Anda di halaman 1dari 24

MENANGGANI BAHAN

KIMIA DAN BAHAN


INDUSTRI
Ivana wardani .S.K.M.,M.K.M
STANDAR/REGULASI/
KEBIJAKAN BAHAN KIMIA
1. Undang-Undang No. 1/1970, Tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang SMK3.
2. Undang-Undang Lingkungan Hidup No.32 tahun 2009.
9. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 14 tahun 2013
3. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
tentang tentang Simbol dan Label B3.
Bahan Berbahaya dan Beracun.
10. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 30 tahun 2009
4. Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan
Tatacara Perizinan LB3 oleh Pemda.
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
11. Keputusan Menteri Kesehatan No.472 tahun 1996 disebut
5. Peraturan Pemerintah Nomor 85 tahun 1999 tentang Perubahan
LDP (Lembar Data Pengaman) MSDS atau LDKB (Lembar
atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 tentang
Pengelolaan LB3, Peraturan Pemerintah 101 Tahun 2014 tentang Data Keselamatan Bahan).
Pengelolaan Limbah B3.
6. Peraturan Pemerintah No. 7/1973 Tentang Pengawasan Atas
Peredaran, Penyimpanan Dan Penggunaan Pestisida.
7. Peraturan Menteri Kesehatan No.258/MENKES/PER/III/1992
Tentang Persyaratan Kesehatan Pengelolaan Pestisida.
 Prinsip – prinsip k3
 Jenis – jenis bahan kimia
 Ancaman bahaya
 Penanganan bahan kimia
 Tanggap darurat
 Menerapkan prosedur mutu bahan kimia
 Pekerjaan yang berkualitas terhadap bahan kimia
Peningkatan
berkelanjutan

Penetapan dan
Peninjauan & kebijakan k3
peningkatan kinerja
k3 Prinsip prinsip
K3
Perencanaan k3
Pemantauan &
evaluasi kinerja k3

Penerapan k3
PP 50 tahun 2012 sistem manajemen
k3
BAHAN
KIMA
Bahan Kimia Berbahaya adalah bahan kimia
dalam bentuk tunggal atau campuran yang berdasarkan sifat
kimia atau fisika dan atau toksikologi berbahaya terhadap
tenaga kerja, instalasi dan lingkungan

Nilai Ambang Kuantitas yang selanjutnya disebutNAK


adalah standar kuantitas bahan kimia berbahaya untuk
menetapkan potensi bahaya bahan kimia di tempat kerja

Kepmennaker no 187 tahun 1999


tentang pengendalian bahan kima
berbahaya di tempat kerja
Kriteria bahan kimia berbahaya terdiri dari:
NAK:
1.Bahan beracun; 10 ton
2.Bahan sangat beracun; 5 ton
3.Cairan mudah terbakar; 50 ton
4.Cairan sangat mudah terbakar; 10 ton
5.Gas mudah terbakar; 10 ton
6.Bahan mudah meledak
( termasuk kriteria oksidator) 200 ton
7. Bahan reaktif; 100 ton
8. Bahan oksidator. 50 ton
Pasal 2
Pengusaha atau pengurus yang menggunakan, menyimpan,
memakai, memproduksi dan mengangkut bahan kimia
berbahaya di tempat kerja wajib mengendalikan bahan kimia
berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja.

Pengendalian bahan kimia berbahaya


meliputi :
1.penyediaan Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) dan
label;
2.penunjukan petugas K3 Kimia dan Ahli K3 Kimia.
JENIS JENIS BAHAN KIMIA
2. Berbahaya 4. terbakar
3. Mudah
1. Beracun
zat, campuran, dan barang Meledak bahan yang mudah terbakar
yang dapat menimbulkan atau mudah menyala pada
risiko signifikan terhadap Bahan peledak biasanya suhu sekitar. Tingkat
bersifat toksik mengacu kemudahan suatu bahan
pada kemampuannya untuk kesehatan dan keselamatan memiliki energi potensial
jika tidak dikelola dengan  lebih sedikit daripada bahan terbakar sangat tergantung
merusak sistem organ pada volatilitas material –
(ginjal, hati) sehingga benar, yang menyebabkan bakar, tetapi tingkat
kerusakan kulit, pelepasan energinya yang ini terkait dengan tekanan
mengganggu proses uap spesifik-komposisinya,
biokimia (misalnya dalam karsinogen, dan beragam tinggi menghasilkan tekanan
bahan kimia lainnya yang ledakan yang hebat. yang bergantung pada suhu.
hal ini proses pembentukan
darah) atau mengganggu dapat menyebabkan efek
kesehatan yang merugikan. Contoh : dinamit, Contoh : fosfor putih, hidrida,
sistem enzim di beberapa
dibenzoliperoksida alcohol, logam natrium
lokasi yang jauh dari lokasi
Contoh : merkuri klorida,
kontak.
hidrogen sulfida, methanol,
Contoh : sianida
Benzena, etanol, formalin
Bahan kimia yang termasuk kriteria bahan beracun dan sangat beracun
memperhatikan sifat kimia, fisika dan toksik, dengan NAK:

- Bahan beracun dalam hal pemajanan melalui Mulut : LD 50 > 25 atau < 200 mg/kg
berat badan, atau Kulit : LD50 > 25 atau < 400 mg/kg berat badan, atau Pernafasan :
LC50 > 0,5 mg/l dan 2 mg/l;
- Bahan sangat beracun dalam hal pemajanan melalui Mulut : LD 50 ≤ 25 mg/kg berat
badan, atau Kulit : LD50 ≤ 25 mg/kg berat badan, atau Pernafasan : LC50 ≤ 0,5 mg/l.

Bahan kimia yang termasuk kriteria cairan mudah terbakar, cairan sangat mudah terbakar dan
gas mudah terbakar memperhatikan sifat kimia dan fisika, sebagai berikut:

1. Cairan mudah terbakar dalam hal titrik nyala > 21° C dan < 55° C pada tekanan 1
(satu) atmosfir;
2. Cairan sangat mudah terbakar dalam hal titik nyala < 21° C dan titik didih > 20°C
pada tekanan 1 (satu) atmosfir;
3. Gas mudah terbakar dalam hal titik didih < 20° C pada tekanan 1 (satu) atmosfir.
Bahan kimia mudah meledak apabila reaksi kimia bahan tersebut
menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang
tinggi, sehingga menimbulkan kerusakan disekelilingnya.

Bahan kimia kriteria reaktif apabila bahan tersebut :


a. bereaksi dengan air, mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar.
b. bereaksi dengan asam, mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar
atau beracun atau korosif.
PENGENDALIAN POTENSI BAHAYA

1.Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko;


2.Kegiatan teknis, rancang bangun, konstruksi, pemilihan bahan
kimia, serta
3.pengoperasian dan pemeliharaan instalasi;
4.Kegiatan pembinaan tenaga kerja di tempat kerja;
5.Rencana dan prosedur penanggulangan keadaan darurat;
6.Prosedur kerja aman.
Contoh SOP laboratorium
1.Jika melihat percikan api jangan panik, beritahukan pada petugas laboratorium dan
semua praktikan yang ada di laboratorium.
2. Ambil Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang ada. Buka kunci pengait selang,
arahkan selang pada sumber api, tekan kait kebawah hingga busa keluar, padamkan api.
3. Jauhkan / pindahkan bahan-bahan kimia yang mudah terbakar dan mudah meledak
dari sumber api (bawa ke lantai dasar).
4. Jika keadaan menjadi tidak terkendali (api bertambah besar), petugas laboratorium
menghubungi petugas keamanan.
5. Petugas keamanan mematikan arus listrik pada panel utama gedung.
6. Petugas keamanan membunyikan alarm tanda bahaya agar seluruh penghuni gedung
waspada.
7. Petugas keamanan menghubungi petugas pemadam kebakaran.
8. Petugas laboratorium mengosongkan area laboratorium, alat – alat laboratorium
dipindahkan bila memungkinkan, praktikan keluar laboratorium mengikuti petunjuk
jalur evakuasi yang ada, jangan panik.
9. Praktikan berkumpul di area yang aman (lantai dasar).
10. Petugas keamanan menghidupkan hidran yang ada untuk mematikan api. 11.
Petugas pemadam kebakaran datang, api dapat dipadamkan
Rencana dan prosedur
keadaan darurat

1. Identifikasi risiko bahaya besar dan


2. Sasaran rencana tanggap darurat:
keadaan darurat :
a. Upaya melokalisir dan atau
a. Analisa risiko tanggap darurat
mengeliminasi dampak
b. Rencana tanggap darurat telah
b. Upaya meminimalkan dampak pada
meliputi tanggap darurat internal
manusia, lingkungan dan aset
dan eksternal

3. Tersedianya scenario terjadinya


kecelakaan (accident) :

a. Skenario terburuk (worst scenario


of event)
b. rute skenarion terburuk (route of
worst scenario)
4. Elemen rencana tanggap darurat

g. Prosedur aksi pihak luar (off site)


a. Keterlibatan petugas pihak internal selama tanggap darurat
maupun eksternal h. Prosedur melakukan penghentian
b. Prosedur menyalakan alarm operasi dalam keadaan darurat
c. Prosedur komunikasi dengan (emergency shut down)
pihak Internal dan eksternal i. Prosedur memantau dan
d. Penunjukkan petugas pengendali memanggigil personel dalam area
kecelakaan termasuk tugas dan kecelakaan.
tanggung jawab j. Ketersediaan dan kesiapan
e. Lokasi dan organisasi pusat sumberdaya dalam kondisi tanggap
pengendali tanggap darurat darurat.
f. Prosedur aksi dalam pabrik (on k. Ketersediaan dan kesiapan layanan
site) dan prosedur evakuasi tanggap darurat dari luar.
6. Pusat pengendalian
keadaan darurat

5. Alarm dan a. Terdapat no.telepon darurat pihak internal


Komunikasi dan eksternal
b. Terdapat radio atau peralatan komunikasi
lain
c. Terdapat peta instalasi yang menunjukkan
:
a. Sistem alarm terpasang pada tempat - Area dimana konten bahan berbahaya
yang dengan mudah didengar pekerja berada
b. Pada area yang bising, alarm - Letak peralatan keselamatan
dilengkapi tanda visual - Sistem pemadam kebakaran dan
lokasi tambahan sumber air
- Sistem drainase dan pembuangan
- Jalur penyelamatan
- Titik kumpul (assembly point)
d. Terdapat peta letak alat pengukur
kecepatan dan arah angin
Lanjutan

e. Terdapat peta letak alat pelindung diri (APD) dan perlengkapan


penyelamatan (recue equipment)
f. Tersedia daftar pekerja di area pabrik/tempat kerja
g. Tersedia daftar pekerja penting dengan alamat lengkap dan telepon
h. Tersedia daftar pekerja kontraktor dan pengunjung
i. Tersedia data alamat dan nomor layanan tanggap darurat
j. Lokasi pusat pengendalian keadaan darurat terletak diarea beresiko paling
kecil.
k. Memiliki 1 (satu) alternatif pusat pengendalian keadaan darurat bila ada
risiko bahaya gas uap beracun
Apa yang anda lakukan jika mendapatkan sinyal bahaya
yang dapat memgancam keselamatan anda, orang lain
maupun asset perusahaan ?

Rencana prosedur keadaan darurat

Apa yang anda lakukan jika terjadi


keadaan darurat dengan proses
evakuasi terhadap orang maupun
barang/dokumen sulit dilaksanakan ?
1.Petugas yang pertama mengetahui terjadi kecelakaan B3 melakukan upaya penghentian
sumber lepasan dan emisi B3
2.Apabila tidak dapat dilakukan upaya penghentian sumber maka segera mengkomunikasikan
kepada Unit Tanggap Darurat internal perusahaan (pemadaman mandiri)/In Plant
3.Dalam hal penanggulangan mandiri tidak mampu segera mengkomunikasikan ke Pos Polisi
terdekat, regu pemadam kebakaran, pos kesehatan untuk dilakukan pemadaman gabungan.
4.Dalam hal penanggulangan gabungan tidak mampu segera mengkomunikasikan ke BNPB
untuk dilakukan pengerahan sumber daya nasional.
5.Menunjuk insident commander di lokasi yang bertugas: 
a. Melakukan kajian cepat penyebab, kelas hazard, dan luasan area terpapar
b. Menugaskan Tim untuk melakukan pengukuran lepasan dan atau emisi B3
c. Menugaskan Tim yg terlibat  langsung di lokasi (dibagi dalam zona area terpapar:
panas, sedang dan dingin)
d. Melakukan penanganan terhadap B3 sesuai dengan karakteristik
e. Menugaskan Tim pendukung peralatan penanggulangan, pengoperasian peralatan
teknis di sekitar lokasi kecelakaan dan medis
6) Menyampaikan informasi kepada publik.
PENANGANAN BAHAN KIMIA
Prinsip penanganan bahan kimia Amankan, bendungkan, serap, bersihkan (ABSB)

 Jangan panik
 Kenali bahan kimia cairnya / data MSDS
 Minta bantuan rekan yang berada didekat anda
 Gunakan sarung tangan untuk menghindari kontak langsung
 Gunakan cairan penetral bahan kimia yang jatuh/tertumpah, kemudian dilap pakai tisu/kain dan
dimobilisasikan sesuai bhan kimianya.
 Bila kulit terkena bahan kimia, jangan digaruk agar tidak tersebar.
 Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung (cuci dengan air mengalir)
 Bawa ke tempat yang cukup oksigen
 Hubungi paramedic guna mendapatkan pertolongan pertama
 Buka semua jendela, pintu untuk sirkulasi ruangan .

Anda mungkin juga menyukai