Anda di halaman 1dari 28

OBSTETRI & GINEKOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATA OKTOBER 2023


UIN ALAUDDIN MAKASSAR

KEHAMILAN DENGAN PRESENTASI BOKONG

OLEH :
Nur Alda Fadillah
70700121004

SUPERVISOR PEMBIMBING :
dr. Sari Ifdiana Jalal, Sp. OG., M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :


Nama : Nur Alda Fadillah
NIM : 70700121004
Judul : Kehamilan Dengan Presentasi Bokong

Telah menyelesaikan tugas Referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar

Makassar, 4 Oktober 2023

Supervisor Pembimbing

dr. Sari Ifdiana Jalal, Sp.OG., M.Kes

Mengetahui,
Ketua Program Pendidikan Profesi Dokter
UIN Alauddin Makassar

dr. Azizah Nurdin, Sp.OG., M.Kes


NIP. 198409052009012011

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kehadirat


Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua
bahwa dengan segala keterbatasan yang penulis miliki akhirnya penulis dapat
menyelesaikan Referat “Kehamilan Dengan Presentasi Bokong” Departemen
Obstetri dan Ginekologi Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Keberhasilan penyusunan laporan ini adalah berkat bimbingan, kerja sama,
serta bantuan moril dan materil dari berbagai pihak yang telah diterima penulis
sehingga segala rintangan yang dihadapi selama penulisan dan penyusunan laporan
ini dapat terselesaikan dengan baik.

Makassar, 4 Oktober 2023


Penulis

Nur Alda Fadillah


70700121004

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................2

KATA PENGANTAR .......................................................................................................3

DAFTAR ISI......................................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................7

A. Anatomi..................................................................................................................7

B. Definisi ................................................................................................................. 13

C. Klasifikasi ............................................................................................................ 13

D. Epidemiologi ........................................................................................................ 14

E. Etiologi dan Faktor Risiko ................................................................................... 15

F. Diagnosis.............................................................................................................. 15

G. Pemeriksaan penunjang ........................................................................................ 16

H. Penatalaksanaan ................................................................................................... 16

I. Komplikasi ........................................................................................................... 25

J. Prognosis .............................................................................................................. 26

BAB III KESIMPULAN .................................................................................................. 27

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 28

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Anatomi panggul ................................................................................ 7


Gambar 2. 2 Jenis-jenis panggul ............................................................................. 9
Gambar 2. 3 Bidang hodge.................................................................................... 10
Gambar 2. 4 Frank breech ..................................................................................... 13
Gambar 2. 5 Complete breech............................................................................... 13
Gambar 2. 6 Foolting breech and kneeling breech ............................................... 14
Gambar 2. 7 External cephalik version dan knee chest position........................... 17
Gambar 2. 8 Manuver bracht ................................................................................ 19
Gambar 2. 9 Manuver klasik ................................................................................. 20
Gambar 2. 10 Mnuver mueller .............................................................................. 20
Gambar 2. 11 Manuver lovset ............................................................................... 21
Gambar 2. 12 Manuver mauriceau ........................................................................ 22
Gambar 2. 13Manuver prague terbalik ................................................................. 23
Gambar 2. 14 Manuver cunam piper..................................................................... 23

5
BAB I
PENDAHULUAN
Presentasi bokong terjadi kira-kira 3-4% pada kehamilan cukup bulan.
Kehamilan dengan janin presentasi bokong terjadi 40% pada kehamilan 20 minggu,
6–8% pada kehamilan 34 minggu dan 2–3% kehamilan aterm. 1,2
Kehamilan dengan persentase letak bokong adalah suatu keadaan dimana
janin terletak memanjang dengan kepala berada di fundus uteri dan bokong berada
di bagian bawah kavum uteri. 3
Pada Sebagian besar presentasi bokong secara spontan akan kembali ke
presentasi kepala. Presentasi bokong yang persisten pada saat lahir telah dikaitkan
dengan sejumlah hambatan struktural, yang mencegah bayi mencapai presentasi
kepala, seperti kelainan struktur janin atau uterus, peningkatan atau penurunan
volume cairan atau lokasi plasenta yang abnormal seperti plasenta previa.
Presentasi bokong dikaitkan dengan peningkatan angka morbiditas dan mortalitas
perinatal karena meningkatnya kemungkinan prematuritas, malformasi kongenital
dan potensi kelahiran traumatis serta hipoksia.4
Pasien dengan presentasi bokong terutama yang pernah melakukan
persalinan pervaginam sebelumnya, seharusnya tidak memerlukan operasi Caesar.
Operasi Caesar pada tahap kedua persalinan dikaitkan dengan morbiditas yang
signifikan dan mempunyai risiko lebih besar pada ibu dan janin. 4
Pencegahan yang dapat dilakukan pada presentasi bokong adalah external
cephalic version (ECV) yang merupakan prosedur aman, yang dapat mengurangi
kejadian presentasi bokong pada bayi cukup bulan dan angka persalinan Caesar
diantar mereka yang menjalani ECV ini lebih rendah. ECV aman dan jarang
dikaitkan dengan komplikasi. Namun, ada laporan kasus komplikasi seperti solusio
plasenta, rupture uteri, dan perdarahan ibu dan janin. 4

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi 5,6,7
Dalam setiap persalinan harus diperhatikan 3 faktor yaitu; jalan lahir, janin dan
kekuatan ibu. Jalan lahir dibagi atas; (a) bagian tulang, terdiri atas tulang-tulang
panggul dengan persendiannya (artikulasio) dan (b) bagian lunak, terdiri atas otot-
otot , jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen.
1. Tulang-tulang panggul
Tulang-tulang panggul terdiri atas 3 buah tulang yaitu (1) os Coxae 2 buah kiri
dan kanan, (2) os sacrum, dan (3) os coccygeus. Os coxae merupakan fusi dari os
ilium, iskium dan os pubis. Tulang-tulang ini satu dengan yang lainnya
berhubungan dalam suatu persendian panggul. Di depan terdapat hubungan antara
kedua os pubis kanan dan kiri, disebut simfisis.

Gambar 2. 1 Anatomi panggul


Secara fungsional panggul terdiri atas 2 bagian yang disebut pelvis mayor dan
pelvis minor. Pelvis mayor adalah pelvis yang terletak di atas linea terminalis,
disebut pula false pelvis. Bagian yang terletak dibawah line terminalis disebut
pelvis minor atau true pelvis. Bagian akhir ini adalah bagian yang mempunyai
peranan penting dalam obstetric dan harus dapat dikenal dan dinilai sebaik-baiknya
untuk dapat meramalkan dapat-tidaknya bayi melewatinya.

7
Bentuk pelvis minor ini mempunyai suatu saluran yang mempunyai sumbu
melengkung ke depan (sumbu carus). Sumbu ini secara klasik adalah garis yang
menghubungkan titik persekutuan antara diameter transversa dan konjugata vera
pada pintu atas panggul dengan titik-titik di Hodge II, III dan IV. Sampai dekat
Hodge III sumbu lurus itu, sejajar dengan sacrum untuk seterusnya melengkung ke
depan, sesuai dengan lengkungan sacrum. Bagian atas saluran tersebut berupa suatu
bidang datar, normal berbentuk hampir bulat, disebut pintu atas panggul. Bagian
bawah saluran ini disebut pintu bawah panggul. Di antara kedua pintu ini terdapat
ruang panggul.
Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk promontorium korpus
vertebra sacral 1, linea innominate (terminalis) dan pinggir atas simfisis. Terdapat
4 diameter pintu atas panggul, yaitu diamtere anteroposterior, diameter transversa
dan 2 diameter oblik. Panjang jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium lebih
kurang 11 cm, disebut konjugata vera. Jarak terjauh garis melintang pada pintu atas
panggul lebih kurang 12,5 – 13 cm. disebut diameter transversa. Bila ditarik garis
dari artikulatio sakro-iliaka ke titik Persekutuan antara diameter transversa dan
konjugata vera dan diteruskan ke linea innominate, ditemukan diameter yang
disebut diameter oblik sepanjang kurang 13 cm.
Cara mengukur konjugata vera ialah dengan menggunakan jari Tengah dan
telunjuk dimasukkan ke dalam vagina untuk meraba promontorium. Jarak bagian
bawah simfisis sampai ke promontorium dikenal sebagai konjugata diagonalis.
Secara statistic konjugata vera dan konjugata diagnoalis dikurangi 1,5 cm. Apabila
promontorium dapat diraba, maka konjugata diagonalis dapat diukur, yaitu
sepanjang jarak antara ujung jari kita yang meraba sampai ke batas pinggir bawah
simfisis. Kalau jarak antara ujung jari kita sampai ke batas pinggir bawah simfisis
adalah 13 cm, maka berarti konjugata vera lebih dari 11,5 cm (13 cm- 15 cm). selain
itu, terdapat konjugata obstetrika, yaitu jarak dari tengah simfisis bagian dalam ke
promontorium.
Dalam obstetrik terdapat 4 jenis panggul, yang mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
a) Jenis ginekoid: panggul paling baik untuk perempuan. Bentuk pintu atas

8
panggul hampir bulat. Panjang diameter anteroposterior sama dengan
diameter transversa. Jenis ini ditemukan pada 45% perempuan .
b) Jenis android: bentuk pintu atas panggul hampir segi tiga. Umumnya pria
mempunyai jenis seperti ini. Panjang diameter anteroposterior hampir sama
dengan diameter transversanya, akan tetapi yang terakhir ini jauh lebih
mendekati sacrum. Bagian belakangnya pendek dan gepeng, sedangkan
bagian depannya menyempit kedepan. Jenis ini ditemukan 15% pada
perempuan.
c) Jenis antropoid: bentuk pintu atas panggul agak lonjong, seperti telur.
Panjang diameter anteroposteriornya lebih besar disbanding diameter
transversa. Jenis ini ditemukan 35% pada perempuan.
d) Jenis platipelloid: jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka belakang.
Ukuran melintang jauh lebih besar daripada ukurn muka belakang. Jenis ini
ditemukan 5% pada perempuan.

Gambar 2. 2 Jenis-jenis panggul


Di panggul tengah terdapat penyempitan dalam ukuran melintang setinggi
kedua spina iskiadika. Jarak antara kedua spina ini (distansia interspinarum)
normal kurang lebih 10 cm atau lebih sedikit. Karena di pintu atas panggul
ukuran yang lebar adalah ukuran melintang dan di ruang panggul ukuran
melintang yang sempit, maka janin saat lewat di ruang panggul harus
menyesuaikan diri dengan melakukan putaran paksi dalam. Yang penting
dari spina iskiadaika ini bukan tonjolannya, melainkan jarak antara kedua

9
iskiadika.
Bidang hodge
Bidang-bidang hodge untuk menentukan sampai di manakah bagian terendah
janin turun dalam panggul dalam persalinan.
1. Bidang hodge I: ialah bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan
promontorium. Bidang ini dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul.
2. Bidang hodge II: bidang yang sejajar dengan bidang hodge I terletak
setinggi bagian bawah simfisis
3. Bidang hodge III: bidang yang sejajar dengan hodge I dan II terletak
setinggi spina iskiadika kanan dan kiri.
4. Bidang hodge IV: bidang yang sejajar dengan hodge I,II,III terletak
setinggi os coccygeus.

Gambar 2. 3 Bidang hodge


Pintu bawah panggul
Pintu bawah panggul tidak merupakan suatu bidang datar, tetapi tersusun atas 2
bidang datar yang masing-masing berbentuk segitiga, yaitu bidang yang dibentuk
oleh garis antara kedua buah tuber os iskii dengan ujung os sacrum dan segitiga
lainnya yang alasannya juga garis antara kedua tuber os iskii dengan bagian bawah
simfisis. Pinggir bawah simfisis berbentuk lengkung ke bawah dan merupakan
sudut disebut arkus pubis. Dalam keadaan normal besarnya sudut ini kurang lebih
90o atau lebih besar sedikit. Bila kurang sekali (lebih kecil) dari 90 o maka kepala
janin akan lebih sulit dilahirkan karena memerlukan tempat lebih banyak ke arah
dorsal (ke arah anus). Dalam hal ini perlu diperhatikan apakah uiung os sakrum/os
koksigis tidak menonjoi ke depan, sehingga kepala janin tidak dapat dilahirkan.

10
Jarak antara kedua tuber os iskii (distansia tuberum) juga merupakan ukuran pintu
bawah panggui yang penting. Distansia tubemm - diambil dari bagian dalamnya -
adalah + 10,5 cm. Bila lebih kecil, jarak antara tengah-tengah distansia tuberum ke
ujung sakrum (diameter sagitalis posterior) harus cukup panjang agar bayi normal
dapat dilahirkan.
Ukuran-ukuran luar Panggul
Ukuran-ukuran luar panggul ini dapat digunakan bila pelvimetri radiologik tidak
dapat dilakukan. Dengan cara ini dapat ditentukan secara garis besar jenis, bentuk,
dan ukuran-ukuran panggul apabila dikombinasikan dengan pemeriksaan dalam.
Alatalat yang dipakai antara lain jangka-jangka panggul Martin, Oseander, Collin,
dan Boudeloque. Yang diukur sebagai berikut:
1. Distansia spinarum (+ 24 cm - 26 cm); jarak antara kedua spina iliaka
anterior superior sinistra dan dekstra.
2. Distansia kristarum (t 28 cm - 30 cm); jarakyang terpanjang antara dua
tempat yang simetris pada krista iliaka sinistra dan dekstra. Umumnya
ukuran-ukuran ini tidak penting, tetapi bila ukuran ini lebih kecil 2 - 3 cm
dari nilai normai, dapat dicurigai panggul itu patologik.
3. Disansia oblikwa ekstema (ukuran miring luar): jarak antara spina iliaka
posterior sinistra dan spina iliaka anterior superior dekstra dan dari spina
iliaka posterior dekstra ke spina iliaka anterior superior sinistra. Kedua
ukuran ini bersilang. Jika panggul normal, maka kedua ukuran ini tidak
banyak berbeda. Akan tetapi, jika panggul itu asimetrik (miring), kedua
ukuran itu jelas berbeda sekali.
4. Disunsia intertrokanterika: jarak antara kedua rrokanrer mayor. . Konjugaw
ebstema (Boudeloque) kurang lebih 18 cm: jarak antarabagian atas simfisis
ke prosesus spinosus lumbal 5.
5. Disunsia tuberwm (kurang lebih 10,5 cm): jarak antara tuber iskii kanan dan
kiri. Untuk mengukurnya dipakai jangka Oseander. Angka yang ditunjuk
jangka harus ditambah 1,5 cm karena adanya jaringan subkutis antara tulang
dan ujung jangka, yang menghalangi pengukuran secara tepat. Bila jarak ini
kurang dari normal, dengan sendirinya arkus pubis lebih kecil dari 90

11
derajat.
Bagian lunak jalan lahir
Pada kala pengeluaran (Kala II) segmen bawah uterus, serviks uteri, dan
vagina ikut membentuk jalan lahir. Pada akhir kehamilan, pada usia kehamilan
kurang lebih 38 minggu, serviks iebih pendek darrpada waktu kehamilan 15
minggu. Seperti telah dikemukakan, ismus uteri pada kehamilan 16 minggu
menjadi bagian uterus tempat janin berkembang. Umumnya serviks disebut
menjadi matang apabila teraba sebagai bibir dan ini terjadi pada usia kehamilan 34
minggu. Pada primigravida hai ini ditemukan bila hampir aterm.
Otot-otot yang menahan dasar panggul di bagian luar adalah muskulus
sfingter ani eksternus, muskulus bulbokavernosus yang melingkari vagina, dan
muskulus perinei transversus superfisialis. Di bagian tengah ditemukan otot-otot
yang melingkari uretra (muskulus sfingter uretrae), otot-otot yang melingkari
vagina bagian tengah dan anus, antara lain muskulus iliokoksigeus, muskulus
iskiokoksigeus, muskulus perinei transversus profundus, dan muskulus koksigeus.
Lebih ke dalam lagi ditemukan otot-otot dalam yang paling kuat, disebut diafragma
pelvis, terutama muskulus levator ani yang berfungsi menahan dasar panggul. Ia
menutup hampir seluruh bagian belakang pintubawah panggul. Letak muskuius
levator ini sedemikian rupa sehingga bagian depan muskulus ini berbentuk segitiga,
disebut trigonum urogenitalis (hiatus genitalis). Di dalam trigonum ini berada
uretra, vagina, dan rektum. Muskulus levator ani mempunyai peranan yang penting
dalam mekanisme putaran paksi dalam janin. Kemiringan dan kelentingan
(elastisitas) otot ini membantu memudahkan putaran paksi dalam janin. Pada otot
yang kurang miring (lebih mendatar) dan kurang melenting (misalnya pada
multipara yang elastisitas otot berkurang), putaran paksi dalam lebih sulit.
Dalam diafragma pelvis berjalan nenus pudendus yang masuk ke rongga panggul
melalui kanalis Alcock, terletak antara spina iskiadika dan tuber iskii. Pada
persalinan sering dilakukan anestesia blok pudendus, sehingga rasa sakit dapat
dihilangkan pada ekstraksi cunam, ekstraksi vakum, penjahitan ruptura'perinei, dan
sebagainya. Arteria dan vena yang berjalan dalam rongga panggul adalah cabang
bawah dari arteria dan vena uterina serta cabang-cabang arteria dan vena

12
hemorroidalis superior.
B. Definisi
Presentasi bokong adalah mengacu pada janin dalam posisi membujur dengan
bokong atau ekstremitas bawah memasuki panggul terlebih dahulu. 8
C. Klasifikasi
1. Presentasi bokong murni (Frank breech) Yaitu fleksi ekstremitas bawah
pada sendi paha dan ekstensi lutut sehingga kaki terletak berdekatan dengan
kepala.8,9

Gambar 2. 4 Frank breech


2. Presentasi bokong lengkap (Complete breech) Yaitu satu atau kedua lutut
lebih banyak dalam keadaan fleksi dari pada ekstensi. 8,9

Gambar 2. 5 Complete breech

13
3. Presentasi bokong tidak lengkap (Incomplete breech) Yaitu satu atau kedua
sendi paha tidak dalam keadaan fleksi dan satu atau kedua kaki atau lutut
terletak dibawah bokong, sehingga kaki atau lutut bayi terletak paling
bawah pada jalan lahir, terdiri dari : 8,9
Letak kaki :9
- Kedua kaki terletak dibawah = letak kaki sempurna
- Hanya satu kaki terletak dibawah = letak kaki tak sempurna
Letak lutut :9
- Kedua lutut terletak paling rendah (letak lutut sempurna)
- Hanya satu lutut terletak paling rendah (letak lutut tak sempurna)

Gambar 2. 6 Foolting breech and kneeling breech

D. Epidemiologi
Presentasi bokong terjadi pada 3% hingga 4% dari semua kehamilan cukup
bulan. Persentase presentasi bokong yang lebih tinggi terjadi pada usia kehamilan
preterm. Pada usia kehamilan 32 minggu, 7% janin sungsang, dan pada usia
kehamilan 28 minggu atau kurang, 25% janin sungsang.8
Secara khusus, setelah satu kali persalinan sungsang, tingkat kekambuhan untuk
kehamilan kedua hampir 10%, dan untuk kehamilan ketiga berikutnya, tingkat
kekambuhannya 27%. Persalinan sesar sebelumnya juga telah dijelaskan oleh
beberapa orang untuk meningkatkan kejadian presentasi sungsang dua kali lipat. 8

14
E. Etiologi dan Faktor Risiko
Presentasi bokong terjadi pada 25% kehamilan dengan usia kehamilan kurang
dari 30 minggu. Oleh karena itu, prematuritas merupakan faktor penting pada
presentasi bokong. Kedua kaki janin dapat dalam keadaan ekstensi dan
mengganggu fleksi tubuhnya. Oleh karena itu, presentasi bokong dengan kedua
kaki ekstensi umum dijumpai, khususnya pada primigravida. 8
Faktor-faktor lainnya yang berakitan dengan presentasi bokong adalah
malformasi janin, hidramnion, uterus yang longgar, bentuk pintu atas panggul atau
uterus yang abnormal, multiparitas dan plasenta previa. 9
Selain itu, riwayat presentasi bokong pada saat lahir aterm meningkatkan
risiko pengulangan presentasi bokong pada saat lahir aterm pada kehamilan
berikutnya. 10
F. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan keluhan subyektif dan pemeriksaan fisik atau
penunjang yang telah dilakukan. Dari anamnesis didapatkan kalau ibu hamil akan
merasakan perut terasa penuh dibagian atas dan gerakan anak lebih banyak dibagian
bawah rahim. Dari riwayat kehamilan mungkin diketahui pernah melahirkan
sungsang. 8,9.
Pada pemeriksaan abdomen, pada pemeriksaan leopold pertama ditemukan
bagian yang keras, bulat dan ballotement yang menempati fundus. Pada leopold
kedua, sama seperti temuan pada keadaan lainnya yaitu bagian punggung pada
salah satu sisi dan bagian kecil-kecil di sisi lainnya. Pada pemeriksaan leopold
ketiga, jika belum terjadi engagement, diameter intertrochanter pelvis janin belum
melewati pintu panggul, bokong dapat digerakkan dengan bebas, namun setelah
engagement, manuver leopold keempat menunjukkan bokong yang lunak di bawah
simfisis. Suara jantung fetal biasanya didengar paling kuat sedikit di atas umbilicus,
dimana dengan adanya engagement kepala, suara jantung didengar paling kuat di
bawah umbilikus.8,9
Pada pemeriksaan dalam vagina, temuan mungkin termasuk tidak adanya bagian
presentasi yang teraba, yang teraba adalah bokong yang lunak dan sacrum yang
keras dan ireguler. Kedua kaki dapat berada di panggul sebagai bagian janin yang

15
turun pertama kali.8,9
G. Pemeriksaan penunjang

Diagnosis presentasi bokong dapat dilakukan melalui pemeriksaan abdomen


dengan menggunakan manuver leopold yang dikombinasikan dengan pemeriksaan
dalam vagina dan dikonfrimasi dengan pemeriksaan ultrasonografi.
Pemeriksaan USG digunakan untuk mengonfirmasi pemeriksaan fisik yang
mendukung kearah presentasi bokong dan untuk mengonfrimasi anomaly fetus
sehingga presentasi harus divisualisasikan dan didokumentasikan. Jika presentasi
sungsang didiagnosis, informasi spesifik termasuk jenis sungsang tertentu, derajat
fleksi kepala janin, perkiraan berat janin, volume cairan ketuban, lokasi plasenta,
dan tinjauan anatomi janin. Pemeriksaan CT scan dan MRI dapat dilakukan untuk
memberikan informasi tambahan mengenai konfigurasi dan pengukuran pelvis.8
H. Penatalaksanaan
Pada masa kehamilan, tujuan penatalaksanaan adalah mencegah malpresentasi
pada waktu persalinan. Salah satu cara untuk mengubah presentasi bokong menjadi
presentasi kepala yaitu versi sefalik eksterna dan knee chest position. Bayi dengan
presentasi bokong banyak dijumpai pada usia kehamilan 30 minggu. Kebanyakan
kasus akan mengalami versi spontan pada saat kehamilan 32-34 minggu. Jika versi
ini tidak terjadi , berbagai kemungkinan penyebab perlu dipertimbangkan dan
pemeriksaan USG perlu dilakukan untuk melokalisir letak plasenta dan untuk
menyingkirkan abnormalitas janin yang mayor. Kontraindikasi dilakukannya versi
ini adalah semua keadaan indikasi kontra persalinan pervaginam. Terdapat pula
kontraindikasi yang sifatnya relatif, yaitu ketuban pecah dini, oligohidramnion,
perdarahan uterus yang tidak diketahui sebabnya, atau dalam persalinan kala I fase
aktif. 11,12
Versi sefalik eksterna adalah suatu tindakan mengangkat bokong ke atas, keluar
dari panggul dan dapat dilakukan setiap saat sejak usia kehamilan 34 minggu.
Tindakan ini tekniknya lebih mudah dilakukan pada awal kehamilan.12
- Bokong harus diangkat keluar dari panggul
- Dilakukan penekanan untuk memfleksikan janin sehingga bisa berputar.
Saat dilakukan penekanan, bayi dapat menendang-nendang jika kaki

16
dalam keadaan fleksi
- Saat sudah memposisikan janin ke letak transversal, kedua tangan
pemeriksa mendorong janin ke posisi normal.
Komplikasi
- Plasenta mungkin terpisah sebagian. Jantung janin harus segera
diperiksa saat. Tindakan versi selesai dan pemeriksaan dalam dilakukan
untuk melihat apakah ada perdarahan
- Mungkin terdapat komplikasi tidak terduga seperti uterus yang
abnormal atau tali pusat yang pendek
- Tenaga yang berlebihan dapat menyebabkan rupture uteri. 4,10,11
Kontraindikasi
- Pre-eklampsia
- Jaringan parut pada uterus
- Kehamilan kembar atau kelainan pada janin
- Panggul sempit
- Perdarahan antepartum
- Pernah mengalami tindakan operasi pervaginam, ketuban sudah pecah
- Penderita mengalami pendarahan selama hamil. 8,10,11

Gambar 2. 7 external cephalik version dan knee chest position

Penyebab kegagalan versi luar yang paling sering adalah janin yang
berukuran terlampau besar atau jumlah cairan ketuban yang terlalu sedikit, atau
janin terpuntir oleh kedua kaki yang dalam keadaan ekstensi. Versi tidak boleh
dilakukan pada kehamilan yang berkomplikasi seperti kehamilan kembar,
kehamilan dengan hipertensi dan ketika secsio saesaria direncanakan. Oleh karena

17
itu, persalina pervaginam untuk bayi tunggal aterm dengan presentasi bokong tidak
layak dilakukan. Kalau pun dilakukan, Persalinan harus dilakukan secara hati-hati.
Pasien dengan kehamilan tunggal dan presentasi bokong yang menetap sampai
kehamilan aterm sebaiknya menjalani seksio sesarea elektif. Persalinan seksio
ssarea elektif tidak dapat dilakukan pada pasien yang sudah dalam proses persalinan
pervaginam lanjut yang sedang menunggu kelahiran janin ataupun pada pasien
dengan kehamilan kembar dan presentasi janin kedua bukan merupakan presentasi
puncak kepala. 1,4
Persalinan pervaginam8,10,11
Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam, persalinan
pervaginam dibagi menjadi 3 yaitu;
a. Persalinan spontan (spontaneous breech dengan cara manuver bracht)
1. Tahap pertama : fase lambat, lahirnya bokong sampai dengan umbilikus,
spontan.
2. Tahap kedua : fase cepat, lahirnya umbilikus sampai mulut
3. Tahap ketiga : fase lambat, lahirnya mulut sampai kepala.
Teknik : Hiperlordosis badan bayi
Persalinan selanjutnya berlangsung spontan dan saat scapula anterior muncul,
lengan atas dilahirkan dengan (1) meletakkan dua jari tangan yang sesuai (kanan
untuk bahu kanan) melewati klavikula dan menyapu lengan atas bahu dan
mengarahkan sapuan ke bawah dari humerus ke siku serta melepaskan lengan
bawah. Kemudian pergelangan kaki dipegang dan ditarik ke atas. Tindakan ini
memungkinkan lengan posterior dibebaskan dengan teknik yang sama. Sekarang
tubuh bayi dibiarkan bergantung sampai kepala turun ke panggul dan muncul garis
rambut.

18
Gambar 2. 8 Manuver bracht

b. Ekstraksi Parsial (Manual aid / partial breech extraction)


1. Tahap pertama: lahirnya bokong sampai umbilikus, spontan
2. Tahap kedua: lahirnya bahu dan lengan dengan tenaga penolong.
Cara/teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara :
- Klasik (Deventer)
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini melahirkan lengan belakang
lebih dulu karena lengan belakang berada di ruang yang luas (sacrum), kemudian
melahirkan lengan depan yang berada di bawaah simfisis. Kedua kaki janin
dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan kakinya dan dielevasi
ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu. Bersamaan
dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan dengan jari
tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti kemudian
lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap
muka janin. Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin diganti dengan
tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin
mendekati punggung ibu. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.
Keuntungan cara klasik adalah pada umumnya dapat dilakukan pada semua
persalinan letak sungsang tetapi kerugiannya lengan janin relatif tinggi di dalam
panggul sehingga jari penolong harus masuk ke dalam jalan lahir yang dapat
manimbulkan infeksi.

19
Gambar 2. 9 Manuver klasik
- Mueller
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah melahirkan bahu dan
lengan depan lebih dulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan
lengan belakang. Bokong janin dipegang dengan femuro-pelvik yaitu kedua ibu jari
penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada krisat iliaka
dan jari-jari lain mencengkram bagian depan. Kemudian badan ditarik curam ke
bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak di bawah simpisis dan lengan
depan dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya. Setelah bahu depan dan lengan
lahir, tarik badan janin ke atas sampai bahu belakang lahir. Tangan penolong tidak
masuk ke dalam jalan lahir sehingga mengurangi infeksi.

Gambar 2. 10 Mnuver mueller


- Lovset
Prinsip melahirkan persalinan secara Lovset ialah memutar badan janin dalam
setengah lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi curam ke bawah sehingga
bahu yang sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir dibawah simpisis dan

20
lengan dapat dilahirkan. Keuntungannya yaitu sederhana dan jarang gagal, dapat
dilakukan pada semua letak sungsang, minimal bahaya infeksi. Cara lovset tidak
dianjurkan dilakukan pada sungsang dengan primigravida, janin besar, panggul
sempit.

Gambar 2. 11 Manuver lovset


- Bickenbach
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara
klasik. Setelah sampai bahu lahir, tindakan berikutnya adalah melahirkan kepala
yang menyusul (after coming head).
3. Tahap ketiga: Lahirnya kepala dengan cara:
- Mauriceau (Veit-Smellie)
Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan lahir.
Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari keempat
mencengkeram fossa kanina, sedang jari lain mencengkeram leher. Badan anak
diletakkan diatas lengan bawah penolong seolah-olah janin menunggang kuda. Jari

21
telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain mencengkeram leher janin dari
punggung. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil
seorang asisten melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan terutama dilakukan
oleh penolong yang mencengkeram leher janin dari arah punggung. Bila suboksiput
tampak dibawah simpisis, kepala dielevasi keatas dengan suboksiput sebagai
hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata dahi, ubun-
ubun besar dan akhirnya lahirnya seluruh kepala janin.

Gambar 2. 12 manuver mauriceau


- Najouks
Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari penolong tidak
dimasukkan ke dalam mulut janin. Kedua tangan penolong yang mencengkeram
leher janin menarik bahu curam kebawah dan bersamaan dengan itu seorang asisten
mendorong kepala janin kearah bawah. Cara ini tidak dianjurkan lagi karena
menimbulkan trauma yang berat
- Prague terbalik
Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di belakang dekat
sacrum dan muka janin menghadap simpisis. Satu tangan penolong mencengkeram
leher dari bawah dan punggung janin diletakkan pada telapak tangan penolong.
Tangan penolong yang lain memegang kedua pergelangan kaki, kemudian ditarik
keatas bersamaan dengan tarikan pada bahu janin sehingga perut janin mendekati
perut ibu. Dengan laring sebagai hipomoklion, kepala janin dapat dilahirkan.

22
Gambar 2. 13Manuver prague terbalik
- Cunam piper
Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki dan kedua lengan janin
diletakkan dipunggung janin. Kemudian badan janin dielevasi ke atas sehingga
punggung janin mendekati punggung ibu. Pemasangan cunam piper sama
prinsipnya dengan pemasangan pada letak belakang kepala. Hanya saja cunam
dimasukkan dari arah bawah sejajar dengan pelipatan paha belakang. Setelah
oksiput tampak dibawah simpisis, cunam dielevasi ke atas dan dengan suboksiput
sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu, mulut, muka, dahi dan akhirnya
seluruh kepala lahir.

Gambar 2. 14 Manuver cunam piper

c. Ekstraksi Total (Total breech extraction)


- Ekstraksi kaki
Tangan dimasukkan ke dalam jalan lahir mencari kaki depan dengan menelusuri
bokong, pangkal paha sampai lutut,kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada
paha janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi. Tangan yang diluar mendorong

23
fundus uterus ke bawah. Setelah kaki bawah fleksi pergelangan kaki dipegang oleh
jari kedua dan jari ketiga dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut. Kedua
tangan memegang betis janin, kaki ditarik curam kebawah sampai pangkal paha
lahir. Pangkal paha dipegang kemudian tarik curam ke bawah trokhanter depan
lahir. Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama dielevasi keatas
sehingga trokhanter belakang lahir dan bokong pun lahir. Setelah bokong lahir
maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai teknik pegangan femuro-pelviks,
badan janin ditarik curam kebawah sampai pusat lahir. Selanjutnya untuk
melahirkan badan janin yang lainnya dilakukan cara persalinan yang sama seperti
pada manual aid.
- Ekstraksi bokong
Dilakukan pada letak bokong murni (frank breech) dan bokong sudah berada di
dasar panggul sehingga sukar menurunkan kaki. Jari telunjuk tangan penolong yang
searah bagian kecil janin dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan di
pelipatan paha depan. Dengan jari telunjuk ini pelipatan paha dikait dan ditarik
curam kebawah, sehingga trokhanter tampak dibawah simpisis, maka jari telunjuk
penolong yang lain segera mengait pelipatan paha ditarik curam kebawah sampai
bokong lahir. Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara femuro-pelviks
kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara manual aid.
Persalinan Perabdominam (Sectio Cesaria / SC)4
Persalinan presentasi bokong dengan sectio cesaria merupakan cara yang terbaik
ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan presentasi bokong
secara pervaginam, memberi trauma yang sangat berarti bagi janin, yang gejala-
gejalanya akan tampak pada waktu persalinan maupun dikemudian hari. Namun hal
ini tidak berarti bahwa semua presentasi bokong harus dilahirkan secara
perabdominam. Beberapa kriteria yang dapat dipakai pegangan bawah presentasi
bokong harus dilahirkan secara perabdominam, antara lain;
1. Primigravida tua
2. Riwayat persalinan yang buruk
3. Taksiran berat janin besar 3500 kg
4. Dicurigai terdapat panggul sempit

24
5. Prematuritas.
Sebelum melakukan pertolongan persalinan sebaiknya dilakukan penilaian
persalinan sungsang.
Metode penilaian yang lazim dipakai adalah dari Zatuchni Andros;
Keterangan 0 1 2
Paritas Primigravida Multigravida -
Masa gestasi >39 minggu 38 minggu >37 minggu
Taksiran berat janin >3650 gram 3649-3176 gram <3176
Riwayat presentasi bokong - 1 kali 2 kali
Station -3 -2 -1 atau >
Pembukaan 2 cm 3 cm 4 cm
Interpretasi :
≤ 3 : persalinan perabdominam
4 : reevaluasi
>5 : dilahirkan pervaginam.
I. Komplikasi
a. Dari antenatal
Seperti hanya malpresentasi yang lain, presentasi bokong meningkatkan risiko
ketuban pecah dini dan prolaps tali pusat. Keadaan ini jarang terjadi pada
presentasi bokong dengan kedua kaki terekstensi karena posisi bagian
presentasi janin mengisi ruang yang ada dengan pas. 8
b. Dari persalinan
Faktor bahaya utama melahirkan bayi dengan presentasi bokong adalah
kecepatan turunnya kepala janin melalui panggul. Kompresi dan dekompresi
terjadi secara cepat dapat menyebabkan cedera intracranial. Sebaliknya,
persalinan yang lama akan menyebabkan asfiksia karena kompresi tali pusat.
Trauma dapat terjadi jika diperlukan bantuan alat saat persalinan. 8
c. Dari janin
- Perdarahan intracranial karena rupturnya tentorium serebeli atau falks
serebri akibat proses moulase yang cepat.
- Dislokasi leher, paralisis plexus brachialis, kerusakan pada otot-otot

25
sternomastoid karena tarikan
- Ruptur organ dalam, biasanya hati atau ginjal, karena tekanan oleh tangan
atau akibat penanganan yang salah.
- Edema genitalia dan ekimosis karena pembentukan kaput.
- Dislokasi bahu, fraktur klavikula, fraktur humerus pada saat melahirkan
kedua lengan janin.
- Prolaps tali pusat, lebih sering terjadi pada presentasi kaki daripada
presentasi bokong lengkap
- Dislokasi sendi paha karena tarikan
- Fraktur pada femur saat memfleksikan kedua kaki yang dalam posisi
ekstensi.
- Gangguan pada sendi lutut. Hiperekstensi dan bukan fleksi saat melahirkan
kedua kaki. 8
J. Prognosis
Defek kongenital dan mortalitas perinatal lebih tinggi pada bayi dengan
presentasi bokong. Nelson dan Ellenberg menemukan bahwa satu per tiga anak
dengan serebral palsi yang pada saat kelahiran menunjukkan presentasi bokong
juga memiliki malformasi nonserebral mayor. Morbiditas maternal juga meningkat
pada presentasi bokong yang dilahirkan melalui tindakan operasi. Prognosis fetus
dengan presentasi bokong lebih buruk dibandingkan presentasi vertex. Mortalitas
dan morbiditas perinatal berkaitan dengan persalinan preterm, anomaly kongenital
dan trauma saat kelahiran. Anomali kongenital ditemukan 6.3% pada perlahiran
dengan presentasi bokong dibandingkan nonbokong yaitu 2.4%.

26
BAB III
KESIMPULAN

Presentasi bokong merupakan letak memanjang dengan bokong sebagai


bagian yang terendah sehingga kepala berada di fundus uteri dan bokong berada di
bagian bawah kavum uteri. Klasifikasi dari presentasi bokong yaitu, presentasi bokong
murni, presentasi bokong lengkap dan presentasi bokong tidak lengkap. Presentasi
bokong terjadi pada 3% hingga 4% dari semua kehamilan cukup bulan. Namun,
beberapa sumber yang menyebutkan bahwa prsentase presentasi bokong yang lebih
tinggi terjadi pada usia kehamilan preterm. prematuritas merupakan faktor penting
pada presentasi bokong.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan keluhan subyektif dan pemeriksaan fisik
atau penunjang yang telah dilakukan. Pada masa kehamilan, tujuan penatalaksanaan
adalah mencegah malpresentasi pada waktu persalinan. Salah satu cara untuk
mengubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala yaitu versi sefalik eksterna
dan knee chest position. Penatalaksanaan presentasi bokong dapat dilakukan
dengan persalinan pervaginam atau perabdominal dengan menggunakan metode
penilaian zatuchni andros untuk menentukan cara persalinan yang dapat dilakukan

27
DAFTAR PUSTAKA

1 Pariartha IM, Siswishanto R, Pangastuti N. Faktor-faktor yang Mendukung


dan Menghambat Dilakukannya Versi Luar pada Kehamilan dengan
Presentasi Bokong di Yogyakarta. J Kesehat Reproduksi 2020; 7: 88.
2 Reubiyana R, Attamimi A, Ganap EP. Perbandingan Luaran Maternal dan
Neonatal antara Seksio Cesarea Emergensi dan Seksio Cesarea Elektif pada
Kehamilan dengan Janin Presentasi Bokong. J Kesehat Reproduksi 2021; 7:
169.
3 Kotarumalos SS, Herwawan LA. Studi Kasus: Ketidaknyamanan Pada
Kehamilan Dengan Presentasi Bokong. J Kebidanan 2021; 1: 24–34.
4 RCOG. The Management of Breech Presentation Institute of Obstetricians
and Gynaecologists , Royal College of Physicians of Ireland and the Clinical
Strategy and Programmes Division , Health Service Executive. 2020; : 1–26.
5 Trijatmo Rachimhadadhi. Anatomi Jalan Lahir. In: Abdul Bari Saifuddin,
Trijatmo Rachimhadhi GHW (ed). Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 2018, pp 189–203.
6 Austin McEvoy; Maggie Tetrokalashvili. Anatomy, Abdomen and Pelvis:
Female Pelvic Cavity. StatPearls Publ LLC 2023.
7 Herschorn S. Female pelvic floor anatomy: the pelvic floor, supporting
structures, and pelvic organs. Rev Urol 2009; 6 Suppl 5: S2–S10.
8 Caron J. Gray; Meaghan M. Shanahan. Breech Presentation. StatPearls Publ
LLC 2022.
9 Komar A. Syamsuddin. Kedudukan Janin Intrauterine. In: Ilmu Kebidanan.
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2018.
10 Directorate G, Forum LW. Guideline for the Management of Breech
Presentation. 2020.
11 Gustafson GW. Management of breech presentation. Obstet Gynecol Surv
2021; 5: 675–676.
12 Schlaeger JM, Stoffel CL, Bussell JL, Cai HY, Takayama M, Yajima H et
al. Moxibustion for Cephalic Version of Breech Presentation. J Midwifery
Women’s Heal 2018; 63: 309–322.

28

Anda mungkin juga menyukai