KIMIA DASAR
Dosen Pengampu :
Dr. Noer Abyor Handayani, S.T., M.T.
Disusun oleh :
Kelompok 4 - Kelas B
i
DAFTAR ISI
ii
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................... 24
3.1 Material Gypsum .................................................................................................. 24
3.2 Proses Pembuatan Gypsum ................................................................................... 24
3.3 Sifat Kimia Gypsum ............................................................................................. 27
3.4 Reaksi Kimia Gypsum .......................................................................................... 28
3.5 Sifat Mekanis Gypsum.......................................................................................... 29
3.6 Kegunaan Gypsum ................................................................................................ 30
LAMPIRAN
iii
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
BAB I
PENDAHULUAN
1
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
4. Mengetahui pengaruh ilmu kimia dalam suatu material konstruksi terhadap sifat
kimia dan mekanis suatu material.
2
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Atom
2.1.1 Sejarah Atom
Atom merupakan satuan terkecil dari suatu materi yang tidak dapat
disederhanakan. Atom terdiri dari inti atom yang mengandung proton (muatan
+) dan neutron (netral) serta kulit atom yang mengandung elektron (muatan –).
Beberapa contoh dari atom yaitu Hidrogen (H), Oksigen (O), dan Karbon (C),
dan lain-lain. Dengan kata lain, atom adalah unit terkecil pembentuk suatu
materi. Sifat atom adalah netral (tidak bermuatan). Atom yang sejenis akan
membentuk suatu unsur. Suatu atom diberi lambang yang sama dengan
unsurnya.
Atom tersusun atas partikel dasar (subatom), yaitu elektron, neutron, dan
proton. Elektron merupakan partikel bermuatan negatif yang berada di kulit atau
di luar inti atom. Proton merupakan partikel bermuatan positif yang berada di
dalam inti atom, sedangkan neutron merupakan partikel tidak bermuatan (netral)
yang berada di inti atom bersama dengan proton.
2.1.2 Perkembangan Atom
Sejarah atom bermula pada zaman kuno dengan gagasan-gagasan filosofis
mengenai alam semesta dan materi. Namun, perkembangan yang lebih
signifikan dalam pemahaman tentang atom dimulai pada abad ke-19 dan
berlanjut hingga abad ke-20. Berikut beberapa teori atom berdasarkan
perkembangannya.
1. Filosofi kuno
Leukippos dan Demokritos (abad ke-5 SM) mengajukan gagasan tentang
atom sebagai partikel-partikel tak terbagi yang membentuk materi.
2. Teori Atom Dalton
Konsep Demokritos kemudian dikembangkan oleh John Dalton untuk
pertama kalinya. Sesuai dengan namanya, teori ini dikenal dengan teori
atom dalton. Adapun isi dari teori atom dalton adalah:
• Atom merupakan partikel terkecil dari suatu unsur yang tidak dapat
3
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
dibagi bagi.
• Atom-atom dengan unsur sejenis memiliki sifat sama, sedangkan atom
dengan unsur tidak sejenis memiliki sifat yang tidak sama.
• Reaksi kimia menghasilkan pemisahan atau penggabungan suatu atom.
• Suatu atom dapat bersatu dengan lainnya menjadi sebuah molekul
dengan perbandingan bulat dan sederhana.
4
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
5
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
Atom Mekanika Kuantum. Dasar dari teori ini adalah gerakan elektron
dalam mengelilingi inti bersifat layaknya sebuah gelombang. Hingga saat
ini, teori ini merupakan teori paling mutakhir terkait atom.
2.2 Unsur
Unsur adalah zat tunggal yang tidak dapat diuraikan menjadi zat-zat yang lebih
sederhana dengan reaksi kimia. Contohnya: besi, emas, tembaga, alumunium,
oksigen, belerang. Unsur dapat dikelompokkan menjadi:
• Unsur logam, misalnya: besi, alumunium, emas, tembaga, seng, platina, perak.
• Unsur non logam, misalnya: oksigen, hydrogen, belerang, karbon, fosfor, nitrogen.
Beberapa unsur yang kita kenal sehari-hari, ada yang berada dalam keadaan
bebas atau monoatomik dan berada dalam bentuk yang terikat dengan unsur
lain/bentuk senyawa atau poliatomik. Contoh unsur monoatomik: karbon, emas, besi
dan lain-lain. Sedangkan contoh unsur poliatomik: belerang, fosfor, hidrogen, dan lain-
lain.
Atom sama dengan unsur. Perbedaannya terletak pada penggunaannya dalam
kalimat. Atom merupakan kata benda konkret, sedangkan unsur merupakan kata benda
yang merujuk sifat.
Contoh:
H2O dapat dikatakan unsur karena terdapat dua jenis unsur, yaitu Hidrogen dan
6
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
Oksigen, tetapi juga dapat dikatakan atom karena terdapat 3 buah atom, yaitu dua buah
Hidrogen dan satu buah Oksigen.
• Unsur terdapat 118 jenis (sesuai dengan tabel periodik).
• Atom jumlahnya tak terhingga.
2.3 Molekul & Senyawa
2.3.1 Molekul
Molekul (molecule) adalah bagian terkecil dari senyawa yang tersusun dari
gabungan dua atau lebih atom dalam susunan tertentu yang terikat bersama oleh
gaya-gaya kimia (disebut juga ikatan kimia). Molekul dibedakan menjadi empat
jenis sebagai berikut :
1. Molekul Unsur
Molekul unsur adalah molekul yang terbentuk dari dua atom atau lebih
yang sama. Contohnya H2 dapat dikatakan sebagai molekul, tetapi tidak
bisa disebut sebagai senyawa. H2 merupakan molekul karena merupakan
gabungan dua atom atau lebih (ada dua atom dalam molekulnya).
2. Molekul Senyawa
Molekul senyawa adalah molekul yang terbentuk dari dua atom atau lebih
yang berbeda. Contohnya H2O dapat dikatakan sebagai molekul dan juga
senyawa. H2O merupakan molekul karena merupakan gabungan dua atom
atau lebih (ada tiga atom dan molekulnya). H2O merupakan senyawa
karena merupakan gabungan dua jenis unsur atau lebih (ada dua jenis
unsur, yaitu hidrogen dan oksigen).
3. Molekul Diatomik
Molekul diatomik adalah molekul yang mengandung hanya dua atom saja.
Contohnya H2, N2, O2, Br2, HCl dan CO.
4. Molekul Poliatomik
Molekul poliatomik adalah molekul yang terbentuk dari tiga atau lebih
atom. Contohnya O3, H2O, NH3, dan CH4.
2.3.2 Senyawa
Senyawa merupakan proses menggabungkan dua atau lebih unsur yang
sejenis maupun berbeda membentuk satu kesatuan. Sehingga memiliki sifat yang
berbeda dengan unsur penyusunnya (Khopkar, 2003). Berdasarkan asalnya,
7
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
8
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
9
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
2.4 Campuran
2.4.1 Campuran
Campuran merupakan penggabungan dua atau lebih zat (unsur dan atau
senyawa) dimana dalam penggabungan ini zat-zat tersebut mempertahankan
identitasnya masing-masing. Pada hakikatnya campuran hanya dapat
bercampur secara fisik tetapi tidak secara kimia karena campuran bukanlah
suatu zat melainkan komponen-komponennya dapat bervariasi menurut
masanya. Beberapa contohnya yaitu udara, minuman ringan, susu, dan semen.
Sampel-sampel udara yang diperoleh dari kota yang berbeda dapat
menghasilkan susunan yang berbeda pula. Hal ini dikarenakan adanya
perbedaan ketinggian, pencemaran dan hal lain yang membedakannya.
2.4.2 Sifat Campuran
1. Memiliki Dua Atau Lebih Jenis Zat
Sesuai dengan pengertian campuran sendiri bahwa campuran merupakan
gabungan dua atau lebih jenis zat. Zat tersebut dapat berupa unsur dengan
unsur, unsur dengan senyawa maupun senyawa dengan senyawa.
2. Selalu Memiliki Sifat Asli Dari Zat Penyusunnya
Seperti yang kita ketahui bahwa campuran tidak dapat terbentuk dengan
cara kimiawi melainkan dengan cara fisika. Maka dari itu sifat campuran
mengikuti sifat zat penyusunnya salah satunya terdapat pada air gula.
Warna bening pada campuran mengikuti warna air tetapi rasa manis pada
campuran gula mengikuti sifat gula.
3. Tidak dapat dijalankan kembali menggunakan proses yang biasa
Campuran terbentuk dengan proses fisika dimana pemisahannya pun
harus dilakukan secara fisik, yang mana diperlukan proses khusus untuk
memisahkannya kembali.
4. Dapat dipecah lagi dengan proses fisik
Campuran hanya dapat dipisahkan dengan proses fisik sesuai dengan sifat
zat penyusunnya. Baik denggan cara pemanasan, penyulingan,
penyubliman maupun cara pemisahan material lainnya yang sesuai
dengan sifat zat penyusun.
10
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
11
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
• Bentuk partikel zat pelarutnya (air) dan zat terlaerut itu terpisah
• Biasanya bersifat keruh dan tidak bisa tembus cahaya
• Larutan campuran heterogen akan mengendap jika diamkan karena
partikel zat pelarut dan terlarunya dapat berpisah secara alami
• Bentuk zat campuran heterogen cenderung keruh dan tidak bisa
ditembus cahaya
• Dapat dilakukan proses pemisahan terutama penyaringan yang tidak
begitu sulit
• Hasil zat campuran dapat berupa zat padat, cair, dan gas
• Komponen-komponen yang tercampur memiliki perbandingan yang
tidak sama daalam satu zat campuran
• Memiliki tingkat konsentrasi sifat asli zat yang tidak sama
• Memiliki warna yang berbeda sehingga sulit untuk didegradasi
2.5 Suspensi, Koloid & Larutan
2.5.1 Suspensi
Suspensi merupakan bentuk campuran heterogen kasar yang terjadi antara
fase terdispresi dalam medium pendispersi. Jenis zat campuran heterogen ini
terdispersi dengan padatan dan medium pendispersinya adalah cairan. Itulah
sebabnya dalam sistem suspensi dibedakan menjadi zat terdispersi dan medium
pendispersi yang mudah dibedakan komposisinya dalam campuran.
Fase terdispersi yang berbentuk padat tersebar pada medium cair dengan
ukuran yang besar, sehingga fase cair tidak mampu menahannya. Itulah
sebabnya mengapa zat campuran heterogen bisa mengendap secara alami karena
ada komposisi yang berbeda antara dua zat yang dicampurkan, baik ukuranya
yang lebih besar atau kecil.
Karena ukuran partikel-partikel suspensi yang kasar menyebabkan
penyusunnya dapat disaring. Dari tingkat kestabilan, campuran hetrogen
suspensi tidak stabil dan mudah memisah. Salah satu contoh campuran heterogen
suspensi adalah bentuk campuran pasir dan air. Jika diperhatikan campuran pasir
dan air tersebut masih bisa terlihat perbedaan partikelnya. Pasir dan air yang
tidak bisa tercampur seutuhnya.
12
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
13
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
Koloid merupakan campuran zat berbeda dari larutan dan suspensi. Oleh
karena itu, karakter dari koloid ini mempunyai perbedaan sifat, di antaranya:
1. Brown
Ini adalah gerakan partikel koloid yang terjadi secara acak atau zig-zag,
karena adanya tumbukan. Semakin kecil partikelnya maka gerakan ini bisa
menjadi cepat.
2. Efek Tyndall
Sifat berikut dihasilkan dari efek penghamburan cahaya oleh partikel
koloid. Contohnya, hamburan cahaya dari motor akan sangat terlihat di
jalan yang berdebu.
3. Adsorbsi
Adsorbsi merupakan proses penyerapan ion oleh partikel koloid, sehingga
ion dapat menempel ke permukaannya, bisa itu ion negatif atau ion positif.
4. Koagulasi
Koagulasi atau penggumpalan yaitu peristiwa pengendapan dari partikel
koloid, karena adanya pemanasan, penambahan koloid atau elektrolit,
sehingga zat tidak stabil.
5. Elektroforesis
Sifat ini termasuk pergerakan partikel koloid karena pengaruh medan
listrik. Metode ini digunakan untuk proses identifikasi DNA, dan
penyaringan debu dari cerobong asap pabrik.
6. Koloid Pelindung
Koloid pelindung adalah koloid yang bersifat melindungi koloid lain agar
tidak terjadi koagulasi. Contoh sifat ini bisa terlihat pada sabun, detergen,
atau pembuatan es krim yang memakai gelatin.
14
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
7. Dialisis
Dialisis yaitu sifat yang dihasilkan dari proses pemurnian koloid, supaya
terbebas dari ion-ion pengganggu. Contoh sifat ini ada pada proses cuci
darah bagi penderita gagal ginjal.
8. Koloid Liofil dan Liofob
Sifat koloid berikut dapat ditemukan pada sol. Koloid liofil yaitu jenis
koloid yang fase terdispersinya dapat menarik medium pendispersi berupa
cairan, sehingga sifatnya kental. Sementara koloid liofob adalah partikel
zat terdispersi yang tidak dapat menarik medium, sehingga sifatnya encer.
2.5.5 Jenis Koloid
Ada beberapa jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan medium
penyangga. Beberapa jenis koloid yang umum meliputi:
1. Sol:
Fase Terdispersi: Partikel padat sangat kecil atau molekul-molekul dalam
bentuk padat.
Medium Penyangga: Cairan atau gas.
Contoh: Tinta, cat, emulsi fotografi.
2. Gel:
Fase Terdispersi: Struktur tiga dimensi dari partikel padat yang terjebak
dalam jaringan cairan.
Medium Penyangga: Cairan.
Contoh: Gelatin, gel rambut, gelembung sabun.
3. Aerosol:
Fase Terdispersi: Partikel padat atau cairan sangat kecil atau gas yang
terdispersi dalam gas.
Medium Penyangga: Gas.
Contoh: Deodoran aerosol (partikel padat atau cairan dalam gas
penyangga), aerosol atmosfer (tetesan air atau partikel dalam udara).
4. Emulsi:
Fase Terdispersi: Tetesan cairan dalam cairan yang lain.
Medium Penyangga: Cairan.
Contoh: Minyak dalam air (contoh: susu), air dalam minyak (contoh:
vinaigrette).
15
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
5. Sol Koloid:
Fase Terdispersi: Partikel padat kecil yang terdispersi dalam medium
penyangga padat.
Medium Penyangga: Padat.
Contoh: Campuran antara emas koloid dengan kaca (kaca merah), serbuk
logam dalam plastik.
6. Aerogel:
Fase Terdispersi: Struktur padat yang sangat pori-pori.
Medium Penyangga: Gas.
Contoh: Aerogel silika, yang memiliki struktur sangat ringan dan
digunakan dalam berbagai aplikasi termasuk isolasi dan penelitian
ilmiah.
7. Hidrogel:
Fase Terdispersi: Struktur padat tiga dimensi yang mengandung air
dalam jaringan polimer.
Medium Penyangga: Cairan (air).
Contoh: Hidrogel digunakan dalam pembuatan lensa kontak, obat-obatan,
dan aplikasi medis lainnya.
8. Pelembab Koloid:
Fase Terdispersi: Molekul-molekul air yang terjebak dalam lapisan
molekul surfaktan.
Medium Penyangga: Gas.
Contoh: Kabut, awan, embun.
2.5.6 Larutan
Larutan adalah sistem dispersi yang partikel-partikel zat terdispersi dan
partikel medium pendispersinya tidak dapat dibedakan, bahkan jika
menggunakan mikroskop ultra. oleh sebab itu, sitem dispersi larutan bersifat
homogen. Misalnya, gula dengan air atau garam dengan air. Berikut adalah sifat-
sifat larutan:
1. Larutan merupakan campuran yang homogen. Jika tidak homogen atau
terdapat endapan seperti pasir yang dimasukkan ke dalam air, disebut
suspensi, bukan larutan.
16
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
2. Partikel dalam larutan berukuran kecil dan memiliki diameter kurang dari
1 nm, sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
3. Tidak dapat dibedakan antara zat pelarut dan zat terlarut, sehingga
komponen yang lebih banyak disebut zat pelarut dan yang lebih sedikit
dinamakan zat terlarut.
4. Komponen-komponen dalam larutan tidak dapat dipisahkan menggunakan
filtrasi atau saringan karena larutan bersifat homogen.
17
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
Keterangan:
M = molaritas
Mr = massa molar zat terlarut (g/mol)
V = volume larutan
2. Molalitas (m)
Molalitas (m) menyatakan banyaknya molzat terlarut dalam setiap 1.000
gram pelarut. Berikut rumus molalitas.
Keterangan:
m = molalitas (mol/kg)
Mr = massa molar zat terlarut (g/mol)
massa = massa zat terlarut (g)
P = massa zat pelarut (g)
3. Fraksi Mol (X)
Fraksi mol (X) menyatakan perbandingan banyaknya mol dari zat pelarut
dan pelarut terhadap jumlah mol seluruh komponen dalam larutan. Dalam suatu
larutan terdapat 2 fraksi mol, yakni fraksi mol terlarut (Xt) dan fraksi mol
pelarut (Xp). Berikut rumus fraksi mol.
Keterangan:
Xt = fraksi mol terlarut
nt = mol terlarut
Xp = fraksi mol pelarut
np = mol pelarut
18
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
Keterangan:
P0 = tekanan uap zat cair murni
P = tekanan uap larutan
Pada tahun 1878, Marie Francois Raoult seorang kimiawan asal Prancis
melakukan percobaan mengenai tekanan uap jenuh larutan, sehingga ia
menyimpulkan tekanan uap jenuh larutan sama dengan fraksi mol pelarut
dikalikan dengan tekanan uap jenuh pelarut murni. Kesimpulan ini dikenal
dengan Hukum Raoult dan dirumuskan dengan:
P = P0 Xp
ΔP0 = P0 Xt
Keterangan:
P = tekanan uap jenuh larutan
P0 = tekanan uap jenuh pelarut murni
Xp= fraksi mol zat pelarut
Xt = fraksi mol zat terlarut.
2. Kenaikan Titik Didih
Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih. Pada
suhu ini, tekanan uap zat cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya. Hal ini
menyebabkan terjadinya penguapan di seluruh bagian zat cair. Perbedaan titik
19
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
didih larutan dengan titik didih pelarut murni di sebut kenaikan titik didih yang
dinyatakan dengan “ΔTb”. Persamaannya dapat ditulis:
ΔTb = kb × m
ΔTb = kb × (gram ÷ Mr) × (1000/P)
ΔTb = Tb larutan – Tb pelarut
Keterangan:
ΔTb = kenaikan titik didih (oC)
kb = tetapan kenaikan titik didih molal (oC kg/mol)
m = molalitas larutan (mol/kg)
Mr = massa molekul relatif
P = jumlah massa zat (kg).
Keterangan:
ΔTf = penurunan titik beku (oC)
kf = tetapan perubahan titik beku (oC kg/mol)
m = molalitas larutan (mol/kg)
20
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
4. Tekanan Osmotik
Tekanan osmotik adalah gaya yang diperlukan untuk mengimbangi
desakan zat pelarut yang melalui selaput semipermiabel ke dalam larutan.
Membran semipermeabel adalah suatu selaput yang dapat dilalui molekul-
molekul pelarut dan tidak dapat dilalui oleh zat terlarut. Menurut Van't Hoff,
tekanan osmotik larutan dirumuskan:
Π=M×R×T
Keterangan:
Π = tekanan osmotic
M = molaritas larutan
R = tetapan gas (0,082)
T = suhu mutlak.
Pada konsentrasi yang sama, sifat koligatif larutan elektrolit memliki nilai
yang lebih besar daripada sifat koligatif larutan non elektrolit.
Banyaknya partikel zat terlarut hasil reaksi ionisasi larutan elektrolit
dirumuskan dalam faktor Van't Hoff. Perhitungan sifat koligatif larutan elektrolit
selalu dikalikan dengan faktor Van't Hoff:
i = 1 + (n - 1)α
Keterangan:
i = faktor Van't Hoff
n = jumlah koefisien kation
21
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
Α = derajat ionisasi
2.7 Kelarutan
Kelarutan adalah jumlah maksimal dari suatu zat yang masih bisa larut dalam
suatu larutan. Jadi, tidak semua zat bisa larut, contohnya adalah tanah. Tanah ketika
dilarutkan dalam air sampai berapa lama pun tanah tidak akan bisa larut. Contoh dari
zat yang bisa larut ada banyak, yaitu:
1. Garam
2. Gula
3. Sirup
22
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
3. Volume pelarut
Semakin banyak pelarut maka zat terlarut juga akan semakin cepat zat
untuk larut.
4. Pengadukan
Pada saat mengaduk gula di dalam air, maka akan menyebabkan partikel
partikel gula akan semakin sering bertabrakan dengan patikel air, yang dimana
hal ini akan menyebabkan gula lebih cepat larut di dalam air.
23
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
BAB III
PEMBAHASAN
24
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
25
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
Gypsum buatan, atau yang sering disebut juga sebagai gypsum sintetis atau
gypsum produksi manusia, adalah produk gypsum yang dibuat secara artifisial
melalui proses kimia. Proses pembuatan gypsum buatan melibatkan langkah-
langkah berikut:
1. Bahan Baku:
Bahan baku untuk membuat gypsum buatan adalah kalsium sulfat dihidrat
(CaSO4·2H2O) yang umumnya berasal dari sumber mineral alami seperti
anhidrit, gypsum alami, atau limbah industri. Bahan baku ini kemudian
dihancurkan dan digiling hingga menjadi serbuk halus.
2. Reaksi Kimia:
Serbuk kalsium sulfat dihidrat ini kemudian direaksikan dengan air dalam
proses kimia yang menghasilkan gypsum hemihydrate (CaSO4·0.5H2O), yang
memiliki sifat fisik yang mirip dengan gypsum alami.
3. Pengolahan Lanjutan:
Gypsum hemihydrate yang dihasilkan dari reaksi kimia tersebut dapat
diolah lebih lanjut sesuai dengan aplikasi yang diinginkan. Misalnya, untuk
pembuatan panel gypsum, gypsum hemihydrate dicampur dengan aditif tertentu
seperti serat kertas, fiberglass, atau bahan pengeras lainnya untuk meningkatkan
kekuatan dan kekakuan. Kemudian, campuran ini dipres menjadi lembaran tipis
dan dipanaskan untuk menghilangkan kelembaban, mirip dengan proses
pembuatan panel gypsum dari gypsum alami.
4. Pengemasan dan Distribusi:
Produk gypsum buatan yang telah selesai diproses kemudian dikemas
26
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
dalam kemasan yang sesuai dan siap untuk didistribusikan ke berbagai industri
dan proyek konstruksi.
27
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
gypsum biasanya mencapai sekitar 2 pada skala Mohs. Ini berarti bahwa gypsum
dapat dengan mudah diukir atau dipahat dengan alat sederhana.
• Kelarutan Gypsum dalam Air: Gypsum adalah senyawa yang cukup larut dalam
air. Ini berarti bahwa ketika gypsum ditambahkan ke dalam air, ia akan larut dan
membentuk larutan. Proses ini melibatkan pemisahan ion-ion kalsium (Ca2+), ion
sulfat (SO42-), dan molekul air (H2O) dalam larutan.
Gypsum memiliki solubilitas yang moderat dalam air. Ini berarti bahwa
sejumlah gypsum dapat larut dalam air untuk membentuk larutan. Beberapa
faktor yang perlu diperhatikan tentang solubilitas gypsum dalam air adalah:
1. Pengaruh Suhu: Solubilitas gypsum dalam air meningkat dengan
peningkatan suhu air. Ini berarti bahwa pada suhu yang lebih tinggi, lebih
banyak gypsum dapat larut dalam air. Sebaliknya, pada suhu yang lebih
rendah, larutan akan lebih jenuh, dan lebih sedikit gypsum yang dapat
larut.
2. Laju Pelarutan: Proses pelarutan gypsum dalam air akan memakan waktu.
Larutnya gypsum dalam air akan lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi,
tetapi pada suhu dingin, pelarutan mungkin membutuhkan waktu yang
lebih lama.
3. Kesetimbangan Larutan: Ketika gypsum larut dalam air, akan mencapai
kesetimbangan antara jumlah gypsum yang larut dan jumlah yang terlarut
dalam larutan. Pada titik ini, larutan dianggap jenuh, dan tidak akan bisa
melarutkan lebih banyak gypsum pada suhu dan tekanan tersebut.
• Oksidasi: Gypsum sendiri bukanlah zat yang mudah teroksidasi karena
keberadaan unsur-unsur seperti kalsium (Ca), sulfur (S), dan oksigen (O) dalam
senyawa kimianya telah membentuk ikatan kimia yang stabil. Namun, oksidasi
mungkin terjadi pada komponen-komponen individu dalam gypsum, terutama
sulfur, jika terpapar dengan kondisi ekstrem seperti panas dan oksigen yang
cukup.
3.4 Reaksi Kimia Gypsum
Reaksi kimia pada gypsum (kalsium sulfat dihidrat, CaSO4·2H2O) melibatkan
perubahan struktur dan komposisi molekulnya dalam berbagai kondisi kimia dan fisik
tertentu. Berikut beberapa reaksi kimia yang terkait dengan gypsum:
• Dehidrasi: Gypsum secara alami mengandung dua molekul air (H2O) dalam
28
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
strukturnya. Ketika gypsum dipanaskan pada suhu tertentu, air ini akan
menguap, menghasilkan perubahan menjadi kalsium sulfat anhidrat (CaSO4). Ini
adalah reaksi dehidrasi. Persamaan reaksi kimianya adalah sebagai berikut:
CaSO4·2H2O (gypsum) → CaSO4 (anhydrite) + 2H2O
• Reaksi dengan Air: Gypsum adalah senyawa higroskopis, yang berarti ia mampu
menyerap air dari udara. Ketika gypsum terkena udara lembap, ia dapat
menyerap air dan membentuk kristal hidrat. Persamaan reaksinya adalah sebagai
berikut:
CaSO4·2H2O (gypsum) + 3H2O (air) → CaSO4·2H2O·3H2O (gypsum hidrat)
• Reaksi dengan Asam: Gypsum adalah senyawa basa, sehingga dapat bereaksi
dengan asam. Reaksi ini menghasilkan kalsium sulfat dan air. Contoh reaksi ini
adalah ketika gypsum bereaksi dengan asam sulfat (H2SO4):
CaSO4·2H2O (gypsum) + H2SO4 (asam sulfat) → CaSO4 (kalsium sulfat) +
2H2O (air)
• Reaksi dengan aluminium (Al): Reaksi ini dapat terjadi dalam kondisi tertentu.
Reaksi ini melibatkan dehidrasi gypsum dengan panas tinggi yang dihasilkan
oleh aluminium. Dalam reaksi ini, aluminium (Al) bereaksi dengan gypsum
(CaSO4·2H2O) untuk membentuk aluminium oksida (Al2O3) dan uap air (H2O).
Proses ini terutama melibatkan dehidrasi gypsum dengan melepaskan molekul
air dari struktur gypsum. Aluminium oksida yang dihasilkan biasanya dalam
bentuk padat dan tahan terhadap panas. Persamaan reaksinya adalah sebagai
berikut:
CaSO4·2H2O (gypsum) + 2Al (aluminium) → Al2O3 (aluminium oksida) +
3H2O (air)
• Reaksi dengan besi (Fe): Reaksi ini tidak terjadi secara spontan dalam kondisi
normal dan memerlukan kondisi khusus yang menciptakan lingkungan reaktif.
Reaksi ini memerlukan suhu yang sangat tinggi dan bukan merupakan reaksi
yang umum atau bermanfaat dalam konteks sehari-hari. Persamaan reaksinya
adalah sebagai berikut:
CaSO₄ · 2H₂O + Fe → CaSO₄ + FeSO₄ + 2H₂O
3.5 Sifat Mekanis Gypsum
Sifat mekanis dari gypsum menggambarkan bagaimana bahan ini berperilaku
29
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
dalam respons terhadap gaya-gaya fisik, termasuk tekanan, tarikan, lenturan, dan
kompresi. Berikut adalah beberapa sifat mekanis utama dari gypsum:
1. Kerapuhan: Gypsum adalah bahan yang relatif rapuh. Ini berarti bahwa ia
cenderung patah atau retak tanpa deformasi plastis yang signifikan ketika diberi
tekanan yang melebihi batas elastisitasnya.
2. Ketahanan Terhadap Gaya Tarik: Gypsum memiliki kekuatan tarik yang rendah
dan cenderung patah ketika ditarik. Oleh karena itu, untuk aplikasi yang
memerlukan kekuatan tarik yang tinggi, seperti struktur yang terkena beban tarik
besar, bahan lain yang lebih kuat biasanya digunakan.
3. Lentur: Gypsum memiliki kekurangan dalam sifat lenturan karena kerapuhan
dan kekuatan yang rendah. Namun, papan gypsum yang diperkuat dengan serat
atau bahan tambahan tertentu dapat memiliki sifat lenturan yang lebih baik.
4. Kekakuan: Gypsum memiliki kekakuan yang relatif rendah dalam bentuknya
yang murni, yang berarti bahwa ia cenderung menjadi deformabel atau elastis di
bawah tekanan. Namun, kekakuan dapat ditingkatkan dalam beberapa aplikasi
dengan penambahan bahan-bahan pengisi atau penguat.
5. Ringan: Salah satu sifat mekanis positif dari gypsum adalah berat jenisnya yang
rendah, yang menjadikannya material yang ringan dan mudah diolah dalam
berbagai aplikasi konstruksi dan manufaktur.
6. Tahan api: Gypsum adalah material yang tidak mudah terbakar. Ini berarti bahwa
dalam situasi kebakaran, gypsum tidak akan berkontribusi pada perburukan
kebakaran. Sebaliknya, ia akan membantu melindungi struktur bangunan dengan
memberikan waktu tambahan untuk tindakan pemadam kebakaran dan evakuasi.
Sifat tahan api gypsum menjadikannya pilihan yang baik untuk meningkatkan
perlindungan terhadap api dalam konstruksi bangunan. Namun, perlu dicatat
bahwa sifat tahan api dapat bervariasi tergantung pada jenis dan ketebalan
gypsum yang digunakan, serta pada desain dan konstruksi keseluruhan.
3.6 Kegunaan Gypsum
Penggunaan gypsum dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu:
1. Yang belum mengalami kalsinasi
Dipergunakan dalam pembuatan semen Portland dan sebagai pupuk. Jenis ini
meliputi 28% dari seluruh volume perdagangan.
2. Yang mengalami proses kalsinasi
30
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
Sebagian besar digunakan sebagai bahan bangunan, flester paris, bahan dasar
untuk pembuatan kapur, bedak, untuk cetakan alat keramik, tuangan logam, gigi
dan sebagainya. Jumlah tersebut meliputi 72% dari seluruh volume perdagangan.
Gipsum memiliki banyak kegunaan sejak zaman prasejarah hingga sekarang.
Beberapa kegunaan gipsum yaitu:
• Drywall
• Bahan perekat.
• Campuran bahan pembuatan lapangan tenis.
• Sebagai pengganti kayu pada zaman kerajaan-kerajaan.
• Sebagai penambah kekerasan untuk bahan bangunan.
• Untuk bahan baku kapur tulis.
• Sebagai salah satu bahan pembuat portland semen.
• Papan gypsum propil digunakan sebagai salah satu elemen dari dinding partisi
dan plafon.
31
REPORT
PROBLEM BASED LEARNING – 1
KELOMPOK IV – MATERIAL GYPSUM
LAMPIRAN