Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

TOKSIKOLOGI INDUSTRI

DOSEN PEMBIMBING :

- WINARKO SKM., M.Kes


- DEMES NURMAYANTI ST., M.Kes

DISUSUN OLEH :

Carmellia Utari A.F (P27833320009)

PROGRAM STUDI SANITASI LINGKUNGAN PROGRAM SARJANA


TERAPAN (DIV) JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Toksikologi Industri” tepat waktu.

Makalah “Toksikologi Industri ” disusun guna memenuhi tugas Bapak dan Ibu pada mata
Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Pak Winarko SKM.,


M.Kes dan Bu Demes Nurmayanti ST., M.Kes selaku dosen mata kuliah Kesehatan dan
Keselamatan Kerja. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 17 Agustus 2021

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu instrumen bagi
perusahaan dan pekerja dalam suatu keberlangsungan perusahaan. K3 muncul
sejak zaman pra sejarah hingga akhirnya berkembang pesat di era industrialisasi
dimana terdapat berbagai usaha yang bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan
status kesehatan pekerja dengan mencegah, mengurangi hingga menghilangkan
risiko kecelakaan kerja pada tenaga kerja maupun lingkungan kerja itu sendiri.
Dalam upaya mencapai tujuan K3 perlu dipahami berbagai aspek yang
berpengaruh selama pelaksanaan K3 di lingkungan kerja. Salah satu faktor
lingkungan penyebab kecelakaan kerja adalah faktor kimia yang berdasarkan atas
terdapatnya banyak bahan kimia berbahaya hingga beracun pada suatu proses
produksi di industri yang memiliki risiko tinggi bagi pekerja. Oleh karena itu,
penting untuk diketahui mengenai toksikologi industri yang merupakan salah satu
ilmu yang mempelajari bahan beracun yang terdapat di industri atau tempat kerja
dan usaha pencegahannya. Oleh karena itu penulis akan menulis makalah yang
berjudul “Toksikologi Industri”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dasar toksikologi?
2. Apa faktor bahaya dari bahan kimia pada saat terpajan di lingkungan kerja?
3. Apa dampak bahaya bahan kimia terhadap tubuh ?

C. Tujuan
1) Untuk mengetahui konsep dasar toksikologi
2) Didapatkan pemahaman mengenai faktor bahaya dari bahan kimia
3) Mengetahui dampak bahaya bahan kimia terhadap tubuh

3
BAB II
PEMBAHASAAN

A. Toksikologi Industri
Kata risiko dipercaya Toksikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu
toxicos (racun) dan logos (ilmu), sehingga apabila didefinisikan secara luas
toksikologi industri merupakan:
1. Ilmu yang mempelajari tentang efek negatif bahan kimia yang terjadi pada
makhluk hidup;
2. Ilmu yang mempelajari tentang gejala, mekanisme, penanganan dan
pendeteksian bahan racun khususnya yang berhubungan dengan manusia.
Toksikologi sendiri memiliki prinsip yakni bagaimana menjelaskan
mengenai besaranjumlah yang dibutuhkan, distribusi efek dan pengaruh dari
suatu zat atau bahan kimia. Sementara itu, toksikologi industri didefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari bahan beracun yang ada di industri/tempat kerja
serta mengetahui upaya pencegahan sehingga didapat lingkungan kerja yang
aman. Bahan beracun yang dimaksud dan terdapat di tempat kerja/industri
umumnya berupa zat kimia yang digunakan selama proses produksi maupun
pemeliharaan.
Pengertian lain dari toksikologi industri yakni salah satu cabang ilmu
toksikologi yang menaruh perhatian pada pengaruh pemajanan bahan-bahan yang
dipakai dari sejak awal sebagai bahan baku, proses produksi, hasil produksi
beserta penanganannya terhadap tenaga kerja yang bekerja di unit produksi
tersebut. Risiko Keselamatan (Safety Risk) Risiko ini secara umum memiliki
ciri-ciri antara lain probabilitas rendah (low probability), tingkat pemaparan yang
tinggi (high-level exposure), tingkat konsekuensi kecelakaan yang tinggi (high-
consequence accident), bersifat akut, dan menimbulkan efek secara langsung.
Tindakan pengendalian yang harus dilakukan dalam respon tanggap darurat
adalah dengan mengetahui penyebabnya secara jelas dan lebih fokus pada
keselamatan manusia dan pencegahan timbulnya kerugian terutama pada area
tempat kerja.
B. Bahan - bahan Kimia dan Beracun serta Pengaruhnya
Suatu bahan kimia akan menjadi toksik bila bahan tersebut mencapai jaringan
target dan terakumulasi dalam konsentrasi tertentu. Bahan kimia memiliki tingkat
bahaya terhadap kesehatan yang terasa dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Derajat bahan kimia tergantung pada :
 Sifat fisika
 Toksisitas
 Bagaimana penggunaan bahan kimia tersebut
 Lingkungannya
4
1. Klasifikasi Toksisitas
Sementara itu, klasifikasi toksisitas sendiri terbagi menjadi berikut:

1. Gas : tidak berbentuk, mengisi ruangan pada suhu dan tekanan normal,
tidak Berbau pada konsentrasi rendah dan dapat berubah menjadi cair atau
padat dengan adanya perubahan suhu dan tekanan.
2. Uap : bentuk gas dari zat yang dalam keadaan biasa berwujud cair.
3. Debu : partikel zat padat yang terjadi oleh karena kekuatan alami.
4. Kabut : titik cairan halus di udara yang terjadi akibat kondensasi bentuk
uap.
5. Fume : partikel zat padat yang terjadi oleh kondensasi bentuk gas,
biasanya setelah penguapan benda padat yang dipijarkan.
6. Asap : partikel zat karbon yang berukuran kurang dari 0,5 mikron sebagai
akibat pembakaran tidak sempurna bahan yang mengandung karbon.
7. Awan : partikel cair sebagai hasil kondensasi fase gas. Ukuran partikelnya
antara 0,1 – 1 mikron.

2. Tipe bahan kimia dan bahan beracun


Terhadap tubuh, bahan-bahan kimia dapat digolongkan antara lain menjadi:

1. Bahan partikel bersifat : Perangsang (kapas, sabun, bubuk beras), Toksik


(Pb, As, Mn), Allergen (tepung sari, kapas), Fibrosis (asbes, kwarts),
Menimbulkan demam (fume, Zn, O), Inert (aluminium, kapas)
2. Bahan non partikel bersifat : Asfiksan (metan, helium), Perangsang
(amoniak, HCl, H2S), Racun anorganik, organic (TEL, As H3), mudah
menguap yang : berefek Anesthesi (Trichloroetilen), merusak alat dalam
(C Cl4), merusak darah (Benzene), merusak saraf (Parathion)
Tipe bahan-bahan beracun sendiri dibagi menjadi:
1. Chemical toxicant : bahan-bahan kimia
2. Biological Toxicant : makhluk hidup
3. Bacterial toxicant : bakteri
4. Botanical toxicant : tumbuh-tumbuhan

5
Contoh beberapa bahan kimia beracun yang bisa terdapat di tempat kerja :

Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat toksisitas


bahan kimia terhadap kesehatan kerja yaitu :
 Sifatfisika dan kimia bahan
 Kondisi kontak badan
 Keadaan personil
 Kondisi lingkungan
Efek dari bahan kimia yang masuk ke tubuh bervariasi. Tergantung
dari organ target, bahan kimia bisa bersifat neurotoksik (meracuni saraf),
hematotoksik (meracuni liiver/hati), nefrotoksik (meracuni ginjal),
hematotoksik (meracuni darah) hingga sistemik (meracuni seluruh fungsi
tubuh).
Ditinjau dari lama atau waktu timbulnya gejala, efek bahan kimia bisa
terjadi secara akut atau kronik. Efek akut terjadi pada pemajanan bahan kimia
dalam waktu singkat (kurang dari 2 minggu) pada kadar yang tinggi.
Sedangkan efek kronik timbul setelah pemajanan berulang kali selama tiga
bulan atau lebih. Tanda atau gejala yang terjadi akibat keracunan bahan kimia
bisa bervariasi dari gejala yang umum atau non spesifik dan spesifik. Untuk
membedakan gejala yang spesifik ataupun spesifik diperlukan konsultasi dan
komunikasi dengan dokter. Beberapa gejala yang ada antaralain ditunjukkan
oleh:
 Gejala keracunan
 Gejala non spesifik, seperti pusing, mual, muntah, gemetar lemah
badan, sukar tidur, nafsu makan berkurang dan sukar berkonsentrasi.
 Gejala spesifik, seperti sesak nafas, sakit perut, diare, kejang-kejang,
gangguan mental, kelumpuhan, nyeri otot, pingsan hingga koma.

6
C. TLV (Threshold Limit Value)
Nilai Ambang Batas (NAB). Konsep TLV dikembangkan oleh ACGIH
(American Conference of Govermental and Industrial Hygienist), dimana TLV atau
NAB menunjukkan batas suatu kadar bahan kimia dapat diterima oleh manusia
secara fisiologis tanpa mengalami gangguan kesehatan. Terdapat 3 macam NAB
yang perlu diketahui:
 Pembebanan waktu rata-rata (Time Weighted Average = TWA)NAB
pembebanan waktu didefinisikan sebagai kadar rata-rata bahan kimia di
udara ruang kerja dimana hamper semua pekerja dapat memajan secara
berulang dari hari ke hari selama 8 jam per hari tanpa menimbulkan
gangguan kesehatan atau kematian.
 NAB pemajanan singkat yang diperkenankan (Short-Term Exposure Limit =
STEL) merupakan kadar tertentu zat kimia di udara ruang kerja dimana
hampir semua pekerja dapat memajan secara terus menerus dalam waktu
yang singkat, yaitu tidak lebih 15 menit dan tidak lebih 4 kali per hari tanpa
mengalami iritasi hebat, kerusakan Irreversible atau efek narkose.
 Kadar tertinggi yang diperkenankan (Ceiling Value) merupakan kadar
tertinggi bahan kimia di udara ruang kerja dimana tidak boleh dipapar sama
sekali.
NAB memiliki kegunaan antara lain:
o Standart untuk perbandingan
o Pedoman perencanaan proses produksi dan perencanaan teknologi
pengendalian
o Substitusi bahan yang kurang berbahaya material atau bahan seperti
antiseptik, aerosol, insektisida, dust, mist, fumes, gas, vapor.
o Membantu menentukan gangguan kesehatan, timbulnya penyakit dan
hambatan efisiensi kerja
Dalam kaitannya dengan Nilai Ambang Batas, terdapat pula istilah PEL
(Permissible Exposure Limit) yang merupakan kadar bahan kimia di udara yang
diijinkan untuk terpapar oleh manusia tiap harinya tanpa mengganggu kesehatan
manusia tersebut. sellain itu, bahan kimia beracun maupun berbahaya memiliki nilai
Lethal Dosage yang merupakan tingkatan racun (toxic) atau dosis yang dapat
berpengaruh dan menyebabkan kematian. Daya toksisitas suatu bahan toksik
biasanya dihitung dari nilai LD50 (lethal dose 50%) yang menggambarkan
konsentrasi bahan kimia yang dapat menyebabkan kematian sampai 50% dari jumlah
hewan yang diuji. Nilai LD50 digunakan untuk mengelompokkan dosis toksik dari
bahan kimia yang baru diproduksi. Hasil dari uji LD50 dari bahan kimia biasanya
bervariasi untuk setiap spesies hewan dan laboratorium penguji, sehingga nilai LD50
tersebut biasanya hanya merupakan perkiraan. Tingkat racun suatu bahan kimia
ditentukan oleh LD50( Lethal Dose 50). Berikut adalah tabel tingkat racun suatu
bahan kimia.

7
D. Upaya Pencegahan
Dalam berbagai sumber dapat ditemukan ribuan jenis bahan kimia yang
dihasilkan
oleh suatu industri. Oleh karena itu, selalu diupayakan untuk melakukan upaya
berikut:
1. Survai pendahuluan untuk mengenal bahan kimia yang terdapat di industri dan
merencanakan program evaluasi risiko bahaya serta tindak lanjutnya.Bahaya
Ergonomi, antara lain repetitive movement, static posture, manual handling dan
postur janggal.
2. Mengenal proses produksi dengan mempelajari alur proses mulai dari tahap awal
sampai akhir, sumber bahaya kimia dan keluhan kesehatan oleh pekerja serta
memanfaatkan indera kita untuk mengidentifikasi lingkungan kerja.
3. Mempelajari MSDS (Material Safety Data Sheet) atau Lembar Data Bahan Kimia
yakni
suatu dokumen teknik yang memberikan informasi tentang komposisi
karakteristik, bahaya fisik dan potensi bahaya kesehatan cara penanganan dan
penyimpanan bahan yang aman, tindakan pertolongan pertama dan prosedur
khusus lainnya.
4. Memenuhi kelengkapan fasilitas sanitasi, pelindung kerja (pakaian kerja khusus)
ataupun fasilitas PPPK yang memadai.
5. Melakukan pengawasan teknis dan medis yang cukup.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Toksikologi industri merupakan ilmu yang mempelajari bahan
beracun yang ada di industri/tempat kerja serta mengetahui
upaya pencegahan sehingga didapat lingkungan kerja yang
aman.
2. Toksikologi industri dalam K3 memiliki keterkaitan karena
toksikologi merupakan faktor kimia yang berpengaruh pada
lingkungan kerja.
3. Penerapan K3 yang baik dapat mencegah terjadinya pemaparan
bahan beracun dan berbahaya bagi pekerja.
B. Saran

9
Seorang mahasiswa penting untuk mengetahui seluk beluk
konsep toksikologi industri karena berkaitan dengan kesehatan dan
keselamatan kerja bagi tenaga kerja dan lingkungan suatu
perusahaan.

Daftar Pustaka

1. Nonimous. 2007. Toksikologi Industri. MIL UNDIP


2. Hidayat, Sho’im. Toksikologi Industri. FKM Unair
3. Suma’ur P.K.2009.Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta :
Riefmanto

10

Anda mungkin juga menyukai