Disusun Oleh:
Demetrius Rummar (20180111054012)
Oda R Kiambo (20180111054020)
Seprianti V Kurungga (20180111054002)
Dosen Pembiming
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus atas kasih setia dan
perlindungan-Nya sehingga penulis telah menyelesaikan Makalah Kimia Lingkungan yang
berjudul “Toksikologi Kimia dalam Air, Tanah, dan Udara".
Makalah ini di susun berdasarkan pengumpulan informasi baik dari makalah, media
cetak maupun elektronik.
Penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Kimia Lingkungan Drs. Alex A. Lepa, M. Si dan Frans Kafiar, M.Si serta rekan kerja yang
turut memberikan masukan yang sangat membantu terselesainya penyusunan makalah ini.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan
sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari rekan-rekan semua demi
penyempurnaan makalah ini, agar menjadi bahan diskusi yang menarik dan dapat memberi
manfaat bagi kami semua.
Penulis
DAFTAR ISI
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode
pustaka dan media elektronik (internet), yaitu penulis mengumpulkan berbagai
sumber referensi yang relawan dengan materi yang disajikan dan kemudian
dilakukan pengkajian terhadap materi tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
B. SUMBER TOKSIKOLOGI
Jenis-jenis sumber toksikologi :
a. Limbah industry
b. Limbah pertanian
Pupuk dan pestisida biasa digunakan para petani untuk merawat tanamannya.
Namun pemakaian pupuk dan pestisida yang berlebihan dapat mencemari air. Limbah
pupuk mengandung fosfat yang dapat merangsang pertumbuhan gulma air seperti
ganggang dan eceng gondok. Pertumbuhan gulma air yang tidak terkendali ini
menimbulkan dampak seperti yang diakibatkan pencemaran oleh deterjen.
c. Limbah domestic
Limbah rumah tangga mengandung limbah domestik berupa sampah organik dan
sampah anorganik serta deterjen. Sampah organik adalah sampah yang dapat
diuraikan atau dibusukkan oleh bakteri. Contohnya sisa-sisa sayuran, buah-buahan,
dan daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik sepertikertas, plastik, gelas atau
kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah ini tidak dapat
diuraikan oleh bakteri (non biodegrable). Sampah organik yang dibuang ke sungai
menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen terlarut, karena sebagian besar digunakan
bakteri untuk proses pembusukannya. Apabila sampah anorganik yang dibuang ke
sungai, cahaya matahari dapat terhalang dan menghambat proses fotosintesis dari
tumbuhan air dan alga, yang menghasilkan oksigen. Dan deterjen merupakan limbah
pemukiman yang paling potensial mencemari air. Pada saat ini hampir setiap rumah
tangga menggunakan deterjen, padahal limbah deterjen sangat sukar diuraikan oleh
bakteri.
Limbah rumah tangga atau domestik dapat berasal dari daerah: pemukiman
penduduk; perdagang-an/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain; kelembagaan
misalnya kantor-kantor pemerintahan dan swasta; dan wisata, dapat berupa limbah
padat dan cair. Limbah padat berupa senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan
atau diuraikan oleh mikroorganisme seperti plastik, serat, keramik, kaleng-kaleng dan
bekas bahan bangunan, menyebabkan tanah menjadi kurang subur. Bahan pencemar
itu akan tetap utuh hingga 300 tahun yang akan datang. Bungkus plastik yang kita
buang ke lingkungan akan tetap ada dan mungkin akan ditemukan oleh anak cucu kita
setelah ratusan tahun kemudian.
C. PEMBAGIAN TOKSIKOLOGI
Tosikologi dapat dibagi menjadi 5 (lima) bidang spesifik, yaitu:
a. Toksikologi Forensik
Mempelajari aspek medicolegal ( medikolegal, ilmu terapan yang melibatkan 2
aspek ilmu yaitu medico (ilmu kedokteran) dan legal ( ilmu hukum )), dari bahan
kimia yang mempunyai efek membahayakan pada manusia atau hewan, sehingga
dapat dipakai untuk membantu mencari atau menjelaskan penyebab kematian pada
suatu kasus kejahatan.
b. Toksikologi Klinis
Bidang ilmu kedokteran yang memberikan perhatian terhadap penyakit yang
disebabkan oleh bahan toksik atau hubungan yang unik dan spesifik dari bahan
toksik tersebut.
c. Toksikologi Lingkungan
Mempelajari efek dari bahan polutan terhadap kehidupan dan pengaruhnya terhadap
ekosistem yang digunakan untuk mengevaluasi kaitan antara manusia dengan
polutan yang ada di lingkungan. Sebagai studi mengenai efek yang merugikan atau
berbahaya dari zat kimia atau toksikan dalam lingkungan. Efek tersebut dapat
berakibat buruk terhadap makhluk hidup termasuk manusia.
d. Toksikologi Analitik
Mengenali bahan racun melalui analisis cairan tubuh, isi lambung, tempat makanan
yang dicurigai.
e. Toksikologi Hukum
Melindungi masyarakat dengan membuat undang2, peraturan, dan standar yang
membatasi atau melarang penggunaan zat kimia yang sangat beracun.
D. TOKSIKOLOGI DALAM AIR, TANAH DAN UDARA
Toksikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari efek merugikan dari bahan
kimia terhadap organisme hidup. Potensi efek merugikan yang ditimbulkan oleh bahan
kimia di lingkungan sangat beragam dan bervariasi sehingga ahli toksikologi mempunyai
spesialis kerja bidang tertentu. Efek dari bahan polutan terhadap kehidupan dan
pengaruhnya terhadap ekosistem yang digunakan untuk mengevaluasi kaitan antara
manusia dengan polutan yang ada di lingkungan.
Toksikologi juga merupakan pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh merugikan
bagi organisme hidup. Hal ini jelas terlihat bahwa dalam toksikologi terdapat unsur-unsur
yang saling berinteraksi dengan suatu cara tertentu untuk menimbulkan respon pada
sistem biologi yang dapat menimbulkan kerusakan pada sistem biologi tersebut. Salah satu
unsur toksikologi adalah agen-agen kimia atau fisika yang mampu menimbulkan respon
pada sistem biologi. Selanjutnya cara-cara pemaparan merupakan unsur lain yang turut
menentukan timbulnya efek-efek yang tidak diinginkan.
Selain itu pencegahan keracunan (efek) memerlukan perhitungan dari:
a. Toxicity : deskripsi dan kuantifikasi sifat-sifat toksis zat kimia.
b. Hazard : kemungkinan zat kimia untuk menimbulkan cedera.
c. Risk : besarnya kemungkinan zat kimia menimbulkan karacunan
d. Safety : keaman
Perhitungan ini diperlukan untuk dapat mengklasifikan toksin beserta pencegahan dan
penanggulangannya
1. Toksikologi Dalam Air
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting dan komponen utama bagi
kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya. Kimia air adalah ilmu yang
berhubungan dengan air sungai, danau dan lautan, juga air tanah dan air permukaan dari
bahan kimia.
Berbagai senyawa kimia organik, anorganik atau mineral yang dibuang ke
dalam air dapat mengotori dan bersifat toksik sehingga dapat mematikan ikan dan
organisme air lainnya. Bahan toksik di perairan yang berupa zat-zat kimia beracun
dapat berasal dari kegiatan industri, air limbah tambang, erosi permukaan pada
tambang terbuka, pencucian herbisida dan insektisida serta akibat kecelakaan seperti
tumpahnya minyak atau pecahnya tanker kimia di laut (Southwick 1976). Khusus
tentang limbah yang berasal dari kegiatan industri, Dix (1981) menyatakan bahwa
pencemar yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh jenis industri.
1.1. Bahan toksik berupa senyawa kimia organik
Senyawa kimia organik yang dapat bersifat toksik atau menimbulkan pengaruh
merugikan lingkungan perairan antara lain: protein, karbohidrat, lemak dan
minyak, pewarna, asam-asam organik, fenol, deterjen dan pestisida organik. Pengaruh
negatif senyawa kimia organik terhadap organisme perairan dipengaruhi oleh
banyak faktor, seperti konsentrasi senyawa kimia, kualitas fisika-kimia air, jenis,
stadia dan kondisi organisme air serta lama organisme terpapar senyawa kimia
tersebut.
a. Protein
Kehadiran senyawa protein di dalam badan perairan terutama berasal
dari sampah domestik dan buangan industri. Beberapa jenis industri yang
mengeluarkan buangan mengandung protein antara lain: industri susu,
mentega, keju, pengolahan makanan/minuman, tekstil, penyamakan kulit dan
industri pertanian. Kehadiran protein di lingkungan perairan umumnya tidak
langsung bersifat toksik tetapi dapat menimbulkan pengaruh atau efek negatip,
antara lain: terbentuknya media pertumbuhan berbagai organisme patogen,
menimbulkan bau tidak sedap dan meningkatkan kebutuhan oksigen biologik atau
BOD (Biological Oxygen Demand) (Dix 1981).
b. Karbohidrat
Selain berasal dari sampah domestik, karbohidrat juga dapat berasal dari
buangan industri seperti limbah buangan tahu. Menurut Mason (1981) masuknya
karbohidrat ke dalam air dapat menyebabkan BOD( Biochemical Oxygen Demand),
yaitu berkurangnya kandungan oksigen dalam perairan dan menimbulkan warna
pada air.
c. Lemak dan minyak
Buangan yang mengandung lemak dan minyak dapat berasal dari
berbagai kegiatan industri. Perairan laut juga dapat kemasukan minyak yang
berasal dari pengoperasian kapal, kilang minyak, sisa pembakaran bahan bakar
minyak di atmosfer yang jatuh bersama air hujan, buangan industri, limbah
perkotaan, kecelakaan kapal tanker serta pecah atau bocornya sumber minyak
lepas pantai (Laws 1981). Seperti halnya dampak masuknya senyawa protein
dan karbohidrat ke dalam lingkungan perairan, senyawa lemak dan minyak
juga dapat berpengaruh negatif terhadap kehidupan akuatik. Adanya lemak dan
minyak dalam badan air dapat menyebabkan peningkatan turbiditas air
sehingga mengurangi ketersediaan cahaya yang sangat diperlukan organisme
fotosintetik di dalam air. Disamping itu, molekul lemak dan minyak berukuran
besar akan mengendap di dasar perairan sehingga dapat mengganggu aktivitas
serta merusak kehidupan bentos dan daerah pemijahan ikan (spawning ground)
dan meningkatkan BOD.
d. Pewarna
Terdapatnya pewarna dalam suatu perairan antara lain berasal dari
buangan industri (tekstil, penyamakan kulit, kertas dan industri bahan kimia).
Menurut Santaniello (1971) warna air yang Iebih dari 50 unit akan membatasi
aktivitas organisme fotosintetik sehingga akan mengurangi kandungan oksigen
terlarut atau DO (Dissolved Oxygen) serta mengganggu kehidupan berbagai
organisme air.
e. Asam-asam organik
Asam-asam organik berada dalam air antara lain dapat berasal dari
buangan industri (bahan kimia dan industri pertanian). Keberadaan senyawa
asam organik dapat menyebabkan penurunan derajat keasaman (pH) air dan pada
nilai pH tertentu (acid dead point) dapat mengakibatkan kematian ikan maupun
organisme air lainnya.
f. Fenol
Fenol atau asam karbolak, atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yan
memiliki bau khas. Salah satu aktivitas senyawa fenol terdapat didalam limbah cair
buangan industri pulp kertas sebagai senyawa toksik dan sumber pencemaran
lingkungan juga dalam limbah berbagai industri seperti: industri tekstil, bahan kimia,
petrokimia, minyak dan industri metalurgi yang berpotensi peningkatan kanker dan
berefek pada kekebalan tubuh.
g. Deterjen
Terdapatnya deterjen dalam suatu perairan dapat berasal dari buangan rumah
tangga dan industri (susu, mentega, keju, tekstil, dan industri pertanian).
Nickless (1975) menyatakan bahwa sebagian besar deterjen dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem perairan yaitu dapat
menghambat aktivitas atau bahkan membunuh berbagai jenis mikroorganisme.
Selain itu, deterjen juga menyebabkan pengkayaan nutrien pada suatu badan
air sehingga dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi yang sangat merugikan
lingkungan perairan.
h. Pestisida organik
Pestisida organik yang masuk ke dalam lingkungan air dapat berasal dari
aktivitas pertanian, perkebunan dan dari buangan industri pengolahan
makananminuman. Diantara sejumlah besar pestisida yang diproduksi dan
diperdagangkan, yang paling banyak digunakan masyarakat yaitu pestisida
yang termasuk golongan organoklorin dan organoposfat. Pestisida organoklorin
sangat berbahaya karena mempunyai toksisitas bersifat kronik, stabil, dan
tahan urai dalam lingkungan. Salah satu contoh organoklorin yang sangat
berbahaya yaitu DDT (Dichloro-Diphenyl-Trichloro-ethane). Jenis pestisida yang
pertama kali dibuat oleh Zeidler pada tahun 1874 tersebut apabila berada dalam
airmempunyai waktu paruh antara 2,5-5 tahun tetapi residunya dapat bertahan
hingga lebih dari 25 tahun.
1.2. Bahan toksik berupa senyawa kimia anorganik
Adapun bahan toksik senyawa kimia organik:
a. Asam dan alkali
Asam dan alkali dapat berasal dari buangan industri tekstil, bahan kimia,
rekayasa dan industri metalurgi. Asam dan alkali jika masuk ke dalam tubuh
organisme dapat mempengaruhi aktivitas berbagai enzim sehingga menimbulkan
gangguan fisiologik, membinasakan organisme serta mempengaruhi jaya racun
atau toksisitas zat toksik lainnya.
Menurut Doudoroff (1957), Howland (1975) dan Dix (1981) beberapa dampak
keracunan logam berat antara lain:
1. Bereaksinya kation logam berat dengan fraksi tertentu pada mukosa insang
sehingga insang terselaputi oleh gumpalan lendir-logam berat dan hal tersebut
dapat mengakibatkan organisme air mati lemas.
2. Keracunan fisiologik karena logam berat berikatan dengan enzim yang
berperanan penting dalam metabolisme.
3. Merkuri (Hg) dan timbal (Pb) dapat berikatan dengan gugus sulfhidril dalam
protein sehingga akan mengubah bagian-bagian katalitik suatu enzim.
4. Merkuri (Hg), timbal (Pb), kadmium (Cd) dan tembaga (Cu) dapat menghambat
pembentukan ATP dalam mitokondria serta dapat berikatan dengan membran sel
sehingga mengganggu proses transpor ion antar sel.
5. Seng (Zn) dapat menghambat kerja sistem sitokrom dalam mitokondria karena
terganggunya transpor elektron antar sitokrom-b dan sitokrom-c.
6. Timbal (Pb) dan kadmium (Cd) dapat menggantikan kedudukan Ca dalam tulang
sehingga menyebabkan terjadinya kerapuhan tulang.
7. Timbal (Pb), kadmium (Cd), merkuri (Hg) dan krom (Cr) dapat terakumulasi
dalam hati (hepar) dan ginjal (ren) sehingga dapat menyebabkan kerusakan dan
gangguan fungsi kedua organ tersebut.
8. Merkuri (Hg), timbal (Pb) dan tembaga (Cu) dapat mengakibatkan kerusakan
otak dan sistem saraf tepi.
Unsur-unsur kimia yang ada di alam tidak semuanya bermanfaat secara langsung
bagi kehidupan tetapi juga tidak semua unsur kimia dapat membahayakan kehidupan. Ada
unsur-unsur kimia yang bersifat racun tetapi ada juga yang tidak beracun. Menurut Suharno
(1981) berdasarkan sifat racunnya, unsur-unsur kimia dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok, yaitu:
1. Unsur-unsur kimia yang tidak berbahaya: Na, K, Mg, Ca, H, 0, N, C, P, Fe, S, CI,
Br, F, Li, Rb, Sr, Al dan Si.
2. Unsur-unsur kimia yang sangat beracun, relatif mudah larut dan dapat masuk ke
dalam sistem biologis: Be, Co, Ni, Cu, Zn, Sn, As, Se, Te, Pd, Ag, Cd, Pt, Au, Hg,
TI, Pb, Sb, dan Bi.
3. Unsur-unsur kimia yang beracun tetapi tidak dapat atau sukar sekali larut: Ti, Hf,
Zr, W, Nb, Ta, Re, Ga, La, Os, Rh, Ir, Ru, dan Ba.
Carbon dioksida (CO2) adalah salah satu komponen udara yang tidak berwarna, tidak
berbau dan mudah larut dalam Air. Pada kondisi normal, kadar gas CO2 di udara
sekitar 330 ppm. Akan tetapi dengan adanya pembakaran senyawa-senyawa
organik,fermentasi, respirasi makhluk hidup, dan letusan gunung berapi. Kadar gas
CO2 udara dapat meningkat sehingga menjadi zat pencemaran udara.
Sebenarnya, gas CO2 memberikan manfaat penting bagi manusia dan makhluk hidup
lainnya. Hal ini karena CO2 dapat menjaga suhu bumi agar tetap hangat di malam hari.
Di samping itu, gas CO2 di manfaatkan oleh tumbuhan hijau untuk berfotosintesis yang
hasilnya juga akan di manfaatkan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya, khususnya
hewan.
Akan tetapi, dalam jumlah yang melebihi Ambang Batas, gas CO2 ini dapat
menimbulak pencemaran lingkungan udara sekaligus memicu terjadinya efek rumah
kaca (green house effect) dan pemanasan global (Global Warming) di bumi ini.
Karbon monoksida (CO) adalah senyawa yang bersifat sangat beracun karena dapat
mengikat hemoglobin membentuk karboksi hemoglobin. Kehadiran senyawa ini dapat
menghambat penghantaran oksigen ke sel tubuh sehingga sel tubuh tertentu
mengalami kekurangan oksigen, kondisi ini dapat menyebabkan kematian.
Sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3) merupakan limbah industri terutama
dari pembakaran bahan bakar fosil dan batu bara, termasuk gas yang berbahaya bila
masuk ke paru-paru. Jumlah terbesar adalah SO2 namun dengan adanya oksida
dengan udara SO2 dapat berubah menjadi SO3. SO2 sendiri dapat mengiritasi saluran
pernafasan sedangkan SO3 dapat bereaksi dengan air membentuk asam sulfat (H2SO4)
yang memiliki sifat korosif dengan mengikat air, sehingga bila masuk ke paru-paru
akan mengakibatkan daerah tertentu dari paru-paru kehilangan air dan mengering.
Asam klorida (HCl) termasuk jenis asam kuat yang memiliki sifat korosif dan sangat
reaktif, sehingga sangat berbahaya bila terkena dengan sel tubuh Amonia (NH 3) adalah
gas dengan bau yang khas namun dapat menyebabkan kerusakan pada saluran
pernapasan. Menghirup senyawa ini pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan
pembengkakan saluran pernapasan dan sesak napas.
Metan (CH4) merupakan senyawa organik paling kecil dengan reaktifitas tidak terlalu
tinggi, tidak memiliki sifat sebagai racun, namun dapat bersifat asfiksian (menggantikan
oksigen) sehingga dalam konsentrasi tinggi di udara terutama dalam gedung dapat
menyebabkan kematian.
Klorin (Cl2) lebih terkenal sebagai senyawa pemutih yang berupa padatan atau cairan,
padahal nama klorin sebetulnya milik Cl2 yang berbentuk gas. Bahaya dari gas klorin
disebabkan sifatnya yang mudah beraksi dengan air membentuk asam klorida.
Zat-zat pencemar udara terdapat dalam bentuk gas atau partikel. Kedua bentuk zat
pencemar itu berada di atmosfer secara simultan yaitu secara berbarengan atau pada
waktu yang bersamaan, tetapi seluruh zat pencemar udara 90% berbentuk gas. Bentuk-
bentuk zat pencemar yang sering terdapat dalam atmosfer yaitu :
SO2 yang dihasilkan oleh aktivitas manusia hanya merupakan bagian kecil dari SO 2
yang ada di atmosfir, tetapi pengaruhnya sangat serius karena SO 2 langsung dapat
meracuni makhluk di sekitarnya.Belerang dioksida yang ada di atmosfer menyebabkan
iritasi saluran pernafasan dan kenaikan sekresi mucus. Orang yang mempunyai
pernafasan lemah sangat peka terhadap kandungan SO 2 yang tinggi di atmosfer. Dengan
konsentrasi 500ppm, SO2 dapat menyebabkan kematian pada manusia. Belerang
dioksida juga berbahaya bagi tanaman. Adanya gas ini pada konsentrasi tinggi dapat
membunuh jaringan pada daun (necrosis daun). Pinggiran daun dan daerah di antara
tulang-tulang daun rusak. Secara kronis, SO2 menyebabkan terjadinya khlorosis.
Kerusakan tanaman ini akan diperparah dengan kenaikan kelembaban udara. Belerang
dioksida di atmosfer akan di ubah menjadi asam sulfat. Oleh karena itu di daerah dengan
adanya penyerapan oleh SO2 yang cukup tinggi, tanaman akan rusak oleh aerosol asam
sulfat.
Sebagai contoh gas-gas oksida karbon, oksida nitrogen, oksida belerang yang menjadi
bahan pencemar udara yang larut dalam air hujan dan turun ke tanah dapat menyebabkan
terjadinya hujan asam sehingga menimbulkan terjadinya pencemaran pada tanah.
Air permukaan tanah yang mengandung bahan pencemar misalnya tercemari zat
radioaktif, logam berat dalam limbah industri, sampah rumah tangga, limbah rumah sakit,
sisa-sisa pupuk dan pestisida dari daerah pertanian, limbah deterjen, akhirnya juga dapat
menyebabkan terjadinya pencemaran pada tanah daerah tempat air permukaan ataupun
tanah daerah yang dilalui air permukaan tanah yang tercemar tersebut. Maka sumber
bahan pencemar tanah dapat dikelompokkan juga menjadi sumber pencemar yang berasal
dari, sampah rumah tangga, sampah pasar, sampah rumah sakit, gunung berapi yang
meletus / kendaraan bermotor dan limbah industri.
1. Limbah domestik
Limbah domestik dapat berasal dari daerah: pemukiman penduduk; perdagang-
an/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain; kelembagaan misalnya kantor-kantor
pemerintahan dan swasta; dan wisata, dapat berupa limbah padat dan cair.
a. Limbah padat berupa senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan atau
diuraikan oleh mikroorganisme seperti plastik, serat, keramik, kaleng-kaleng dan bekas
bahan bangunan, menyebabkan tanah menjadi kurang subur. Bahan pencemar itu akan
tetap utuh hingga 300 tahun yang akan datang. Bungkus plastik yang kita buang ke
lingkungan akan tetap ada dan mungkin akan ditemukan oleh anak cucu kita setelah
ratusan tahun kemudian.
Sampah anorganik tidak ter-biodegradasi, yang menyebabkan lapisan tanah tidak
dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air sehingga peresapan air dan
mineral yang dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah mikroorganisme di dalam
tanahpun akan berkurang akibatnya tanaman sulit tumbuh bahkan mati karena tidak
memperoleh makanan untuk berkembang.
b. Limbah cair berupa; tinja, deterjen, oli, cat, jika meresap kedalam tanah akan
merusak kandungan air tanah bahkan dapat membunuh mikro-organisme di dalam tanah.
2. Limbah industri
Limbah Industri berasal dari sisa-sisa produksi industri. Limbah cair yang merupakan
hasil pengolahan dalam suatu proses produksi, misalnya sisa-sisa pengolahan industri
pelapisan logam dan industri kimia lainnya. Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan
boron adalah zat-zat yang dihasilkan dari proses industri pelapisan logam seperti Hg, Zn,
Pb, Cd dapat mencemari tanah. Merupakan zat yang sangat beracun terhadap
mikroorganisme. Jika meresap ke dalam tanah akan mengakibatkan kematian bagi
mikroorganisme yang memiliki fungsi sangat penting terhadap kesuburan tanah.
3. Limbah pertanian
Limbah pertanian dapat berupa sisa-sisa pupuk sintetik untuk menyuburkan tanah atau
tanaman, misalnya pupuk urea dan pestisida untuk pemberantas hama tanaman.
Penggunaan pupuk yang terus menerus dalam pertanian akan merusak struktur tanah,
yang menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat ditanami jenis tanaman
tertentu karena hara tanah semakin berkurang. Dan penggunaan pestisida bukan saja
mematikan hama tanaman tetapi juga mikroorga-nisme yang berguna di dalam tanah.
Padahal kesuburan tanah tergantung pada jumlah organisme di dalamnya. Selain itu
penggunaan pestisida yang terus menerus akan mengakibatkan hama tanaman kebal
terhadap pestisida tersebut
Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal, dan
mungkin tidak bisa diobati, PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati, Organofosfat
dan karmabat menyebabkan ganguan pada saraf otot. Ada beberapa macam dampak pada
kesehatan seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan
bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah
dapat menyebabkan Kematian..
Dari uraian di atas telah terbukti bahwa tidak ada sistem penggolongan tunggal yang
dapat diterapkan untuk keseluruhan agen toksik yang beraneka ragam dan gabungan
dengan sistem-sistem penggolongan yang berdasarkan faktor-faktor lain.Boleh jadi
diperlukan untuk menyediakan sistem perbandingan terbaik untuk satu tujuan tertentu.
Meskipun demikian, sistem penggolongan yang didasarkan pada sifat
kimia dan biologis dari agen-agen dan sifat-sifat pemaparan yang khusus sangat disukai
untuk dipergunakan oleh pembuat undang-undang atau tujuan pengawasan dan pada
umumnya untuk toksikologi.
Untuk dapat diterima dalam spektrum agen toksik, suatu bahan tidak hanya ditinjau
dari satu macam klasifikasi saja, tetapi dapat pula ditinjau dari beberapa kombinasi dan
beberapa faktor lain. Klasifikasi bahan toksik dapat dibagi secara kimiawi, biologi, dan
karakteristik paparan yang bermanfaat untuk usaha pengontrolan.
Ada pula sumber lain yang mengklasifikasikan toksik sebagai berikut :
1. Klasifikasi atas dasar sumber
Sumber alamiah atau buatan: klasifikasi ini membedakan racun asli yang
berasalkan fauna dan flora, dan kontaminasi organisme dengan berbagai racun
berasalkan lingkungan seperti bahan baku industri yang beracun ataupun
buangan beracun dan bahan sintetis beracun.
Sumber berbentuk titik, area, dan bergerak. Klasifikasi ini biasanya digunakan
untuk orang yang berminat dalam melakukan pengendalian. Tentunya sumber
titik lebih mudah dikendalikan daripada sumber area yang bergerak.
Sumber domestik, komersial, dan industri, yang lokasi sumbernya. Sifat, dan
jenisnya berbeda, kecuali terkontaminasi oleh buangan insektisida, sisa obat, dll.
2. Klasifikasi atas dasar wujud
Klasifikasi atas dasar wujud sangat bermanfaat dalam memahami efek yang
mungkin terjadi serta pengendaliannya:
Wujud pencemar dapat bersifat padat, cair, dan gas. Racun dapat dibedakan
atas dasar wujudnya ini terutama karena efeknya yang berbeda. Gas dapat
berdifusi, sehingga menyebar lebih cepat daripada cairan dan zat padat. Efek
terhadap masyarakat tentunya akan sangat berbeda. Gas dan padatan yang
sangat halus akan cepat menimbulkan efek, dan apabila konsentrasi masyarakat
di tempat tersebut padat, maka efeknya akan menjadi sangat drastis.
Ukuran pencemar bentuk, dan densitas, serta komposisi kimiawi dan fisika
sangat erat hubungannya dengan wujud. Hal ini akan memberikan petunjuk
mudah tidaknya sesuatu pencemar memasuki tubuh dan cepat tidaknya
menimbulkan efek dan sampai seberapa jauh efeknya. Padatan halus dengan
sifat-sifat tersebut dapat berbentuk sangat aerodinamis, sehingga mudah masuk
ke dalam paru-paru, sekalipun ukurannya sangat relatif besar.
3. Klasifikasi atas dasar sifat kimia-fisika
Klasifikasi ini sering digunakan untuk bahan beracun berbahaya (B3), dan
pengelompokan xenobiotik yaitu, senyawa asing yang tidak terdapat secara alami
dilingkungan tertentu, seperti B3 (bahan berbahaya dan beracun):
Korosif
Korosif adalah suatu subtansi yang dapat menyebabkan benda lain hancur
atau memperoleh dampak negative. Korosif dapat menyebabkan kerusakan pada
mata, kulit, system pernapasan, dll. Contoh bahan kimia yang bersifat korosif
antara lain: H2SO4, CH3COOH dan HCl.
Radioaktif
Radioaktif adalah unsur atau zat yang inti atomnya tidak stabil. Suatu
unsure dikatakan tidak stabil jika jumlah proton tidak sama dengan jumlah
elektronnya. Contoh unsur yang termasuk radioaktif seperti Uranium, Polonium,
Radium, Thorium.
Evaporatif
Evaporatif adalah proses dimana terjadi perubahan cair ke gas tanpa
menjadi cukup panas atau mendidih.
Eksplosif
Eksplosif adalah bahan-bahan yang peka terhadap panas dan pengaruh
mekanis (gesekan atau tumbukan).
Reaktif
Bahan kimia yang peka terhadap air, uap panas atau larutan air yang lambat
laun mengeluarkan panas / gas-gas yang mudah menyala maupun mudah
terbakar.Semua ini menghendaki penanganan, transportasi, dan pembuangan
yang berbeda, karena bahaya yang mungkin ditimbulkan akan berbeda.
4. Klasifikasi atas dasar terbentuknya pencemar/xenobiotik
Pencemar yang terbentuk dan keluar dari sumber disebut pencemar primer.
Selanjutnya, setelah transformasi pertama di lingkungan, ia akan disebut pencemar
sekunder, dan kemudian dapat menjadi pencemar tersier, dan seterusnya.
Klasifikasi ini menjadi penting jika kita melakukan pengukuran ataupun pemantauan
pencemar. Lokasi, jarak, dari sumber, dan sifat reaktifitasnya dengan zat yang ada
di media lingkungan akan menentukan terjadinya perubahan sifat kimia pencemar.
Pencemar sekunder, dan seterusnya tentu akan bersifat berbeda dari sifat primer.
5. Klasifikasi atas dasar efek kesehatan
Dasar gejala yang timbul mengelompokkan pencemar sebagai penyebab gejala
sebagai berikut:
Fibrosis atau terbentuknya jaringan ikat secara berlebih
Granuloma atau didapatnya jaringan radang yang kronis
Demam atau temperatur badan melebihi normal
Asfiksia atau keadaan kekurangan oksigen
Alergi atau sensitivitas yang berlebih
Kanker atau tumor ganas
Mutan adalah generasi yang secar genetik berbeda dari induknya
Cacat bawaan akibat teratogen
Keracunan sistemik, yakni keracunan yang menyerang seluruh anggota tubuh.
6. Klasifikasi atas dasar kerusakan/organ target
Racun dapat dikelompokkan atas dasar organ yang diserangnya. Klasifikasi ini
digunakan oleh para ahli superspesialis organ target tersebut. Dalam klasifikasi ini,
racun dinyatakan sebagai racun yang:
o Hepatotoksik atau beracun bagi hepar/hati
o Nefrotoksik atau beracun bagi nefron/ginjal
o Neurotoksik atau beracun bagi neuron/saraf
o Hermatotoksik atau beracun bagi darah/sistem pembentukan sel darah
o Pneumotoksik atau beracun bagi pneumon/paru-paru
Klasifikasi atas dasar organ target ini sering digunakan karena sifat kimia-fisika
racun yang berbeda dengan racun biologis ataupun kuman patogen.
7. Klasifikasi atas dasar hidup/matinya racun
Klasifikasi atas dasar hidup/motifnya racun atau yang bersifat biotis dan abiotis
yang dibuat karena bahaya yang terjadi akan berbeda. Zat yang hidup dapat
berkembang biak bila lingkungannya mengizinkan, sedangkan yang abiotis dapat
berubah menjadi berbagai senyawa. Dengan demikian, pengendaliannya akan
berbeda pula tidak ada satu pun klasifikasi yang sesuai untuk seluruh spektrum dari
bahan toksik. Kombinasi dari berbagai sistem klasifikasi berdasrkan factor - faktor
lain mungkin di perlukan untuk memberikan sistem peringkat terbaik untuk maksud
tertentu. meskipun klasifikasi yang mempertimbangkan komposisi kimiawi dari
bahan serta karakteristik pemaparan akan lebih bermanfaat untuk tujuan
pengendalian dan pengaturan dari pemakaian zat- zat.
Untuk dapat diterima dalam spektrum agen toksik, suatu bahan tidak hanya di tinjau
dari satu macam klasifikasi saja tapi dapat pula ditinjau dari beberapa kombinasi dan
beberapa faktor lain. Klasifikasi bahan toksik dapat di bagi secara kimiawi, biologis dan
karakteristik paparan yang bermanfaat untuk pengobatan. gabungan antara berbagai efek
potensial yang merugikan serta terdapatnya keanekaragaman bahan kimia di lingkungan
membuat toksikologi sangat luas cakupannya. Toksikologi meliputi penelitian toksisitas
bahan-bahan kimia yang digunakan, misalnya : di bidang kedokteran untuk tujuan
diagnostic, pencegahan, dan terapeutik. Di bidang industry makanan sebagai zat tambahan
langsung maupun tidak langsung. Di bidang pertanian sebagai pestisida, zat pengatur
pertumbuhan, penyerbuk buatan. Di bidang industri kimia sebagai pelarut, reagen dan
sebagainya.
H. KARAKTERISTIK PEMAPARAN
Efek toksik yang tidak diinginkan dalam sistem biologis tidak akan dihasilkan oleh
bahan kimia, kecuali bahan kimia tersebut atau produk biotransformasinya mencapai
tempat yang sesuai di dalam tubuh pada konsentrasi dan lama waktu yang cukup untuk
menghasilkan manifestasi toksik. Respon terhadap bahan toksik tersebut antara lain
tergantung kepada sifat fisik dan kimia, situasi paparan, kerentanan sistem biologis,
sehingga bila ingin mengklasifikasi toksisitas suatu bahan harus mengetahui macam efek
yang timbul dan dosis yang dibutuhkan serta keterangan mengenai paparan dan
sasarannya. Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas yang berhubungan dengan
situasi pemaparan (pemajanan) terhadap bahan kimia tertentu adalah jalur masuk ke
dalam tubuh, jangka waktu dan frekuensi pemaparan. Jalan masuk ke dalam tubuh suatu
bahan polutan yang toksik, umumnya melalui saluran penceraan makanan, saluran
pernapasan, kulit dan jalur lain.
Perbandingan dosis lethal suatu bahan polutan dan perbedaan jalan masuk dari
paparan sangat bermanfaat berkaitan dengan absorbsinya. Suatu bahan polutan dapat
diberikan dalam dosis yang sama tetapi cara masuknya berbeda. Misalnya bahan polutan
pertama melalui intravena, sedangkan bahan lainnya melalui oral maka dapat diperkirakan
bahwa bahan polutan yang masuk melalui berbeda maka dapat diperkirakan absorbsinya
berbeda pula, misalnya suatu bahan masuk kulit dengan dosis lebih tinggi sedangkan
lainnya melalui mulut dengan dosis yang lebih rendah maka, dapat diperkirakan kulit lebih
tahan terhadap racun intravena memberi reaksi cepat dan segera. Sebaliknya bila dosis
yang diberikan sehingga suatu bahan polutan untuk dapat diserap melalui kulit diperlukan
dosis tinggi.
Contoh: Iso propanoltidak bersifat hepatotoksik tetapi bila zat tersebut diberikan di
samping pemberian CCl4, efek hepatotoksik dari CCl4 akan menjadi jauh lebih besar
dibandingkan bila diberikan secara sendiri.
iv. Antagonistis
Antagonistis adalah situasi dimana dua bahan kimia bila diberikan secara
bersamaan efeknya saling mempengarhi dalam arti saling meniadakan efek
toksik.Permisalan, 4+6=8
Efek antagonis dari bahan – bahan kimia sering kali merupakan efek yang di
kehendaki dan merupakan dasar dari anti dote.
L. DOSIS – RESPONS
Karakteristik pemaparan dan spektrum efek secara bersamaan membentuk
hubungan korelasi yang di kenal sebagai hubungan dosis-respons. Hubungan tersebut
merupakan konsep paling dasar dari toksikologi. Ada beberapa asumsi yang harus
dipertimbangkan sebelum hubungan dosis-respons dapat sesuai digunakan sebagai
berikut:
i. Respons timbul karena adanya bahan kimia yang diberikan
ii. Respons pada kenyataannya berhubungan dengan dosis.
iii. Dalam penggunan dosis-respons harus ada metode kuantitatif untuk
mengukur dan mengemukakan secara tepat toksisitas dari suatu
bahan kimia.
iv. Respon bergantung pada cara masuk bahan dan respon berhubungan
dengan dosis.
v. Adanya molekul atau reseptor pada tempat bersama bahan kimia
berinteraksi dan menghasilkan suatu respon.
vi. Respon yang dihasilkan dan tingkat respon berhubungan dengan
kadar agen pada daerah yang reaktif.
vii. Kadar pada tempat tersebut berhubungan dengan dosis yang masuk.
Respons yang terpilih untuk pengukuran, hubungan antara derajat respons dari
sistem biologis dan jumlah bahan toksik yang diberikan membentuk suatu asumsi bahwa
hal ini terjadi secara konsisten dan dipertimbangkan sebagai hal dasar dan klasik yang di
sebut hubungan dosis-respons.
Lain-lain
Reaksi hipersensitivitas terjadi karena pajanan berulang-ulang terhadap zat
tertentu atau terhadap zat yang berhubungan secara kimia. Fenomena yang
disebutkan belakangan ini dinamakan sensitisasi silang.
b. Absorbsi
Jalur utama bagi penyerapan toksikan adalah Saluran cerna, paru-paru dan kulit.
Namun dalam penelitian toksikologi sering digunakan jalur khusus seperti
intraperitoneal, intramuskuler dan subkutan.
i. Saluran Cerna
Banyak toksikan dapat masuk ke saluran cerna bersama makanan dan air
minum. Lambung merupakan tempat penyerapan yang penting, terutama untuk
asam-asam lemak yang akan berada dalam bentuk ion-ion yang larut lipid dan
mudah berdifusi. Sebaliknya basa-basa lemah akan mengion dalam getah lambung
yang bersifat asam dan karenanya tidak mudah di serap.Dalam usus, asam lemah
terutama akan berada dalam bentuk ion dan karenanya tidak mudah di serap.
Namun, sampai di darah asam mengion sehingga tidak mudah berdifusi kembali.
Sebaliknya, basa lemah terutama akan berada dalam bentuk non-ion sehingga
mudah di serap. Dalam usus, terdapat transport carrier untuk absorpsi zat makanan
seperti monosakarida, asam amino dan unsur lain seperti besi, kalsium dan natrium.
ii. Saluran nafas
Tempat utama bagi absorpsi di saluran nafas adalah alveoli paru-paru.Hal ini
terutama berlaku untuk gas, misalnya karbon monoksida, oksida nitrogen dan
belerang dioksida.Ini berlaku juga untuk uap cairan misalnya benzene dan karbon
tetraklorida.Kemudian absorpsi ini berkaitan dengan luasnya permukaan alveoli.Laju
absorpsi bergantung pada daya larut gas dalam darah, semakin mudah larut
semakin mudah absorpsinya.Namun demikian, keseimbangan antara udara dan
darah ini lebih lambat tercapai untuk zat kimia yang mudah larut, misalnya kloroform,
dibandingkan dengan zat kimia yang kurang larut misalnya etilin. Hal ini terjadi
karena suatu zat kimia yang mudah larut dalam air akan mudah larut dalam darah.
Karena udara alveolar hanya dapat membawa zat kimia dalam jumlah terbatas,
maka diperlukan lebih banyak pernafasan dan waktu lebih lama untuk mencapai
keseimbangan.
iii. Kulit
Pada umumnya, kulit relatif impermeabel dan karenanya merupakan barrier
(penghalang) yang baik untuk memisahkan organisme itu dari lingkungannya.Ada
beberapa zat kimia yang dapat di serap lewat kulit dalam jumlah cukup banyak
sehingga menimbulkan efek sistemik. Suatu zat kimia dapat di serap lewat folikel
rambut atau lewat sel-sel kelenjar keringat. Namun, penyerapan lewat jalur ini kecil
sekali sebab struktur ini hanya merupakan bagian kecil dari permukaan
kulit.Meskipundemikian, kita harus hati-hati bila menggunakan bahan-bahan
kosmetik yang pada dasarnya terdiri dari zat-zat kimia, seperti cat rambut dan
sejenisnya.
c. Distribusi
Setelah suatu zat kimia memasuki darah, zat kimia tersebut didistribusikan dengan
cepat ke seluruh tubuh. Laju distribusi ke tiap-tiap organ tubuh berhubungan dengan
aliran darah di alat tersebut, mudah tidaknya zat kimia itu melewati dinding kapiler dan
membran sel, serta afinitas komponen alat tubuh terhadap zat kimia itu.
i. Barrie
Barrier darah-otak terletak di dinding kapiler.Sel-sel endotelial kapiler bertaut
rapat sehingga hanya sedikit atau tidak ada pori-pori di antara sel-sel itu.Jadi,
toksikan-toksikan harus melewati endotelium kapiler itu sendiri.Terjadinya vesikel
dalam sel-sel ini, menyebabkan kemampuan transpornya lebih rendah lagi.
Akhirnya, kadar protein cairan interstisial otak rendah. Berbeda dengan kadarnya
alat-alat tubuh lain, oleh karena itu mekanisme transfer toksaikan dari darah ke otak
bukan melalui pengikatan protein. Dengan demikian, penetrasi toksikan ke dalam
otak bergantung pada daya larut lipidnya.Secara anatomik barrier plasenta berada di
antara berbagai spesies hewan. Pada beberapa spesies, terdapat enam lapis sel
antara janin dengan darah ibu, sementara spesies lain hanya ada satu lapis. Selain
itu, jumlah lapisan itu mungkin berubah bersamaan dengan bertambahnya umur
kehamilan, meskipun hubungan antara jumlah lapisan plasenta dengan
permeabilitasnya perlu dipastikan. Barrier plasenta ternyata dapat menghalangi
transfer toksikan ke janin sehingga sampai batas tertentu dapat melindungi si janin.
ii. Pengikatan dan Penyimpanan
Pengikatan suatu zat kimia dalam Jaringan dapat menyebabkan lebih tingginya
kadar dalam jaringan itu. Ada dua jenis utama ikatan.Pertama, ikatan jenis Kovalen
bersifat tidak reversible dan umumnya berhubungan seengan efek toksik yang
penting.Kedua, ikatan non kovalen (ion) biasanya merupakan yang terbanyak yang
bersifat reversible dan umumnya berhubungan dengan efek toksik yang penting.
Proses ini berperan penting dalam distribusi toksikan ke berbagai organ tubuh dan
jaringan. Ada beberapa jenis ikatan non kovalen yang terbentuk diantaranya: protein
plasma dapat mengikat komponen fisiologik normal dalam tubuh di samping banyak
senyawa asing lainnya. Sebagian senyawa asing terikat pada albumin dan karena
itu tidak dengan segeratersedia untuk didistribusikan ke ruang ekstravaskuler.
Hati dan ginjal memiliki kapasitas yang lebih tinggi untuk mengikat zat-zat
kimia.Hal ini mungkin berhubungan dengan fungsi metabolik dan ekskretorik hati
dan ginjal.Dalam organ-organ tubuh telah di kenal berbagai macam protein yang
memiliki sifat mengikat khusus, seperti misalnya metalotionein yang penting untuk
mengikat cadmium dalam hati ke ginjal.
Jaringan lemak merupakan depot penyimpanan yang penting bagi zat yang
larut dalam lipid misalnya DDT, dieldrin, dan Poliklorobifenil (PCB).Zat-zat ini di
simpan dalam jaringan lemak dengan pelarutan sederhana dalam lemak
netral.Konyugasi asam lemak dengan toksikan, misalnya DDT dapat juga
merupakan suatu mekanisme penimbunan zat kimia dalam jaringan yang
mengandung lipid dan sel-sel badan.tulang merupakan tempat penimbunan utama
untuk toksikan fluorida, timbal dan stronsium.
Penimbunan utama untuk toksikan dalam cairan interstisialdan kristal
hidroksiapatit dalam mineral tulang. Karena ukuran dan muatan yang sama, F -
dengan mudah digantikan OH- dan kalsium dari tulang digantikan timbal atau
strosium. Zat-zat yang di timbun ini akan dilepaskan lewat pertukaran ion dengan
pelarutan Kristal tulang lewat aktivitas osteoklastik.
iii. Ekskresi
Setelah absorpsi dan distribusi dalam tubuh, toksikan dapat dikeluarkan
dengan cepat atau perlahan. Toksikan dikeluarkan dalam bentuk asal, sebagai
metabolit dan atau juga sebagai konjugat. Jalur utama ekskresi adalah urine, tetapi
hati dan paru-paru juga merupakan alat ekskresi penting untuk zat kimia jenis
tertentu.
3.1 Ekskresi Urin
Ginjal membuang toksikan dari tubuh dengan mekanisme yang serupa
dengan mekanisme yang digunakan untuk membuang hasil akhir metabolisme
faali, yaitu dengal filtrasi glomerulus, difusi tubuler dan sekresi tubuler.Kapiler
glomerulus memiliki pori-pori yang besar (70 nm). Karena itu, sebagian toksikan
akan lewat di glomerulus, kecuali toksikan yang sangat besar atau yang terikat
erat pada protein plasma. Toksikan dalam filtrate glomerulus akan mengalami
absorpsi pasif di sel-sel tubuler bila koefisien partisi lipid/airnya tinggi, atau tetap
dalam lumen tubuler dan dikeluarkan bila merupakan senyawa yang polar.
3.2 Ekskresi Empedu
Hati juga merupakan alat tubuh yang penting untuk ekskresi toksikan,
terutama untuk senyawa yang polaritasnya tinggi (anion dan kation) serta
konjugat yang terikat pada protein plasma. Pada umumnya, begitu senyawa ini
berada dalam empedu, senyawa ini tidak akan di serap kembali ke dalam darah
dan dikeluarkan lewat feses. Tetapi adakekecualian, misalnya konjugat
glukuronoid yang dapat dihidrolisis oleh flora usus menjadi toksikan bebas yang
di serap kembali.
3.3 Paru-paru
Zat yang berbentuk gas pada suhu badan terutama di ekskresikan lewat
paru-paru.Cairan yang mudah menguap juga dengan mudah keluar lewat udara
ekspirasi.Ekskresi toksikan melalui paru-paru terjadi karena difusi saderhana
lewat membran sel.
3.4 Jalur Lain
Saluran cerna bukan jalur utama untuk ekskresi toksikan. Oleh karena
lambung dan usus manusia masing-masing mensekresi kuranglebih 3liter cairan
setiap hari, maka beberapa toksikan dikeluarkan bersama cairan tersebut.
Ekskresi toksikan lewat air susu ibu (ASI), di tinjau dari sudut toksikologi amat
penting karena lewat air susu ibu ini racun terbawa dari ibu kepada bayinya dan
terjadi melalui difusi sederhana. Oleh karena itu, seorang ibu yang sedang
mempunyai bayi harus berhati-hati dalam hal makanan terutama kalau minum obat.
Karena air susu bersifat asam,senyawa basa akan mencapai kadar yang lebih tinggi
dalam air susu dibandingkan dalam plasma, dan sebaliknya untuk yang bersifat
asam. Senyawa lipofolik seperti DDT dan PCB juga mencapai kadar yang lebih
tinggi dalam air susu karena kandungan lemaknya yang lebih tinggi.
Umumnya, kadar bahan kimia di dalam organ sasaran merupakan fungsi kadar
darah. Pengikatan toksikan dalam jaringan akan menambah kadarnya, sementara
barrier jaringan cenderung mengurangi kadarnya. Oleh karena itu, kadar dalam
darah lebih mudah di ukur, terutama pada jangka waktu tertentu. Hal ini sering
dijadikan parameter dalam penelitian toksikokinetik. Selama penyerapan, kadar
toksikan dalam darah meningkat. Sementara itu laju ekskresi, biotransformasi dan
distribusinya kealat-alat tubuh dan jaringan lain juga bertambah.
N. BIOTRANSFORMASI TOKSIKAN
Biotransformasi adalah suatu proses yang umumnya mengubah senyawa asal
menjadi metabolit, kemudian membentuk konyugat,metabolisme untuk mengubah senyawa
kimia xenobiotik maupun endogen menjadi senyawa yang lebih larut dalam air. Secara
umum, sifat fisik dari senyawa-senyawa kimia ini akan diubah dari yang lebih mudah
diabsorpsi (lipofil) menjadi yang lebih mudah dieksresi baik dalam urin maupun feses
(hidrofil). Perubahan biokimia mengubah ciri-ciri fisikokimia xenobiotika, terutama sifat
lipofilnya. Untuk xenobiotika, termasuk racun, sering tidak hanya ada satu alur penguraian
tetapi biotransformasi mungkin terjadi dengan lebih dari satu cara. Jumlah metabolit yang
terbentuk menyatakan seberapa jauh peranan suatu proses biokimia. Contohnya adalah
setelah penggunaan asam salisilat, 50% dari jumlah yang diekskresikan dalam urin
ditemukan sebagai asam salisilurat. 25% sebagai glukuronida dan sejumlah kecil dalam
bentuk turunan produk oksidasi asam gentisat. Jenis produk ekskresi dari suatu zat dapat
dipengaruhi juga oleh harga pH urin.
Fase I yang termasuk reaksi ini adalah oksidasi, reduksi, dan hidrolisis. Umumnya reaksi
fase I mengubah bahan yang masuk kedalam sel menjadi lebi bersifat hidrophilik (mudah
larut dalam air dari pada Bahan asalnya)
Fase II Terdiri dari reaksi sintesi dan konjugasi. Reaksi phase II ini merupakan proses
biosintesis yang mengubah Bahan asing atau metabolit dari phase I membuat ikatan
kovalen dengan molekul endogen menjadi konjugat.
Faktor penting yang mengontrol jalannya reaksi enzimatik dari bahan asing adalah
konsentrasinya dalam pusat aktivitas dari enzim. Konsentrasi ini tergantung pada
“Lipophilicity, Protein binding, Doses, and Rouse administration”. Lopophilicity penting
karena dapat mengatur banyaknya absorbsi bahan xenobiotik dari jalan masuknya (kulit,
usus, paru). Bahan kimia yang bersifat lipophilik lebih mudah di absorbsi dalam darah,
sedangkan bahan yang larut dalam air kurang cepat diserap.Variabel yang mempengaruhi
biotransformasi xenobiotik beberapa kondisi yaitulingkungan fisiologi dan parmakologik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses biotransformasi xenobiotic yaitu :Variasi
spesies, umur, sex “time of day”, nutrisi, enzim induksi, enzim penghambat, status gizi dan
status penyakit, induksi dari enzim-enzim biotransformasi. Proses induksi enzim adalah
proses di mana terjadi peningkatan aktifitas yang diakibatkan peningkatan kecepatan
sintesis dari enzim biotransformasi. Paparan bahan kimia tertentu dapat juga menginduksi
enzim-enzim tersebut.
Inhibisi (penghambatan) enzim biotransformasi. Penghambat metabolisme
xenobiotik adalah beberapa faktor yang didapat baik endogen dan eksogen yang
menurunkan kemampuan enzim untuk metabolisme bahan asing.
Variasi spesies merupakan variasi biotransformasi diantara species,yang
digolongkan menjadi perbedaan kualitatif dan kuantitatif. Perbedaan kualitatif menyangkut
rute metabolik yang diakibatkan oleh kelainan dari species atau adanya reaksi ginjal dari
species,yang termasuk pada perbedaan kualitatif adalah:
Perjalanan zat kimia dalam tubuh diawali dari masuknya zat tersebut kedalam tubuh
melaluiintravaskuler atau ektravaskulder. Selanjutnya zat masuk sirkulasi sistemik dan
didistribusikan keseluruh tubuh. Proses distribusi memungkinkan zat atau metabolitnya
sampai pada tempat kerjanya ( reseptor ). Zat kimia ditempat kerjanya atau reseptornya
berinteraksi dan dampaknya mungkin menimbulkan efek. Interaksi dari zat kimia dan
metabolitnya yang berlebihan tentu dapat menghasilkan efek toksik. Jadi, penentu
ketoksikan suautu zat kimia adalah sampainya zat kimia utuh atau metabolit aktifnya di sel
sasaran dalam jumlah yang berlebihan. Pada sisi lain, zat kimia dapat mengalami
metabolisme menjadi senyawa non-aktif tau dieksresikan ( eliminasi 0 yang dapat
mengurangi sampainya atau jumlah zat kimia dalam sel sasarannya. Dengan demikian,
timbulnya efek toksisk dipengaruhi juga oleh selisish antara absorsi dan disteribusi dengan
eliminasinya. Jadi toksisitas suatu zat sangat ditentukan oleh absorpsi, distribusi,
metabolisme dan eksresi ( ADME) nya. Dengan demikian, kondisi efek toksisdidefinisikan
sebagai berbagai keadaan atau faktor yang mempengaruhi efektivitas absorpsi dan
distribusi suatu zat dalam tubuh. Pemaparan bahan-bahan kimia terhadap manusia
bisa bersifat kronik dan akut.Pemaparan akut biasanya terjadi karena suatu kecelakaan
atau di sengaja (pada kasus bunuh diri atau di bunuh), dan pemaparan kronik biasanya
dialami para pekerja terutama di lingkungan industi-industri kimia.Berbagai jenis efek toksik
dapat dikelompokkan menurut organ sasarannya, mekanisme kerjanya, atau ciri-ciri lain.
a) Efek akut
Istilah efek akut dapat diartikan sebagai paparan singkat dengan efek seketika. Namun
pemaparan akut selain dapat menimbulkan efek akut, juga dapat mengakibatkan
penyakit kronik, sebagai contoh kerusakan otak yang permanen dapat disebabkan oleh
paparan akut senyawa timah putih trialkil atau karena keracunan karbon monoksida
berat.
b) Efek kronik
Istilah kronik dapat diartikan sebagai pemaparan berulang dengan masa tunda yang
lama antara paparan pertama hingga timbulnya efek yang merugikan kesehatan.
c) Efek akut dan kronik
Suatu bahan dapat mempunyai efek akut dan kronik sekaligus. Sebagai contoh
pemaparan tunggal karbon disulfida dengan konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan
hilangnya kesadaran (efek akut), tetapi pemaparan berulang tiap hari selama bertahun-
tahun dengan konsentrasi yang jauh lebih rendah yang jika dialami sebagai pemaparan
tunggal tidak menimbulkan efek merugikan (efek kronik) dapat mengakibatkan
kerusakan pada sistem saraf pusat dan tepi, juga jantung.
d) Efek Lokal dan Sistemik
Beberapa bahan kimia dapat menyebabkan cedera pada tempat bahan itu
bersentuhan dengan tubuh. Efek lokal ini dapat, diakibatkan oleh senyawa kaustik,
misalnya pada saluran pencernaan, bahan korosif pada kulit, serta iritasi gas atau
uap pada saluran napas. Efek lokal ini menggambarkan perusakan umum pada sel
– sel hidup.
e) Efek sistemik
Efek sistematik terjadi hanya setelah toksikan diserap dan tersebar ke bagian
lain tubuh. Pada umumnya toksikan hanya mempengaruhi satu atau beberapa
organ saja, Organ seperti itu dinamakan “organ sasaran”. Kadar toksikan dalam
organ sasaran tidak selalu yang paling tinggi. Contohnya, organ sasaran metil
merkuri adalah SSP, tetapi kadar metil merkuri di hati dan ginjal jauh lebih tinggi.
Atau organ sasaran DDT adalah SSP, tetapi DDT terkumpul di jaringan lemak.
f) Efek Berpulih dan Nirpulih.
Efek toksik disebut berpulih (reversibel) jika efek itu dapat hilang dengan
sendirinya. Sebaliknya, efek nirpulih (ireversibel) akan menetap atau justru
bertambah parah setelah pajanan toksikan dihentikan. Efek nirpulih diantaranya
karsinoma, mutasi, kerusakan saraf, dan sirosis hati.
Beberapa efek digolongkan nirpulih walaupun kadang dapat hilang beberapa
waktu setelah pajanan toksikan dihentikan. Misalnya efek insektisida golongan
penghambat kolinesterase yang disebut “ireversibel”, karena menghambat aktivitas
enzim untuk jangka waktu yang sama dengan waktu yang dibutuhkan untuk
sintesis dan mengganti enzim tersebu.
Efek toksikan dapat berpulih bila tubuh terpajang pada kadar yang rendah atau
untuk waktu yang singkat. Sementara, efek nirpulih dapat dihasilkan pada pajanan
dengan kadar yang lebih tinggi atau waktu yang lama.
g) Efek Segera dan Tertunda
Banyak toksikan menimbulkan efek segera, yaitu efek yang timbul segera
setelah satu kali pajanan. Contohnya, keracunan sianida. Sedangkan efek tertunda
timbul beberapa waktu setelah pajanan. Pada manusia, efek karsinogenik pada
umumnya baru nyata jelas 10-20 tahun setelah pajanan toksikan. Pada hewan
pengerat pun dibutuhkan waktu beberapa bulan untuk timbulnya efek karsinogenik.
Efek morfologis berkaitan dengan perubahan bentuk luar dan mikroskopis pada
morfologi jaringan. Berbagai efek jenis ini, misalnya nekrosis dan neoplasia, bersifat
nirpulih dan berbahaya. Efek fungsional biasanya berupa perubahan berpulih pada
fungsi organ sasaran. Oleh karena itu pada penelitian toksikologi, fungsi hati dan ginjal
selalu diperiksa (misalnya, laju ekskresi zat warna).
i) Efek sinergis
Efek gabungan dari lebih dari satu bahan kimia. Efek gabungan ini dapat
lebih parah dari efek yang dimiliki oleh masing-masing bahan kimia. Berdasarkan
sifat bahayanya, toksisitas dapat digolongkan sebagai berikut:
i. Korosif
Merusak (membakar) jaringan hidup apabila kontak. Sebagai contoh, larutan
asam pekat seperti sulfat atau basa seperti soda api dapat menimbulkan luka
bakar.
ii. Iritan
Menimbulkan iritasi setempat atau peradangan pada kulit,hidung, atau
jaringan paru.
iii. Sensitizer
Menimbulkan reaksi alergi. Seseorang yang peka terhadap bahan kimia akan
mengalami reaksi alergi yang berat, sedang bagi individu yang tidak peka,
dosis yang sama tidak akan membahayakan. Bagi individu yang peka, setiap
pemaparan berikutnya apakah melalui kontak kulit atau inhalasi akan
menimbulkan risiko kesehatan.
iv. Asfiksian
Mengganggu pengangkutan oksigen ke jaringan tubuh.Sebagai contoh,
antara Iain karbon monoksida dan sianida.
v. Karsinogen
Penyebab kanker.
vi. Mutagen
Dapat menimbulkan kerusakan DNA sel . DNA adalah molekul pembawa
informasi genetik yang mengendalikan pertumbuhan dan fungsi sel.
Kerusakan DNA dalam sel telur atau sperma manusia dapat menurunkan
kesuburan; aborsi spontan, cacat lahir, dan penyakit keturunan.
vii. Teratogen
Suatu bahan kimia yang apabila berada dalam aliran darah wanita harnil dan
menembus plasenta, mempengaruhi perkembangan janin dan menimbulkan
kelainan struktur dan fungsional bawaan atau kanker pada anak. Contoh yang
telah diketahui secara luas sebagai teratogen adalah talidomid, yang pada
tahun 1960an telah banyak menyebabkan kasus fokomelia (pengecilan
lengan dan tungkai sedemikian rupa hingga tungkai dan lengan menempel
langsung ke tubuh) pada bayi para wanita yang memakan obat tersebut
selama tahap awal kehamilannya.
viii. Fetotoksikan
Suatu bahan kimia yang berpengaruh buruk terhadap perkembangan janin
sehingga bayi lahir dengan bobot yang rendah.
ix. Nekrosis
Nekrosis yaitu kematian jaringan atau sel yang merupkana akibat dari
bermacam-macam proses patologi yan diinduksi olehzat kimia. Nekrosis dapat
terjadui karena korosi, hipoksia, kerusakan membran, adanya antimetabolit,
penghambatan sintesis protein, dan kerusakan kromosom. Zat yang berbeda
dapat menginduksi nekrosis yang bebrbeda.
PENGENDALIAN TOKSIKOLOGI DI LINGKUNGAN
a. Pencemaran Udara
b. Pencemaran Air
Adapun usaha-usaha untuk mencegah dan mengatasi masalah pencemaran air adalah
sebagai berikut :
1. Dilarang buang sampah atau limbah ke dalam air ( sungai )
2. Hindari pemakaian obat pemberantas hama dan serangga secara berlebihan.
3. Mengelola produksi yang menghasilkan bahan buangan seminimal mungkin
c. Pencemaran Tanah
Ada beberapa langkah penangan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh
pencemaran tanah. Diantaranya:
1. Menempatkan daerah industri atau pabrik jauh dari daerah perumahan atau pemukiman
2. Pembuangan limbah industri diatur sehingga tidak mencermari lingkungan atau
ekosistem
3. Pengawasan terhadap penggunaan jenis – jenis pestisida dan zat – zat kimia lain yang
dapat menimbulkan pencemaran
4. Memperluas gerakan penghijauan
5. Tindakan tegas terhadap perilaku pencemaran lingkungan.
6. Memberikan kesadaran terhadap masyaratkat tentang arti lingkungan hidup sehingga
manusia lebih lebih mencintai lingkungan hidupnya
7. Melakukan intensifikasi pertanian
8. Sebisa mungkin menerapkan prisnsip 3R untuk segala benda yang kita gunakan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Toksikologi merupakan kajian tentang hakikat dan mekanisme efek berbahaya (efek
toksik) berbagai bahan kimia terhadap makhluk hidup dan sistem biologis lainnya atau
merupakan pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia yang merugikan
bagi organisme hidup.Toksikologi diklasikasikan dalam berbagai cara tergantung dari
minat dan tujuan pengelompokkannya.
2. Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas yang berhubungan dengan situasi
pemaparan (pemajanan) terhadap bahan kimia tertentu adalah jalur masuk ke dalam
tubuh, jangka waktu dan frekuensi pemaparan.
3. Pemaparan bahan-bahan kimia terhadap binatang percobaan biasanya dibagi dalam
empat kategori: akut, subakut, subkronik, dan kronik. Untuk manusia pemaparan akut
biasanya terjadi karena suatu kecelakaan atau disengaja, dan pemaparan kronik dialami
oleh para pekerja terutama di lingkungan industri-industri kimia.
4. Terdapat empat interaksi bahan kimia antara lain, efek adiktif,efek sinergistik, potensiasi
dan antagonistis.
5. Laju distribusi ke tiap-tiap organ tubuh berhubungan dengan aliran darah di alat tersebut,
mudah tidaknya zat itu melewati dinding kapiler dan membran sel, serta afinitas
komponen alat tubuh terhadap zat kmia itu.
6. Efek toksik dari bahan-bahan kimia sangat bervariasi dalam sifat, organ sasaran,
maupun mekanisme kerjanya. Efek toksik ini dapat bersifat reversible dan irreversible.
B. SARAN
1. Bagi Dinas Kesehatan perlu adanya pengawasan makanan dan minuman
hendaknya sebelum mengeluarkan nomor registrasi mengetahui kandungan zat
yang ada didalamnya terutama yang membahayakan kesehatan.
2. Lebih meningkatkan kehati-hatian dalam mengonsumsi makanan terutama bahan
makanan yang instan dan cepat saji, sebaiknya belajar untuk tidak tergantung pada
makanan instan.
3. Diadakan pembelajaran sejak dini tentang toksikologi sehingga dapat mencegah
penyebaran toksin itu sendiri.
4. Untuk perbaikan kedepannya, perlu adanya penambahan materi yang lebih
kompleks dan akurat mencakup toksikologi kimia
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi
Makalah Kimia Lingkungan “Toksikologi dalam Air, Tanah, dan Udara”. 2011.
Makalah Kimia Linngkungan”Toksikologi Dalam Air, Tanah Dan Udara” 2012
Makalah Kimia Linngkungan”Toksikologi Dalam Air, Tanah Dan Udara” 2016
Des W. Connel & Gregory J. Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Jakarta:
Penerbit
E.J. Ariens, E. Mutschler & A.M. Simonis. 1987. Toksikologi Umum, Pengantar. Terjemahan
oleh Yoke R.Wattimena dkk. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Frank C. Lu. 1995. Toksikologi Dasar. Terjemahan oleh Edi Nugroho. Jakarta: Universitas
Indonesia Press
Crosby, Donald G. 1988. Toksikologi And Chemistry. New York: Oxford University Press
J. H. Koeman. 1987. Pengantar Umum Toksikologi. Terjemahan oleh R.H. Yudono.
Wisaksono, Satmoko. 2002, Efek Toksik dan Cara Menentukan ToksisitasBahan Kimia.
http://alandjibran.blogspot.com/2011/12/kimia-lingkungan-toksikologi.html
http://storyofchemistry.blogspot.com/2010/12/efek-interaksi-bahan-kimia-bagi_26.html
http://fadhilhayat.wordpress.com/2010/10/14/efek-toksik/
http://ekoputerasampoerna.blogspot.com/2012/11/pengertian-toksikologi.html?m=1
http://adhienbinongko.blogspot.com/2012/05/makalah-toksikologi.html?m=1
http://yazhid28bashar.blogspot.com/2014/06/makalah-toksikologi.html?m=1
http://sakinahchem.blogspot.co.id/2015/05/makalah-toksikologi-lingkungan.html
http://andesvacorp-jumbox.blogspot.co.id/2011/10/toksikologi.html
https://shelvianasulwat.wordpress.com/2015/12/10/informasi-tentang-paparan-dosis-
hubungan-dosis-efek-dan-hubungan-dosis-respon/
http://adhienbinongko.blogspot.com/2012/04/keadaan-toksik-atau-senyawa-polutan-di.html
http://(PDF) RESIDU LOGAM BERAT IKAN DARI PERAIRAN TERCEMAR DI PANTAI
http://UTARA JAWA TENGAH (Residual Heavy Metals in Fish from Contaminated Water in
North Coast of Central Java)
http://(1) Logam%20berat | Wahyu Saputra - Academia.edu
http://(1) TOKSIKOLOGI LOGAM BERAT I | RIrin Febrina - Academia.edu
http://Mekanisme Detoksikasi Logam Berat dalam Tubuh Manusia | Whole-hearted to
Change
Priyanto M. Biomed.2010. Toksikologi mekanisme, terapi atidotum, dan penilaian risiko.
Depok, Jabar: Lembaga studi an konsultasifarmakologi.
Keterangan :
Example : Diperbaiki
Example : Ditambahkan
11. Apakah akibat apabila lemak dan minyak masuk kedalam perairan? ( Margaretha )
Buangan yang mengandung lemak dan minyak dapat berasal dari berbagai
kegiatan industri. Perairan laut juga dapat kemasukan minyak yang berasal dari
pengoperasian kapal, kilang minyak, sisa pembakaran bahan bakar minyak di atmosfer
yang jatuh bersama air hujan, buangan industri, limbah perkotaan, kecelakaan kapal
tanker serta pecah atau bocornya sumber minyak lepas pantai (Laws 1981). Seperti
halnya dampak masuknya senyawa protein dan karbohidrat ke dalam lingkungan
perairan, senyawa lemak dan minyak juga dapat berpengaruh negatif terhadap
kehidupan akuatik. Adanya lemak dan minyak dalam badan air dapat menyebabkan
peningkatan turbiditas air sehingga mengurangi ketersediaan cahaya yang sangat
diperlukan organisme fotosintetik di dalam air. Disamping itu, molekul lemak dan
minyak berukuran besar akan mengendap di dasar perairan sehingga dapat mengganggu
aktivitas serta merusak kehidupan bentos dan daerah pemijahan ikan (spawning
ground) dan meningkatkan BOD.
12. Dampak yang timbul akibat zat toksik itu apa? (treyka)
Dampak yang timbul dari zat toksik/ zat racun adalah dampak yang merugikan,
seperti
Fibrosis atau terbentuknya jaringan ikat secara berlebih
Granuloma atau didapatnya jaringan radang yang kronis
Demam atau temperatur badan melebihi normal
Asfiksia atau keadaan kekurangan oksigen
Alergi atau sensitivitas yang berlebih
Kanker atau tumor ganas
Mutan adalah generasi yang secar genetik berbeda dari induknya
Cacat bawaan akibat teratogen
Keracunan sistemik, yakni keracunan yang menyerang seluruh anggota
tubuh.
13. Bagaimana cara kita mengurangi penggunaan pestisida? (Fitria )
Pestisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membantu dalam bidang
pertanian. Pestisida berfungsi membunuh hama tanamana dan menyuburkan tanaman.
Naum, penggunaan pestisida yang berlebih menimbulkan dampak yang buruk, kita harus
ingat bahwa sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Sehingga pestisida dalam
penggunaannya yang berlebihan menimbulkan kerusakan pada tanah, resistennya hama
tanaman dan rusaknya rantai makanan yang ada. Pestisida dengan senyawa kimianya
menjadi zat toksik yang jatuh ketanah dan akan terbawa air hujan ke perairan dan
mengganggu ekosistem dan rantai makanan yang ada. Sehingga untuk mengurangi
penggunaan pestisida, kita dapat mengganti pestiisida ini dengan pestisida alami yang
lebih ramah terhadap lingkungan dan juga untuk membasmi hama yang ada, kita dapat
menghadirkan musuh alami dari hama tersebut sehingga rantai makanan yan ada tetap
terjaga, ekosistem tetap terjaga dan juga tanaman dapat diproduksi dengan baik.
Sesi 2
1. Zat toksik masuk dalam tubuh manusia melalui jalur yang mana saja? ( Fitria )
Jalur utama bahan toksik untuk dapat masuk kedalam tubuh manusia adalah melalui
saluran pencernaan atau gastro intestinal (menelan/ingesti), paru-paru (inhalasi), kulit
(topical), dan jalur parental lainnya (selain saluran usus/intestinal). Bahan toksik umumnya
menyebabkan respon yang paling cepat bila diberikan melalui jalur intravena.
Perkiran efektivitas melalui jalur lainnya secara menurun adalah:
Inhalasi Intraperitoneal Sukutan Intramuskular Intradermal Oral
Topikal.
Jalur masuk yang berbeda ini akan mempengaruhi toksisitas bahan polutan. Bahan
paparan yang berasal dari industri biasanya masuk kedalam tubuh melalui kulit dan terhirup
sedangkan kejadian keracunan biasanya karena tertelan
2. Bagaimana efek sinergistik pada interaksi bahan kimi dan contohnya? ( fitria)
Efek sinergistik adalah situasi dimana efek gabungan dari dua bahan kimia jauh
melampaui penjumlahan dari tiap-tipa bahan kimia bila diberikan secara sendiri-
sendiri.Permisalan, 2+3=20
Contoh: CCl4 (Karbon tetrakorida)dan C2H5OH (etanol) yang keduanya adalah senyawa
hepatotoksik bila secara bersamaan diberikan akan menghasilkan kerusakan hati yang jauh
lebih berat daripada jumlah masing-masing efek secara individual.
Respons yang terpilih untuk pengukuran, hubungan antara derajat respons dari
sistem biologis dan jumlah bahan toksik yang diberikan membentuk suatu asumsi bahwa
hal ini terjadi secara konsisten dan dipertimbangkan sebagai hal dasar dan klasik yang di
sebut hubungan dosis-respons.
7. Bagaimana jalur masuk, tempat , waktu dan frekuensi pemaparan toksik? ( Julietha)
Jalur utama bahan toksik untuk dapat masuk kedalam tubuh manusia adalah melalui
saluran pencernaan atau gastro intestinal (menelan/ingesti), paru-paru (inhalasi), kulit
(topical), dan jalur parental lainnya (selain saluran usus/intestinal). Bahan toksik umumnya
menyebabkan respon yang paling cepat bila diberikan melalui jalur intravena.
Perkiran efektivitas melalui jalur lainnya secara menurun adalah:
Inhalasi Intraperitoneal Sukutan Intramuskular Intradermal Oral
Topikal.
Jalur masuk yang berbeda ini akan mempengaruhi toksisitas bahan polutan. Bahan
paparan yang berasal dari industri biasanya masuk kedalam tubuh melalui kulit dan terhirup
sedangkan kejadian keracunan biasanya karena tertelan.
Durasi dan frekuensi paparan bahan polutan dapat diterangkan dengan percobaan
binatang. Pada percobaan binatang ahli toksikologi membagi paparan akibat bahan polutan
menjadi 4 kategori, yaitu akut, sub akut, sub kronis, dan kronis.
i. Pemaparan akut biasanya terjadi pada waktu adanya kecelakaan,
misalnya pecahnya saluran gas disuatu perusahaan sehingga para
karyawan langsung menghirup gas beracun dalam konsentrasi yang
cukup tinggi. Pemaparan akut biasanya berhubungan dengan
pemberian tunggal.
ii. Pemaparan subakut adalah pemaparan berulang terhadap suatu
bahan kimia untuk jangka waktu satu bulan atau kurang.
iii. pemaparan subkronik untuk satu sampai tiga bulan.
iv. pemparan kronik untuk lebih dari tiga bulan.
Keempat jenis pemaparan tersebut dapat terjadi melalui jalur masuk apapun, namun
paling sering melalui jalur oral dengan bahan kimia yang ditambahkan langsung dalam
makanan. pada beberapa bahan polutan, efek toksik yang timbul dari paparan pertama
sangat berbeda bila dibandingkan dengan efek toksik yang dihasilkan oleh paparan
ulangannya. Misalnya suatu bahan polutan benzena pada pertama akan merusak sistem
saraf pusat sedangkan paparan ulangannya akan dapat menyebabkan penurunan dosis
akan mengurangi efek yang timbul. Suatu bahan polutan apabila diberikan beberapa jam
atau beberapa hari dengan dosis penuh akan menghasilkan beberapa efek. apabila dosis
yang diberikan hanya separuhnya maka efek yang terjadi juga akan menurun setengahnya,
terlebih lagi apabila dosis yang diberikan hanya sepersepuluhnya maka tidak akan
menimbulkan efek.
Faktor penting lain yang berhubungan dengan waktu dalam menjelaskan
karakteristik pemaparan adalah frekuensi pemberian. Secara umum, dosis yang terbagi-
bagi akan mengurangi efek yang ditimbulkannya. Suatu dosis tunggal dari suatu zat yang
menghasilkan efek berat secara cepat mungkin akan menghasilkan efek yang kurang dari
setengahnya bila diberikan dalam dua dosis terpisah, dan tidak menimbulkan efek apa-apa
bila diberikan secara berkala dalam 10 kali untuk beberapa jam atau hari.
Efek toksik terjadi bila bahan kimia terakumulasi di dalam sistem biologis
(absorpsi melebihi biotransformasi ekskresi), atau bila menghasilkan efek toksik yang tidak
pulih kembali, atau bila tidak cukup dari sistem biologis untuk melakukan pemulihan dari
kerusakan dalam interval frekuensi pemaparan. Bila tingkat eliminasi lebih kecil dari pada
tingkat absorbsi, bahan toksik biasanya tidak terakumulasi secara tetap, namun mencapai
suatu kesetimbangan bila tingkat eliminasi sama dengan tingkat pemberian
Contoh: Iso propanoltidak bersifat hepatotoksik tetapi bila zat tersebut diberikan di samping
pemberian CCl4, efek hepatotoksik dari CCl4 akan menjadi jauh lebih besar dibandingkan
bila diberikan secara sendiri.
10. Maksud dari target yang menimbulkan efek pada fase dinamis? ( Dian )
Target pada fase dinamis toksikan adalah sel atau manusia itu sendiri. Zat toksi akan
masuk kedalam tubuh, trserap dan menyebsr mengikuti aliran darah ke seluruh tubuh. Zat
toksin ini akan mencari organ sasaran untuk dirusak dimana organ ini adalah kumpulan dari
jaringan dan jaringan adalah kumpulan dari sel. Sehingga tujuan utama atau target sasaran
utama ialah sel makhluk hidup.
11. Kenapa pada biotransformasi toksikan yang terpenting hanya pada hati saja ( Dian )
Tubuh kita terdiri dari berbagai organ. Salah satu organ yang sangat penting bagi tubuh
adalah hati. Secara garis besar, hati manusia terdiri dari dua bagian yaitu lobus kanan dan
lobus kiri. Hati memiliki berbagai fungsi yang salah satunya adalah untuk menetralisir racun
yang masuk ke dalam tubuh. Nah, bagaimanakah hati dapat mendetoksifikasi racun dalam
tubuh?
Setiap zat makanan, minuman, atau obat yang masuk melalui saluran pencernaan pada
awalnya akan melawati proses pencernaan dalam lambung dan usus. Setelah dicerna, zat-
zat tersebut akan diserap oleh usus dan masuk ke dalam pembuluh darah usus.
Selanjutnya, zat tersebut akan dibawa oleh dara masuk ke dalam hati. Sebelum zat
tersebut disirkulasikan ke seluruh tubuh, zat tersebut terlebih dahulu melalui proses
detoksifikasi di dalam hati.
Hati mengandung jenis sel khusus yang mampu memakan zat racun. Sel ini disebut
sebagai sel kupfer. Sel kupfer akan mendetoksifikasi racun dalam darah dengan bantuan
enzim dan zat kimia khusus yang disebut xenobiotik. Melalui beberapa tahap, enzim dan
zat kimia dalam sel hati akan mengurai atau mengubah sifat dari zat racun sehingga dapat
dikeluarkan melalui urine. Berbagai zat yang dapat didetoksifikasi oleh hati selain dari zat
makanan adalah amonia, sisa metabolisme tubuh, obat-obatan, alkohol, dan zat kimia
lainnya. Akan tetapi, perlu diingat bahwa kapasitas hati dalam menetralisir racun dalam
tubuh terbatas. Jika racun yang masuk ke dalam tubuh berlebihan, hati pastinya akan
“kewalahan” dalam mendetoksifikasi racun tersebut karena melebihi kapasitas
kemampuannya. Jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama, kerusakan hati dapat
terjadi sehingga fungsi hati secara umum akan menurun.Oleh karena itu, penting bagi kita
untuk menjaga pola makan yang sehat, membersihkan makanan sebelum dikonsumsi
untuk menghilangkan zat pestisida pada makanan, menghindari penggunaan zat kimia
yang berbahaya seperti pewarna tekstil atau penggunaan pengawet secara berlebihan,
menghindari konsumsi narkoba serta suplemen dan obat-obatan yang tidak jelas
keamanannya. Jika perlu, minumlah suplemen khusus untuk kesehatan hati Anda. Dengan
demikian, kita dapat menjaga kesehatan hati sehingga hati dapat menjalankan fungsinya
dengan baik.
12. Jelaskan efek toksik yang bersifat reversible dan irreversible? ( Treyka)
Reversible, artinya dapat hilang dengan sendirinya, setelah pemaparan dan pasca
pemaparan efek dari zat ini akan menghilang seiring menghilangya zat toksin yang ada.
Seperti alergi terhadap suatu zat, alergi ini akan menghilang juga setelah zat tersebut hilang
atau setelah sudah tidak terpapar lagi.
Irreversible, artinya akan menetap atau bertambah parah setelah pajanan toksikan
dihentikan. Efek ini akan terus terasa meskipun pemaparan dari bahan toksin sudah
dihentikan. Efek ini punya waktu yang juga berbeda tergantung jenis zat toksin dan reepon
serta ketahanan tubuh terhadap zat yang terpapar.