Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“UPAYA PENCEGAHAN HAZARD FISIK RADIASI KIMIA BIOLOGI DAN


PSIKOSOSIAL”

Dosen pengampu : Harlina Putri Rusiana Ners., M. Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 6

1. Citra Annora Badriyah (029STYC21)

2. Aulia Nurulhuda (018STYC21)

3. Arini Lestari (015STYC21)

4. Ade Agustia Aariani (001STYC21)

5. Fatun Nurillahi (048STYC21)

6. Hairul Rizal (051STYC21)

7. Ahmad Mahsan Efendi (005STYC21)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP AKADEMIK
MATARAM
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT. yang mana atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “UPAYA PENCEGAHAN
HAZARD FISIK RADIASI KIMIA BIOLOGI DAN PSIKOSOSIAL” untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah K3 Keperawatan.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang penulis hadapi, namun
penulis menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat dorongan,
bantuan, dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat
teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Harlina Putri Rusiana Ners ,.M.Kep selaku dosen mata kuliah K3 Keperawatan
2. Orang tua yang senantiasa mendukung terselesaikannya makalah ini
3. Rekan kelompok yang telah bekerjasama dalam penyusunan makalah ini
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan,
mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Untuk itu kritik dan
saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penyusunan makalah yang akan datang.

Mataram 22 Mei 2023

Penyusun Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................ii


DAFTAR ISI ...................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN …........................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................1
1.2 Manfaat ...........................................................................1
BAB II KAJIAN TEORI ................................................................2
2.1 Potensi bahaya ditempat kerja .....................................2
2.2 Hazard/bahaya .............................................................5
2.3 Hazard fisik radiasi ......................................................6
2.4 Hazard kimia..............................................................10
2.5 Hazard biologi ............................................................13
2.6 Hazard psikologi .......................................................14
BAB III ANALISIS JURNAL ......................................................19
BAB IV PENUTUP ........................................................................22
3.1 Kesimpulan ...................................................................22
3.2 Saran ..............................................................................22
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam lingkungan kerja dan kehidupan sehari-hari, kita sering kali berhadapan dengan
berbagai bahaya atau hazard yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan kita.
Beberapa hazard yang umum dijumpai adalah hazard fisik, radiasi, kimia, biologi, dan
psikososial. Upaya pencegahan yang efektif sangat penting untuk melindungi kesehatan
dan keselamatan individu serta masyarakat secara keseluruhan. Dalam makalah ini, akan
dibahas upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah hazard fisik, radiasi, kimia,
biologi, dan psikososial.
Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi
kesehatan masyarakat di dalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungannya.
Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik
fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan
tersebut, melalui usaha-usaha preventif, promotif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit
atau gangguan-gangguan kesehatan akibat kerja atau lingkungan kerja. Kesehatan kerja
adalah lapangan kesehatan yang mengurusi masalah-masalah kesehatan secara
menyeluruh bagi masyarakat pekerja. Menyeluruh dalam arti usaha-usaha preventif,
promotif, kuratif, dan rehabilitatif, higine, penyesuaian faktor manusia terhadap
pekerjaannya dan sebagainya.
Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadi masalah yang besar bagi kelangsungan
suatu usaha. Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja. Salah satu hazard atau bahaya yang
dapat terjadi dalam lingkungan pekerjaan adalah psikososial para pekerjanya.
1.2 Manfaat
1. Menambah wawasan tentang hazard fisik radiasi kimia biologi dan psikologis.

2. Dapat mengetahui upaya pencegahan hazard fisik radiasi kimia biologi dan psikologis.

iv
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Potensi bahaya ditempat kerja


Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan saah satu aspek perlindungan tenaga kerja
dengan cara penerapan teknologi pengendalian segala aspek yang berpotensi
membahayakan para pekerja. Pengendalian ditujukan kepada sumber yang berpotensi
menimbulkan penyakit akibat pekerjaan, pencegahan kecelakaan dan penserasian
peralatan kerja baik mesin dan karakterisitk manusia yang menjalankan pekerjaan
tersebut. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja
diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja dan tingkat kesehatan
yang tinggi.
Kondisi fisik lingkungan tempat kerja dimana para pekerja beraktivitas sehari-hari
mengandung banyak bahaya, langsung maupun tidak langsung bagi keselamatan da
kesehatan pekerja. Bahaya-bahaya tersebut dapat diklasifikasikan sebagai bahaya getaran,
kimia, radiasi, pencahayaan dan kebisingan.
1. Bahaya getaran
Bahaya getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti:
frekuensi, amplitudue, lema pajanan. Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat
memberi efek negatif pada sistem saraf dan sytem musculo-skeletal dengan
mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang belakang.
2. Bahaya Kimia
Bahaya ini adalah bahaya yang berasal dari bahan yang dihasilkan selama produksi.
Bahan ini terhambur ke lingkungan dikarenakan cara kerja yang salah, kerusakan atau
kebocoran dari peralatan atau instalasi yang digunakan dalam proses kerja. Bahaya
kimia yang terhambur ke lingkungan kerja dapat mengganggu baik itu local maupun
sistemik. Gangguan local adalah kelainan yang ditimbulkan di tempat bahan kimia
yang kontak denan tubuh, yaitu kulit dan selaput lendir yang menimbulkan gejala
iritasi mulkus dan kadang kadang kanker. Apabila ia terserap dan masuk peredaran
darah akan timbul gejala sistemik. Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh adalah
melalui kulit, melalui pernafasan dan melalui pencernaan.
3. Bahaya Radiasi
Radiasi adalah pancaran energy melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk pana,
partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya dari sumber radiasi. Ada beberapa
v
sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita, contohnya televisi, lampu
penerangan, alat pemanas makanan, computer dan lain-lain. Selain benda-benda
tersebut ada sumber-sumber radiasi yang bersifat insur alamiah dan berada di udara,
di dalam air atau berada di dalam lapisan bumi.
Radiasi memberikan pengaruh atau efek terhadap manusia. Efek radiasi bagi manusia
dibedakan menjadi dua yaitu efek genetic dan efek somatic. Efek genetic adalah efek
yang dirasakan oleh keturunan dari individu yang terkena paparan radiasi. Efek
somatic adalah efek radiasi yang dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi. Gejala
yang dirasakan oleh efek somatic ini bervariasi, ada yang segera tapi ada juga yang
tertunda. Gejala yang bisa langsung terlihat dalam waktu singkat seperti epilasi
(kerontokan rambut), eritema (memerahnya kulit), luka bakar dan penurunan jumlah
sel darah. gejala dari efek tertunda akan dirasakan dalam waktu yang lama antara
bulanan dan tahunan seperti katarak dan kanker.
Radiasi infra merah dapat menyebabkan katarak, contoh: tungku pembakran. Laser
berkekuatan besar dapat merusak mata dan kulit. contoh: komunikasi, pembedahan.
Medan elektromagnetik tingkat rendah dapat menyebabkan kanker, contohnya
pengelasan.
4. Bahaya pencahayaan
Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban kerja
karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan kotor.
Oleh karena itu penerangan dalam lingkungann kerja harus cukup akan
memungkinkan kesan yang higienei. Di samping itu cahaya yang cukup akan
memmungkinkan pekerja dapat melihat objek yag dikerjakan dengan jelas dan
menghindarkan dari kesalahan kerja. Untuk mengurangi kelelahan akibat dari
penerangan yang tidak cukup dikaitkan dengan objek dan umur pekerja ini dapat
dilakukan hal-hal berikut:
 Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras dengan Itar
belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja harus
berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan.
 Meningkatkan penrangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan di luar tempat kerja.
Di samping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah denan lampu-lampu
tersendiri.
 Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-masing tenaga

vi
kerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur di atas 50 tahun tidak diberikan
tugas di malam hari.
5. Kebisingan
Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki ataupun yang
merusak kesehatan.saat ini kebisingan merupakan salah satu penyebab penyakit
lingkungan (Slamet,2006). Sedangkan kebisisngan sering digunakan sebagai istilah
utnuk menyatakan suara yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh kegiatan
manusia atau aktivitas-aktivitas alam. Kebisisngan dapat diartikan sebagai segala
bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat memberi pengaruh negatif terhadap
kesehatan dan kesejahteraan seseorang maupun suatu populasi.
Dampak kebisingan terhadap kesehatan pekerja :
 Gangguan fisiologis
Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sak kepala. Hal ini
disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga
dalam akan menimbulkan efek pusing/ vertigo. Perasaan mual, susah tidur dan
sesak nafas disebabkan oleh rangsangan bising terhadap system saraf,
keseimbangan organ kelenjar endoktrin, tekanan darah, system pencernaan dan
keseimbangan elektrolit.
 Gangguan psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah
tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat
menyebabkan penyakit Topsikosomatik berupa gastritis, jantung, stress, kelelahan
dan lain-lain.
 Gangguan komunikasi
komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi
pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi
pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan
terganggunnya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena
tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak
langsung membahayakan keselamatan seseorang.
 Gangguan keseimbangan
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa
atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala

vii
pusing atau mual-mual.
 Efek pada pendengaran
Penaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera
pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan
diterima secara umum dari zaman dulu.
2.2 Hazard/Bahaya
Bahaya atau hazard sendiri merupakan sebuah kondisi akibat perubahan tindakan yang
menimbulkan risiko yang mempengaruhi keselamatan pasien perawatan. Kondisi yang
dimaksud adalah setiap faktor yang berhubungan atau mempengaruhi suatu peristiwa
keselamatan pasien/ patient safety event, agent atau personal. Agen adalah substansi,
obyek atau sistem yang menyebabkan perubahan. Sedangkan insiden keselamatan pasien/
patient safety incident merupakan kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera yang tidak seharusnya terjadi (dapat dicegah). Adapun
beberapa jenis insiden adalah sebagai berikut:
1. Kejadian tidak diharapkan (KTD)/ adverse event yaitu insiden yang mengakibatkan
cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi
pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis.
2. Kejadian nyaris cedera (KNC)/ near miss merupakan suatu insiden yang tidak
menyebabkan cedera pada pasien akibat (commission) atau tidak mengambil tindakan
yang melaksanakan seharusnya diambil (omission), dapat terjadi karena:
a. "Keberuntungan" (misalnya pasien yang menerima suatu obat kontra indikasi
tetapi tidak timbul reaksi obat)
b. "Pencegahan" (misalnya secara tidak sengaja pasien akan diberikan suatu
golongan obat dengan dosis lethal, tetapi staf lain mengetahui dan
membatalkannya sebelum obat diberikan).
c. “Peringatan” ,Peringanan" (misalnya pasien secara tidak sengaja telah diberikan
suatu obat dengan dosis lethal, segera diketahui secara dini lalu diberikan
antidotumnya, sehingga tidak menimbulkan cidera yang berarti).
Hazard dapat terus terjadi jika tidak ada mekanisme barrier yang diterapkan dalam
memutuskan rantai terjadinya insiden keselamatan pasien. Sehingga mekanisme
pelaporan ini menjadi relevan untuk diterapkan sehingga mampu mencegah
munculnya kejadian hazard yang berulang. Penelitian yang dilakukan oleh Rahma

viii
tahun 2022 menyimpulkan bahwa budaya keselamatan pasien erat kaitannya dengan
kejadian insiden keselamatan pasien. Dengan meningkatnya budaya keselamatan
pasien insiden keselamatan pasien dapat diminimalkan. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan penerapan budaya keselamatan pasien untuk
meminimalkan insiden keselamatan pasien adalah dengan melaporkan keselamatan
insiden pasien, baik Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Potensial Cedera, Kejadian
Tidak Cedera apalagi Kejadian Tidak Diharapkan. (harlina putri
2.3 Hazard fisik radiasi
Bahaya Fisik Radiasi
Bahaya fisik biasanya berasal dari faktor fisika, seperti kebisingan, getaran, pencahayaan,
radiasi, temperatur, dan tekanan. Sinar X banyak digunakan dalam praktek kedokteran
karena sifat-sifatnya yang begitu banyak, baik untuk tujuan diagnostik maupun terapi.
Sinar-X termasuk sinar radiasi ionisasi, yaitu radiasi yang ketika melewati matter
membentuk partikel bermuatan positif dan negative (Putri, Sarianoferni, &
Wahjuningsih, 2016). Beberapa efek merugikan yang muncul pada tubuh manusia karena
terpapar oleh sinar-X segera teramati tidak berselang lama dari penemuan sinar-X. Efek
merugikan itu berupa kerontokan rambut dan kerusakan kulit (Ahmad & Abidin, 2013).

Cedera Akibat Radiasi adalah kerusakan jaringan akibat radiasi (penyinaran). Radiasi
adalah gelombang atau partikel berenergi tinggi yang berasal dari sumber alami atau
sumber yang sengaja dibuat oleh manusia. Cedera jaringan bisa terjadi akibat pemaparan
singkat radiasi tingkat tinggi atau pemaparan jangka panjang radiasi tingkat rendah.
Beberapa efek yang merugikan dari radiasi hanya berlangsung singkat, sedangkan efek
lainnya bisa menyebabkan penyakit menahun. Efek dini dari radiasi dosis tinggi akan
tampak jelas dalam waktu beberapa menit atau beberapa hari. Efek lanjut mungkin baru
tampak beberapa minggu, bulan atau bahkan bertahun-tahun kemudian. Mutasi
(pergeseran) bahan genetik dari sel-sel organ kelamin akan tampak jelas hanya jika
korban pemaparan radiasi memiliki anak, dimana anaknya mungkin terlahir dengan
kelainan genetik (Supriyono, Rahim, & Murni, 2018).

Berdasarkan progresinya, radiasi dapat berbentuk radiasi efek cepat, menghasilkan


sindrom radiasi akut (usus, darah, gangguan fertilitas) dan radiasi efek lambat (katarak,
dermatitis). Pajanan akut dengan dosis besar, kira-kira 30-50 Gy (2000-5000 rad) akan
mengakibatkan kematian edema serebri dalam waktu 48 jam. Pada dosis yang lebih

ix
rendah (1-20 Gy), kematian diakibatkan oleh kerusakan saluran pencernaan atau depresi
hematopoiesis dalam jangka waktu kurang lebih satu bulan. Pajanan dosis rendah, tetapi
dalam jangka waktu yang lama, perlu mewaspadai adanya risiko neoplastik. Letak tumor
sangat bergantung pada sumber radiasi yang umumnya mempunyai target organ khusus
(mis, pada kelenjar tiroid, pada tulang), serta bergantung pada tempat masuk radiasinya
(Anies, 2013).
Jenis-jenis Hazard Fisik Radiasi:
1. Bahaya Mekanik: Yang termasuk ke dalam bahaya mekanik antara lain terbentur,
tertusuk, tersayat, terjepit, tertekan, terjatuh, terpeleset, terkilir, tertabrak, terbakar,
terkena serpihan ledakan, tersiram, dan tertelan.
2. Bising: Berasal dari bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat menganggu
kesehatan, kenyamanan, serta dapat menyebabkan gangguan pendengaran (ketulian).
3. Getar atau Vibration: Getar dapat menimbulkan gangguan pendengaran,
muskoloskeletal, keseimbagan, white finger dan hematuri mikroskopik akibat
kerusakan saraf tepi dan jaringan pembuluh darah.
4. Suhu ekstrem panas: Merupakan tekanan panas yang melebihi kemampuan adaptasi,
dapat menimbulkan heat cramp, heat exhaustion dan heat stroke, dan kelainan kulit.
5. Suhu ekstrem dingin: Pajanan suhu ekstrem dingin dilingkungan kerja dapat
menimbulkan frostbite (kerusakan kulit dan sel akibat suhu dingin ekstrem) yang
ditandai dengan bagian tubuh mati rasa diujung jari atau daun telinga, serta gejala
hipotermia yaitu suhu tubuh di bawah 35°C dan dapat mengancam jiwa.
6. Cahaya: Sering bekerja dibawah cahaya yang redup dapat menimbulkan ketidak
nyamanan pada mata berupa kelelahan mata atau kepala sakit.
7. Radiasi Pengion: Berasal dari sinar alfa, sinar beta, sinar gamma atau sinar-X, pekerja
yang berisiko yaitu radiografer di bagian radiologi di suatu klinik atau rumah sakit,
operator pembangkit tenaga nuklir atau lainnya.
Resiko Hazard Fisik:
1. Benda-benda tajam dan panas, resiko bahaya ini paling sering menimbulkan
kecelakaan kerja contohnya, jarum suntik dan jarum jahit. Resiko itu bisa saja
terkontaminasi dengan kuman akibat bekas jarum suntik.
2. Benda-benda yang bergerak yang dapat membentur, sering kali di rumah sakit di
temui yang dapat menyebabkan tertularnya penyakit contohnya brangkart/ tempat
tidur, rostur/ kursi roda.
3. Resiko jatuh dari ketinggian yang sama; terpeleset, tersandung, resiko ini biasanya
x
ditemui di lantai-lantai yang miring.
4. Resiko jatuh dari ketinggian yang berbeda biasanya terjadi di ruang perawatan anak
dan jiwa.yang harus di perhatikan contohnya konstruksi bangunan atau pembersihan
kaca pada posisi yang cukup tinggi. pada ruangan tersebut biasanya dilantai atas, jadi
jendela yang ada sudah terpasang teralis pengaman dan anak-anak selalu dalam
pengawasan orang dewasa dalam bermain.
Sumber-Sumber Hazard Fisik
1. Manusia: Kesalahan utama sebagian besar kecelakaan adalah terletak pada pekerja itu
sendiri, mereka kurang terampil, kurang tepat, kurang mentaati tata tertib dalam
mengoperasikan mesin atau peralatan
2. Peralatan: Peralatan yang digunakan dalam suatu proses dapat menimbulkan bahaya
jika tidak digunakan sesuai fungsinya, tidak dilengkapi dengan pelindung saat
memasuki area.
3. Proses: Dalam proses kadang menimbulkan asap, debu, panas, bising dan bahaya
mekanis seperti terjepit, terbentur atau terjatuh, hal ini dapat mengakibatkan
kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
4. Cara atau sikap kerja: Cara kerja yang berpotensi terhadap terjadinya bahaya atau
kecelakaan berupa tindakan tidak aman.
5. Lingkungan Kerja: Bahaya dari lingkungan kerja yang dapat mengakibatkan
berbagaigangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja. Bahaya tersebut adalah:
Faktor lingkungan fisik, Faktor lingkungan kimia, Faktor lingkungan biologis, Faktor
faal kerja atau ergonomic dan Faktor psikologis.
Upaya pencegahan hazard fisik
1. Pengendalian Resiko Bahaya Fisik
Secara umum yang dilakukan oleh sebagian orang dalam tahap pengendalian resiko
bahaya fisik ada beberapa tahap, diantaranya:
a. Eliminasi: Eliminasi adalah menghilangkan bahaya yang di lakukan saat
perencanaan penghilangan bahaya adalah sistem yang paling efektif sehingga
tidak mengandalkan perilaku pekerja dalam mencegah resiko, akan tetapi
penghilangan benar-benar terhadap bahaya tidak selalu praktis dan ekonomis.
b. Subtitusi: Sistem ini bertujuan untuk mengganti bahan proses atau peralatan dari
yang berbahaya menjadi leboh tidak berbahaya. Dengan adanya sistem ini dapat
menurunkan resiko bahaya.
c. Rekayasa/engineering: Sistem ini dilakukan bertujuan untuk memilah bahaya
xi
dengan pekerja serta untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia.
d. Adminstratif: Pengendalian ini dari unsur orng yang melakukan pekerjaan.
Metode ini di harapkan manusia agar mematuhi dan menyelesaikan pekerjaan
secara aman. Biasanya pekerja membuat adanya standar operasional prosedur
(SOP).
e. Alat pelindung diri (administration control): Alat pelindung diri yang digunakan
untuk membatasi anatar terpaparnya tubu dengan potensi bahaya yang akan
diterima oleh tubuh.
2. Pedoman Penerapan Sistem K3
a. Komitmen dan Kebijakan
- Menempatkan organisasi keselamatan dan kesehatan kerja pada posisi yang dapat
menentukan keputusan perusahaan.
- Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-sarana lain yang
diperlukan dibidang keselamatan dan kesehatan kerja.
- Menetapkan personel yang mempunyai tanggung jawab, wewenang dan
kewajiban yang jelas dalam penanganan keselamatan dan kesehatan kerja.
Perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja yang terkoordinasi.
- Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja.
b. Perencanaan
- Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko
- Peraturan Perundangan dan Persyaratan lainnya
- Tujuan dan Sasaran
- Indikator Kinerja
- Perencanaan Awal dan Perencanaan Kegiatan yang Sedang berlangsung
c. Penerapan
Dalam mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja, perusahaan harus
menunjukkan personel yang mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diterapkan, meliputi:
1. Jaminan Kemampuan:
- Sumber daya manusia
- Integrasi sarana dan dana
- Tanggung jawab dan tanggung gugat

xii
- Konsultasi, motivasi, dan kesadaran
- Pelatihan dan kompetensi kerja
2. Kegiatan Pendukung:
- Komunikasi
- Pendokumentasian
- Pencatatan dan manajemen Informasi
3. Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko:
- Identifikasi Sumber Bahaya
- Penilaian Risiko
- Tindakan Pengendalian
- Prosedur Menghadapi Keadaan Darurat atau Bencana
2.4 Hazard kimia
Suatu bahaya kimia adalah jenis bahaya pekerjaan yang disebabkan oleh paparan bahan
kimia ditempat kerja. Paparan bahan kimia ditempat kerja dapat menyebabkan efek
kesehatan yang merugikan baik akut maupun jangka panjang. Terdapat banyak jenis
bahan kinia yang berbahaya, seperti Neurotolsis, Zat imun, zat dermatologi, karsinogen,
racun reproduksi, racun sistemik, asmagen, zat pneumokoniotik, dan pemeka. Bahaya ini
dapat menyebabkan resiko fisik atau kesehatan. Berdasarkan bahan kimianya, bahaya
yang terlibat dapat bervariasi, sehingga penting untuk mengetahui dan menerapkan APD
terutama pada laboratorium. Upaya Mencegah Hazard KimiaUntuk pengendalian bahaya
kimia, ada empat tipe pengendalian yang dapat dilakukan, yaitu inherent, active, passive
dan procedural.
1. Inherently Safer Alternative (ISA).
ISA adalah strategi pengendalian bahaya dengan cara mengganti bahan baku atau
proses berbahaya dengan bahan baku atau proses yang tingkat bahayanya lebih
rendah. Saat yang paling tepat melakukan ISA adalah pada saat awal pengembangan
produk atau proses (development stage). Ada empat strategi yang dapat dilakukan
dalam ISA, yaitu:
a. Miminize
Menggunakan bahan kimia berbahaya dalam jumlah kecil, baik selama penyimpanan,
proses maupun pengiriman. Dengan mengurangi jumlah bahan kimia maka risiko dari
bahan tersebut juga menjadi lebih kecil jika dibandingkan dengan jumlah yang lebih
besar.

xiii
b. Subtitute
Mengganti bahan kimia yang berbahaya dengan bahan kimia yang kurang berbahaya.
Misalnya pelarut organik yang bersifat mudah terbakar diganti denga air.
c. Moderate
Jika dua hal diatas tidak bisa dilakukan maka kita dapat melakukan proses atau
penyimpanan pada kondisi yang lebih aman, misalnya pengenceran, penyimpanan
dengan suhu yang lebih rendah, proses yang lebih sederhana dan sebagainya.
Sehingga laju reaksi atau energi yang reaksi yang dihasil lebih rendah jika
dibandingkan dengan kondisi normal.
d. Dilution
Melarutkan untuk mengurangi tingkat bahaya reaktifitas, baik pada saat proses
produksi maupun penyimpanan.
2. Passive Control
Passive control adalah mengurangi bahaya atau resiko dengan merancang proses dan
peralatan yang lebih aman. Passive control dapat mengurangi frekuensi atau
konsekuensi dari bahaya tersebut tanpa fungsi aktif peralatan apapun, misalnya tempat
penampungan (contaiment), dinding.
3. Active Control
Active control menggunakan sistem engineering control, misalnya safety interlock,
emergency shutdown system, smoke detector dan lain sebagainya.
4. Procedural Control
Procedural control disebut juga administrative control, yaitu proses pengendalian
dengan cara membuat prosedur administratif menggurangi bahaya dan resiko dari
bahaya kimia. Misalnya work instruction, safe operating limit, work permit dan
sebagainya.
Kategori Hazard kimia:
1. Explosif, Yaitu bahan yang mudah terbakar, seperti: kalium klorat,
Trinitrotaluen(TNT), natrium nitrat, gas bertekanan tinggi, campuran belerang, karbon
dan kalium klorat.
2. Flamable, Yaitu bahan yang mudah terbakar seperti: metanol, eter, aseton,heksana,
benzena, uap ini dapat bergerak menuju api sejauh 3 meter.
3. Oxidazing Agent (bahan oksidator) Contohnya: natrium nitrit/nitrat, kalium klorat,
kaporit, asam sendawa, alkena, alkilbenzena dan sebagainya. Sekalipun tidak ada 2
dari luar dapat menyebabkan kebakaran.
xiv
4. Bahan yang mudah terbakar oleh air Seperti logam Na, K dan asam sulfat pekat.
5. Bahan mudah terbakar oleh asamseperti logam paduan Na dan K, senyawa hidrida
dan sebagainya.
6. Gas bertekanan tinggi Seperti gas-gas dalam tabung silinder dengan tekanan tinggi.
7. Bahan-bahan beracun seperti:
C02. C12, benzena, Kloroform, sianida dan sebagainya.
8. Bahan korosif contohnya: anhidrida asam, alkali, asam sulfat, fenol dan sebagainya
Bahan tersebut mudah dikenali karena biasanya pabrik-pabrik bahan kimia telah
melengkapi kemasannya dengan label-label peringatan bahaya. Akibat dari bahan
kimia tersebut antara lain:
a. Keracunan, yaitu akibat masuknya bahan kimia ke dalam tubuh melalui paru-paru,
mulut dan kulit. Keracunan dapat mengakibatkan hilang kesadaran atau gangguan
kesehatan yang akan terasa setelah beberapa tahun bekerja, atau menjelang
pensiun.
b. Iritasi, yaitu akibat kontak langsung dengan bahan kimia korosif yang
mengakibatkan peradangan pada kulit,iritasi mata dan saluran pernapasan.
c. Luka bakar yang diakibatkan dari meledaknya bahan-bahan reaktif.
Potensi Bahaya Kimia, Yaitu potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang
digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau
mempengaruhi tubuh pekerja melalui:
a. inhalation (melalui pernafasan).
b. ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan).
c. skin contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh
pekerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi
bahaya debu, gas, uap. asap; daya acun bahan (toksisitas); cara masuk ke dalam tubuh
Adapun risiko bahaya yang dapat ditimbulkan pada industri logam adalah sebagai
berikut:
1. Tembaga (Cu)
Logam tembaga (Cu) merupakan mikroelemen esensial untuk semua tanaman dan
hewan, termasuk manusia. Kebutuhan tubuh per hari akan Cu adalah 0,05 mg/kg berat
badan. Pada kadar tersebut tidak terjadi akumulasi Cu pada tubuh manusia normal.
Namun, konsumsi Cu dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan gejala-gejala
yang akut. Beberapa gejala keracunan Cu adalah sakit perut, mual, muntah, diare, dan
beberapa kasus yang parah dapat menyebabkan gagal ginjal dan kematian
xv
2. Arsen (As)
Arsen (As) atau sering disebut arsenik dapat merusak ginjal dan bersifat racun yang
sangat kuat. Senyawa arsen sangat sulit dideteksi karena tidak memiliki rasa yang
khas atau ciri-ciri pemaparan lain yang menonjol. Gejala keracunan senyawa arsen
terutama adalah sakit di kerongkongan, sukar menelan, disertai rasa nyeri lambung
dan muntah- muntah. Kompensasi dari pemaparan arsen terhadap manusia adalah
kanker, terutama kanker paru-paru dan hati. Terpapar arsen di udara juga dapat
menyebabkan pembentukan kanker kulit pada manusia.
3. Aluminium (Al)
Sekitar 20 tahun yang lalu, ada penelitian yang menunjukkan bahwa
aluminium merupakan penyebab penyakit Alzheimer Akibatnya, banyak organisasi
dan individu yang mengurangi tingkat pemakaian peralatan dari alumimium. Namun,
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyimpulkan bahwa, penelitian yang
menyatakan bahwa aluminium merupakan penyebab penyakit alzheimer tidak dapat
dipercaya, karena penelitian tersebut tidak memperhitungkan asupan aluminium total
yang ada dalam penyakit itu. Meskipun tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa
aluminium sebagai penyebab utama penyakit alzheimer, para peneliti bersepakat
untuk melakukan penelitian lebih lanjut lagi. Pada industri logam, perlu diperhatikan
keselamatan para pekerja, karena aluminium yang terkandung dalam cairan logam di
tempat kerja menyebabkan kanker. Target organ aluminium adalah sistem saraf pusat,
ginjal, dan sistem pencernaan.
4. Timbal (Pb)
Logam timbal (Pb) merupakan logam yang lunak dan berwarna cokelat kehitaman
serta mudah dimurnikan dari pertambangan. Bahaya yang ditimbulkan oleh
penggunaan Pb ini adalah sering menyebabkan keracunan. Logam Pb dapat masuk ke
dalam tubuh melalui pernapasan, makanan, dan minuman Accidental poisoning
seperti termakannya senyawa timbal dalam konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan
gejala keracunan timbal seperti iritasi gastrointestinal akut, rasa logam pada mulut,
muntah, sakit perut, dan diare. Pb dapat mempengaruhi sistem saraf, inteligensia, dan
pertumbuhan. Pb di dalam tubuh menyebabkan hambatan pada aktivitas kerja sistem
enzim. Efek logam Pb pada kesehatan manusia adalah menimbulkan kerusakan otak,
kejang-kejang, gangguan tingkah laku, dan bahkan kematian.
2.5 Hazard biologi
Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dar serangga maupun
xvi
binatang lain yang ada di tempat kerja. Berbagai macam penyakit dapat timbul
seperti infeksi, allergi, dan sengatan serangga maupun gigitan binatang berbisa
berbagai penyakit serta bisa menyebabkan kematian (Syukri Sahap, 1998).
Upaya Pengendalian Hazard Biologi:
Upaya pengendalian bahaya secara biologis berupa virus, bakteri, jamur, dan juga
pathogen lainnya yang dapat dilakukan dalam teknik pengendaliannya. Teknik
pengendalian ini dilakukan untuk mengurangi potensi bahaya atau kecelakaan di lapangan
kerja, dan untuk teknik pengendaliannya dibedakan menjadi lima yaitu sebagai berikut
[CITATION Eko09 \ 1033]:
1. Eliminasi, teknik ini menggunakan cara menghilangkan bahaya di tempat kerja atau di
area kerja. Eliminasi merupakan cara dalam mengendalikan resiko yang sangat baik.
karena untuk resiko terjadinya kecelakaan serta sakit yang diakibatkan dari bahayanya
lapangan kerja dapat ditiadakan.
2. Substitusi, pada teknik ini bahaya K3 tidak dihilangkan, melainkan diturunkan tingkat
bahayanya. Cara yang dapat dilakukan dengan teknik ini yaitu dengan mengganti
bahan dan peralatan yang berbahaya dengan peralatan yang lebih aman, sehingga
nantinya bahaya dapat berkurang.
3. Rekayasa teknik, penerapan pada teknik ini yaitu dengan melakukan modifikasi atau
rekaya, guna untuk mengurangi paparan bahaya yang berasal dari sumbemya. Jadi,
pengendalian rekayasa teknik ini dilakukan dengan mengubah struktur objek kerja
guna untuk mencegah terpaparnya potensi bahaya. Contohnya seperti pemisahan
tempat pembuangan sampah agar sesuai dengan jenisnya, pemberian alat bantu
mekanik, dan pemberian pengamanan untuk mesin.
4. Pengendalian administrasi, teknik ini dilakukan untuk mengendalikan bahaya dengan
cara menyediakan sebuah system kerja, sehingga dapat mengurangi paparan potensi
bahayanya. Contohnya yaitu seperti terdapatnya Standar Operasional Prosedur (SOP).
rotasi kerja agar mampu mengurangi kebosanan serta kejenuhan pekerjanya,
pengaturan untuk jam kerja dan jam istirahat, dan sebagainya.
5. Alat pelindung diri, teknik mengendalikannya dengan menggunakan alat pelindung
diri yang sesuai. Alat pelindung diri ini adalah teknik terakhir dalam pengendalian
kecekalakaan kerja dan digunakan dalam jangka waktu yang pendek serta bersifat
sementara.
2.6 Hazard pisikologi

xvii
Bahaya psikososial kerja dapat didefinisikan sebagai aspek dari desain kerja, organisasi
kerja dan manajemen kerja, serta segala aspek yang behubungan dengan lingkungan
sosial kerja yang berpotensi dapat menyebabkan gangguan pada psikologi dan fisik
fisiologi pekerja (Cox & Griffiths, 2002) dalam Research on Work Related Stress 2002.
Potensi bahaya psikososial (psychosocial hazard) menurut definisi dari International
Labour Organization (ILO, 1986) mempunyai pengertian interaksi antara job content,
organisasi kerja dan manajemen, dan keadaan lingkungan serta organisasi dari satu pihak
dan kompetensi serta kebutuhan pekerja di pihak lain. Interaksi itu terbukti mempunyai
pengaruh yang berbahaya terhadap kesehatan pekeja melaui persepsi dan pengalaman
pekerja.
Potensi bahaya psikososial di tempat kerja antara lain sebagai berikut:
 Job content :Kurangnya variasi atau pendeknya siklus kerja, kerja yang dibagi dalam
bagian-bagian kecil atau kurang bermakna. kemampuan pekerja lebih tinggi
dibandingkan tugas yang diberikan kepadanya, ketidakpastian status pekerjaan,
pekerjaan yang secara rutin harus berinteraksi dengan berbagai karakter manusia..
 Beban kerja dan kecepatan kerja: Beban kerja berlebih atau kurang, kecepatan mesin
(mechine pacing), terus-menerus berhadapan dengan tenggat waktu yang singkat
(continually subject to deadlines).
 Jadwal kerja: Kerja gilir, kerja malam, jadwal kerja yang tidak fleksibel, jam kerja
yang tidak pasti, jam kerja panjang, unsociable hours.
 Kontrol: Pertisipasi rendah dalam pengambilan keputusan, tidak ada pengendalian
terhadap beban kerja dan kecepatan kerja, dll.
 Lingkungan dan peralatan: Ketersediaan peralatan yang tidak memadai, peralatan
yang kurang cocok, atau pemeliharaan peralatan yang tidak memadai, keadaan
lingkungan kerja yang penuh sesak, pencahayaan yang buruk, bising berlebihan.
 Budaya dan fungsi organisasi :Komunikasi yang buruk, kurangnya dukungan untuk
pemecahan masalah dan pengembangan diri.
 Hubungan antar pribadi di tempat kerja: Isolasi social atau fisik, hubungan yang
buruk dengan atasan, konflik antarpribadi, kurangnya dukungan social, bullying.
Pelecehan
 Peran dalam organisasi: Ketidakjelasan peran (role ambiguity), konflik peran (role
conflict), dan adanya tanggung jawab terhadap orang-orang (responsibility for people)
 Pengembangan karir: Karir yang tidak jelas dan mandek, kurang promosi atau

xviii
promosi berlebihan, bayaran yang buruk, ketidakamanan pekerjaan (job insecurity).
Hazard psikososial kerja dapat didefinisikan sebagai aspek-aspek dari desain kerja,
organisasi kerja dan manajemen kerja, serta segala aspek yang berhubungan dengan
lingkungan sosial kerja yang berpotensi dapat menyebabkan gangguan pada psikologi
fisik fisiologi pekerja (Cox & Griffths,2002) dalam Research on Work Related Stress
2002. Ada yang berhipotesis bahwa terdapat hubungan antara stress dan masalah
kesehatan fisik. Yang paling sering menjadi topik bahasan adalah penyakit jantung
koroner (CHD) yang merupakan penyebab kematian yang terjadi di Amerika Serikat.
Terpajan hazard psikososial dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental tidak secara
langsung melalui pengalaman stress. Kesehatan mental yang buruk dihubungkan dengan
frustasi yang timbul karena tidak memperoleh kepuasan kerja atau situasi kerja dimana
tuntutan-tuntutan pekerjaan yang tidak cocok atau tidak sesuai pengetahuan dan
keterampilan atau kompetensi perkerja atau kebutuhan mereka. Aspek dari hazard
psikososial sendiri membalas 2 aspek yaitu job content (beban kerja,desain tugas jadwal
kerja, dan peralatan kerja) dan job context (hubungan interpersonal,perkembangan karir
serta kebijakan dan pengawasan).
1. Perkembangan Karir
Promosi di suatu tempat kerja adalah suatu kaharusan. Dengan adanya ganjaran dan
perangsang yang berupa promosi dapat meningkatkan produktifitas bagi karyawan atau
pekerjanya. Agar para pekerja mendapatkan promosi maka peran tempat kerja adalah
dengan meningkatkan SDM melalui pelatihan dancpenilaian kerja seseorang atau
pekerja penting dalam pengembangan karir. Pengembangan karir merupakan
pembangkit stres potensial yang mencakup ketidakpastian pekerjaan, promosi berlebih,
dan promosi yang kurang. Kurang baiknya sistem pengembangan karir yang diharapkan
para pekerja dapat menjadi sumber hazard psikososial, terutama sekali pada tempat
kerja yang menitikberatkan hubungan antara pengembangan karir dan kemampuan atau
kompensasi dari para pekerja.
2. Kebijakan Dan Pengawasan
Kebijakan dan pengawasan bersumber pada manajemen puncak atau pimpina
organisasi. Dalam setiap pembulatan kebijakan dibutuhkan partisipasi aktif dari setiap
anggota karena keputusan yang dihasilkan akan dirasakan semua pihak. Kurangnya
bantuan dari bimbingan ataupun pengawas dapat memicu terjadinya stress kerja
berdasarkan Gillies (1994), Swansburg (1999) dan Handoko (1970) yang menyatakan
kurangnya kemampuan pengawas dalam melaksanakan dan mengawasi SOP dapat
xix
meyebabkan ketidakpuasan bagi pekerja, karena pengawas dianggap sebagai figur
teladan dan role model yang paling mengetahui atau mampu melaksanakan pekerjaan
sesuai standart.
Agar dapat memenuhi tuntutan tempat kerja karyawan atau pekerja membutuhkan
bimbingan, arahan dan bantuan dari atasan atau supervisor. Jika karyawan tidak
diberikan pengawasan yang sesuai dan tepat makan yang akan terjadi adalah kejadian
stress kerja pada karyawan, kegelisahan,depresi. penghargaan diri yang kurang dan
meningkatnya gejala penyakit jantung. Hal lain yaitu pengambilan keputusan terhadap
kebijakan yang dibuat harus melibatkan karyawan karena karyawan merupakan
pelaksana kebijakan tersebut, bila kebijakan tersebut hanya dibuat pimpinan/ sebelah
pihak saja maka dapat menimbulkan gangguan psikologis dan fisik bagi karyawan yang
tidak dapat melaksanakan kebijakan yang dibuat.
3. Pengontrolan Bahaya Psikososial
Upaya pegendalian atau pencegahan bahaya resiko, terhadap stress kerja pada
karyawan, kegelisahan, depresi, penghargaan diri yang kurang sampai meningkatnya
gejala penyakit jantung.
a) Elimination adalah menghilangkan semua faktor risiko dari process kerja yang
menjadi sumber bahaya.
b) Substitution adalah Mengganti hal-hal yang mempunyai pengaruh berbahaya
terhadap psikis dan fisik pekerja
c) Minimasi adalah Memperkecil kemungkina timbulnya bahaya
d) Engineering Control adalah pendekatan secara teknik misalnya : penilaian kinerja
pekerja.
e) Administrative Control adalah pengawasan terhadap keputusan atau peraturan-
peraturan yang telah disepakati bersama.
f) Supervisi atau bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pekerja sehingga faktor
resiko timbulnya bahaya dapat dikurangi
g) PPE atau APD: Sebagai pelindung antara pekerja dan hal-hal pencetus bahaya
dengan pemahaman pekerja yang baik dan pendekatan diri terhadap lingkungan dan
tuhannya.
Upaya Pencegahan Hazard Psikososial
Beberapa macam upaya perlu di lakukan sebagai tindakan pencegahan upaya- upaya
tersebut dapat dilakukan baik dari pihak pasien,perawat itu sendiri maupun dari pihak
manajemen rumah sakit berikut beberapa upaya yang perlu di lakukan untuk mencegah
xx
terjadinya kekerasan fisik dan verbalpada perawat saat melakukan pengkajian:
a. Perawat harus melakukan setiap adanya tindakan kekerasan dalam bentuk apapun
kepada pihak rumah sakit atau instansi terkait

b. Memberikan pengertian kepada pasien agar memperlakukan sesame manusia dengan


dasar martabat dan rasa hormat

c. Dalam melakukan kontak kepada pasien, perawat seharusnya menjadi pendengar yang
baiksalah satu teknik pengumpulan data pada pengkajian adalah wawancarta.saat
melakukan wawancaraperawat harus mampu menempatkan diri sebagai tempat curhat
pasien sebaik mungkin

d. Memberikan pelatihan dan pendidikan kepada perawat tentang cara menghindari


tindakann kekerasan verbal dan fisik

e. Ketika pasien terlihat sedang dalam keadaan tidak terkontrol dan susah untuk di
dekati, perawat dapat melakukan pengkajian kepada keluarga pasien terlebih dahulu.

f. Saat mengkaji, perawat tidak boleh menyampaikan kata-kata yang menyingung pasien
dan keluarga.

g. Saat melakukan tindakan pemeriksaan fisik, perawat harus meminta persetujuan dari
pasien dan keluarga terlebih dahulu.

h. Manajemen rumah sakit perlu memfasilitasi perawat mempersiapkan diri untuk


menghadapi hazard dan resiko.

i. Manajemen harus terbuka serta tidak berusaha menutupi terhadap laporan-Simpan


laporan kekerasan fisikmaupun verbal terhadap perawat j. Memodifikasi lingkungan
yang nyaman dirumah sakit mulai dari poli, ruangan rawat inap, sampai ke unit gawat
darurat dan ruang intensif untuk menentramkan suasana hati pasien dan keluarga.

xxi
BAB III
ANALISIS JURNAL
Review Jurnal I
Judul Upaya yang dapat dilakukan perawat untuk mencegah resiko hazard
kimia dan hazard fisik.

Tahun 2020
penulis Nabila rahmadhani.
Tinjauan penelitian tinjauan penelitian yang dilakukan adalah mengenai upaya mencegah
resiko hazard kimia dan hazard fisik radiasi pada lingkungan tempat
kerja, serta pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja
pada perawat.
Metode hasil Hasil dari metode ini adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang
aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan bebas dari kecelakaan kerja danp enyakit akibat
kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja.
kelebihan Jurnal tersebut membahas tentang tanggung jawab dan kewajiban
petugas proteksi radiasi, yang dapat membantu pembaca untuk
memahami peran dan tanggung jawab petugas proteksi radiasi dalam
menjaga keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan tempat kerja.
Kekurangan Dalam jurnal ini tidak dijelaskan secara lengkap dan detail bagaimana
proses penelitian dilakukan, juga tidak dilengkapi hall dan vol pada
jurnal.
Hasil pembahasan Pengendalian risiko dilakukan pada seluruh bahaya yang ditemukan
dalam proses identifikasi bahaya dan mempertimbangkan peringkat
risiko untuk menentukan prioritas dan cara pengendaliannya, dalam
menentukan pengendalian harus memperhatikan hierarki
pengendalian mulai dari eliminasi, substitusi, pengendalian teknis,
administratif, dan penyedia.
kesimpulan Prinsip utama dalam menangani bahan- bahan berbahaya tersebut
adalah mendapat informasi sebanyak mungkin lebih dahulu sebelum
menanganinya. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko
terjadinya kecelakaan. Besar kecilnya risiko yang terjadi tergantung
dari jenis industri, teknologi serta upaya pengendalian risiko yang
dilakukan. Identifikasi bahaya adalah suatu proses yang dikendalikan
oleh manajemen dengan menilai hasil dari proses identifikasi dan
menentukan apakah tindakan dilakukan dengan segera dengan bahaya
yang terjadi.

Review Jurnal II
Judul Upaya Memutus Rantai Infeksi Pada Tahap Presaution Dan

xxii
Pencegahan Hazard Kimia Serta Hazard Fisika.
Tahun 2019
penulis Nur AzizahRangkuti.
Tinjauan penelitian Dalam jurnal ini, terdapat beberapa tinjauan penelitian yang
dilakukan terkait dengan hubungan antara pengetahuan, persepsi
praktik, umur, pendidikan, dan sikap perawat dalam pelaksanaan
universal precaution pencegahan infeksi. Penelitian-penelitian
tersebut dilakukan oleh beberapa peneliti yang berbeda dan
menggunakan metode uji hubungan rank spearman untuk mengetahui
apakah ada hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti.
Hasil dari penelitian-penelitian tersebut juga dibandingkan dengan
penelitian lain yang dilakukan oleh peneliti lain untuk melihat
kesesuaian atau perbedaan hasil penelitian.
Metode hasil Hasil identifikasi bahaya fisika dan kimia di instalasi farmasi rumah
sakit menunjukkan bahwa potensi bahaya fisika yang paling besar
adalah penerangan, sedangkan potensi bahaya kimia yang paling
besar adalah terhirup debu, terkena tumpahan zat kimia, dan terhirup
zat yang ada di sirup kering.
kelebihan Jurnal ini memberikan informasi yang lengkap dan terperinci tentang
bahaya kerja di lingkungan rumah sakit, baik yang bersifat biologis
maupun non-biologis. Hal ini dapat membantu para tenaga kesehatan
untuk lebih memahami potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja
mereka dan mengambil tindakan pencegahan yang tepat.
Kekurangan Jurnal ini tidak memberikan informasi yang cukup detail tentang
langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi bahaya kerja di
lingkungan rumah sakit. Informasi yang diberikan hanya sebatas
definisi dan klasifikasi bahaya kerja, sehingga tidak memberikan
panduan yang jelas tentang cara mengidentifikasi dan mengatasi
bahaya kerja yang spesifik di lingkungan rumah sakit.
Hasil pembahasan Hasil analisis multivariate secara bersama-sama diketahui variabel
yang berpengaruh terhadap praktik perawat dalam pelaksanaan
universal precaution adalah pengetahuan dan sikap. Maka penting
bagi pihak manajemen untuk melaksanakan pelatihan guna
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktik perawat dalam
pelaksanaan universal precaution.
kesimpulan Bahaya kerja pada lingkungan Rumah Sakit secara umum meliputi
permukaan lantai licin, tergores/tertusuk jarum suntik, kabel listrik
berserakan, kontaminasi jamur/bakteri/virus saat petugas melakukan
tindakan dengan bersentuhan langsung dengan pasien tanpa
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), penggunaan produk-
produk rumah sakit berbahan kimia, kurangnya kebutuhan luas ruang
kerja dan keluhan klien terkait pelayanan rumah sakit.

Review Jurnal III


Judul Tindakan perawatan dalam mempertahankan ergonomik dan
mencegah hazard psikososial.

xxiii
Tahun 2012
penulis Lupi bonita sihaloho
Tinjauan penelitian Tinjauan penelitian atau literatur review yang membahas tentang
tindakan perawatan dalam mempertahankan ergonomik dan
mencegah hazard psikososial pada pekerjaan perawat.
Metode hasil Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah dengan teknik
mengeksplorasi kajian bebas, analisis data, dan pengumpulan data
atau disebut literatur review yang akurat dan berfokus dengan
pembahasan "Tindakan Perawatan Dalam Mempertahankan
Ergonomik Dan Mencegah Hazard Psikososial" pada pekerjaan
perawat.
kelebihan Memberikan informasi yang lengkap dan terperinci tentang tindakan
perawatan dalam mempertahankan ergonomik dan mencegah hazard
psikososial pada pekerjaan perawat.
Kekurangan Tidak disebutkan secara jelas sumber data yang digunakan dalam
penulisan ini, sehingga sulit untuk mengevaluasi keakuratan dan
keandalan data yang digunakan. Dan juga tidak disebutkan secara
jelas metode yang digunakan dalam pengumpulan data, sehingga sulit
untuk mengevaluasi keakuratan dan keandalan data yang digunakan.
Hasil pembahasan Hasil dari pembahasan tersebut membahas tentang perlunya
kesadaran dari semua pihak dan pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja, terutama pada pekerjaan perawat. Penulis
menyebutkan bahwa fokus bacaan ini adalah pada perawat, dan
bahwa semua pihak yang berperan harus mengetahui tentang
"Tindakan Perawatan Dalam Mempertahankan Ergonomik Dan
Mencegah Hazard Psikososial" untuk menghindari kecelakaan kerja
di lokasi pekerjaan.
kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa penulisan ini membahas tentang tindakan
perawatan dalam mempertahankan ergonomik dan mencegah hazard
psikososial pada pekerjaan perawat.

xxiv
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa manajemen B3 memerlukan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengendalian. Dengan menerapkan sistem manajemen B3 maka
pemakaian, penanganan, maupun penyimpanan B3 diharapkan akan lebih terkontrol
terkendali dan tertelusur, sehingga keselamatan dan kesehatan kerja serta perlindungan
lingkungan akan terjaga. Dalam pelaksanaan penanganan B3 sangat tergantung dari jenis,
sifat dan bahaya dari bahan tersebut. Karena masing-masing B3 memiliki sifat yang
berbeda, maka cara penanganan yang paling tepat hanya dapat diperoleh dari pabrik atau
pemasok bahan tersebut.
Dengan melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu melakukan
pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan K3, diharapkan akan
tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga
akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. K3 sangat besar
peranannya dalam upaya meningkatkan produktivitas perusahaan, terutama dapat
mencegah korban manusia.
3.2 Saran
Jagalah keselamatan anda dalam kondisi yang aman dan patuhilah pada peraturan agar
tidak terjadi kecelakaan dan mengurangi risiko kecelakaan.

xxv
DAFTAR PUSTAKA

Rejeki, S. (2015). Sanitasi, Hygine, dan kesehatan & Keselamatan kerja (K3). Bandung: Rekayasa
Sains.

Rusiana, H. p. (2022). KESELAMATAN PASIEN DAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA. kota


bandung - jawa barat: Media Sains Indonesia.

Penjelasan hazard fisik radiasi https://id.scribd.com/presentation/574120965/Upaya-


Mencegah-Hazard-Fisik-Radiasi.

Penjelasan, L., Penelitian, U., Medan, D. A. N. B. P., & Tobing, D. (2012). Universitas
sumatera utara. Child Development, 72(X), 9-18. https://doi.org/10.1007/s13398-014-
0173 7.2

https://www.safetysign.co.id/news/94/4-Metode Pengendalian-Risiko-Bahaya-Kimia

http://ahmbio.com/bahan-kimia-berbahaya/ Milos nedved, soemanto imamkhasani.


1991.fundamentals chemical safety and major hazard control.jakarta

bahan beracun, repository.diakses pada 20 april 2018

Ekowati, A. D. (2009). UPAYA PENGENDALIAN FAKTOR BAHAYA BIOLOGIS


DI INSTALASI RAWAT INAPI BAGIAN PENYAKIT DALAM RSUP DR
SARDJITO YOGYAKARTA. Laporan Khusus. 19.

Hazard psikososial https://id.scribd.com/document/545418579/MAKALAH-


PENCEGAHAN-HAZARD-K3-TENTANG-PSIKOSOSIAL-KEL-2-CILACAP

xxvi

Anda mungkin juga menyukai