Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SIBLING RIVALRY
Dosen Pengampu : Moneca Diah Listiyaningsih, S.Si.T.,M.Kes

Disusun oleh Melania Rosaria Moniz


Nim 151191005
Semester 3

PRODI S1 KEBIDANAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
PA
G
E
\*
M
ER
G
O
R
M
AT
iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat-Nya
saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan bahasan sibling rivalry ” ini untuk melengkapi
tugas pada mata kuliah Psikologi Kehamilan Persalinan Nifas BBL. Makalah ini disusun dari
penyeleksian beberapa sumber yang ada.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan.

PA
G
E
\*
M
ER
G
O
R
M
AT
iii

DAFTAR ISI

Halaman Sampul i
Kata pengantar ii
Daftar isi iii

BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Pengertian Sibling Rivalry 3
2.2. Faktor–faktor penyebab sibling rivalry 3

2.3 Dampak sibling rivalry 7


2.4 Mengatasi Sibling Rivalry 8
2.5 Peran Bidan Dalam Mengatasi Sibling Rivalry 9

BAB III PENUTUP 10


3.1 Kesimpulan 10
3.2 Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11

PA
G
E
\*
M
ER
G
O
R
M
AT
iii

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.    Latar Belakang
Acuan bagi seluruh dunia dalam mencapai kesehatan dan tumbuh kembang anak baik
secara fisik maupun psikologi, merupakan strategi global menurut World Health
Organization (WHO) mengenai emosional dengan gangguan khusus untuk anak yang
mengalami sibling rivalry. Sibling rivalry merupakan perilaku atau emosional pada anak yang
tidak terkontrol sehingga anak-anak sering menunjukkan sikap atau mencari perhatian dengan
perilaku dengan satu atau dua orang tua. Fenomena sibling rivalry yang terjadi pada anak-
anak sudah menjadi hal biasa, walaupun demikian harus ditangani karena dapat menyebabkan
kekhawatiran dan frustasi bagi orang tua (Oesterreich, 2004 ).
Penelitian yang dilakukan oleh Mc Nerney dan Joy (2001) mengungkapkan 50%
terjadinya sibling rivalry untuk mendapatkan perhatian orang tua dan dalam mengalami
kecemburuan dalam keluarga pada umur antara 10-15 tahun. Sibling rivalry menjadi sumber
masalah jika rasa permusuhan antar individu semakin dalam. Pertengkaran akan semakin
membahayakan masing-masing individu, salah satu anak akan merasa rendah diri dan
mungkin akan melakukan tindakan yang menyakiti saudaranya. Penelitian ini juga didukung
oleh Maiorano M (2009) yang mengungkapkan cemburu, iri, rasa bersalah, dan kebencian
antar saudara kandung dan persaingan yang ditemukan pada anak-anak hanya untuk
mendapatkan perhatian pengurus.
Peristiwa sibling rivalry yang terjadi pada anak-anak di takutkan oleh banyak orang tua
bukan tidak dapat dihindari. Namun hal ini terjadi dikarenakan rendahnya pengetahuan dan
sikap orang tua khususnya ibu-ibu mengenai hal-hal negatif yang dilakukan oleh anak kepada
kakak maupun adiknya baik di rumah maupun di sekolah, selain itu kurangnya persiapan
orang tua dalam mengantisipasi terjadinya sibling rivalry pada saat hamil, Sehingga angka
kejadian sibling rivalry semakin meningkat (Dewi, 2011)

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana Pengertian Sibling Rivalry ?
2. Bagaimana Faktor–faktor Penyebab Sibling Rivalry ?
3. Bagaimana Dampak Sibling Rivalry?
4. Bagaimana Mengatasi Sibling Rivalry ?
5. Bagaimana Peran Bidan Dalam Mengatasi Sibling Rivalry?
1.3 TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Pengertian Sibling Rivalry?
2. Untuk Mengetahui Faktor–faktor Penyebab Sibling Rivalry?
3. Untuk Mengetahui Dampak Sibling Rivalry?
4. Untuk Mengetahui Cara Mengatasi Sibling Rivalry?
5. Untuk Mengetahui Peran Bidan Dalam Mengatasi Sibling?

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sibling Rivalry
Kamus kedokteran Dorland (Suherni, 2008): sibling (anglo-saxon sib dan ling bentuk
kecil) anak-anak dari orang tua yang sama, seorang saudara laki-laki atau perempuan.
Disebut juga sib. Rivalry keadaan kompetisi atau antagonisme. Sibling rivalry adalah
kompetisi antara saudara kandung untuk mendapatkan cinta kasih, afeksi dan perhatian dari
kedua orang tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih.
Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara laki-
laki dan saudara perempuan. Hal ini terjadi pada semua orang tua yang mempunyai dua anak
atau lebih.
Sibling rivalry atau perselisihan yang terjadi pada anak-anak tersebut adalah hal yang
biasa bagi anak-anak usia antara 5-11 tahun. Bahkan kurang dari 5 tahun pun sudah sangat
mudah terjadi sibling rivalry itu. Istilah ahli psikologi hubungan antar anak-anak seusia
seperti itu bersifat ambivalent dengan love hate relationship.

2.2.  Faktor–faktor penyebab sibling rivalry


Faktor penyebab sibling rivalry diantaranya karena orang tua membagi perhatian
dengan orang lain, mengidolakan anak tertentu, dipeliharanya rasa kesal orang tua, serta
kurangnya pemahaman diri (Setiawati dan Zulkaida, 2007). Sedangkan menurut Priatna dan
Yulia, (2006), faktor penyebab sibling rivalry adalah faktor internal dan eksternal:
a.   Faktor internal: 
Faktor internal adalah faktor yang tumbuh dan berkembang dalam diri anak itu sendiri.
Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Usia anak saat hadirnya adik dalam keluarga (jarak kelahiran)
Usia anak saat hadirnya adik dalam keluarga merupakan faktor penting dalam
munculnya sibling rivalry pada anak (Sawicki, 1997). Semakin muda usia anak saat
hadirnya adik, akan semakin besar kemungkinan anak tersebut mengalami sibling
rivalry. Dalam penelitian terhadap anak usia di bawah 4 tahun yang mempunyai adik.
Adanya regresi tingkah laku pada anak dilaporkan terjadi oleh 93% ibu, regresi ini
diakibatkan oleh hadirnya adik dalam keluarga. Hal ini terjadi karena usia dibawah 4
tahun sibuk mengeksplorasi dan meneliti lingkungan mereka. Pada usia tersebut anak-
anak juga mengembangkan kemampuan fisik, kognitif dan sosial (Sawicki, 1997).
Anak pada usia tersebut juga cenderung egosentrik, dan mereka sering tidak dapat
menerima adanya pembagian perhatian dan kasih sayang orang tua.
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan faktor lain yang berpengaruh untuk perkembangan sibling
rivalry pada diri seorang anak. Anak laki-laki akan menunjukkan lebih banyak
penurunan tingkah laku akibat kehadiran adik dalam keluarga dibandingkan dengan
anak perempuan. Kakak perempuan akan menunjukkan lebih banyak perbuatan positif
dibandingkan dengan kakak laki-laki. Perbuatan positif tersebut seperti lebih
perhatian kepada adik, dan lebih mandiri (Sawicki, 1997).
Perasaan cemburu seorang anak akan cenderung lebih tinggi pada anak perempuan
dibandingkan dengan anak laki-laki (dalam Anderson, 2006). Sementara sibling
rivalry lebih tinggi pada pasangan kakak/adik dengan jenis kelamin yang sama
dibandingkan dengan kakak/adik dengan jenis kelamin berbeda. Pada kakak/adik
dengan jenis kelamin yang sama, sibling rivalry cenderung tinggi pada pasangan
kakak-adik laki-laki (Bee & Boyd, 2004). Hal ini disebabkan oleh faktor budaya yang
lebih memacu anak laki-laki untuk bersaing.

3 Kepribadian dan temperamen anak


Kepribadian dan temperamen anak dapat mempengaruhi reaksi anak akibat kehadiran
adik dalam keluarga dan dapat mempengaruhi besarnya sibling rivalry yang terjadi
pada anak. Anak yang lebih aktif dan impulsive cenderung akan mempunyai masalah
tingkah laku dan akan berhubungan dengan banyaknya kecemburuan, pertengkaran
serta konflik dengan saudara (Priatna dan Yulia, 2006). Sawicki (1997) menambahkan
bahwa tidak semua anak dengan temperamen yang tinggi memiliki konflik dengan
saudaranya. 4 anak Jumlah saudara yang kecil cenderung menghasilkan hubungan
yang lebih banyak perselisihan
daripada jumlah saudara yang besar. Bila hanya ada dua orang atau tiga anak dalam
keluarga, mereka lebih sering bersama daripada jika jumlahnya besar. Keluarga yang
mempunyai keluarga berukuran sedang, yaitu dengan anak lebih dari tiga anak atau
lima anak, tentunya akan menunjukkan perilaku yang berbeda terhadap masing-
masing anggota keluarga jika dibandingkan dengan keluarga yang berukuran besar
yaitu keluarga dengan yang memiliki lebih dari lima anak (Hurlock, 1999).

b. Faktor eksternal
Faktor yang disebabkan karena orang tua yang salah dalam mendidik anaknya, seperti
sikap membanding-bandingkan, dan adanya anak emas di antara anak yang lain (Spungin
dan Richardson, 2002).
1 orang tua
Sikap orang tua, dukungan, serta gaya komunikasi orang tua dapat mempengaruhi
respon kakak terhadap hadirnya adik dalam keluarga dan dapat mempengaruhi
besarnya sibling rivalry yang terjadi pada anak. Hubungan positif bisa terjadi apabila
orang tua tidak melarang anak yang lebih tua untuk berinteraksi dengan adiknya.
Selain itu orang tua yang membangun hubungan positif dengan anak tertua,
menghargai kebutuhan dan perasaan anak akan mengembang hubungan yang positif
antara anak dan meminimalkan terjadinya sibling rivalry. Sebaliknya orang tua yang
melarang, menginterupsi, dan membatasi interaksi anak yang lebih tua terhadap
adiknya, akan menghasilkan hubungan yang negatif antar saudara kandung lebih akan
mengembangkan sibling rivalry pada anak (Spungin dan Richardson, 2002).
Berhubungan dengan sikap orang tua, Anderson (2006), menambahkan faktor yang
dapat mempengaruhi sibling rivalry yang datang dari orang tua.

Faktor-faktor tersebut dapat memperbesar sibling rivalry anak, dan terjadi jika :
a   Orang tua terlalu memperhatikan salah satu anaknya
Hal ini dapat terjadi pada keluarga dengan anak yang mempunyai masalah
kesehatan atau pada keluarga dengan anak berkebutuhan khusus. Pada
5
keluarga-keluarga tersebut, perhatian orang tua akan terfokus pada anak yang
mengalami masalah dan terkesan mengabaikan anak lain yang dianggap normal.

b Jika salah satu anak menjadi anak favorit orang tua


Ketika anak dengan rentang usia yang berdekatan masuk ke dunia sekolah, maka
perbandingan orang tua terhadap anak mereka semakin sering dilakukan dan
hasilnya anak menjadi lebih suka bertengkar, saling bermusuhan dan susah untuk
saling menyesuaikan diri (Berk, 2005). Pertengkaran dan permusuhan tersebut
akan bertambah kuat jika orang tua benar-benar menunjukkan anak favoritnya
(Anderson, 2006). Terlebih lagi apabila ayah cenderung memfavoritkan satu
orang anak.
c Jika orang tua sering membandingkan anak mereka
Hal ini biasanya terjadi pada usia kanak-kanak pertengahan. Pada usia tersebut,
anak berpartisipasi pada aktivitas yang lebih besar, oleh karena itu orang tua
cenderung untuk membandingkan sikap, kemampuan dan prestasi anak yang satu
dengan anak yang lain, hal ini akan menyebabkan terjadinya peningkatan pada
sibling rivalry (Anderson, 2006).
d Pengetahuan Ibu
Pengetahuan ibu tentang sibling rivalry dimana ibu harus tahu tentang hal-hal
negatif yang dilakukan oleh anak kepada kakak maupun adiknya baik di rumah
maupun di sekolah. Ibu harus tahu pertumbuhan dan perkembangan anaknya
(Boyse, 2007).
e    Jenis disiplin
Hubungan antar saudara kandung tampak lebih rukun dalam keluarga yang
menggunakan disiplin otoriter dibandingkan dengan keluarga yang mengikuti pola
permisif. Orang tua yang bersifat authoritarian membuat batasan dan kendali
yang tegas terhadap remaja. Bila anak dibiarkan bertindak sesuka hati, hubungan
antar saudara kandung sering tidak terkendalikan lagi (Hurlock, 1999).
f  Pengaruh orang lain
Kehadiran orang luar di rumah, tekanan orang luar pada anggota keluarga dan
perbandingan anak dengan saudara kandungnya oleh orang luar akan
mempengaruhi hubungan mereka. Orang lain, baik anggota keluarga
6
maupun teman orang tua atau guru dapat menimbulkan atau
memperhebat ketegangan yang telah ada dalam hubungan antar saudara kandung
dengan membandingkan anak yang satu dengan anak yang lain (Hurlock, 1999).

Reaksi sibling rivalry yang sering terjadi pada anak-anak


a. Agresif, memukul / melukai
b. Membangkang
c. Rewel
d. Mengalami kemunduran (misalnya semula tidak mengompol sekarang
mengompol lagi)
e. Sering marah yang meledak-ledak
f. Sering menangis tanpa sebab
g. Menjadi lebih manja atau lengket kepada ibu (Priatna dan Yulia, 2006).
2.4 Dampak sibling rivalry
a. Dampak positif sibling rivalry
Sibling rivalry mendorong anak untuk mengatasi perbedaan dengan
mengembangkan beberapa keterampilan penting, diantaranya adalah bagaimana
menghargai nilai dan perspektif (pandangan) orang lain. Disamping itu, dengan
sibling.
Rivalry juga merupakan cara tepat untuk berkompromi dan bernegosiasi, serta
mengontrol dorongan untuk bertindak agresif. Oleh karena itu agar segi positif
tersebut dapat dicapai, maka orang tua harus menjadi fasilitator (Suherni, 2009).
b. Dampak negatif sibling rivalry
Sibling rivalry menyebabkan dampak negatif pada anak. Salah satu dampak
negatif sibling rivalry adalah terjadinya konflik pada pasangan kakak adik.
Thompson (2004) mengatakan bahwa sibling rivalry merupakan penyebab utama
terjadi konflik pada anak dan saudara kandungnya. Jika agresi dan konflik terus
berlanjut, maka kemungkinan anak akan mengalami conduct problem. Lebih
lanjutnya jika terjadi
7
perkelahian dan konflik terjadi terus-menerus dan tidak melibatkan campur tangan
orang tua akan mengakibatkan perilaku agresif dan antisosial di luar rumah
(Shaffer, 2002).
Sibling rivalry yang berkepanjangan dan sudah diluar kendali orang tua dapat
mengakibatkan tanda-tanda depresi atau anxiety (kecemasan) pada anak
(Steinberg, 2003). Selain itu sibling rivalry yang sangat negatif, penuh dengan
kekerasan ketika anak berumur 3-4 tahun, akan menyebabkan perilaku antisosial
lima tahun kemudian (Steinberg, 2003).

2.5 Mengatasi Sibling Rivalry


Menurut Suherni (2009) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengatasi
sibling rivalry:
a. Orang tua tidak perlu langsung campur tangan, kecuali saat terdapat tanda-tanda
akan terjadi kekerasan fisik.
b. Orang tua harus dapat berperan memberikan otoritas kepada anak-anak
sedemikian rupa sehingga menyelesaikan masalah dengan anak-anak, bukan
untuk anak-anak. Artinya seakan-akan orang tua dalam menyelesaikan
permasalahan seakan ikut serta di dalamnya, anak tersebut diberikan
penghargaan atas buah fikiranya, dihargai peran pendapatnya. Bukan bersifat
memberi instruksi seakan yang paling tahu dan berkuasa adalah orang tua itu.
c. Cara memisah dua anak yang konflik menjurus ke fisik, tidak boleh
menyalahkan salah satu, akan tetapi keduanya dihargai, seakan sama-sama
benar, cara memberikan contoh-contoh, tetapi tidak langsung saat itu. Yang
penting anak-anak yang lagi konflik fisik, dipisah demikian rupa sehingga
keduanya menjadi tenang dan sesudahnya dapat menjadi akrab lagi.
d. Jika anak-anak memperebutkan benda yang sama, orang tua harus dapat
memberikan benda yang sama, orang tua harus dapat memberikan teknik
pengajaran agar keduanya dapat menggunakan secara bergantian yang adil dan
menggembirakan.
e. Memberikan kesempatan setiap anak mengungkapkan apa yang dirasakan
tentang saudaranya, dan membawa anak dapat
8
f. mengendalikan emosinya, bahkan dibawa kearah teknik bersahabat lagi. Baiknya
rukun dengan saudara dapat membangkitkan anak agar menjadi sifat rukun.
g. Jangan memberi tuduhan tertentu tentang negatifnya sifat anak, hal ini bisa
memperdalam sibling rivalry. jangan memberikan cap pada anak tentang
kekurangannya atau kelebihannya daripada anak yang lain.
h. Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari perilaku orang tua
sehari-hari adalah cara pendidikan anak-anak untuk menghindari sibling rivalry
yang paling bagus.

2.6 Peran Bidan Dalam Mengatasi Sibling Rivalry :


a. Mengajarkan pada ibu untuk selalu mengajak anaknya ketika periksa
kehamilannya supaya saudara kandungnya atau kakak dari adiknya tidak kaget
atau sudah siap menjadi kakak dan ikut serta dalam merawat adiknya.
b. Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon positif
tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan mengenalkan
adiknya pada kaka (Suherni, 2009).
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sibling rivalry merupakan suatu perasaan cemburu atau menjadi pesaing dengan bayi atau
saudara kandung yang baru dilahirkan. Perasaan cemburu ini pun dapat timbul terhadap
sang ayah. Kenyataannya semua anak akan merasa terancam oleh kedatangan seorang bayi
baru meskipun dengan derajat yang berbeda-beda, baik selama kehamilan maupun setelah
kelahiran. Anak-anak yang lebih tua yang telah membentuk semacam independensi dan
ikatan batin yang kuat biasanya tidak begitu merasa terancam oleh kedatangan bayi baru
daripada anak-anak yang belum mencapai kekuatan ikatan batin yang sama ( Rukiyah, 2011
)

3.2 SARAN
Semoga berguna bagi pembaca khususnya bagi mahasiswa kesehatan dan saya
sebagai penulis sangat mengharapkan kepada pembaca untuk bisa memahami dan
mengerti isi dari makalah ini yang berjudul “SIBLING RIVALRY “ kritikan dan saran
saya sangat mengharapkan dari pembaca untuk perbaikan makalah yang akan datang

DAFTAR PUSTAKA

Lusa (2010). Sibling rivarly. (online). http://lusa.web.id/siblingrivarly.html.


Maiorano, M (2010). A case study on sibling rivarly and the use of a social skills training
model: Roman university
Mc Nerney, A & Joy (2001) sibling Rivarly in Degree and Dimensions Across the
Lifespan.http//www.jrsccience.wcp.muohio.edu/humannature01/finalArticles/SiblingRivar
lyinDegreeand.html. diakses 30 maret 2013
Mubarak W. I. (2011) Promosi kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. (2003) Promosi kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
(2005) Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
(2007) Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam (2003) Konsep dan penerapan metodologi ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai