Disusun Oleh :
Dosen Pengampu:
FAKULTAS TEKNIK
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
3.1 Kesimpulan......................................................................................25
3.2 Saran.................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1...............................................................................................................3
Gambar 1.2...............................................................................................................4
Gambar 1.3...............................................................................................................6
Gambar 1.4...............................................................................................................9
Gambar 1.5.............................................................................................................10
Gambar 1.6.............................................................................................................12
Gambar 1.7.............................................................................................................14
Gambar 1.8.............................................................................................................16
Gambar 1.9.............................................................................................................18
Gambar 1.10...........................................................................................................23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pencemaran air, udara, dan tanah dapat timbul akibat pelepasan bahan
beracun
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
(Gambar 1.1)
Bahan beracun kimia adalah zat-zat yang memiliki sifat berbahaya
dan dapat menyebabkan kerusakan pada organisme hidup, termasuk
manusia, hewan, dan lingkungan. Bahan-bahan ini memiliki potensi untuk
menyebabkan efek negatif pada kesehatan manusia, seperti iritasi kulit,
gangguan pernapasan, kerusakan organ, dan bahkan kematian.
Bahan beracun kimia dapat ditemukan dalam berbagai bentuk,
seperti pestisida, logam berat, bahan kimia industri, bahan bakar fosil, dan
limbah industri. Mereka dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui
inhalasi, kontak kulit, atau konsumsi makanan yang terkontaminasi.
Selain itu, bahan beracun kimia juga dapat mencemari lingkungan.
Mereka dapat mencemari udara, air, dan tanah, serta mempengaruhi
kehidupan organisme di dalamnya. Dalam jangka panjang, paparan
terhadap bahan beracun kimia dapat menyebabkan kerusakan ekosistem
dan mengancam keberlanjutan lingkungan.
Ada banyak bahan kimia yang dapat dikategorikan sebagai bahan
beracun. Berikut adalah beberapa contoh bahan kimia yang umumnya
dianggap beracun:
1. Merkuri (mercury): Merkuri adalah logam berat yang
sangat beracun. Paparan merkuri dapat menyebabkan
4
kerusakan pada sistem saraf, ginjal, dan sistem kekebalan
tubuh.
2. Asbes (asbestos): Asbes adalah serat mineral yang
digunakan dalam konstruksi bangunan. Paparan asbes dapat
menyebabkan berbagai penyakit paru-paru serius, termasuk
kanker paru-paru dan mesothelioma.
3. Pestisida: Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan
untuk membunuh hama atau organisme yang merusak
tanaman. Beberapa pestisida, seperti DDT, dapat
menyebabkan kerusakan pada sistem saraf dan organ tubuh
lainnya.
4. Bahan kimia industri: Bahan kimia industri seperti amonia,
formaldehida, dan asam sulfat dapat menyebabkan iritasi
kulit, gangguan pernapasan, dan kerusakan organ jika
terpapar dalam jumlah yang cukup besar.
5. Bahan bakar fosil: Bahan bakar fosil seperti bensin, diesel,
dan batu bara mengandung bahan kimia beracun seperti
benzene dan sulfur dioksida. Paparan jangka panjang
terhadap bahan bakar fosil dapat menyebabkan masalah
pernapasan, kerusakan organ, dan bahkan kanker.
6. Limbah industri: Limbah industri mengandung berbagai
bahan kimia beracun, seperti logam berat, bahan kimia
berbahaya, dan senyawa organik beracun. Paparan terhadap
limbah industri dapat menyebabkan berbagai masalah
kesehatan dan kerusakan lingkungan.
A. Logam Berat
5
(Gambar 1.3)
Bahan beracun kimia kategori logam berat adalah senyawa kimia
yang mengandung logam berat dan memiliki potensi berbahaya bagi
manusia dan lingkungan.
1. Merkuri (Mercury)
Merkuri adalah unsur kimia dengan lambang Hg dan nomor
atom 80 dalam tabel periodik. Ini adalah satu-satunya logam
berwujud cair pada suhu kamar dan merupakan satu-satunya unsur
logam berwarna silver putih. Merkuri memiliki titik didih yang
rendah dan konduktivitas termal yang tinggi, yang membuatnya
digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk termometer dan
barometer tradisional.
Namun, merkuri juga dikenal karena sifatnya yang beracun.
Senyawa merkuri dapat memiliki efek berbahaya pada manusia dan
lingkungan. Oleh karena itu, penggunaan merkuri telah dikurangi
atau dilarang dalam beberapa aplikasi tertentu, dan ada upaya
untuk menggantinya dengan alternatif yang lebih aman.
2. Timbal (Lead)
Timbal adalah unsur kimia dengan lambang Pb dan nomor
atom 82 dalam tabel periodik. Ini adalah logam berat berwarna
abu-abu-biru yang dikenal karena sifatnya yang lunak dan mudah
dibentuk. Timbal memiliki titik leleh yang relatif rendah dan
merupakan salah satu dari sedikit logam yang mudah dileleh pada
suhu yang cukup rendah.
Meskipun timbal memiliki beberapa aplikasi industri,
seperti dalam pembuatan baterai dan bahan konstruksi, namun juga
terkenal karena toksisitasnya. Paparan jangka panjang terhadap
timbal dapat menyebabkan masalah kesehatan serius, terutama
pada anak-anak. Oleh karena itu, langkah-langkah telah diambil
6
untuk mengurangi penggunaan timbal, terutama dalam produk-
produk konsumen dan cat-cat tertentu, guna melindungi kesehatan
manusia dan lingkungan.
3. Kadmium (Cadmium)
Kadmium adalah unsur kimia dengan lambang Cd dan
nomor atom 48 dalam tabel periodik. Ini adalah logam berat
yang berwarna putih keperakan dan memiliki sifat yang mirip
dengan merkuri. Kadmium digunakan dalam beberapa aplikasi
industri, seperti dalam pembuatan baterai, pigmen, dan pelapis
logam.
Namun, kadmium juga dikenal sebagai bahan beracun
yang dapat berdampak negatif pada kesehatan manusia dan
lingkungan. Paparan jangka panjang terhadap kadmium dapat
menyebabkan masalah kesehatan serius, termasuk kerusakan
ginjal dan kerusakan sistem pernapasan. Sebagai hasilnya,
upaya dilakukan untuk membatasi penggunaan kadmium dalam
berbagai produk dan industri.
B. Pestisida
(Gambar 1.3)
Bahan beracun kimia dalam kategori pestisida mencakup senyawa-
senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan hama, gulma, atau
organisme pengganggu lainnya. Beberapa kategori utama bahan beracun
kimia dalam pestisida meliputi:
7
1. Insektisida
Insektisida adalah jenis pestisida yang dirancang
khusus untuk mengendalikan dan membunuh serangga.
Pestisida ini digunakan untuk melindungi tanaman, ternak,
dan area lain dari kerusakan yang disebabkan oleh serangga
pengganggu. Insektisida dapat diaplikasikan dalam
berbagai bentuk, termasuk semprotan, bubuk, atau cairan
yang diterapkan pada tanaman atau area yang terkena.
Tujuan utama dari penggunaan insektisida adalah
untuk mengurangi atau menghilangkan populasi serangga
yang dapat merugikan pertanian, kebun, atau lingkungan
lainnya. Insektisida dapat bekerja dengan berbagai cara,
seperti mengganggu sistem saraf serangga, menghambat
pertumbuhan, atau merusak sistem pencernaan.
Meskipun insektisida dapat memberikan manfaat
dalam melindungi tanaman dan hasil pertanian,
penggunaannya juga dapat memiliki dampak negatif
terhadap lingkungan dan organisme non-target. Oleh karena
itu, penggunaan insektisida seringkali memerlukan
pertimbangan yang cermat dan penggunaan yang bijak
untuk mengurangi dampak samping yang mungkin timbul.
2. Herbisida
Herbisida adalah jenis pestisida yang digunakan
untuk mengendalikan atau membunuh gulma. Pestisida ini
dirancang khusus untuk melindungi tanaman dari
persaingan dengan gulma, yang dapat bersaing untuk air,
nutrisi, dan cahaya matahari. Herbisida dapat diaplikasikan
pada tanaman atau area yang terkena, dan tujuannya adalah
untuk meminimalkan pertumbuhan gulma yang dapat
merugikan tanaman yang diinginkan.
8
Herbisida bekerja dengan cara menghambat proses
pertumbuhan atau metabolisme gulma. Beberapa herbisida
dapat menargetkan proses fotosintesis, pertumbuhan akar,
atau sintesis protein pada gulma, sehingga menghambat
kemampuan gulma untuk berkembang biak.
9
benar dan mempertimbangkan alternatif yang lebih ramah
lingkungan jika memungkinkan.
C. Bahan Kimia Industri
(Gambar 1.4)
Bahan kimia industri adalah substansi kimia yang digunakan dalam
proses produksi industri untuk menghasilkan berbagai produk. Ini
melibatkan penggunaan berbagai senyawa kimia seperti zat pengkatalis,
pelarut, reagen, dan bahan baku lainnya.
Bahan kimia industri digunakan dalam sektor manufaktur untuk
menghasilkan berbagai produk, mulai dari barang konsumen hingga bahan
baku untuk industri lainnya. Penggunaan yang bijak dan aman dari bahan
kimia industri menjadi perhatian untuk menjaga lingkungan dan kesehatan
manusia.
1. Amonia
Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH₃.
Ini adalah gas berwarna putih yang memiliki bau yang
khas. Amonia banyak digunakan dalam industri, terutama
sebagai bahan baku untuk pembuatan pupuk nitrogen dan
dalam proses produksi berbagai produk kimia.
Meskipun amonia memiliki berbagai aplikasi
industri, paparan berlebihan terhadap gas amonia dapat
memiliki dampak negatif pada kesehatan manusia dan
lingkungan. Oleh karena itu, penggunaannya perlu diatur
dan dilakukan dengan bijak untuk mengurangi risiko yang
mungkin timbul.
10
2. Formaldehida
Formaldehida adalah senyawa kimia dengan rumus
CH₂O. Ini adalah gas beracun yang memiliki bau yang
tajam. Formaldehida digunakan dalam industri sebagai
bahan baku untuk berbagai produk, termasuk resin fenol-
formaldehida yang digunakan dalam pembuatan papan
partikel dan bahan konstruksi.
Paparan formaldehida dapat memiliki efek iritasi
pada mata, hidung, dan tenggorokan, serta dapat menjadi
karsinogen potensial dalam jangka panjang. Oleh karena
itu, regulasi ketat diterapkan terhadap penggunaan
formaldehida dalam produk konsumen dan lingkungan
kerja.
3. Asam Sulfat
Asam sulfat adalah senyawa kimia dengan rumus
H₂SO₄. Ini adalah asam kuat yang digunakan secara luas
dalam industri. Asam sulfat memiliki berbagai aplikasi,
termasuk dalam produksi pupuk, pemurnian logam, dan
dalam proses kimia industri lainnya.
Penting untuk memahami bahwa asam sulfat
bersifat korosif dan dapat menimbulkan risiko kesehatan
jika tidak ditangani dengan hati-hati. Oleh karena itu,
penggunaannya memerlukan kehati-hatian dan pemahaman
terhadap prosedur keamanan yang sesuai.
D. Bahan Bakar Fosil
11
(Gambar 1.5)
Bahan bakar fosil adalah sumber energi yang berasal dari sisa-sisa
organisme yang telah mati dan mengalami dekomposisi selama jutaan
tahun. Ini termasuk batu bara, minyak bumi, dan gas alam. Bahan bakar
fosil digunakan untuk menghasilkan energi dalam berbagai bentuk, seperti
listrik, panas, dan tenaga mekanis. Meskipun memberikan kontribusi besar
dalam pemenuhan kebutuhan energi dunia, penggunaan bahan bakar fosil
juga terkait dengan masalah lingkungan, termasuk emisi gas rumah kaca
dan perubahan iklim.
1. Bensin
Bensin adalah jenis bahan bakar yang digunakan
dalam mesin pembakaran dalam, terutama dalam mesin
bensin. Ini adalah campuran hidrokarbon ringan yang
berasal dari pemrosesan minyak bumi. Bensin sangat umum
digunakan sebagai bahan bakar untuk kendaraan bermotor,
seperti mobil dan sepeda motor.
Bensin mudah menguap dan dapat menyala dengan
mudah, sehingga cocok untuk digunakan dalam mesin
pembakaran dalam. Meskipun bensin memberikan energi
yang diperlukan untuk menggerakkan kendaraan,
penggunaannya juga terkait dengan emisi gas buang yang
dapat berkontribusi pada polusi udara dan perubahan iklim.
Oleh karena itu, pengembangan teknologi bahan bakar
alternatif dan mobil ramah lingkungan menjadi fokus dalam
upaya mengurangi dampak negatif penggunaan bensin.
2. Diesel
Diesel adalah jenis bahan bakar yang digunakan
dalam mesin diesel. Ini adalah campuran hidrokarbon yang
berasal dari pemrosesan minyak bumi, serupa dengan
bensin tetapi dengan titik didih yang lebih tinggi. Mesin
diesel bekerja dengan prinsip pembakaran kompresi, di
12
mana udara yang dikompresi digunakan untuk menyulut
bahan bakar diesel.
Bahan bakar diesel umumnya digunakan dalam
kendaraan besar seperti truk, bus, dan kapal, serta
digunakan dalam mesin industri dan pembangkit listrik.
Meskipun mesin diesel lebih efisien dalam penggunaan
bahan bakar dan memberikan torsi yang lebih tinggi,
penggunaannya juga terkait dengan emisi gas buang yang
perlu diatasi untuk mengurangi dampak lingkungan. Upaya
terus dilakukan untuk mengembangkan teknologi diesel
yang lebih ramah lingkungan.
3. Batu Bara
Batu bara adalah salah satu jenis bahan bakar fosil
yang berasal dari endapan organik yang telah mengalami
transformasi kimia dan fisika selama jutaan tahun. Ini
terutama terdiri dari karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen,
dan unsur-unsur lainnya.
Batu bara digunakan sebagai sumber energi utama
di seluruh dunia untuk menghasilkan listrik dan panas.
Proses pembakaran batu bara menghasilkan energi termal
yang digunakan untuk menggerakkan turbin dan
menghasilkan listrik. Namun, penggunaan batu bara juga
dikaitkan dengan dampak lingkungan yang signifikan,
termasuk emisi gas rumah kaca dan pencemaran udara.
Oleh karena itu, ada upaya untuk mencari alternatif energi
yang lebih bersih dan berkelanjutan.
E. Limbah Industri
13
(Gambar 1.6)
Limbah industri adalah hasil samping dari proses produksi industri
yang mencakup berbagai jenis material yang tidak diinginkan atau tidak
digunakan. Limbah ini dapat berasal dari berbagai sektor industri,
termasuk manufaktur, pertambangan, pertanian, dan lainnya.
Limbah industri dapat berupa padat, cair, atau gas, tergantung pada
jenis industri dan proses produksinya. Pengelolaan limbah industri
menjadi penting untuk mengurangi dampak negatifnya terhadap
lingkungan dan kesehatan manusia. Metode pengelolaan limbah
melibatkan pemrosesan, daur ulang, atau pengolahan khusus agar limbah
tersebut tidak merugikan lingkungan sekitarnya.
Regulasi ketat dan praktik pengelolaan limbah yang baik
diperlukan untuk memastikan bahwa limbah industri tidak mencemari air,
udara, atau tanah, dan untuk mempromosikan keberlanjutan dalam proses
produksi industri.
1. Logam Berat
Logam berat adalah kelompok logam yang memiliki
berat jenis tinggi dan sifat kimia yang berbeda dari logam
non-berat. Beberapa contoh logam berat termasuk merkuri,
timbal, kadmium, arsenik, dan kromium. Logam berat ini
dapat ditemukan secara alami di lingkungan, tetapi juga
dapat dilepaskan melalui aktivitas industri dan manusia.
Logam berat dapat memiliki dampak negatif pada
lingkungan dan kesehatan manusia karena sifatnya yang
bersifat toksik dan dapat bertahan lama di lingkungan.
Pencemaran logam berat dapat terjadi melalui limbah
industri, limbah pertambangan, dan penggunaan produk
konsumen tertentu.
14
Pengelolaan yang bijak terhadap limbah logam berat
dan regulasi yang ketat diperlukan untuk melindungi
lingkungan dan mencegah dampak negatifnya terhadap
ekosistem dan kesehatan manusia.
2. Bahan Kimia Berbahaya
Bahan kimia berbahaya adalah substansi kimia yang
dapat menyebabkan risiko atau bahaya terhadap kesehatan
manusia, lingkungan, atau properti. Sifat berbahaya dapat
melibatkan toksisitas, reaktivitas, kecuali, atau kemampuan
untuk menyebabkan bahaya fisik seperti kebakaran atau
ledakan.
Bahan kimia berbahaya dapat ditemukan dalam
berbagai konteks, termasuk industri, laboratorium,
pertanian, dan produk konsumen. Contoh bahan kimia
berbahaya meliputi zat beracun, korosif, mutagenik,
karsinogenik, atau berpotensi mencemari air, udara, atau
tanah.
Pengelolaan yang aman, penanganan yang tepat,
dan pemahaman terhadap risiko bahan kimia berbahaya
penting untuk mencegah dampak negatifnya. Regulasi ketat
dan pedoman keselamatan diterapkan untuk mengatur
penggunaan, penyimpanan, dan pembuangan bahan kimia
berbahaya guna melindungi manusia dan lingkungan.
3. Senyawa Organik Beracun
Senyawa organik beracun adalah senyawa kimia
yang mengandung unsur karbon dan biasanya berasal dari
organisme hidup atau sisa-sisa organisme tersebut. Sifat
beracun dari senyawa organik ini dapat menyebabkan risiko
terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
Contoh senyawa organik beracun meliputi beberapa
jenis pestisida, herbisida, insektisida, dan zat kimia industri
tertentu. Pajanan terhadap senyawa organik beracun dapat
15
memiliki dampak negatif pada organisme hidup, termasuk
manusia, melalui berbagai jalur, seperti air, udara, atau
melalui rantai makanan.
Pengelolaan yang hati-hati terhadap penggunaan,
penyimpanan, dan pembuangan senyawa organik beracun
sangat penting untuk mencegah pencemaran lingkungan
dan melindungi kesehatan manusia. Regulasi ketat dan
praktek keselamatan di berbagai sektor industri diterapkan
untuk mengurangi risiko dari senyawa organik beracun.
(Gambar 1.7)
1. Pencemaran Air
Bahan kimia beracun yang terlepas ke dalam air dapat
mencemari sumber air seperti sungai, danau, dan laut. Ini dapat
membahayakan organisme air dan berdampak pada kesehatan
manusia yang bergantung pada sumber air tersebut.
2. Pencemaran Udara
16
Emisi bahan kimia beracun ke udara, baik dari industri
maupun kendaraan, dapat menyebabkan pencemaran udara. Ini
dapat menyebabkan masalah kesehatan manusia, seperti gangguan
pernapasan, serta merusak ekosistem yang terkena dampak.
3. Pencemaran Tanah
Pembuangan limbah kimia beracun atau tumpahan bahan
berbahaya dapat mencemari tanah. Tanah yang terkontaminasi
dapat menghambat pertumbuhan tanaman, merusak ekosistem
tanah, dan meningkatkan risiko kesehatan bagi organisme yang
tinggal di sana.
17
(Gambar 1.8)
1) Gangguan Pernapasan
Gangguan pernapasan dapat menjadi salah satu dampak
kesehatan yang serius akibat paparan bahan kimia beracun.
Pencemaran udara oleh zat-zat berbahaya dapat
menyebabkan gangguan pernapasan pada manusia.
Beberapa bahan kimia dapat merangsang saluran
pernapasan, menyebabkan iritasi pada paru-paru, atau
bahkan menjadi penyebab penyakit pernapasan kronis.
18
2) Kerusakan Organ
4) Resiko Kanker
Risiko kanker merupakan salah satu dampak serius dari
paparan jangka panjang terhadap bahan kimia beracun.
Beberapa senyawa kimia dapat memiliki sifat karsinogenik,
yang berarti mereka dapat meningkatkan risiko terjadinya
kanker pada manusia. Paparan terhadap zat-zat
karsinogenik ini dapat berasal dari berbagai sumber,
termasuk polusi udara, air, atau konsumsi makanan yang
terkontaminasi.
19
Penting untuk mengenali dan mengelola paparan terhadap
bahan kimia berpotensi karsinogenik untuk mengurangi risiko
kanker. Implementasi regulasi yang ketat terkait penggunaan bahan
kimia di industri, pertanian, dan konsumen juga menjadi langkah
penting dalam melindungi kesehatan manusia dari ancaman ini.
(Gambar 1.9)
20
2. Regulasi Ketat: Menetapkan regulasi yang ketat
terkait penggunaan bahan kimia beracun. Langkah
ini dapat mencakup pembatasan atau pelarangan
penggunaan bahan berbahaya serta penegakan
peraturan yang ketat terhadap industri dan sektor
lainnya.
3. Pendidikan dan Kesadaran: Meningkatkan
pendidikan dan kesadaran masyarakat serta pelaku
industri tentang risiko bahan kimia beracun.
Informasi yang jelas tentang alternatif yang lebih
aman dan konsekuensi kesehatan dari penggunaan
bahan berbahaya dapat mendorong perubahan
perilaku.
4. Dukungan pada Praktik Berkelanjutan: Mendorong
praktik berkelanjutan di berbagai sektor, termasuk
industri, pertanian, dan konsumen. Praktik ini dapat
melibatkan penggunaan metode produksi yang
ramah lingkungan dan memperhatikan dampak
kesehatan.
5. Kolaborasi Stakeholder: Mendorong kolaborasi
antara pemerintah, industri, lembaga riset, dan
masyarakat sipil untuk menciptakan solusi
bersama. Melibatkan semua pihak terkait dapat
menghasilkan langkah-langkah konkret untuk
mengurangi penggunaan bahan kimia beracun.
21
Penggunaan alat pelindung diri (APD) merupakan langkah
yang penting untuk melindungi diri dari paparan bahan
kimia beracun. APD seperti masker respirator, kacamata
pelindung, dan pakaian pelindung dapat membantu
mengurangi risiko kontak langsung dengan zat-zat
berbahaya. Pastikan pemilihan dan penggunaan APD
sesuai dengan jenis bahan kimia yang dihadapi untuk
efektivitas maksimal.
c. Pengelolaan Limbah yang Tepat
Pengelolaan limbah yang tepat merupakan aspek penting
dalam upaya melindungi lingkungan dan kesehatan
manusia dari dampak negatif bahan kimia beracun.
Beberapa langkah yang dapat diambil untuk pengelolaan
limbah yang tepat melibatkan:
22
reduksi limbah dapat membantu mengurangi
dampak negatif limbah pada lingkungan.
4. Pengelolaan Limbah Elektronik: Khusus untuk
limbah elektronik, seperti komputer dan perangkat
elektronik lainnya, diperlukan pendekatan khusus.
Pemulihan dan daur ulang komponen elektronik
dapat membantu mengurangi pencemaran
lingkungan akibat bahan kimia berbahaya di
dalamnya.
5. Regulasi dan Pemeriksaan: Menetapkan regulasi
yang ketat terkait pengelolaan limbah dan
melaksanakan pemeriksaan rutin untuk memastikan
bahwa peraturan tersebut diikuti dengan baik. Ini
melibatkan kerjasama antara pemerintah, industri,
dan masyarakat sipil.
6. Edukasi Masyarakat: Meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya pengelolaan limbah
yang tepat. Edukasi dapat melibatkan informasi
tentang cara memilah limbah, risiko limbah
berbahaya, dan dampak positif dari praktik
pengelolaan limbah yang baik.
23
1. Informasi Tentang Risiko: Memberikan informasi
yang jelas dan akurat kepada masyarakat tentang
risiko kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh
paparan bahan kimia beracun. Edukasi ini dapat
mencakup jenis-jenis bahan kimia berbahaya,
sumber paparan, dan dampaknya terhadap
kesehatan.
2. Pemahaman Tentang Bahan Pengganti Aman:
Menyampaikan pengetahuan tentang penggunaan
bahan pengganti yang lebih aman. Masyarakat
perlu memahami bahwa ada alternatif yang lebih
ramah lingkungan dan lebih aman untuk digunakan
di berbagai sektor, seperti industri, pertanian, dan
konsumen.
3. Peran Individu dalam Pengurangan Risiko:
Menyoroti peran individu dalam mengurangi risiko
paparan bahan kimia beracun. Langkah-langkah
sederhana, seperti pemilihan produk yang ramah
lingkungan, dapat berkontribusi pada pengurangan
dampak negatif.
4. Partisipasi dalam Keputusan Publik: Mendorong
partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan publik terkait regulasi bahan kimia.
Keterlibatan aktif masyarakat dapat memastikan
bahwa kebijakan yang diimplementasikan
mencerminkan kebutuhan dan kepentingan
masyarakat.
5. Penyuluhan Kesehatan dan Lingkungan:
Menyampaikan pesan bahwa kesehatan manusia
dan keberlanjutan lingkungan saling terkait.
Pemahaman ini dapat mendorong perubahan
24
perilaku dan kebijakan yang mendukung
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
6. Kampanye Kesadaran Masyarakat: Mengadakan
kampanye kesadaran masyarakat baik melalui
media massa, sosial, atau kegiatan komunitas.
Kampanye ini dapat memperkuat pesan-pesan
penting tentang penggunaan bahan kimia beracun
dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk
melindungi kesehatan dan lingkungan.
(Gambar 1.10)
Studi kasus Minamata merupakan salah satu contoh
yang menyoroti dampak serius dari paparan bahan kimia
beracun, khususnya merkuri, pada lingkungan dan
kesehatan manusia. Berikut adalah ikhtisar dari kasus
Minamata:
Latar Belakang Kasus Minamata
1) Lokasi Geografis : Kasus Minamata terjadi di kota
Minamata di prefektur Kumamoto, Jepang, mulai
tahun 1950-an.
25
2) Sumber Merkuri: Pabrik kimia yang beroperasi di
kota tersebut membuang limbah industri yang
mengandung merkuri ke perairan Sungai Agano.
Merkuri dalam bentuk metil merkuri kemudian
terakumulasi di dalam ikan dan kerang.
Dampak pada Kesehatan Manusia
1) Kesehatan Masyarakat: Konsumsi ikan yang
terkontaminasi menyebabkan serangan penyakit
neurologis yang serius pada penduduk setempat.
Gejala termasuk gangguan saraf, kehilangan
koordinasi, kelumpuhan, dan bahkan kematian.
2) Efek Pada Generasi Berikutnya: Merkuri dapat
menyebabkan kerusakan pada janin jika ibu hamil
terpapar. Sejumlah anak lahir dengan kelainan dan
cacat fisik akibat paparan merkuri dari ibu mereka.
Tanggapan dan Pembelajaran
1) Penutupan Pabrik: Pada akhirnya, pabrik kimia
yang bertanggung jawab atas limbah merkuri
ditutup.
2) Perubahan Regulasi: Kasus Minamata memicu
perubahan dalam regulasi lingkungan di Jepang dan
di tingkat internasional. Pengelolaan limbah dan
pemantauan bahan kimia beracun menjadi lebih
ketat.
3) Rehabilitasi dan Pemulihan: Upaya rehabilitasi dan
pemulihan lingkungan dilakukan, meskipun
dampak jangka panjang pada kesehatan manusia
tetap ada.
Pelajaran yang Dapat Diambil
1) Pentingnya Pengolahan Limbah: Kasus Minamata
menekankan pentingnya pengelolaan limbah
26
industri untuk mencegah dampak negatifnya pada
lingkungan dan kesehatan manusia.
2) Regulasi Yang Ketat: Regulasi yang ketat dan
pemantauan terus-menerus diperlukan untuk
melindungi masyarakat dan lingkungan dari
dampak bahan kimia beracun.
3) Pendidikan Masyarakat: Kasus ini menunjukkan
perlunya pendidikan masyarakat tentang risiko
paparan bahan kimia dan pentingnya pemilihan
sumber daya yang aman.
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahan beracun kimia adalah zat-zat yang memiliki sifat berbahaya
dan dapat menyebabkan kerusakan pada organisme hidup, termasuk
manusia, hewan, dan lingkungan. Bahan-bahan ini memiliki potensi untuk
menyebabkan efek negatif pada kesehatan manusia, seperti iritasi kulit,
gangguan pernapasan, kerusakan organ, dan bahkan kematian.
Bahan beracun kimia dapat menyebabkan dampak yang merugikan
pada lingkungan dan kesehatan manusia. Ini melibatkan pencemaran
udara, air, dan tanah, serta potensi risiko toksisitas bagi organisme hidup.
Dampaknya bervariasi tergantung pada jenis kimia dan eksposurnya.
Pemahaman mendalam tentang risiko dan bahaya yang terkait
dengan penggunaan bahan beracun sangat penting untuk menjaga
lingkungan dan kesehatan manusia. Langkah-langkah pencegahan,
pengelolaan risiko, pemantauan lingkungan, regulasi ketat, pendidikan
masyarakat, dan penelitian lanjutan semuanya merupakan bagian integral
dari upaya untuk mengurangi dampak bahan beracun. Dengan menerapkan
tindakan-tindakan ini, kita dapat meminimalkan pencemaran lingkungan,
melindungi kesehatan manusia, dan bergerak menuju praktik yang lebih
berkelanjutan dalam penggunaan bahan beracun. Upaya bersama dari
pemerintah, industri, dan masyarakat umum diperlukan untuk mencapai
lingkungan yang sehat dan berkelanjutan.
3.2 Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan
makalah diatas masih banyak ada keslahan serta jauh dari kata sempurna.
Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan
makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan
kritik yang bisa membangun dari para pembaca.
28
DAFTAR PUSTAKA
Ernasr, (2015). Makalah Bahan Berbahaya Dan Beracun
(https://id.scribd.com/document/430727577/Makalah-Bahan-Berbahaya-Dan-
Beracun, 18 Januari)
dr. Rizal Fadli ,(2023). Hati-hati, Ini 5 Bahan Kimia Beracun yang Kerap Ada di
Rumah,( https://www.halodoc.com/artikel/hati-hati-ini-5-bahan-kimia-beracun-
yang-kerap-ada-di-rumah, 18 Januari)
Linda Kusumaning Wedari (2023). Dampak Negatif Zat Kimia Beracun Dari
Industri Tekstil Terhadap Lingkungan dan Kesehatan.c(
https://binus.ac.id/bekasi/accounting-technology/2023/08/15/dampak-negatif-zat-
kimia-beracun-dari-industri-tekstil-terhadap-lingkungan-dan-kesehatan/, 18
Januari)
Nur Tri Harjanto dkk, (2011). Manajemen Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun
sebagai upaya keselamatan dan kesehatan kerja serta perlindungan lingkungan.
(https://www.neliti.com/id/publications/156720/manajemen-bahan-kimia-
berbahaya-dan-beracun-sebagai-upaya-keselamatan-dan-keseha, 18 Januari)
29