Anda di halaman 1dari 14

TOKSIKOLOGI INDUSTRI

Mata Kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Oleh:

1. Andi Alvina Arnol 14120220038


2. Alfi Syahnur 14120220039
3. Aerin Dwi Putri 14120220040
4. Wiwi Ayu Lestari 14120220041
5. Feby Khaila Azhara 14120220044
6. Salsabila 14120220045

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa atas segenap limpahan karunia dan rahmat Nya, sehingga makalah mengenai
Konsep Toksikologi Industri dapat diselesaikan. Shalawat dan salam seoga senantiasa
terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW yang mengantarkan umat manusia menuju jalan
hidayah.

Makalah mengenai Konsep Toksikologi Industri ini berisi penjelasan antara lain
mengenai konsep toksikologi industri, bahan-bahan kimia atau beracun yang berpengaruh
terhadap kesehatan kerja, pengertian TLV hingga upaya pencegahan penyakit akibat kerja.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat ketidaksempurnaan dalam penyusunan


makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami nantikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat.

Makassar, 16 November 2023

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................................i


Kata Pengantar ......................................................................................................ii
Daftar Isi ...............................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................1
1.2 Tujuan dan Manfaat.............................................................................1
BAB II. ISI
2.1 Konsep Toksikologi Industri...............................................................2
2.2 Bahan-bahan Kimia dan Beracun serta Pengaruhnya..........................2
2.3 Pengertian TLV (Threshold Limit Value)...........................................5
2.4 Upaya Pencegahan Penyakit................................................................6
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan .........................................................................................8
3.2 Saran ...................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu instrumen bagi
perusahaan dan pekerja dalam suatu keberlangsungan perusahaan. K3 muncul sejak zaman
pra sejarah hingga akhirnya berkembang pesat di era industrialisasi dimana terdapat
berbagai usaha yang bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan status kesehatan pekerja
dengan mencegah, mengurangi hingga menghilangkan resiko kecelakaan kerja pada
tenaga kerja maupun lingkungan kerja itu sendiri.
Dalam upaya mencapai tujuan K3 perlu dipahami berbagai aspek yang
berpengaruh selama pelaksanaan K3 di lingkungan kerja. Salah satu faktor lingkungan
penyebab kecelakaan kerja adalah faktor kimia yang berdasarkan atas terdapatnya banyak
bahan kimia berbahaya hingga beracun pada suatu proses produksi di industri yang
memiliki resiko tinggi bagi pekerja. Oleh karena itu, penting untuk diketahui mengenai
toksikologi industri yang merupakan salah satu ilmu yang mempelajari bahan beracun
yang terdapat di industri atau tempat kerja dan usaha pencegahannya.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan adanya makalah ini untuk memberikan penjelasan mengenai konsep
toksikologi industri yang merupakan salah satu instrument dalam upaya pelaksanaan K3.
Manfaat dari penulisan makalah ini antaralain:
1. Menjadi pengantar bagi mahasiswa dalam mempelajari konsep toksikologi
industri pada upaya pelaksanaan K3,
2. Didapatkan pemahaman mengenai bahan-bahan berbahaya pada industri,
3. Mengetahui upaya pencegahan penyakit akibat kerja yang bisa dilakukan.

1
BAB II

ISI

2.1 Konsep Toksikologi Industri

Toksikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu toxicos (racun) dan logos (ilmu),
sehingga apabila didefinisikan secara luas toksikologi industri merupakan:
1. Ilmu yang mempelajari tentang efek negatif bahan kimia yang terjadi pada makhluk
hidup;
2. Ilmu yang mempelajari tentang gejala, mekanisme, penanganan dan pendeteksian bahan
racun khususnya yang berhubungan dengan manusia.
Toksikologi sendiri memiliki prinsip yakni bagaimana menjelaskan mengenai besara
jumlah yang dibutuhkan, distribusi efek dan pengaruh dari suatu zat atau bahan kimia.
Sementara itu, toksikologi industri didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
bahan beracun yang ada di industri/tempat kerja serta mengetahui upaya pencegahan
sehingga didapat lingkungan kerja yang aman. Bahan beracun yang dimaksud dan terdapat
di tempat kerja/industri umumnya berupa zat kimia yang digunakan selama proses
produksi maupun pemeliharaan. Pengertian lain dari toksikologi industri yakni salah satu
cabang ilmu toksikologi yang menaruh perhatian pada pengaruh pemajanan bahan-bahan
yang dipakai dari sejak awal sebagai bahan baku, proses produksi, hasil produksi beserta
penanganannya terhadap tenaga kerja yang bekerja di unit produksi tersebut

Dalam dunia toksikologi, dikenal berbagai macam istilah yang sering digunakan.

Istilah-istilah (terminologi) tersebut antara lain:

 Xenobiotika, yaitu istilah umum yang digunakan untuk menyatakan zat

asing yang masuk ke dalam tubuh. Xenobiotika dapat memberikan berbagai

keuntungan, seperti obat-obatan) atau dapat bersifat racun (seperti timbal).

 Toksikan, yaitu segala jenis bahan yang dapat memberikan efek yang berlawanan

(merugikan). Zat toksik dapat berada dalam bentuk fisik (seperti radiasi), kimiawi

(seperti sianida), ataupun biologis (bisa ular).

2
 Toksin, yaitu toksikan yang berupa protein spesifik yang dihasilkan secara

alamiah oleh makhluk hidup, contohnya Tetanus, yang disebabkan toksin yang

dieksresikan oleh bakteri Clostridium tetani.

 Toksisitas (toxicity), yaitu kapasitas intrinsik dari suatu toksikan yang dapat

menimbulkan efek bagi organisme

 Bahaya (hazards), yaitu potensi terealisasinya toksisitas suatu agen pada situasi

tertentu.

 Risiko (risk), yaitu kemungkinan terealisasinya suatu bahaya (hazard).

 Safety, yaitu kemungkinan tidak terealisasinya suatu bahaya (kebalikan dari

risiko)

 Dosis, yaitu unit yang menyatakan pajanan terhadap bahan kimia, fisik, atau biologis
yang sampai ke organ sasaran. Dosis diekspresikan sebagai unit berat atau volume per
unit luas permukaan tubuh. Misalnya mg/kgBB, ml/kgBB, atau mg/m2, ppm, atau
ppb.

3
2.2 Bahan-bahan Kimia dan Beracun serta Pengaruhnya

Suatu bahan kimia akan menjadi toksik bila bahan tersebut mencapai jaringan
target dan terakumulai dalam konsentrasi tertentu. Bahan kimia memiliki tingkat bahaya
terhadap kesehatan yang terasa dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Derajat
bahan kimia tergantung pada:
 Sifat fisika
 Toksisitas
 Bagaimana penggunaan bahan kimia tersebut
 Lingkungannya

2.2.1 Klasifikasi Toksisitas


Sementara itu, klasifikasi toksisitas sendiri terbagi menjadi berikut:
1. Gas : tidak berbentuk, mengisi ruangan pada suhu dan tekanan normal, tidak
berbau pada konsentrasi rendah dan dapat berubah menjadi cair atau padat dengan
adanya perubahan suhu dan tekanan.
2. Uap : bentuk gas dari zat yang dalam keadaan biasa berwujud cair.
3. Debu : partikel zat padat yang terjadi oleh karena kekuatan alami.
4. Kabut : titik cairan halus di udara yang terjadi akibat kondensasi bentuk uap.
5. Fume : partikel zat padat yang terjadi oleh kondensasi bentuk gas, biasanya
setelah penguapan benda padat yang dipijarkan.
6. Asap : partikel zat karbon yang berukuran kurang dari 0,5 mikron sebagai akibat
pembakaran tidak sempurna bahan yang mengandung karbon.
7. Awan : partikel cair sebagai hasil kondensasi fase gas. Ukuran partikelnya antara
0,1 – 1 mikron.

2.2.2 Tipe Bahan Kimia dan Bahan Beracun


Terhadap tubuh, bahan-bahan kimia dapat digolongkan antara lain menjadi:
1. Bahan partikel bersifat : Perangsang (kapas, sabun, bubuk beras), Toksik (Pb, As, Mn),
Allergen (tepung sari, kapas), Fibrosis (asbes, kwarts), Menimbulkan demam (fume, Zn
O), Inert (aluminium, kapas)
2. Bahan non partikel bersifat : Asfiksan (metan, helium), Perangsang (amoniak, HCl,
H2S), Racun anorganik, organic (TEL, As H3), Mudah menguap yang : berefek

4
anesthesi (Trichloroetilen), merusak alat dalam (C Cl4), merusak darah (Benzene),
merusak saraf (Parathion)
Tipe bahan-bahan beracun sendiri dibagi menjadi:
1. Chemical toxicant : bahan-bahan kimia
2. Biological Toxicant : makhluk hidup
3. Bacterial toxicant : bakteri
4. Botanical toxicant : tumbuh-tumbuhan

Contoh beberapa bahan kimia beracun yang bisa terdapat di tempat kerja

5
SENYAWA LD 50 (mg/kg bb)

Gliserol 25.200

Etanol 10.300

Ethilen glikol 8.500

Asam akrilat 2.600

Hidroquinon 320

Akrilamida 170

Akrilonitril 93

Nikotin 1

Dioxin 0,001

Botulinus toxin 0,00001

Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat toksisitas bahan kimia
tersebut terhadap kesehatan kerja yaitu :
 Sifat fisika dan kimia bahan
 Kondisi kontak badan
 Keadaan personil
 Kondisi lingkungan

6
Efek dari bahan kimia yang masuk ke tubuh bervariasi. Tergantung dari organ
target, bahan kimia bisa bersifat neurotoksik (meracuni saraf), hematotoksik (meracuni
liver/hati), nefrotoksik (meracuni ginjal), hematotoksik (meracuni darah) hingga sistemik
(meracuni seluruh fungsi tubuh).

Ditinjau dari lama atau waktu timbulnya gejala, efek bahan kimia bisa terjadi
secara akut atau kronik. Efek akut terjadi pada pemajanan bahan kimia dalam waktu
singkat (kurang dari 2 minggu) pada kadar yang tinggi. Sedangkan efek kronik timbul
setelah pemajanan berulang kali selama tiga bulan atau lebih.

Tanda atau gejala yang terjadi akibat keracunan bahan kimia bisa bervariasi dari
gejala yang umum atau non spesifik dan spesifik. Untuk membedakan gejala yang spesifik
ataupun spesifik diperlukan konsultasi dan komunikasi dengan dokter. Beberapa gejala
yang ada antaralain ditunjukkan oleh:

 Gejala keracunan
 Gejala non spesifik, seperti pusing, mual, muntah, gemetar lemah badan,
sukar tidur, nafsu makan berkurang dan sukar berkonsentrasi.
 Gejala spesifik, seperti sesak nafas, sakit perut, diare, kejang-kejang,
gangguan mental, kelumpuhan, nyeri otot, pingsan hingga koma.

2.3 Pengertian TLV (Threshold Limit Value)

Dalam toksikologi industri dikenal istilah mengenai Threshold Limit Value (TLV)
atau Nilai Ambang Batas (NAB). Konsep TLV dikembangkan oleh ACGIH (American
Conference of Govermental and Industrial Hygienist), dimana TLV atau NAB
menunjukkan batas suatu kadar bahan kimia dapat diterima oleh manusia secara fisiologis
tanpa mengalami gangguan kesehatan. Terdapat 3 macam NAB yang perlu diketahui:
1. NAB pembebanan waktu rata-rata (Time Weighted Average = TWA)
NAB pembebanan waktu didefinisikan sebagai kadar rata-rata bahan kimia di
udara ruang kerja dimana hamper semua pekerja dapat memajan secara berulang dari hari
ke hari selama 8 jam per hari tanpa menimbulkan gangguan kesehatan atau kematian.

2. NAB pemajanan singkat yang diperkenankan (Short-Term Exposure Limit = STEL)

7
Merupakan kadar tertentu zat kimia di udara ruang kerja dimana hampir semua
pekerja dapat memajan secara terus menerus dalam waktu yang singkat, yaitu tidak lebih
15 menit dan tidak lebih 4 kali per hari tanpa mengalami iritasi hebat, kerusakan
irreversible atau efek narkose.

3. Kadar tertinggi yang diperkenankan (Ceiling Value)


Merupakan kadar tertinggi bahan kimia di udara ruang kerja dimana tidak boleh
dipapar sama sekali.

NAB memiliki kegunaan antaralain:


 Standar untuk perbandingan
 Pedoman perencanaan proses produksi dan perencanaan teknologi pengendalian
 Substitusi bahan yang kurang berbahaya
 Membantu menentukan gangguan kesehatan, timbulnya penyakit dan hambatan
efisiensi kerja

Dalam kaitannya dengan Nilai Ambang Batas, terdapat pula istilah PEL
(Permissible Exposure Limit) yang merupakan kadar bahan kimia di udara yang diijinkan
untuk terpapar oleh manusia tiap harinya tanpa mengganggu kesehatan manusia tersebut.
Selain itu, bahan kimia beracun maupun berbahaya memiliki nilai Lethal Dosage yang
merupakan tingkatan racun (toxic) atau dosis yang dapat berpengaruh dan menyebabkan
kematian. Daya toksisitas suatu bahan toksik biasanya dihitung dari nilai LD50 (lethal
dose 50%) yang menggambarkan konsentrasi bahan kimia yang dapat menyebabkan
kematian sampai 50% dari jumlah hewan yang diuji. Nilai LD50 digunakan untuk
mengelompokkan dosis toksik dari bahan kimia yang baru diproduksi. Hasil dari uji LD 50
dari bahan kimia biasanya bervariasi untuk setiap spesies hewan dan laboratorium penguji,
sehingga nilai LD50 tersebut biasanya hanya merupakan perkiraan.
Tingkat racun suatu bahan kimia ditentukan oleh LD 50( Lethal Dose 50). Berikut
adalah tabel tingkat racun suatu bahan kimia.

Tingkat LD50 (mg/kg bb)

8
Amat sangat beracun <=1

Sangat beracun 1-50

Beracun 51-500

Agak beracun 501-5000

Praktis tak beracun 5001-15000

Relatif tidak berbahaya >15000

2.4 Upaya Pencegahan Penyakit

Dalam berbagai sumber dapat ditemukan ribuan jenis bahan kimia yang dihasilkan
oleh suatu industri. Oleh karena itu, selalu diupayakan untuk melakukan upaya berikut:
1. Survai pendahuluan untuk mengenal bahan kimia yang terdapat di industri dan
merencanakan program evaluasi risiko bahaya serta tindak lanjutnya.
2. Mengenal proses produksi dengan mempelajari alur proses mulai dari tahap awal
sampai akhir, sumber bahaya kimia dan keluhan kesehatan oleh pekerja serta
memanfaatkan indera kita untuk mengidentifikasi lingkungan kerja.
3. Mempelajari MSDS (Material Safety Data Sheet) atau Lembar Data Bahan Kimia yakni
suatu dokumen teknik yang memberikan informasi tentang komposisi karakteristik,
bahaya fisik dan potensi bahaya kesehatan cara penanganan dan penyimpanan bahan yang
aman, tindakan pertolongan pertama dan prosedur khusus lainnya.
4. Memenuhi kelengkapan fasilitas sanitasi, pelindung kerja (pakaian kerja khusus)
ataupun fasilitas PPPK yang memadai.
5. Melakukan pengawasan teknis dan medis yang cukup.

9
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :


3.1.1 Toksikologi industri merupakan ilmu yang mempelajari bahan beracun
yang ada di industri/tempat kerja serta mengetahui upaya pencegahan
sehingga didapat lingkungan kerja yang aman.
3.1.2 Toksikologi industri dalam K3 memiliki keterkaitan karena toksikologi
merupakan faktor kimia yang berpengaruh pada lingkungan kerja.
3.1.3 Penerapan K3 yang baik dapat mencegah terjadinya pemaparan bahan
beracun dan berbahaya bagi pekerja.

3.2. Saran

Seorang mahasiswa penting untuk mengetahui seluk beluk konsep toksikologi


industri karena berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja bagi tenaga kerja dan
lingkungan suatu perusahaan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Nonimous. 2007. Toksikologi Industri. MIL UNDIP

Hidayat, Sho’im. Toksikologi Industri. FKM Unair

Suma’ur P.K.2009.Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta :


Riefmanto

Anda mungkin juga menyukai