Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PENYIMPANAN BAHAN KIMIA

Oleh:
Winda Furoidatul Khusnah
0519140127

D4 TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


JURUSAN TEKNIK K3
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2021
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3. Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3
2.1. Bahan Kimia.............................................................................................................3
2.1.1. Bentuk Bahan Kimia........................................................................................3
2.1.2. Sifat-sifat Bahan Kimia....................................................................................4
2.1.3. Bahaya dan Efek Bahan Kimia Berbahaya.......................................................6
2.1.4. Interaksi Bahan Kimia....................................................................................10
1.2. Penyimpanan Bahan Kimia Aman..........................................................................11
1.2.1. Pelabelan Bahan Kimia..................................................................................11
1.2.2. Kompabilitas Bahan Kimia (Compability)......................................................14
BAB III KESIMPULAN........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................21

ii
DAFTAR TABEL

Table 1 Kelompok Bahan Kimia dan Kelompok Kompabilitas................................................16


Table 2 Bahaya dari Penyimpanan Bahan Kimia yang Tidak Memerhatikan Kompabilitas
Bahan Kimia...........................................................................................................................19

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Piktogram Bahaya Global Harmonized System....................................................12


Gambar 2 Elemen Label Global Harmonized System.............................................................13
Gambar 3 Matriks Kompabilitas Bahan Kimia.......................................................................15

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sektro perindustrian
yang sangat kompleks. Penggunaan bahan kimia tidak terlepas dalam kegiatan suatu
industry baik sebagai bahan baku ataupun bahan pembantu atau penolong. Kegiatan
industry yang menyimpan, menggunakan, mengolah, mengangkut dan mengedarkan
bahan kimia akan terus meningkat sejalan dengan pengembangan pembangunan
sehingga berpotensi menimbulkan bahay besar bagi tenaga kerja, lingkungan, dan
sumber daya lainnya

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No


187/MEN/1999 yaitu pengendalian bahan kimia berbahaya adalah upaya dan atau
kegiatan yang dilakukan untuk mencegah dan atau mengurangi risiko akibat
penggunaan bahan kimia berbahaya di tempat kerja terhadap tenaga kerja, alay-alat
kerja dan lingkungan. Salah satu factor yang sangat penting dalam pengendalian
bahan kimia berbahaya yakni adalah penyimpanan yang baik dan benar. Kesalahan
pengolalaan terkait penyimpanan bahan kimia berbahaya dapat menimbulkan risiko
yang sangat merugikan perusahaan, masyarakat sekitar, dan lingkungan. Seperti
yang terjadi pada pabrik Swallow, Senin, 23 Maret 2010 di Jakarta. Kebakaran
membuat seluruh area pabrik ludes terbakar dan memakan 4 korban jiwa. Kerugian
yang dialami belum dapat diperkirakan. Penyebab munculnya api juga masih belum
diketahui dengan jelas, tetapi sumber api dipastikan berasal dari tumpukan bahan
kimia di dalam gudang. Terdapat jenis bahan kimia yang mudah terbakar pada
gudang tersebut, namun pihak kepolisian masih menunggu penyerahan sampel bahan
kimia yang kemudian akan diselidiki guna mencari tahu kemungkinan kelalaian pada
penyimpanan bahan kimia (http://news.detik.com/berita/1322794/api-diduga-dari-
tumpukan-bahan- kimia-polisi-periksa-manajer).

Oleh karena itu, penyimpanan bahan kimia berbahaya sangat perlu


diperhatikan. Dalam makalah ini akan diuraikan tentang, cara penyimpanan agar

1
kerusakan kerusakan bahan-bahan bahan-bahan kimia dapat dihindari, serta bahaya-
bahaya yang ditimbulkan akibat penyimpanan dapat dicegah.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana cara penyimpanan bahan kimia yang baik benar?

1.3. Tujuan
Mengetahui cara penyimpanan bahan kimia yang baik dan benar

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Bahan Kimia
Dalam Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 23/M-
IND/PER/4/2013 disebutkan bahwa bahan kimia adalah semua materi dalam bentuk
cairan, padat atau gas berupa unsur atau senyawa dalam bentuk tunggal atau
campuran dan memiliki sifat khusus. Dalam kaitannya dengan bentuk dari bahan
kimia, masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda-beda baik sifat fisik
maupun secara sifat kimiawinya

2.1.1. Bentuk Bahan Kimia


Dalam menjalankan aktivitasnya pengguna laboratorium maupun petugas
laboratorium setingkali terpapar berbagai bahan kimia. Penggunaan bahan kimia di
laboratorium umumnya digunakan dalam jumlah sedikit namun mencakup jenis
yangg sangat beragam. Menurut Endang, (2003) berdasarkan wujudnya bahan
kimia dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu bahan kimia yang berbentuk padat,
cair dan gas.

Menurut Shofwati, (2009) dengan mengetahui bentuk fisiknya bahan kimia


maka akan mempermudah mengidentifikasi dan mengenali efek kesehatan yang
ditimbulkannya. Hal ini disebabkan oleh diketahuinya jalur masuk kedalam tubuh.
Adapun sifat fisik bahan kimia adalah sebagai berikut :

1) Padatan dan cairan yang mudah melayang di Udara (Air-borne)


Bahan kimia baik dalam bentuk cair maupun padat dapat melayang diudara.

2) Mist (Kabut)
Mist merupakan awan airborne yang berupa tetesan cairan yang kecil.

3) Vapour (Uap)
Cairan dapat berubah menjadi uap ketika cairan tersebut bercampur dengan udara
melalui peroses penguapan. Proses ini dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan.

3
Uap dapat dihasilkan dari proses penguapan yang merupakan hasil dari cairan
yang dipanaskan.

4) Dust (Debu)
Debu tersusun dari patikel padat yang sangat kecil yang berasal dari bahan padat
yang dihancurkan.

5) Fume (Kabut Tebal)


Fume merupakan materi berbentuk partikel yang terdiri atas partikel padata atau
cair yang dihasilkan oleh pengembunan keadaan gas. Umumnya ditimbulkan dari
adanya penguapan yang diiringi dengan reaksi kimia seperti oksidasi. Fume
terbentuk ketika bahan padat berubah menjadi cair. Partikel fume umumnya
sangat kecil diamternya berkisar <1 mikro sehingga dapat terhirup.

6) Smoke (Asap)
Smoke merupakan campuran gas dan emisi partikel dari cerobong ketel uap, asap
mengandung partikel padat yang dihasilkan dari pembakaran yang tidak
sempurna dari bahan-bahan yang mengandung karbon.

2.1.2. Sifat-sifat Bahan Kimia


Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI NO.KEP. 187/MEN/1999
tentang pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja, Adapun seperti
berikut:

1) Zat padat mudah terbakar


Zat padat yang mudah terbkar adalah bahan padat yang tidak mudah
meledak, dapat menimbulkan kebakaran karena gesekan, absorpsi uap,
perubahan kimia yang spontan dan penyimpanan panas selama proses. Pada
umumnya zat padat lebih sukar terbakar dibandingkan dengan zat cair, tetapi
zat padat berupa serbuk halus mudah terbakar daripada zat cait atau gas.
Contoh yang termasuk golongan ini adalah belerang, fosfor, hibrida logam,
logam alkali dll (PMK. No. 43 Tahun 2013).

2) Zat cair mudah terbakar

4
Zat cair yang mudah terbakar adalah bahan cair yang mudah menguap serta
uapnya mudah terbakar pada suhu dibawah 25,5 C. Terbakar dan sering
menimbulkan ledakan. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 187
tahun 1999 gas mudah terbakar memiliki titik didih <20C pada tekanan 1
atmosfir. Contoh : gas alam untuk bahan bakar, hidrogen, asetilen, etilen
oksida dan sebagainya.

3) Bahan mudah meledak (Eksplosif)


Bahan kimia yang memiliki sifat mudah meledak merupakan zat padat atau
cair ataupun campuran yang bereaksi mengahsilkann gas melalui rekasi
kimia. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 187 tahun 1999 dari
hasil reaksi tersebut menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar
serta suhu yang tinggi, sehingga dapat meimbulkan kerusakan di
sekelilingnya. Contoh bahan kimia yang mudah meledak yaitu : metanol,
eter, aseton, heksana benzena.

4) Bahan Korosif
Merupakan bahan kimia dapat mengakibtkan kerusakan apabila kontak
dengan jaringan tubuh atau bahan lain. Bahan Kimia yang memiliki sifat
korosif. Contoh bahan kimia yang ebersifat korosif antara lain : anhidrida
asam, alkali, asam sulfat, fenol dll

5) Bahan Beracun.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 Tentang Penyelenggaraan
laboratorium klinik bahan kimia beracun (toksik) adalah bahan kimia yang
dapat menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh karena terelan,
terhirup atau terkena kulit. Bahan beracun contohnya : karbondioksida,
benzena, kloroform, sianida dll

6) Bahan Oksidator.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 Tentang Penyelenggaraan
laboratorium klinik, bahan kimia oksidator adalah bahan kimia yang mungkin

5
tidak mudah terbakar namun dapat menghasilkan oksigen yang dapat
menyebabkan kebakaran bahan lainnya. Peraturan Menteri tenaga Kerja No.
187 tahun 1999 tentang pengendalian bahan kimia di tempat kerja
menyebutkan bahwa bahan kimia yang bersifat oksidator yaitu apabila reaksi
kimia tau penguraiannya mengahsilkan oksigen yang dapat menyebabkan
kebaran.Contoh bahan kimia yang bersifat oksidator adalah : natrium,
nitrit/nitrat, kalium, klorat, kaporit, asam sedawa, alkena,alkilbenzena.

7) Bahan reaktif
jika dicampurkan dengan zat lai, seperti logam alkali yang rektif terhadap air
atau campurnan asam kuat dan basa yang tidak cocok. Menurut Peraturan
Menteri No. 187 tahun 1999 bahan kimia yang ditetapkan termasuk kedalam
kriteria reaktif yaitu apabila bereaksi dengan air dapat mengeluarkan panas
dan gas mudah terbakar atau bereaksi dengan asam dapat mengeluarkan
panas dan gas yang mudah terbakar atau beracun atau korosif.

2.1.3. Bahaya dan Efek Bahan Kimia Berbahaya


Pada dasarnya banyak bahan kimia berbahaya karena dapat menimbulkan
kebakaran (F-flammability hazard), ledakan (R-reactivity / stability hazard) atau
gangguan kesehatan (H-health hazard) bagi pengguna maupun petugas laboratorium.
Berdasarkan Global Harmonzed System klasifikasi bahan kimia berdasarkan
peggolongan bahaya adalah sebagai berikut :

1) Bahaya Fisik
Bahaya fisik bahan kimia yaitu meliputi eksplosif atau mudah meledak, gas
mudah menyala, aerosol mudah menyala, gas pengoksidasi, gas bertekanan,
cairan mudah menyala, padatan mudah menyala, zat dan campuran reaktif, cairan
piroforik, padatan piroforik, zat dan campuran swapanas, zat yang jika kontak
dengan air mengeluarkan gas mudah menyala, cairan pengoksidasi, padatan
pengoksidasi, peroksida organik dan korosif terhadap logam.
2) Bahaya Kesehatan

6
Bahan kimia yang dapat menimbulkan efek kesehatan dapat muncul secara akut
maupun dalam jangka waktu yang lama (kronis). Menurut Global Harmonzed
System bahaya kesehatan yang dapat muncul akibat bahan kimia berbahaya yang
terdapat di laboratorium diantaranya:
a. Toksikan akut
Toksisitas akut adalah kemampuan bahan kimia untuk dapat
menimbulkan efek setelah terjadinya pajanan yang bersifat satu arah (single
exposure). Indikator dari baha kimia toksik yaitu berupa n ilai LD50 dan
LC50. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 187 Tahun 1999
Tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja Lethal dose
50 atau LD50 yaitu dosis yang dapat menyebabka kematian pada 50%
binatang percobaan. Sedangkan Lethal Concentration 50 (LC50) yaitu
konsentrasi yang dapat menyebabkan kematian pada 50% binatang
percobaan. Dampak yang ditimbulkan dari pajanan satu arah ini dapat
menyebabkan efek toksik lokal, sistemik maupun gabungan dari efek lokal
dan sistemik.
Efek lokal merupakan suatu efek yang timbul akibat dari paparan
bahan kimia toksik yang kontak dengan salah satu rute masuknya pajanan
yaitu dapat berupa kulit, sistem pernapasan dll kemudian secara langsung
memberikan pengaruh terhadap sistem masuknya pajanan tersebut. Contoh
bahan kimia toksik yang terhirup dapat memberikan efek lokal pada saluran
pernafasan yaitu mempengaruhi keadaan saluran napas tersebut. Sedangkan
efek sistemik merupakan efek yang disebakan oleh bahan kimia toksik yang
masuk kemudian menyebar dan memberikan efek terhadap organ lain.
Contoh bahan kimia toksik tehirup kedalam saluran napas kemudian akan
mempengaruhi organ-organ lain di dalam tubuh melalui darah seperti
anestesia umum.
b. Iritasi dan Korosi
Iritasi merupakan kerusakan atau peradangan yang terjadi pada
permukaan tubuh seperti mata, saluran pernapasan, kulit dll oleh bahan

7
kimia yang bersifat korosif atau iritan seperti asam klorida, asam
trikloroasetat, gas klor, belerang dioksida dll. Efek iritasi yang sering
ditemui dapat berupa kemerahan pada kulit, gatal-gatal, terasa panas pada
permukaan yang terkena kontak dll.
Korosi merupakan hasil dari kerusakan yang irreversible atau tidak
dapat kembali lagi kedalam keadaan sebelumnya. Efek ini dapat terjadi pada
kulit, mata saluran pernapasan serta saluran gastrointestinal.
c. Kerusakan Mata yang Serius atau Iritasi Mata
Kerusakan mata yang serius merupakan kerusakan yang terjadi dari
rusaknya jaringan mata yang berdampak pada terganggunnya fungsi fisik
mata dalam penglihatan. sifat dari kerusakan mata yang serius diakibatkan
oleh paparan bahan kimia yaitu irreversible (tidak dapat kembali seperti
keadaan semula).
Iritasi Mata adalah perubahan yang terjadi akibat adanya paparan
bahan kimia yang mengenai permukaan mata. Iritasi bersifat reversible.
d. Sensitifitas pada Sistem Pernapasan atau Kulit
Sensitifitas pada sistem pernapasan yaitu keadaan hipersensitifitas
pada saluran napas terhadap bahan kimia yang masuk kedalam saluran
pernapasan. Sedangkan sensitifitas pada kulit yaitu keadaan yang
disebabkan akibat paparan bahan kimia yang menyebabkan respon alergi
pada kulit akibat adanya kontak dengan kulit. Alergi dapat terjadi karena
reaksi dari sistem imun yang menolak ataupun salah mengenali adanya
bahan kimia dan dapat terjadi akibat tingkat sensitifitas yang dimiliki tubuh
seseorang terhadap bahan kimia tertentu.
e. Mutagenik
Efek mutagenik merupakan efek yang dapat menyebabkan perubahan
pada gen. Efek ini dapat terjadi diakibatkan oleh adanya perubahan yang
terjadi pada kromosom yang berarti dapat meningkatkan mutasi. Sebagian
bahan kimia yang dapat menimbulkan efek mutagen biasanya pula memiliki

8
efek karsinigenik. Hal ini disebabkan oleh banyaknya mutasi yang dialami
oleh gen maka cenderung menjadi karsinogenik.
f. Karsinogenik
Karsinogenik merupakan efek yang dapat menimbulkan efek kanker.
Bahan kimi yang dapat menyebabkan efek ini merupakan bahan kimia yang
bersifat kronik dan bersifat laten. Efek ini dapat terjadi jika adanya pajanan
yang terjadi dalam jangka waktu yang lama dan diakibatkan oleh adanya
pajanan yang berulang.
g. Toksin yang Dapat Mempengaruhi Sistem Reproduksi
Beberapa bahan kimia memiliki efek yang dapat berdampak pada
sistem reproduksi manusia. Menurut Occuppational Safety Health and
Administration toksin yang dapat mempengaruhi sistem reproduksi yaitu
bahan kimia yang dapat menyebabkan kerusakan kromosom da efek
kecacatan pada janin. Selain itu dapat berdampak pada menurunnnya fungsi
reproduksi baik pria maupun wanita.
h. Toksin yang Berpengaruh terhadap Target Organ
Bahan kimia dapat memperngaruhi target organ lainnya. Bahaya
bahan kimia jenis ini adalah dapat memberikan lebih dari satu efek pada
organ target. Contoh dari bahan kimia ini adalah karbon monoksida,
benzene, sianida dll.
i. Asphyxant
Merupakan bahan kimia yang mengganggu kecukupan transportasi
oksigen pada organ-organ vital di dalam tubuh. Hal ini disebabkan oleh
digantikannya keberadaaan oksigen dengan bahan kimia yang mendorong
efek buruk terhadap organ vital tubuh terutama otak. Cotoh bahan kimia
yang dapat menyebabkan efek ini adalah karbon dioksida, asitilen, metana,
helium dll. Selain itu terdapat bahan kimia yang memiliki kemampuan
mengikat hemoglobin dan menyebabkan berkurangnya kapasitas darah dan
suplai oksigen dalam tubuh. Contoh bahan kimia tersebut adalah sianida,
karbon monoksida dll.

9
3) Bahaya Lingkungan
Bahaya lingkungan dari bahan kimia berbahaya yaitu dapat berupa bahaya
terhadap lingkungan akuatik. Bahaya terhadap lingkungan akuatik adalah bahaya
yang disebabkan oleh adanya paparan bahan kimia yang dapat menyebabkan
terganggunya lingkungan akuatik dan memberikan efek bagi kehidupan akuatik.

2.1.4. Interaksi Bahan Kimia


Adanya suatu bahaya yang menimbulkan efek dari bahan kimia berbaaya
tidak terlepas dari adanya interaksi bahan kimia. Menurut Danish Veterinary and
Food Administration, (2003) bahan kimia dapat berinterkasi satu sama lain dan
memodifikasi besar dari efek maupun sifatnya. Kombinasi dari interaksi bahan kimia
dapat menghasilkan lebih lemah efeknya ataupun lebih kuat dari efek dari masing-
masing bahan kimia tersebut. Adapun macam-macam interkasi bahan kimia adalah
sebagai berikut :

1) Antagonis
Efek antagonis terjadi ketika efek dari dua bahan kimia kurang dari jumlah setiap
efek yang diberikan dari masing-masing bahan kimia. Efek ini terjadi ketika
terdapat bahan kimia yang memiliki efek toksik yang rendah kemudian
ditemukan dengan bahan kimia yang memiliki efek toksik yang rendah maka
menghasilkan efek toksik yang jauh lebih rendah dari masing- masing efek
toksik yang diberikan sebelum kedua bahan atau lebih berinteraksi
2) Sinergis
Efek sinergis terjadi ketika efek gabungan dari dua bahan kimia lebih besar dari
jumlah efek dari setiap bahan kimia yang diberikan masing-masing. Efek ini
terjadi ketika bahan kimia yang masing-masing memiliki toksisitas rendah
berinteraksi, kemudian menghasilkan efek toksisitasnya tinggi dari toksisitas
masing-masing bahan kimia sebelum berinteraksi
3) Potensi

Efek potensi terjadi ketika terdapat bahan kimia yang memiliki efek risiko yang
rendah bersama-sama bertemu dengan bahan kimia lain yang tidak memiliki efek

10
toksik dan memberikan efek yang sangat berisiko.
4) Complex Similar Action (Additive)
Efek additive dapat terjadi ketika adanya interaksi dari bahan kimia yang
menghasilkan akumulasi dari masing-masing efek bahan kimia tersebut. Interaksi
bahan kimia ini dapat terjadi pada bahan kimia yang memiliki target organ yang
sama
5) Complex Disimilar Actions
Efek Complex dissimilar actions dapat terjadi ketika adanya interaksi dari
masing – masing bahan kimia yang memiliki toksisitas rendah menghasilkan
toksisitas yang lebih rendah dari sebelum adanya interaksi dari bahan kimia
tersebut.

1.2. Penyimpanan Bahan Kimia Aman


Prinsip penyimpanan bahan kimia yang aman menurut University
Nottingham, (2012) prinsip dalam penyimpanan bahan kimia adalah harus memenuhi
beberapa aspek:

1.2.1. Pelabelan Bahan Kimia


Menurut Widuri, (2017) label adalah keterangan mengenai bahan kimia yang
berbentuk piktogram bahaya atau simbol, tulisan atau kombinasi keduanya atau
bentuk lain yang berisi informasi bahan kimia atau produk, identitas produsen /
pemasok, serta klasifikasi bahan kimia.

Sejalan dengan widuri, dalam Peraturan Perindustrian No. 23/M-


IND/PER/4/2013 menyebutkan bahwa label merupakan setiap keterangan yang
memuat informasi tentang bahan kimia yang dapat berbentuk gambar, tulisan atau
kombinasi keduamya atau bentuk lainnya yang harus memuat unsur:

a. Penanda Produk
Penanda produk berisi tentang identitas bahan kimia seperti nama bahan kimia,
nomer kode bahan kimia atau nomor batch.
b. Pkiogram Bahaya

11
Piktogram bahaya adalah suatu komposisi grafis yang terdiri dari suatu simbol
bahaya dan elemen-elemen grafis lainnya seperti bingkai, pola latar belakang
atau warna yang dimaksudkan untuk menyampaikan informasi spesifik tentang
suatu bahaya. Adapun bentuk dari piktogram tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar 1 Piktogram Bahaya Global Harmonized System

c. Kata Sinyal
Kata sinyal adalah suatu kata yang digunakan untuk menunjukkan tingkatan
relatif suatu bahaya agar pengguna waspada terhadap potensi bahaya dari suatu
bahan kimia. Kata sinyal yang biasa digunakan dalam label adalah “Bahaya” dan
“awas”
d. Penyataan Bahaya
Pernyataan bahaya adalah pernyataan yang dimaksudkan untuk tiap katogeri dan
kelas bahaya yang menguraikan sifat dasar bahaya suatu bahan kimia dan
termasuk ke tingkat bahayanya
e. Identifikasi produsen
Identifikasi produsen memuat informasi umum terkait identitas produsen yang
membuat atau mengeluarkan bahan kimia. Seperti nama instansi, alamat dan
nomor telepon produsen atau impotir.

12
Menurut Occupational Safety Health Administration label tidak hanya
memuat infromasi mengenai penanda produk, piktogram bahaya, kata sinyal,
pernyataan bahaya dan identifikasi produsen. Namun memuat pula informasi
mengenai tindakan pencegahan (Precautionary Measures) yang memuat informasi
kehati-hatian yang betujuan untuk melengkapi informasi bahaya dengan memberikan
langkah-langkah secara singkat untuk meminimalkan atau mencegah efek samping
dari bahaya fisik, kesehatan atau lingkungan. Dalam hal ini pula memuat
pertolongan pertama yang harus dilakukan ketika terjadi kecelakaan dalam
penggunaan bahan kimia. Berikut elemen label yang harus dipenuhi menurut OSHA
yang dapat dilihat pada gambar 2

Gambar 2 Elemen Label Global Harmonized System

13
Didalam buku yang berjudul Labelling of Workplace Hazardous Chemicals
yang dikeluarkan oleh Office Of Industrial tahun 2012 Pelabelan pada bahan kimia
merupakan komponen penting dari Program Global Harmonized System hal ini
didasrkan oleh label mengandung informasi tentang penggunaan, arah, aplikasi, dan
penyimpanan dari bahan kimia. Selain itu pula dapat menyelamatkan pengguna dari
potensi bahaya yang ditimbulkan dari masing-masing bahan kimia. Dengan
adanya label yang jelas dan konsisiten dapat memberikan pemahaman dalam
memastikan bahaya kimia yang dengan mudah untuk dipahami melalui komponen
yang tercantum dalam label. Selain itu dapat memberikan pengetahuan kepada
pengguna bahan kimia mengenai pencegahan yang tepat dan penanganan yang tepat
dalam menggunakan bahan kimia tertentu.

Bahan kimia tertentu mengharuskan pengguna mengenakan pakaian tertentu


atau dalam beberapa kasus memberikan penjelasan mengenai cara untuk
menghindari ataupun menangani bahan kimia tersebut. Selain itu terdapat bahan
kimia tertentu yang mengharuskan dilakukannya pengocokkan terlebih dahulu
sebelum digunakan dan tidak boleh terlalu banyak dikocok karena sifatnya yang
mudah terbakar. Hal tersebut mendasari alasan bahwa pelabelan pada bahan kimia
dianggap hal yang penting.

Dampak yang ditimbulkan dari tidak terdapatnya label, kondisi label dalam
keadaaan rusak ataupun ketidaksesuaian label dengan bahan kimia yaitu dapat
memperbesar resiko tertukarnya bahan kimia, memperbesar peluang kecelakaan
akibat salah pencampuran bahan kimia akibat tidak teridentifikasinya bahan kimia
tersbut, kemudian dapat berakibat dalam melakukan penyimpanan bahan kimia dan
tidak mengetahui resiko serta pencegahan maupun penanganan bahan kimia secara
tepat.

1.2.2. Kompabilitas Bahan Kimia (Compability)


Merupakan penyimpanan yang sesuai dengan matriks penyimpanan bahan
kimia dan MSDS, dimana bahan kimia disimpan sesuai dengan sifat dan kategori
bahaya yang dimiliki.

14
Menurut MEMD Milliporse, (2013) Kompatibilitas bahan kimia adalah
pedoman umum untuk penyimpanan material bahan kimia berbahaya.
Tujuannya agar bahan kimia tersebut tidak tercampur ataupun bereaksi ketika
didekatkan secara berdekatan. Kompatibilitas bahan kimia sangat penting ketika
terdapat beberapa bahan kimia yang berbahaya memilki sifat yang tidak similar.

Prinsip dari penyimpanan bahan kimia berdasarkan matriks kompabilitas


yaitu dengan melihat sifat dan kelompok dari antar bahan kimia. Kelompok-
kelompok tersebut disusun berdasarkan matriks kompabilitas, pada matriks tersebut
digambarkan kelompok bahan kimia yang tidak boleh disandingkan dengan
kelompok bahan kimia lain yaitu ditunjukkan dengan tanda “X” . Tanda tersebut ini
mengindikasikan bahwa kelompok bahan kimia tersebut memiliki sifat Inkompatibilitas dan
akan bereaksi jika ditempatkan bersebelahan serta tidak boleh disimpan secara
bersamaan. Berikut Matriks Kompatibilitas bahan kimia menurut CRC Laboratory dapat
dilihat pada gambar 3

Gambar 3 Matriks Kompabilitas Bahan Kimia

Berikut merupakan contoh kelompok bahan kimia dan kelompok

15
inkompatibilitas bahan kimia berdasarkan CRC Laboratory, (2012) dapat dilihat
pada tabel 2.1 sebagai berikut
Table 1 Kelompok Bahan Kimia dan Kelompok Kompabilitas

Group Nama Kelompok Contoh Kelompok Incompatotible

# Bahan Kimia

1 In organic acids - Hydroclochoric acid 2,3,4,5,6,7,8,10,13,14,16,1

- Hydroflouric acid 7,18,19,21,22,23

- Hydrogen chloride

- Hydrogen flouride

- Nitric acid

- Sulfur acid

- Phosphoric acid

2 Organic acids - Acetic acid 1,3,4,7,14,16,17,18,19,22

- Butyric acid

- Formic acid

- Propionic acid

3 Cautics - Sodium hydroxide 1,2,6,7,8,13,14,1,5,16,17,1

- Ammonium hydroxide 8,20,23

solution

4 Amines - Aminoethylethanolammine 1,2,5,7,8,13,14,15,16,17,18

alkanolamines - Anilline ,23

- Diethanolamine

- Diethylamine

16
Group Nama Kelompok Contoh Kelompok Incompatotible

# Bahan Kimia

7 Aldehyde - Crotonaldehyde 1,2,3,4,6,8,15,16,17,19,20,

acetaldehyde - Formaldehyde 23

- Furfural

- Paraformaldehyde

- Propionaldehyde

- Acetone

- Acetophenone

8 Ketones - Diisobutyl ketone 1,3,4,7,19,20

- Methyl ethyl ketone

- Butane

- Cychlohehane

9 Saturated - Ethane 20

hydrocarbon - Heptane

- Paraffins

- Paraffin wax

- Pantene

- Petroleum ether

- Benzene

10 Aromatic - Cumene 1,20

hydrocarbon - Ethyl benzene

- Naphtha

- Napthalene

17
Menurut Stephen K. Hall, (1994) dalam sejarahnya kasus kecelakaan
laboratoium akibat kesalahan dari sistem penyimpanan yang tidak memerhatikan
dari aspek kompatibilitas bahan kimia. Kesalahan penyimpanan bahan kimia
diakibatkan oleh penyimpanan bahan kimia disusun berdasarkan alfabet dan tidak
memerhatikan sisi kompatibilitas dari masing-masing sehingga hal ini mendorong
reaksi dari antar bahan kimia yang dapat menimbulkan tercampurnya antar bahan
kimia yang reaktif, kebakaran, dan lain-lain. Untuk itu dalam penerapan prinsip
penyimpanan bahan kimia berdasarkan kompatibilitas maka yaitu harus
memerhatikan hal-hal sebagai berikut
1) Memiliki data inventaris seluruh bahan kimia yang lengkap. Seluruh bahan kimia
yang terdapat tercatat di data inventaris tersebut harus di kategorikan dan
dipisahkan menjadi kelas asam, basa, mudah meledak, pengoksidasi dll. Dalam
penelitian ini pengkategorian disesuaikan dengan matriks kompatibilitas bahan
kimia yang dengan sendirinya telah memisahkan bahan kimia berdasarkan
kelompok bahan kimia
2) Melakukan pemisahan lebih lanjut untuk mengelompokkoan bahan kimia
berdasarkan kelompok yang berhubungan secara kimiawi dan kompatibilitas.
3) Melakukan penetapan pengaturan penyimpanan bahan kimia yang telah di
kelompokkan berdasarkan sifat kimiawi dan kompatibilitas serta melakukan
pemisahan terhadap kelompok bahan kimia yang tidak inkompatibilitas dengan
memberikan hambatan fisik atau barrier maupun jarak. Pengaturan penyimpanan
bahan kimia bergantung pada ukuran area penyimpanan dan jumlah bahan kimia
yang tersedia.
4) Akses ke area penyimpanan bahan kimia harus dibatasi secara ketat. Akses
tersebut hanya dimiliki personel yang dipilih dan memiliki tanggung jawab
langsung terhadap pengendalian inventaris dan pemisahan bahan kimia.
Dampak yang ditimbulkan akibat penyimpanan bahan kimia yang tidak
memerhatikan kompatibilitas bahan kimia yaitu dapat memicu reaksi yang dari
masing-masing bahan kimia yang reaktif (Stephen K. Hall, 1994). Adapun reaksi
tersebut dapat digambarkan melalui tabel 2

18
Table 2 Bahaya dari Penyimpanan Bahan Kimia yang Tidak Memerhatikan Kompabilitas Bahan Kimia

Penyimpanan Bahan Kimia yang Reaksi yang Ditimbulkan


Disimpan Secara Bersamaan
Acetic acid + acetaldehyde Dapat menyebabkan polimerisasi
kemudian dapat menyebabkan
pelepasan panas dalam jumlah yang
besar
Acetic anyhidride + acetaldehyde Dapat menimbulkan reaksi ledakan
yang besar
Mercury II oxide + Phosphorus Menyebabkan campuran menyala
Metil alcohol + mercury II nitrat Dapat membentuk merkuri yang
dijadikan sebagai bahan peledak
Sodium nitrat + sodium trisulfat Dapat menyebabkan ledakan
Nitric acid + phosphorus Phosphorus akan membakar secara
spontan

19
BAB III
KESIMPULAN

Prinsip penyimpanan bahan kimia yang aman menurut University Nottingham,


(2012) prinsip dalam penyimpanan bahan kimia adalah harus memenuhi beberapa
aspek :

1) Pelabelan bahan kimia mengenai bahan kimia yang berbentuk piktogram bahaya
atau simbol, tulisan atau kombinasi keduanya atau bentuk lain yang berisi
informasi bahan kimia atau produk, identitas produsen / pemasok, serta klasifikasi
bahan kimia. Terdapat beberapa label dalam bahan kimia diantaramya adalah
a) Penanda Produk
b) Piktogram Bahaya
c) Kata Sinyal
d) Pernyataan Bahaya
e) Identifikasi Produsen
2) Kompabilitas bahan kimia yang merupakan pedoman umum untuk
penyimpanan material bahan kimia berbahaya. Tujuannya agar bahan
kimia tersebut tidak tercampur ataupun bereaksi ketika didekatkan secara
berdekatan. Kompatibilitas bahan kimia sangat penting ketika terdapat beberapa
bahan kimia yang berbahaya memilki sifat yang tidak similar

20
DAFTAR PUSTAKA

Adiesendjaja, Yusuf Hilmi. 2004. Keselamatan dan Keamanan Laboratorium


Dinda, Diandra. 2019. Gambaran Pengelolaan Penyimpanan Bahan Kimia di
Laboratorium Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Ngeri Syarif Hidayatullah.
Jakarta

21

Anda mungkin juga menyukai