterus dan plasenta belum
terganggu, dan tanda serta gejala pun belum jelas. Kejadian baru diketahui
setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan di dapatkan cekungan pada
permukaan maternalnya dengan bekuan darah yang berwarna kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus
yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi
menghentikan perdarahannya. Akibatnya hematoma retroplasenter akan
bertambah besar,sehingga sebagian dan seluruh plasenta lepas dari dinding
uterus. Sebagian darah akan menyeludup di bawah selaput ketuban keluar dari
vagina atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau
mengadakan ektravasasi di antara serabut-serabut otot uterus
Apabila ektravasasinya berlangsung hebat, maka seluruh permukaan
uterus akan berbercak biru atau ungu. Hal ini di sebut uterus Couvelaire (Perut
terasa sangat tegang dan nyeri). Akibat kerusakan jaringan miometrium dan
pembekuan retroplasenter,maka banyak trombosit akan masuk ke dalam
peredaran darah ibu, sehinga terjadi pembekuan intravaskuler dimana-mana,
yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya
terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak
hanya di uterus tetapi juga pada alat-alat tubuh yang lainnya.
Keadaan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari
dinding uterus. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, akan terjadi
anoksia sehingga mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang
terlepas,mungkin tidak berpengaruh sama sekali,atau juga akan mengakibatkan
gawat janin. Waktu sangat menentukan beratnyaa gangguan pembekuan
darah,kelainan ginjal,dan keadaan janin. Makin lama penanganan solusio
plasenta sampai persalinan selesai,umumnya makin hebat komplikasinya.
2) Pada solusio plasenta, darah dari tempat pelepasan akan mencari jalan keluar
antara selaput janin dan dinding rahim hingga akhirnya keluar dari serviks
hingga terjadilah perdarahan keluar atau perdarahan terbuka.
Terkadang darah tidak keluar, tetapi berkumpul di belakang plasenta
8
membentuk hematom retroplasenta. Perdarahan semacam ini disebut perdarahan ke
dalam atau perdarahan tersembunyi.
9
Penyulit terhadap ibu Penyulit terhadap janin
1. Berkurangnya darah dalam 1. Tergantung pada luasnya plasenta
sirkulasi darah umum yang lepas dapat menimbulkan
2. Terjadi penurunan tekanan asfiksia ringan sampai kematian
darah,peningkatan nadi dan dalam uterus.
pernapasan
3. Ibu tampak anemis
4. Dapat timbul gangguan pembekuan
darah, karena terjadi pembekuan
intravaskuler diikuti hemolisis
darah sehingga fibrinogen makin
berkurang dan memudahkan
terjadinya perdarahan
(hipofibrinogenemia)
5. Dapat timbul perdarahan
packapartum setelah persalinan
karena atonia uteri atau gangguan
pembekuan darah
6. Dapat timbul gangguan fungsi
ginjal dan terjadi emboli yang
menimbulkan komplikasi sekunder
7. Timbunan darah yang meningkat
dibelakang plasenta dapat
menyebabkan uterus menjadi
keras, padat dan kaku.
2.5 GEJALA
Beberapa gejala dari solusio plasenta adalah sebagai berikut :
1) Perdarahan yang disertai nyeri.
2) Anemia dan syok, beratnya anemia dan syok sering tidak sesuai dengan
banyaknya darah yang keluar.
10
3) Rahim keras seperti papan dan terasa nyeri saat dipegang karena isi rahim
bertambah dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hingga
rahim teregang (uterus en bois).
4) Palpasi sulit dilakukan karena rahim keras.
5) Fundus uteri makin lama makin baik.
6) Bunyi jantung biasanya tidak ada.
7) Pada toucher teraba ketuban yang teregang terus-menerus (karena isi rahim
bertambah).
8) Sering terjadi proteinuria karena disertai preeklampsi.
2.6 DIAGNOSIS
1) Diagnosis solusio plasenta kadang sukar ditegakkan.
2) Penderita biasanya datang dengan gejala klinis :
d) Perdarahan pervaginam (80%)
e) Nyeri abdomen atau pinggang dan nyeri tekan uterus (70%)
f) Gawat janin (60 %)
g) Kelainan kontraksi uterus (35%)
h) Kelainan premature idiopatik (25%)
i) Dan kematian janin (15%)
3) Syok yang terjadi kadang tidak sesuai dengan banyak perdarahan
4) Pemeriksaan laboratorium untuk menyingkirkan diagnosis banding solusio
plasenta antara lain :
a. Hitung sel darah lengkap
b. Fibrinogen
c. Waktu prothrombin/waktu tromboplastin parsial teraktifasi untuk
mengetahui terjadinya DIC
d. Nitrogen urea/kreatinin dalam darah
e. Kleithauer-Betke test untuk mendeteksi adanya sel darah merah janin di
dalam sirkulasi ibu
5) Pemeriksaan penunjang ultrasonografi (USG) membantu menentukan
lokasi plasenta (untuk menyingkirkan kemungkinan plasenta previa). Saat
ini lebih dari 50% pasien yang diduga mengalami solusio plasenta dapat
teridentifikasi melalui USG.
11
6) Hematom retroplasenter dapat dikenali sekitar 2-15% dari semua solusio
plasenta. Pengenalan hematoma tergantung pada derajat hematoma (besar
dan lamanya) serta keahlian operator.
7) Pemeriksaan histologik setelah plasenta dikeluarkan dapat memperlihatkan
hematoma retroplasenter.
8) Penemuan lain yang mungkin adalah adanya ektravasasi darah ke
miometrium, yang tampak sebagai bercak ungu pada tunika serosa uterus
yang dikenal sebagai Uterus Couvelaire.
9) Diagnosis banding lain perdarahan pada trimester ketiga selain plasenta
previa adalah vasa previa, trauma vaginal, serta keganasan (jarang).
12
3. Kesadaran umum TD, nadi dan pernapasan tidak ada
tidak sesuai dengan
perdarahan
Dapat disertai dengan
preeklampsi/eklampsi
6. pemeriksaan
Teraba ketuban tegang
teraba jaringan plasenta
dalam menonjol
2.8 KOMPLIKASI
Komplikasi bisa terjadi pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya dengan
criteria :
1) Komplikasi pada ibu
a. Perdarahan yang dapat menimbulkan : variasi turunnya tekanan darah
sampai keadaan syok, perdarahan tidak sesuai keadaan penderita anemis
sampai syok,kesadaran bervariasi dari baik sampai syok.
b. Gangguan pembekuan darah : masuknya trombosit ke dalam sirkulasi
darah menyebabkan pembekuan darah intravaskuler dan diserti hemolisis,
terjadinya penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat
mengganggu pembekuan darah.
13
c. Oliguria menyebabkan terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan
dapat menimbulkan produksi urin makin berkurang.
d. Perdarahan postpartum : pada solusio plasenta sedang sampai berat
terjadi infiltrasi darah ke otot rahim, sehingga mengganggu kontraksi
dan menimbulkan perdarahan karena atonia uteri, kegagalan
pembekuan darah menambah bertanya perdarahan.
e. Koagulopati konsumtif, DIC: solusio plasenta merupakan penyebab
koagulopati konsumtif yang tersering pada kehamilan.
f. Utero renal reflex
g. Ruptur uteri
2) Komplikasi pada janin
a. Asfiksia ringan sampai berat dan kematian janin,karena perdarahan
yang tertimbun dibelakang plasenta yang mengganggu sirkulasi dan
nutrisi kearah janin. Rintangan kejadian asfiksia sampai kematian
janin dalam rahim tergantung pada beberapa sebagian placenta telah
lepas dari implantasinya di fundus uteri.
b. Kelainan susunan system saraf pusat
c. Retardasi pertumbuhan
d. Anemi
2.9 PENATALAKSANAAN
Yang perlu diketahui oleh semua bidan yaitu penanganan di tempat
pelayanan kesehatan tingkat dasar ialah mengatasi syok/pre-syok dan
mempersiapkan rujukan sebaik-baiknya dan secepat-cepatnya.
Mengingat komplikasi yang dapt terjadi yaitu perdarahan banyak dan syok
berat hingga kematian, atonia uteri, kelainan pembekuan darah dan oliguria. Maka
sikap paling utama dari bidan dalam menghadapi solusio plasenta adalah segera
melakukan rujukan ke rumah sakit.
Sebelum dirujuk anjurkan pasien tirah baring dengan menghadap ke kiri,
tidak melakukan senggama, menghindari peningkatan rongga perut misalnya
batuk, mengedan karena sulit buang air besar (konstipasi). Pasang infus NaCL
fisiologi, bila tidak memungkinkan berikan cairan per oral. (Mansjoer Arief; 2005)
14
Jika terjadi syok, infus RL untuk retorasi cairan berikan 500ml dalam
15menit pertama dan 2 liter dalam 2 jam pertama.( Sarwono; 2014)
Semua pasien yang diduga menderita solutio plasenta harus dirawat inap di
rumah sakit yang berfasilitas cukup. Ketika masuk segera dilakukan pemeriksaan darah
lengkap termasuk kadar Hb dan golongan darah serta gambaran pembekuan darah
dengan memeriksa Bleeding Time (BT), Clotting Time (CT), Partial Thromboplastin
Time (PTT), activated Partial Thromboplastin Time (aPTT), kadar fibrinogen dan D-
dimer.
Seandainya diagnosis belum jelas dan janin masih hidup tanpa tandatanda
gawat janin, observasi yang ketat dan dengan fasilitas untuk intervensi segera jika
sewaktu-waktu muncul kegawatan.
15
persalinan melalui operasi Sectio Caesarean Cito. Bila perdarahan yang cukup banyak
segera lakukan resusitasi dengan pemberian transfusi darah dan kristaloid yang
menyelamatkan ibu sambil mengharapkan semoga janin juga bisa terselamatkan.
Pada kasus dimana telah terjadi kematian janin dipilih persalinan pervaginam
kecuali ada perdarahan berat yang tidak teratasi dengan transfusi darah yang banyak
atau ada indikasi obstetrik lain yang menghendaki persalinan dilakukan perabdominam.
Pimpinan persalinan pada solusio plasenta bertujuan untuk mempercepatpersalinan
sehingga kelahiran terjadi dalam 6 jam. Apabila persalinan tidak selesai atau
diharapkan tidak akan selesai dalam waktu 6 jam setelah pemecahan selaput ketuban
dan infus oksitosin, satu-satunya cara adalah dengan melakukan Sectio
Caesar.Hemostasis pada tempat implantasi plasenta bergantung sekali kepada kekuatan
kontraksi miometrium. Karenanya pada persalinan pervaginam perlu diupayakan
stimulasi miometrium secara farmakologik atau massage agar kontraksi miometrium
diperkuat dan mencegah perdarahan yang hebat pasca persalinan sekalipun pada
keadaan masih ada gangguan koagulasi. Harus diingat bahwa koagulopati berat
merupakan faktor risiko tinggi bagi bedah sesar berhubung kecenderungan perdarahan
yang berlangsung terus pada tempat insisi baik pada abdomen maupun pada uterus.Jika
perdarahan tidak dapat dikendalikan atau diatasi setelah persalinan, histerektomi dapat
16
dilakukan untuk menyelamatkan hidup pasien. Sebelum histerektomi, prosedur lain
seperti mengatasi koagulopati, ligasi arteri uterina, pemberian obat uterotonik jika
terdapat atonia dan kompresi uterus dapat dilakukan. (Sarwono; 2016)
17
BAB III
PEMBAHASAN
18
Riwayat Haid : 03 Agustus 2021
5. Riwayat Perkawinan
Umur saat menikah : 25 thn
Lamanya Menikah : 1 tahun
Pernikahan Ke :1
: Coret yang tidak perlu
*
B. Hamil Tua :
a. Keluhan : Nyeri perut
b. ANC di : PMB Oleh : Bidan
c. Frekuensi ANC: 1 Kali, Tidak Teratur
19
8. Riway at Imunisasi TT :
Ibu sudah imunisasi TT 1 Pada tanggal 18 Desember 2021
9. Riway at Peny akit/ Operasi yang lalu:
ya tidak pernah operasi
:
10. Riwayat Yang Berhubungan Dengan:Masalah Kesehatan Reproduksi :
Tidak ada :
11. Riwayat Keluarga Berencana (KB) / ibu tidak pernah berKB
Ya : a. Jenis Kontrasepsi : Suntik KB 3 Bulan
b. Lama Penggunaan : 5 Tahun an
c. Alasan dilepas/ dihentikan : ingin hamil lagi
d. Komplikasi/masalah : Tidak ada
12. Riwayat Penyakit
Tidak ada
13. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Sehari- hari
Tidak ada
14. Masalah Dukungan Psikososial
Tidak ada
B. Data Objektif
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum CM/ GCS: 15
Tanda-Tanda vital
TD: 100/70 VmHg N : 78x/menit P: 20 x/menit S 36,8°C
Status Gizi
BB sebelum hamil 48 kg
20
a. Kepala, wajah, mulut, dan leher
Secara umum (sebutkan Tampak agak pucat
bagian mana)
b. Payudara Mamae
Inspeksi
Membesar dengan arah : Memanjang
Luka Bekas Operasi : Tidak ada
Gerakan Janin : Mulai berkurang
Palpasi
TFU (Mc.Donald) : 32 cm
Leopold I : Teraba perut tegang (+), Nyeri tekan (+)
Leopold II : Tidak dapat dilakukan
Leopold III : Tidak dapat dilakukan
Leopold IV : Tidak dapat dilakukan
Auskultasi
DJJ : Frekuensi : 148x/menit, Intonasi : Teratur
Kontraksi Uterus : His 2x10’10”
d. Ekstremitas Atas dan Bawah
Tidak ada masalah
E. Pemeriksaan anogenital
21
C. Pemeriksaan Penunjang laboratorium HB 12,3 gr
%, Urine Protein (-), Urine Reduksi (-),Urine
Keton (-)
II. . Analisis Data
G1P0A0 hamil 8 minggu, 1 hari.
Janin ball (+)
2.
Pemeriksaan Mandiri: Palpasi Abdomen
22
IV. Implementasi
kiri
c. Memasang Infus RL
V. Evaluasi
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
2. Menganjurkan ibu untuk tirah baring posisi menghadap kiri ( Referensi: Kementerian
Kesehatan Indonesia, 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Kesehatan Dasar
Dan Rujukan. Jakarta : Bina Kesehatan Ibu)
3. Menganjurkan ibu untuk tidak mengedan atau melakukan aktifitas yang dapat
menekan bagian perut seperti batuk ( Referensi: Mansjoer Arif, 2005. Kapita Selekta
Kedokteran . Jakarta: Media Aerculapius )
4. Melakukan cek lab darah dan urine
5. Memasang infus RL kosong ( Referensi: Mansjoer Arif, 2005. Kapita Selekta
Kedokteran . Jakarta: Media Aerculapius )
6. Mengobservasi TTV dan kemajuan persalinan
7. Melakukan kolaborasi dengan RS setempat (persiapan pra rujukan) ( Referensi:
Mansjoer Arif, 2005. Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta: Media Aerculapius )
23
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Solusio Plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh perrmukaan maternal plasenta dari
tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelum waktunya yakni
sebelum anak lahir. Terdapat faktor faktor lain yang ikut memegang peranan penting yaitu
kekurangan gizi, anemia, parietas tinggi, dan usia lanjut pada ibu hamil.
Solusio juga dapat ditegakkan melalui pemeriksaan penunjang seperti USG, pemeriksaan
darah, Perdarahan warna kehitaman disertai perut tegang menjadi salah satu ciri khas dari solusio
plasenta.
Pada kasus solusio plasenta tidak dapat dilayani di faskes primer mengingat banyak
komplikasi dan kegawatdaruratan yang terjadi maka harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang
lebih memadai.
Pentingnya ibu memeriksakan kehamilannya untuk mendeteksi kegawatdaruratan pada ibu
dan bayi. Diagnosa yang tepat berdasarkan gejala yang timbul akan mempercepat tenaga
kesehatan dalam mengambil keputusan. Sehingga pasien akan mendapatkan penatalaksaan
tindakan pra rujukan yang tepat dan cepat.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka sebagai tindak lanjut dari makalah
ini disarankan sebagai berikut :
1. Dalam penanganan kegawatdaruratan kebidanan ini para bidan atau tenaga kesehatan lainnya
dapat mengenali dan mendeteksi tanda HAP (solusio placenta dan retensio placenta) sehingga
dapat lebih cepat dalam penanganan pra rujukan.
2. Jika telah melakukan penatalaksanaan yang baik diharapkan dapat menurunkan AKI dan
AKB.
3. Ibu hamil wajib memeriksakan kehamilannya sejak dini untuk memantau tumbuh kembang
janin serta kesejahteraan ibu.
4. Ibu hamil juga wajib menerapkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Fadlun, Feryanto, Achmad. 2-12. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika
Maryunani, Anik.2012. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan. Jakarta: TIM
2. Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka
3. Yeyeh, Ai Rukiysh. 2010. Asuhan Kebidana perdarahan dengan nyeri dan Patologi. Jakarta:
Trans Info Media Obstetric, Williams. Jakarta.
4. Suyono, Lulu, Gita, Harum, Endang. 2007. Hubungan Antara Umur Ibu Hamil Dengan
Frekuensi Solusio Plasenta di RSUD Dr. Moewardi Surakarta; Dalam: Cermin Dunia Kedokteran
vol.34 no.5.h 233-238
5. Kementerian Kesehatan Indonesia, 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Kesehatan
Dasar Dan Rujukan. Jakarta : Bina Kesehatan Ibu
6. Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka
7. Referensi: Mansjoer Arif, 2005. Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta: Media Aerculapius
8. https://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/69170/fulltext.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
25