Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

BAHAYA KIMIA

DOSEN PEMBIMBING

ERFAN ROEBIAKTO, S.KM., MS

DI SUSUN OLEH :

HUSNUL KHOTIMAH P07131218136

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya

terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga saya bisa menyelesaikan

makalah mata kuliah “K3”. Shalawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi

besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-

Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas ujian praktek mata kuliah K3.

Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak

Erfan Roebiakto, SKM., MS selaku dosen pembimbing mata kuliah K3 dan

kepada segenap pihak yang telah memberikan tugas makalah ini.

Saya menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,

maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para

pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Banjarbaru, Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Tujuan Makalah.......................................................................................................2
1.3 Manfaat Makalah.....................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................3
2.1 Faktor Kimia B3 dan Klasifikasinya........................................................................3
2.2 Pengendaliannya....................................................................................................12
2.3 Pokok-pokok Isi.....................................................................................................14
2.4 Sumber MSDS.......................................................................................................16
2.5 Konten MSDS........................................................................................................17
2.6 Dokumentasi dan Updating....................................................................................17
BAB III............................................................................................................................19
PENUTUP.......................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perusahaan atau laboratorium di Indonesia tidak sedikit yang

menggunakan bahan-bahan kimia beracun sebagai salah satu material guna

memproduksi produk dari perusahaan atau laboratorium itu sendiri. Baik

digunakan sebagai bahan bakar, atau perusahaan langsung berhubungan dengan

bahan kimia tersebut, contohnya kilang minyak. Setiap aktivitas kerja manusia

akan selalu memiliki peluang atau potensi untuk terjadi kecelakaan terhadap

bahan kimia maka diperlukan pengetahuan tentang faktor kimia ditempat kerja

menjadi sangat penting. Dalam statistik kecelakaan akibat faktor kimia yang

terjadi diIndonesia perlu adanya kesadaran baik dari pihak perusahaan maupun

komponennya untuk bias menguasai faktor-faktor kimia secara menyeluruh yang

ada ditempat kerja. Racun adalah bahan kimia yang dalam jumlah kecil

menimbulkan keracunan pada manusia atau mahluk hidup lainnya. Keracunan

adalah salah satu masalah kesehatan yang semakin meningkat baik di Negara

maju maupun negara berkembang.. Dari data statistik diketahui bahwa penyebab

keracunan yang banyak terjadi di Indonesia adalah akibat paparan pestisida, obat

obatan, hidrokarbon, bahan kimia korosif, alkohol dan beberapa racun alamiah

termasuk bisa ular, tetradotoksin, asam jengkolat dan beberapa tanaman beracun

lainnya. Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan

racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh

1
tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula

terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau

organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam

jangka panjang.

1.2 Tujuan Makalah


1. Mengetahui B3 beserta klasifikasinya.

2. Dapat mengendalikan faktor-faktor kimia B3 dengan baik dan benar.

3. Dapatmenentukan secara umum factor kimia ditempat kerja dengan

landasan UU yang mengaturnya.

1.3 Manfaat Makalah


1. Memberikan pengetahuan dan pengertian beserta tata cara

pengendaliannya tentang factor kimia di tempat kerja.

2. Memberikan pendapat tentang factor kimia di tempat kerja secara

umum.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Faktor Kimia B3 dan Klasifikasinya


Bahaya di lingkungan kerja dapat di definisikan sebagai segala kondisi

yang dapat member pengaruh yang merugikan terhadap kesehatan atau

kesejahteraan orang yang terpajan. Ada beberapa factor bahaya dilingkungan

kerja meliputi factor Kimia, Biologi, Fisika, Fisiologi dan Psikologi.

Dalam makalah ini bahaya kimia yang akan kita kaji lebih lanjut. Fakta mengenai

potensi bahaya yang bersumber dari bahan kimia di dunia industry memang

takterbantahkan. Karena hamper dapat dipastikan setiap jenis industry kimia

mempergunakan bahan kimia berbahaya, baik yang berupa gas, cairan maupun

padatan.

Tereksposnya tubuh oleh B3 bisa berakibat buruk baik terhadap keselamatan

maupun terganggunya kesehatan seseorang. Orang yang terkena langsung dengan

cairan asam misalnya, kulitnya akan mengalami oksidasi, berubah warnanya

menjadi putih di sertai dengan rasa perih dan gatal.

Bahkan pada industry kimia yang menggunakan B3, potensi bahayanya bias lebih

fatal, yaitu menyebabkan kematian bila sampai menghirup B3 dengan konsentrasi

tertentu.

Ada punjalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh:

Pernapasan (inhalation), Kulit (skinabsorption), Tertelan (ingestion)

3
a. Klasifikasi B3

1. Korosi

Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan

tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan system pencernaan adalah bagain

tubuh yang paling umum terkena. Contoh: konsentrat asam dan basa, fosfor.

2. Iritasi

Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak. Iritasi kulit

bias menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasip ada alat-alat

pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema

(bengkak)

Contoh:

Kulit: asam,basa,pelarut,minyak.

Pernapasan : aldehydes, alkalinedusts, amonia, nitrogendioxide, phosgene,

chlorine, bromine, ozone.

3. Reaksi Alergi

Bahan kimia allergen atau sensitizers dapat menyebab kan reaksi alergi pada kulit

atau organ pernapasan

Contoh:

4
Kulit : colophony(rosin), formaldehyde, logam seperti chromium atau nickel,

epoxyhardeners, turpentine.

Pernapasan:isocyanates, fibre-reactivedyes, formaldehyde, nickel.

4.Asfiksiasi

Asfiksian yang sederhana adalah inert gas yang mengencerkan atmosfer yang ada,

misalnya pada kapal,silo,atau tambang bawah tanah. Konsentrasi oksigen pada

udara normal tidak boleh kurang dari 19,5% volume udara. Asfiksian kimia

mencegah transport oksigen dan oksigen asinormal pada darah atau mencegah

oksigen asinormal pada kulit.

Contoh:

Asfiksian sederhana : methane, ethane, hydrogen, helium

Asfiksian kimia : carbonmonoxide, nitrobenzene, hydrogencyanide,

hidrogensulphide

5. Kanker

Karsinogen padamanusia adalah bahan kimia yang secara jelas telah terbukti pada

manusia. Kemungkinan karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara

jelas sudah terbukti menyebabkan kanker pada hewan.

Contoh: Terbukti karsinogen pada manusia: benzene (leukaemia) ; vinylchloride

(liver angiosarcoma) ; 2-naphthylamine, benzidine (kanker kandung kemih) ;

asbestos (kanker paru-paru, mesothelioma);

5
Kemungkinan karsinogen pada manusia: formaldehyde, carbontetrachloride,

dichromates, beryllium

6. Efek Reproduksi

Bahan-bahan beracun mempengaruhi fungsi reproduksi dan seksual dari seorang

manusia. Perkembangan bahan-bahan racun adalah factor yang dapat memberikan

pengaruh negative pada keturunan orang yang terpapar, sebagai contoh:

aborsispontan.

Contoh:

Manganese, carbondisulphide, monomethyl dan ethylethers dari ethyleneglycol,

mercury. Organic mercury compounds, carbonmonoxide, lead, thalidomide,

pelarut.

7. Racun Sistemik

Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada organ atau system

tubuh.

Contoh:

Otak: pelarut, lead, mercury, manganese

Sistem syaraf peripheral : n-hexane, lead, arsenic, carbondisulphide

Sistem pembentukan darah : benzene, ethyleneglycolethers

Ginjal: cadmium, lead, mercury, chlorinatedhydrocarbons

6
Paru-paru : silica, asbestos, debubatubara (pneumoconiosis)

Berikut ada pun beberapa penjelasan tentang arti simbol/logo berbahaya

dari beberapa bahan kimia yang ada di tempat kerja:

Explosive (bersifat mudah meledak)

Bahan dan formulasi yang di tandai dengan notasi bahaya„ explosive “dapat

meledak dengan pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala

lain bahkan tanpa oksigen atmosferik. Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi

keras dari bahan. Energi tinggi dilepaskan dengan propagasi gelombang udara

yang bergerak sangat cepat. Resiko ledakan dapat ditentukan dengan metode yang

diberikan dalam Law for Explosive Substances Dilaboratorium, campuran

senyawa pengoksidasi kuat dengan bahan mudah terbakar atau bahan pereduksi

dapat meledak. Sebagai contoh, asam nitrat

Dapat menimbulkan ledakan jika bereaksi dengan beberapa solven seperti aseton,

dietileter, etanol, dll. Produksi atau bekerja dengan bahan mudah meledak

memerlukan pengetahuan dan pengalaman praktis maupun keselamatan khusus.

Apabila bekerja denganbahan-bahan tersebut kuantitas harus di jaga

sekecil/sedikit mungkin baik untuk penanganan maupun persediaan/cadangan.

Frase-Runtuk bahan mudah meledak: R1,R2 dan R3.

Bahaya : eksplosif pada kondisi tertentu

Contoh : ammoniumnitrat, nitroselulosa, TNT

Keamanan : hindari benturan, gesekan, loncatan api, dan panas

7
Oxidizing (pengoksidasi)

Bahan-bahan dan formulasi yang di tandai dengan notasi bahaya “oxidizing“

biasanya tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah terbakar

atau bahan sangat mudah terbakar mereka dapat meningkatkan resiko kebakaran

secara signifikan. Dalam berbagai hal mereka adalah bahan anorganik seperti

garam (salt-like) dengan sifat pengoksidasi kuat dan peroksida-peroksidaorganik.

Frase-R untuk bahan pengoksidasi : R7, R8 dan R9.

Bahaya : oksidator dapat membakar bahan lain, penyebab timbulnya api atau

penyebab sulitnya pemadaman api

Contoh : hidrogenperoksida,kaliumperklorat

Keamanan : hindari panas serta bahan mudah terbakar dan reduktor

Flammable (mudah terbakar)

Jenis bahaya flammable di bagi menja di dua yaitu Extremely flammable (amat

sangat mudah terbakar) dan Highly flammable (sangat mudah terbakar. Untuk

Bahan-bahan dan formulasi yang di tandai dengan notasi bahaya “extremely

flammable“ merupakan likuid yang memiliki titik nyala sangat rendah

(dibawah00C) dan titik didih rendah dengan titik didih awal

(dibawah+350C).Bahan amat sangat mudah terbakar berupa gas dengan udara

dapat membentuk suatu campuran bersifat mudah meledak di bawah kondisi

normal. Frase-R untuk bahan amat sangat mudah terbakar adalah R12. Sedangkan

untuk Bahan dan formulasi di tandai dengan notasi bahaya ‘highly flammable’

8
adalah subyek untuk self-heating dan penyalaan di bawah kondisi atmosferik

biasa, atau mereka mempunyai titik nyala rendah (dibawah+210C). Beberapa

bahan sangat mudah terbaka rmenghasilkan gas yang amat sangat mudah terbakar

di bawah pengaruh kelembaban. Bahan-bahan yang dapat menjadi panas di udara

pada temperature kamar tanpa tambahan pasokan energy dan akhirnya terbakar,

juga diberi label sebagai ‘highly flammable’. Frase-R untuk bahan sangat mudah

terbakar yaitu R11.

Bahaya : mudah terbakar

Meliputi : zat terbakar langsung, contohnya aluminium alkilfosfor;

Keamanan : hindari campuran dengan udara. Gas amat mudah terbakar.

Contoh : butane, propane.

Keamanan : hindari campuran dengan udara dan hindari sumber api.

Zat sensitive terhadap air, yakni zat yang membentuk gas mudah terbakar bila

kena air atau api.

Cairan mudah terbakar, cairan dengan titik bakar di bawah 210 C. contoh: aseton

dan benzene.

Keamanan : jauhkan dari sumber api dan loncatan bunga api.

Toxic (beracun)

Bahan dan formulasi yang di tandai dengan notasi bahaya ‘toxic’ dapat

menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada

9
konsentrasi sangat tinggi jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut

(ingestion), atau kontak dengan kulit.

Bahaya : toksik; berbahaya bagi kesehatan bila terhisap, terteln atau kontak

dengan kulit, dan dapat mematikan.

Contoh : arsentriklorida, merkuriklorida

Kemananan : hindari kontak atau masuk dalam tubuh, segera berobat kedokter

bila kemungkinan keracunan.

HarmfulIrritant (bahaya iritasi)

Ada sedikit perbedaan pada symbolini yaitu dibedakan dengan kode Xn dan Xi.

Untuk Bahan dan formulasi yang ditandai dengan kode Xn memiliki resiko

merusak kesehatan sedangkan jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut

(ingestion), atau kontak dengan kulit. Frase-R untuk bahan berbahaya yaitu R20,

R21 dan R22 Sedangkan Bahan dan formulasi dengan notasi ‘irritant’ atau kode

Xi adalah tidak korosif tetapi dapat menyebabkan inflamasi jika kontak dengan

kulit atau selaput lendir. Frase-R untuk bahan irritant yaitu R36, R37, R38 dan

R41.

Kode Xn (Harmful)

Bahaya : menimbulkan kerusakan kecil pada tubuh,

Contoh : peridin

10
Kemanan : hindari kontak dengan tubuh atau hindari menghirup, segera berobat

ke dokter bila kemungkinan keracunan.

Kode Xi (irritant) Bahaya: iritasi terhadap kulit, mata, dan alat pernapasan

Contoh : ammonia dan benzylklorida

Keamanan : hindari terhirup pernapasan, kontak dengan kulit dan mata.

Corrosive (korosif)

Bahan dan formulasi dengan notasi ‘corrosive’ adalah merusak jaringan hidup.

Jika suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat di

prediksi karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH<2)>11,5), di

tandai sebagai bahan korosif. Frase-R untuk bahan korosif yaitu R34 dan R35.

Bahaya : korosif atau merusak jaringan tubuh manusia

Contoh : klor, belerang dioksida

Keamanan : hindari terhirup pernapasan, kontak dengan kulit dan mata

Dangerousfor Enviromental (Bahan berbahaya bagi lingkungan)

Bahan dan formulasi dengan notasi‘ dangerousfor environment’ adalah dapat

menyebabkan efek tiba-tiba atau dalam sela waktu tertentu pada satu

kompartemen lingkungan atau lebih (air,tanah,udara,tanaman,mikroorganisma)

dan menyebabkan gangguan ekologi. Frase-R untuk bahan berbahaya bagi

lingkungan yaitu R50, R51, R52 dan R53.

11
Bahaya : bagi lingkungan, gangguan ekologi

Contoh : tributiltimahklorida, tetraklorometan, petroleumbensin

Keamanan : hindari pembuangan langsung kelingkungan

2.2 Pengendaliannya
Bahan Berbahaya Beracun di sertai Undang Undang yang Mengatur Bahan

Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifatnya dan atau

konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,

dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau membahayakan

lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup

lainnya. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah nomor

74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun(B3). Dimana

di dalamnya mengkategorikan B3 yang dilarang digunakan, terbatas di gunakan

dan bebas di gunakan (Lampiran1). Salah satu contoh jenis B3 adalah pestisida.

Departemen Pertanian melalui Keputusan Menteri Pertanian nomor

949/Kpts.270/12/1998 mengelompokan jenis-jenis pestisida yang dilarang dan

terbatas (Lampiran2).

FSC (Forest Stewardship Council) memiliki peraturan sendiri tentang pelarangan

penggunaan pestisida di dalam kawasan hutan (Lampiran3). Suatu jenis pestisida

di larang jika:

1. Golongan CHC (Chlorinated Hydrocarbon)

2. Termasuk dalam daftar Tabel 1 kelas 1 a WHO (Lampiran4)

12
3. Termasuk dalam daftar Tabel 2 kelas1 b WHO (Lampiran4)

4. Bersifat toksik, persisiten, bioakumulan, biomagnifician, mutagenic dan

karsinogenik.

5. Mengandung Timbal (Pb), Cadmium (Cd), Arsenik (As), dan Mercury (Hg).

CHC adalah golongan senyawa yang hanya memiliki 1 atom carbon (C), 1 atom

hydrogen (H) dan 1 atau lebih atom halogen.

Tabel 1 kelas 1 a WHO adalah daftar pestisida sangat berbahaya sekali.

Tabel 2 kelas 1 b WHO adalah daftar pestisida sangat perbahaya

Toksik adalah sifat bahan penyeba bracun, dengan indicator LD 50, RfD dan LC

50 Persisten adalah sifat bahan yang dapat bertahan lama/tetap di dalam suatu

bahan lain. Bioakumulan adalah substansi beracun (seperti logam berat dan

polychlorine biphenyls) yang secara perlahan terakumulasi pada tubuh organism

(termasuk bakteri, alga, jamur/fungi dan tanaman). Bioakumulan memasuki tubuh

melalui udara, air dan atau makanan yang terkontaminasi, dan tetap terakumulasi

karena bahan-bahan tersebut termetabolis secara lambat, tidak termetabolis secara

keseluruhan atau dieksresikan secara lambat.

Biomagnifician adalah sifat bioakumulasi pestisida yang dapat berakumulasi pada

individu organism mengikuti rantai makanan, semakin tinggi tingkat tropiknya

maka semakin tinggi biokonsentrasinya. Indikatornya adalah tinkat Kow atau log

Kow.Karsinogen adalah sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel liar yang dapat

13
merusak jaringan tubuh. Mutagen adalah sifat bahan yang menyebabkan

perubahan kromosom yang berarti dapat merubah genetika.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 187/MEN/1999 Tentang Pengendalian

Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja

Pengendalian bahaya yang bersumber dari bahan kimia berbahaya dan beracun

atau B3 telah diatur oleh keputusan menteri, yakni Keputusan Menteri Tenaga

Kerja No. 187/MEN/1999. Dalam keputusan menteri (kepmen) ini di nyatakan

bahwa pengusaha atau pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai,

memproduksi dan mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja, wajib

mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan

kerja dan penyakit akibat kerja.

Konkritnya, menurut kepmenaker no. 187/MEN/1999 ini pengendalian bahaya

dari bahan kimia berbahaya meliputi penyediaan Lembar Data Keselamatan

Bahan (LDKB) atau Material Safety Data Sheet (MSDS) dan label, serta

penunjukkan petugas K3 Kimia dan Ahli K3 Kimia.

2.3 Pokok-pokok Isi


Selain mewajibkan pengendalian bahaya dengan MSDS, label dan petugas/ahli

K3 kimia, di dalam kepmen ini juga di sebutkan beberapa hal pokok di antaranya:

1. Pengusaha wajib melaporkan daftar nama, sifat dan kuantitas (jumlah) bahan

kimia berbahaya yang ada di tempat kerja.

2. Potensi bahaya masing-masing perusahaan di klasifikasikan menjadi bahaya

besar dan bahaya menengah .Klasifikasi atau kategori ini di dasarkan pada criteria

14
dan Nilai Ambang Kuantitas (NAK) bahan kimia berbahaya yang ada di

perusahaan tersebut.

3. Kriteria bahan kimia berbahaya terdiri dari bahan beracun, bahan sangat

beracun, cairan mudah terbakar, cairan sangat mudah terbakar, gas mudah

terbakar, bahan mudah meledak, bahan reaktif dan bahan oksidator.

4. NAK untuk masing-masing bahan berbahaya di tetapkan. Sebagai contoh NAK

untuk bahan kimia beracun adalah 10 ton.

5. Kewajiban-kewajiban perusahaan dengan potensi bahaya besar dan potensi

bahaya menengah.

6. Kewajiban-kewajiban tersebut meliputi pengadaan petugas K3 kimia, ahli K3

kimia, dokumen pengendalian bahaya, pelaporan perubahan bahan kimia dan

instalasi, pengujian periodic factor kimia, pengujian instalasi secara berkala dan

pemeriksaan berkala kesehatan tenaga kerja.

7. Kewajiban dan kualifikasi petugas dan ahli K3 kimia. Pada bagian lampiran di

jelaskan pula mengenai bentuk LDKB, form pelaporan daftar bahan kimia

berbahaya dan kuantitasnya, NAK untuk masing-masing bahan kimia berbahaya

dan kurikulum kursus teknis petugas K3 kimia

Adapun pengertian dari pada MSDS yang wajib kita ketahui sebagai calon ahli K3

guna mengetahui informasi dari sifat serta pengendalian dari bahan kimia yang

tertera pada MSDS sebagai berikut:

15
Bahan kimia berbahaya atau B3 dengan mudah dapat kita temukan di pabrik

kimia. Di perlukan tindakan pengendalian yang tepat agar bahan kimia B3 tidak

membahayakan kita sebagai tenaga kerja, peralatan/instalasi dan tentu tidak

menimbulkan pencemaran lingkungan. Di Indonesia, pemerintah telah

mengeluarkan peraturan yang berkenaan dengan pengendalian bahan kimia

B3 ,melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja No .KEP-187/MEN/1999, yaitu

tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja.

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-187/MEN/1999, pada Bab 1

Pasal 1, bahan kimia B3 adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran

yang berdasarkan sifat kimia atau fisika dan atau toksikologi berbahaya terhadap

tenaga kerja, instalasi dan lingkungan.

Salah satu upaya untuk mencegah atau mengurangi resiko akibat penggunaan

bahan kimia B3 adalah dengan memahami Lembar Keselamatan Bahan atau

MSDS (Material Safety Data Sheet) bahan kimia B3 tersebut. MSDS merupakan

salah satu bentuk pengendalian resiko berkaitan dengan bahan kimia B3.

Jadi sebelum menggunakan bahan kimia B3, hal pertama yang harus kita lakukan

adalah memahami dengan baik MSDS bahan kimia tersebut. Nah, sekarang mari

kita bahas secara singkat satu persatu hal-hal penting yang terkait dengan MSDS.

2.4 Sumber MSDS


Dari mana kita bias memperoleh dokumen MSDS? Mintalah MSDS

kepada produsen, distributor atau supplier dimana kita membeli bahan kimia

tersebut. Atau kita bias mengunduhnya lewat internet. Pastikan bahwa MSDS

16
yang kita miliki adalah revisi terbarunya. Perlu di ketahui pula, MSDS yang

tertera sebagaian besar di keluarkan oleh produsen dengan bahasa internasional

dalam hal ini bahasa Inggris. Hanya sebagaian dari bahan kimia yang telah

berbahasa Indonesia. Jadi kita sebagai calon AK3 harus lah mengerti dan paham

untuk berbahasa Inggris.

2.5 Konten MSDS


Paling tidak ada 8 informasi penting yang termuat dalam sebuah dokumen MSDS.

Informasi tersebut meliputi:

a. Identifikasi bahan (Material Identification)

b. Komposisi bahan berbahaya (Hazardous Ingredients)

c. Sifat fisika dan kimia (Physicaland Chemical Characteristics)

d. Data potensi bahaya kebakaran dan ledakan (Fireand Explosion Hazard Data)

e. Data potensi bahaya terhadap kesehatan (Health Hazard Data)

f. Data reaktifitas (Reactivity Data)

g. Prosedur safety penanganan, tumpahan, kebocoran dan limbah (Precaution for

Safety Handlingand Use)

h. Tindakan pengendalian untuk mengurangi bahaya (Control Measures)

2.6 Dokumentasi dan Updating


Semua dokumen MSDS harus terdokumentasi dengan baik. Bisa dalam bentuk

print out, CD, disk atau internet. Akan tetapi, pilihlah media yang mudah untuk di

akses dan MSDS harus selalu tersedia di tempat-tempat yang di perlukan. Dan

17
satu lagi, MSDS yang terdokumentasi harus dengan nomor revisi terbaru atau

terakhir. Hal ini penting, karena akan terus ada informasi baru yang masuk atau di

perbaharui. Sebagai contoh ,nomor telepon darurat yang harus dihubungi. Buatlah

jadwal kapan status dokumen MSDS harus di monitor.

Training

Layaknya sebuah Standard Operating Procedure (SOP), training mengenai MSDS

mutlak di perlukan. Semua orang yang akan berhubungan dengan bahan kimia B3

harus mendapatkan training MSDS. Termasuk pula bagian dan calon karyawan

yang akan bekerja di pabrik kimia atau mahasiswa yang sedang Praktek Kerja

Lapangan (PKL).

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perlunya pengetahuan tentang factor kimia beserta klasifikasinya menjadi

sangat penting mengingat banyak terjadi kecelakaan industri khususnya yang

menggunakan bahan kimia berbahaya dan beracun. Dengan pengetahuan dan

pemahaman terhadap factor kimia secara keseluruhan diharapkan kita dapat

meredam laju kecelakaan kerja khususnya dari factor kimia di tempat kerja.

Secara tidak langsung kita telah dapat mencegah adanya kecelakaan kerja

khususnya dari faKtor kimia walaupun hanya dengan pengetahuan tentang factor

kimia yang kita pelajari dapat berupa MSDS, pengetahuan tentang kimia pula.

Dengan hal tersebut kita dapat mengendalikan B3 secara benar dan aman sesuai

dengan UU dan aturan yang telah ada.

19
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.Kep. 187/Men/1999 Tentang

Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja. (online)

Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan-Teori dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit

Rineka Cipta.

20

Anda mungkin juga menyukai