Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH ASPEK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN BENCANA

CHEMICAL INCIDENTS

Disusun oleh :
Kelompok 7
Chintya Devi 101511535013
Halimah Firdaus 101511535020
Gayatri Ayodhya 101511535036
Saiful Azis Setyawan 101511535040
Maulida Rachmadiyawati 101511535043

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
BANYUWANGI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahkan
banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun makalah Aspek Kesehatan Lingkungan dan
Bencana dengan topik “Chemical Incidents”. Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan aspek
chemical incidents (insiden kimia) dalam kesehatan masyarakat. Kami mengucapkan terimakasih
kepada :

1. Dosen pengampuh mata kuliah Aspek Kesehatan Lingkungan dan Bencana Fakultas
Kesehatan Masyarakat PSDKU Universitas Airlangga di Banyuwangi
2. Teman-teman lintas minat mata kuliah Aspek Kesehatan Lingkungan dan Bencana
Fakultas Kesehatan Masyarakat PSDKU Universitas Airlangga di Banyuwangi

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa hasil makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Saran dan masukan kami harapkan sebagai perbaikan kedepannya. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi positif bagi kita semua.

Banyuwangi, 09 September 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI..................................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 5
1.2.1 Bagaimana strategi penanggulangan insiden kimia ? ............................................... 5
1.2.2 Apa studi kasus insiden kimia ? ................................................................................ 5
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 5
1.3.1 Menjelaskan strategi penanggulangan insiden kimia. .............................................. 5
1.3.2 Menjelaskan studi kasus insiden kimia ..................................................................... 5
2.1 Zat Kimia.......................................................................................................................... 5
2.2 Jenis Bahan Kimia ............................................................................................................ 5
2.3 Bahan dan Jenis Insiden Kimia ........................................................................................ 8
2.4 Efek Insiden Kimia........................................................................................................... 9
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................................. 11
3.1 Strategi Penanggulangan Insiden Kimia ........................................................................ 11
3.1.1 Penaggulangan Pra Insiden Kimia .............................................................................. 11
3.1.2 Penanggulangan Saat Insiden Kimia ...................................................................... 20
3.1.3 Pasca Insiden Kimia ................................................................................................ 24
3.2 Studi Kasus Insiden Kimia .................................................................................................. 26
BAB IV PENUTUP ...................................................................................................................... 29
4.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 30

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Insiden kimia adalah pelepasan yang tidak terkendali zat beracun yang berakibat pada
kesehatan masyarakat dan lingkungan. Sejak pertengahan abad kedua puluh, bahan kimia
memiliki peran yang semakin meningkat dalam perekonomian dunia. Hingga saat ini,
terdapat lebih dari 15 juta zat kimia tersedia secara komersial. Insiden kimia ini mampu
memberikan kemasan bagi masyarakat meskipun jarang terjadi permasalahan dengan kasus
yang besar (WHO, 2009).
Jenis-jenis bahan kimia yang tersedia di alam, keberadaannya dapat menguntungkan
dan merugikan. Perlu pengenalan pada jenis-jenis bahan kimia ini, misalnya bahan kimia
yang mudah terbakar, meledak, beracun, reaktif, korosif, dan lain sebagainya. Selain itu,
dosis yang sesuai standar, penggunaan sesuai dengan peruntukannya, aspek keselamatan dan
kesehatan kerja dalam industri yang menggunakan bahan kimia juga harus diperhatikan.
Beberapa dampak kesehatan yang dapat ditimbulkan dari insiden kimia adalah kanker
atau cacat lahir. Selain itu, insiden kimia ini dapat berdampak pada kesehatan lingkungan,
seperti kejadian Bhopal yaitu terjadinya kerusakan luas pada lingkungan setelah 20 tahun
insiden kimia (WHO, 2009). Lingkungan yang tercemar mengakibatkan beberapa masalah
kesehatan dapat timbul, terlebih lagi manajemen pengolahan limbah juga belum terlaksana
dengan baik. Salah satu contoh bahan kimia yang sering digunakan adalah insektisida.
Beberapa jenis kimia untuk pupuk dan pestisida pada lahan pertania akan terbawa air ke
daerah sekitar sehingga dapat mencemari air disekitarnya (Irianto, 2015 : 5). Terjadinya
insiden peledakan gas di suatu industri juga banyak di temui, baik di tingkat internasional
dan di Indonesia sendiri. Oleh karena itu, sangat penting pencegahan dan penanggulangan
insinden kimia agar dapat meminimalisir dampak kesehatan yang ditimbulkan baik bagi
lingkungan dan masyarakat.

4
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana strategi penanggulangan insiden kimia ?
1.2.2 Apa studi kasus insiden kimia ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Menjelaskan strategi penanggulangan insiden kimia.
1.3.2 Menjelaskan studi kasus insiden kimia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Zat Kimia


Zat kimia merupakan suatu bentuk materi yang memiliki komposisi kimia dan
sifat karakteristik konstan. Zat kimia tidak dapat dipisahkan menjadi komponen dengan
metode pemisahan fisika, yaitu tanpa memutus ikatan kimia. Zat kimia bisa berupa unsur
kimia, senyawa kimia, ion atau paduan. Zat kimia sering disebut 'murni' untuk
membedakannya dari campuran. Contoh umum zat kimia adalah air murni; ia memiliki
sifat yang sama dan rasio hidrogen terhadap oksigen yang sama, baik diisolasi dari sungai
maupun dibuat di laboratorium. Zat kimia lain yang biasa ditemui dalam bentuk murni
adalah intan (karbon), emas, garam meja (natrium klorida) dan gula pasir (sukrosa).
Namun, pada praktiknya, tidak ada zat yang sepenuhnya murni, dan kemurnian kimia
ditentukan sesuai dengan penggunaan zat kimia yang dimaksud. Zat kimia berada sebagai
zat padat, cairan, gas, atau plasma, dan dapat berubah antara fase materi ini dengan
perubahan suhu atau tekanan. Zat kimia dapat digabungkan atau diubah menjadi zat lain
melalui reaksi kimia. Bahan Kimia adalah media yang mengandung unsur kimiawi yang
sensitive atau resistan terhadap kondisi lingkungan tertentu

2.2 Jenis Bahan Kimia


Jenis bahan menurut sifat kimia, sebagai berikut :
i. Oksidator

5
Bahan tidak dapat terbakar tapi dapat menghasilkan oksigen yang dapat
menyebabkan kebakaran pada bahan lain atau ledakan Bersifat explosive karena
sangat reaktif, tidak stabil, mampu menghasilkan oksigen dalam reaksi atau
penguraiannya. Oksidator anorganik misalnya Permanganat, Perklorat, Dikromat,
hidrogen peroksida, periodat dan persulfat
i. Reaktif terhadap air
Bahan yg bila bereaksi dgn air akan mengeluarkan panas dan gas mudah terbakar
(bereaksi dgn air scr eksotermik). Berikut contoh bahan kimia yang reaktif
terhadap air adalah Alkali & alkali tanah, Garam halida anhidrat, Oksida anhidrat
dan Oksida nonlogam halida (sulfuril klorida)
ii. Mudah terbakar
Bahan yg mudah bereaksi dgn oksigen dan menimbulkan kebakaran
Reaksi kebakaran amat cepat menimbulkan ledakan
Bahan cair memp titik nyala antara
21-55 C mudah terbakar
20-21 C sangat mudah terbakar
Gas mudah terbakar memp titik didih < 20 C tekanan 1 atm
Zat padat mudah terbakar yaitu Belerang, Fosfor, Hidrida Logam.
Sedangkan Zat cair mudah terbakar yaitu : senyawa eter, alkohol, aseton,
benzena, heksana, Petroleum eter, metil isobutil keton, Karbondisulfida, Bensin
dan toluena, serta gas yang mudah terbakar adalah Hidrogen, Asetilin, Etilen
Oksida dan Gas Alam
iii. Mudah meledak
Bahan kimia mudah meledak bila reaksi kimia bahan tersebut menghasilkan gas
dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu tinggi sehingga menimbulkan
kerusakan di sekelilingnya, Peka terhadap panas dan gesekan/tumbukan, TNT
(trinitrotoluena), Nitrogliserin dan Amonium nitrat.
Berikut merupakan beberapa bahan kimia yang sering dipergunakan dalam industri
yang perlu di kenali sifat-sifatnya, diantaranya adalah
1. Asam Sulfat, cairan menyerupai minyak, tidak berwarna, kadang-kadang berwarna
kecoklatan tergantung pada tingkat kemurniannya, uap dan kabut asam sulfat sangat

6
beracun dan korosif terhadap kulit, mata dan sistem saluran pernapasan (hidung
tenggorokan, paru-paru). Jika asam pekat terkena kulit menyebabkan luka parah
yang amat sakit, jika kena mata walaupun sedikit akan merusak mata dan
menyebabkan kebutaan. Asam sulfat mudah bercampur dengan air dalam segala
perbandingan, pencampuran dengan air akan menimbulkan panas (eksotermis),
eksplosif dan terjadi percikan (pembentukan hidrat-hidrat). Asam ini sangat reaktif
terhadap logam yang larut didalamnya, akan melepaskan gas H2 yang mudah
terbakar. Asam pekat bersifat oksidator, sering menyebabkan pengarangan . BJ
(Berat Jenis)(murni) = 1,84; Ti (titik Ieleh) = 10,4°C ; Td (titik didih) = 315 - 338°C,
pemanasan diatas 300°C akan melepaskan S03. NAB (Nilai Ambang Batas) : 10
mg/m3 (Khasani, 1994 dalam Sari, 2013).
2. Asam Khlorida (HCI) Cairan yang tidak berwarna atau kekuningan tergantung pada
kemur- niannya, mudah menguap. Uapnya tajam dan beracun, sangat korosif, mudah
larut dalam air, alkohol dan eter. Uapnya berbahaya terhadap sistem saluran
pernapasan. HCI pekat bila mengenai kulit akan merusaknya dengan sempurna,
sedang larutannya menyebabkan gatal-gatal (iritasi kulit). BJ (HCI 38%) 1,1; NAB =
5 ppm (Arthur dan Elizabeth, 1956 dalam Sari, 2013).
3. Asam Nitrat, merupakan cairan transparan atau kekuningan tergantung pada tingkat
kemurniannya, mudah menguap pada suhu kamar. Uapnya bila terhirup melemaskan
badan. Asam ini sangat korosif, mudah bercampur dengan air, uap nitrogen oksida
dapat menyebabkan kerusakan paru-paru uap ini terbentuk lambat laun apabila asam
nitrat diletakkan berdekatan dengan HCI. Td = 86°C (terurai); T = -41,65°C; BJ=
1,503; NAB = 2 ppm (5 mg/m) (Arthur dan Elizabeth, 1956 dalam Sari, 2013)
4. Asam Perklorat merupakan cairan tidak berwarna, higroskopis, asam pekat murni
tidak stabil, tetapi akan stabil bila diencerkan. Mudah larut dalam air dan larutannya
dengan konsentrasi 71,6% dalam keadaan stabil. Berdasarkan sifat ini kemasan yang
diperdagangkan konsentrasinya 70%. Asam ini merupakan oksidator kuat, dapat
menimbulkan ledakan (explosif ) dan api, apabila terjadi kontak langsung dengan
bahan yang mudah dioksidasikan atau mudah dibakar. Di samping itu, asam ini
beracun dan korosif. Usahakan penyimpanannya di tempat yang dingin dan kering,

7
jauh dari asam-asam organik dan mineral. BJ= 1,764 ; T, = -112°C ; Td = 16°C;
LD50 = 1 ml (Arthur dan Elizabeth, 1956 dalam Sari, 2013).
5. Asam Oksalat) Berbentuk kristal transparan, tidak berwarna, sangat beracun, korosif,
mudah larut dalam air, alkohol dan eter. Bersifat explosif bila bersenyawa dengan
logam Ag dan Hg. Bila kontak dengan kulit menyebabkan iritasi. Lain-lain : BJ =
1.653 ; T, = 187°C (anhidrat); T,= 101,5°C (dihidrat); NAB= 1 ppm ; LD50 = 5 - 15
gr (Arthur dan Elizabeth, 1956 dalam Sari, 2013).
6. Amoniak adaah gas yang tidak berwarna berbau tajam, sangat korosif dan berbahaya
terhadap saluran pernapasan. Cairan amoniak bila kontak dengan kulit menyebabkan
luka bakar, bila kena mata menyebabkan kebutaan. Uap NH3 bersifat explosif bila
bereaksi dengan bahan oksidatar, halogen dan asam-asam kuat. Cairan NH3 explosif
terhadap logam berat (Ag, pb dan Zn) dan garam-garamnya terutama garam-garam
khalida . Lain-lain : BJ = 0,77 (O°C) Td = - 33,5°C ; Tb = - 77,7°C; NAB = 25 ppm
(18 mg/m) (Khasani, 1994 dalam Sari, 2013).
7. Natrium Hidroksida (NaOH) dan Kalium Hidroksida (KOH) Kedua basa ini
mempunyai sifat-sifat serupa yaitu pelet yang ber- warna putih, mudah menyerap air
dan CO2 dari udara, mudah larut dalam air, alkohol dan gliserin. Timbul panas
(eksoternis) apabila kontak dengan air, larutan pekat amat berbahaya terhadap kulit
dan mata sangat korosif dan bisa merusak dengan sempurna. Lain-lain : NaOH LD50
= 5 g, KOH LD50 = 5 NAB = 2 mg/m3 (Arthur dan Elizabeth, 1956 dalam Sari,
2013)

2.3 Bahan dan Jenis Insiden Kimia


Insiden kimia didefinisikan sebagai kejadian kimia yang tidak terkendali dari
penahannya. Terdapat insiden kimia dalam kesehatan masyarakat dimana telah
didefinisikan sebagai keadaan dua atau lebih anggota masyarakat terpapar (terpajan
atau terancam) oleh bahan-bahan kimia menurut WHO 1999. Dalam sebagian besar
kasus insiden kimia merupakan pelepasan secara akut atau dalam waktu yang cepat
dengan dosis paparan meningkat atau dosis cenderung meningkat dengan cepat.
Ketika pelepasan bahan kimia dalam waktu cukup lama atau bersifat kronis, paparan
dan dosis tidak meningkat dengan cepat dan langkah-langkah kesehatan masyarakat
tidak dilakukan begitu cepat dibandingkan dengan pelepasan bahan kimia yang

8
bersifat akut, meskipun hal itu berdampak pada masalah kesehatan masyarakat dan
memungkinkan untuk muncul secara tiba-tiba dan akut namun tetap terdapat
perencanaan untuk mengatasi insiden kimia. Insiden kimia dapat mempengaruhi
kesehatan masyarakat dengan masuk melalui tubuh melalui beberapa cara termasuk
dari efek ledakan, efek api, dan efek racun dari bahan kimia.

2.4 Efek Insiden Kimia


Bahan kimia dapat masuk melalui kedalam tubuh melalui kulit, mata, paru-paru
atau saluran pecernaan. Tingkat dari kemampuan absorbsi pada jalur tersebut juga
berbeda-beda, pada bahan kimia yang berbeda-beda dan juga dipengaruhi oleh
konsentrasi bahan kimia yang bersentuhan dengan tubuh (konsentrasi dapat berubah
seiring waktu), lamanya waktu bahan kimia tersebut terpapar dengan tubuh, suhu
udara, kelembapan dan usia seseorang tersebut. Ketika bahan kimia tersebut telah
masuk kedalam tubuh, efek dari bahan tersebut tergantung pada toksisitas kimia yang
sebenarnya dan pada dosis yang efektif secara biologis (yaitu jumlah bahan kimia
yang terserap kedalam jaringan tertentu). Proses dosis terakumulasi dalam jaringan
tertentu dapat membuat perbedaan pada dampak yang terjadi. Bahkan pada paparan
yang cukup pendek, terjadinya level pada puncak masih mungkin cukup untuk terjadi
dan menimbulkan efek beracun. Ketika terjadi eksposur berkepanjangan dan tingkat
dosis rendah, memungkinkan dosis kumulatif total yang dapat menyebabkan
toksisitas.
Efek dari terpaparnya bahan kimia dapat bersifat lokal (misalnya terbakar atau
melepuh pada kulit, mata atau saluran pernapasan) atau sistemik dan pola samapai
terjadinya efek dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, status imun, eksposur
bersamaan dan kebugaran tubuh. Beberapa efek (misalnya iritasi mata dan
pernapasan) atau gangguan sistem saraf pusat) dapat terjadi dalam beberapa menit
atau jam setelah paparan. Efek lain (misalnya malformasi kongentinal atau kanker)
bisa memakan waktu berbulan-bulan atau tahun untuk muncul. Beberapa efek bagi
kesehatan masyarakat sebagai berikut :
1. Stres dan Kecemasan
Terjadinya insiden kimia besar telah membentuk cara suatu masyarakat untuk
merasakan paparan zat kimia. Kejadian-kejadian yang membentuk cara tersebut

9
seperti itu adalah rasa takut karena mereka memiliki potensi untuk menyebabkan
sejumlah besar kematian dan penyakit sehingga menimbulkan pertannyaan
mengenai teknologi yang berkembang memiliki kerapuhan.
2. Kesakitan dan Kematian
Akibat dari insiden kimia yang besar menyebabkan sejumlah besar kematian
(misalnya ledakan Bhopal, India oada 1984). Namun terdapat banyak insiden
yang tidak terlalu serius secara keseluruhan namun memiliki dampak kesehatan
yang besar (Bowen, 2000). Insiden kimia ini dilaporkan dengan sistem pelaporan
yang dirancang khusus dan ditargetkan untuk ada.
3. Biaya Ekonomi dan Sosial
Biaya ekonomi yang signifikan berkaitan dengan mata pencaharian, investasi
masuk, dan biaya lain seperti penutupan fasilitas kesehatan, sekolah, pabrik dll.
Ligitasi dan kompensasi dapat membantu masyarakat yang terkena dampak
sebagai bentuk pemulihan.

10
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Strategi Penanggulangan Insiden Kimia


Strategi penanggulangan insiden kimia ini dilakukan pada tahap pra, saat, dan
pasca insiden kimia. Berikut ini deskripsi dari masing-masing tahap penanggulannya :

3.1.1 Penaggulangan Pra Insiden Kimia


Seperti halnya dengan tanggapan untuk semua jenis bencana, perencanaan
yang matang dan kesiapan menyeluruh merupakan prasyarat untuk respon yang
efektif terhadap insiden kimia. Di tingkat nasional, pemerintah perlu menyiapkan
prosedur dan organisasi untuk memastikan bahwa manajemen kesehatan
masyarakat dari setiap insiden kimia berjalan efektif dan komprehensif. Sebuah
rencana Nasional harus beredar dan dibahas secara luas sampai kesepakatan telah
tercapai. Di tingkat lokal, otoritas kesehatan masyarakat perlu mengidentifikasi
situasi di mana insiden kimia bisa terjadi, dan menilai risiko kesehatan mungkin
orang yang terkena, properti dan lingkungan. Sektor kesehatan masyarakat harus
sepenuhnya terlibat dalam proses perencanaan dan kesiapan, termasuk
pengembangan rencana darurat dan implementasi. Banyak organisasi akan terlibat
dalam perencanaan dan respon fase manajemen insiden kimia. Berikut beberapa
organisasi yang terlibat dijalaskan pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Organisasi dan Kelompok yang Terlibat dalam Perencanaan dan
Pengelolaan Insiden Kimia
Sumber :World Health Organization, 2009

11
Berikut beberapa langkah yang dilakukan saat pra bencana :
1. Melakukan pengaturan kerja kesehatan masyarakat yang multidisiplin
Membentuk tim insiden kimia multidisiplin merupakan cara terbaik untuk mencapai
tugas yang diperlukan, baik dalam fase perencanaan dan respon. Selain itu, jika tim
meningkatkan keterampilan merekadengan pelatihan selama fase perencanaan, kerja
sama tim yang dihasilkan selama insiden kemungkinan akansangat meningkat.
Wilayah geografis yang dicakup oleh tim perlu diputuskan, dan mekanisme
koordinasi harusditetapkan.Tim insiden kimia dapat terdiri dari staf dari sejumlah
lembaga peduli dengan kesehatan, pertahanansipil dan manajemen bencana. Tim juga
harus membangunhubungan yang baik dengan para ahli, sehingga selama insiden
bantuan diperoleh dengan cepat.
2. Melakukan Penilaian Kerentanan
Penilaian kerentanan, juga dikenal sebagai Penilaian Risiko Masyarakat (PRM) di
bidang manajemen insiden kimia, dimana diartikan sebagai penilaian potensi dampak
insiden kimia di daerah setempat. Program ini terdiri dari empatlangkah:
a. Mengidentifikasi situs kimia berbahaya, pipa dan rute transportasi
b. Mengidentifikasi dari kemungkinan skenario insiden dan jalur eksposur
c. Mengidentifikasi dari populasi yang rentan, fasilitas dan lingkungan
d. Mengestimasi dampak kesehatan dari insiden kimia potensial dan persyaratan
untuk fasilitas pelayanan kesehatan.
Penilaian Risiko Masyarakat PRM adalah proses yang kompleks dan melibatkan
berbagai keahlian dan lembaga. Pendekatan dilaukan secaraa terkoordinasi guna
permintaan data dan pengumpulan agar dapat menghasilkan data yang valid dan
lengkap yang memenuhikebutuhan dari berbagai lembaga dan ahli yang terlibat.

12
selain itu, disini masyarakat juga harus terlibat. Proses ini tidak hanya memberikan
pengetahuan lokal, tetapi peningkatan pemahaman serta berkurangnya tingkat
kecemasan mengenai insiden kimia yang terjadi. PRM dilakukan guna
mengembangkan dan memperkuat hubungan antara layanan darurat,
pelayanankesehatan masyarakat, industri kimia dan masyarakat umum. Hal ini juga
membantu untuk mengidentifikasi kebutuhanpelatihan.
3. Surveilans Insiden Lokal dan Pemantauan Lingkungan
Setiap situs dilakukan pengidentifikasian, jika ditemukan bahan kimia, maka akan
dilakukan rilis dan pengembangan informasi untuk masing-masing tempat yang
ditemukan bahan kimia. Selanjutnyam setiap tempat tersebut diberikan jalur eksposur
danzona rentan (daerah dimana kontaminan mungkin diangkut melalui udara atau air)
yang telah diperkirakan dan dipetakan. Hal ini sering biasanya dilakukan dengan
menggunakan model komputer. Maka dari itu, hal ini membutuhkan
pengetahuanmendalam tentang topografi daerah, saluran air, waduk dan iklim yang
berlaku. Selain iut, populasi yang dapat mempengaruhi dalam zona rentan juga
dilakukan identifikasi, seperti dengan penekanan padakelompok rentan (anak-anak di
sekolah-sekolah, orang tua di fasilitas perumahan, pasien rumah sakit, dll).Selain
warga yang ada pada zona rentan, orang lain di daerah pada waktu tertentu juga bisa
terpengaruh, sepertipekerja (baik di dalam pabrik dan di sekitarnya), pengendara dan
pengunjung ke fasilitas hiburan.Perlu diketahaui, Faktor-faktor yang mempengaruhi
kerentanan meliputi jumlah dan kualitas tempat tinggal, akses masuk dan keluar dari
situs, dan kesadaran masyarakat tentang risiko dan respon tindakan.
penduduk, dan oleh lintas air.

4. Penilaian Kesehatan Dasar


Di sebagian besar Negara, Data Kesehatan hanya tersedia pada tingkat populasi
yang lebih besar dari yangmungkin terpengaruh oleh insiden kimia. Hal ini
mengakibatkansulitnya pengidentifikasian perubahan dalam kesehatan penduduk
yang terkena bencana. Oleh karena itu, cara mengatasinya dengan pengumpulan data
harus rutin yang berasal dari populasi di seluruh tempat yang dekat dengan zona

13
bahan kimia. Meskipun mahal, tapi harus dipertimbangkan karena keberadaan tempat
yang memiliki risiko tinggi. Selain itu, akan sangat membantu untuk melakukan
pengukuran dasar biomarker kimia dari orang-orang yang palingmungkin untuk
menanggapi pertama kali untuk sebuah insiden, karena mereka memiliki risiko jangka
panjang dari paparan.Idealnya, langkah-langkah ini harus dilakukan oleh pelayanan
kesehatan kerja. Sampel dapat dibekukan dan dianalisis.
setelah insiden, bersama-sama dengan sampel postincident, untuk mengukur
pengaruh dari insiden kimia.
5. Penilaian Dampak Kesehatan
Penilaian ini mengidentifikasi jalur paparan dan derajat kerentanan dalam
skenario yang berbeda untukmenghitung jumlah dan distribusi korban, dan jenis dan
tingkat keparahan yang mungkin cedera. Penilaian identifikasi diperlukan dalam
kasus akut dan menganggap efek kontaminasi sekunder.Hal ini penting untuk
menentukan kapasitas sarana pelayanan kesehatan setempat, termasuk
laboratoriumtoksikologi. Fasilitas perlu dinilai untuk kapasitas pasien, peralatan
medis, peralatan dekontaminasi,obat-obatan, dan jumlah staf. Penilaian ini dapat
dibandingkan denganperkiraan korban dari berbagai skenario, untuk menentukan
kapan untuk memanggil bantuan tambahan, atauuntuk merujuk pasien. Perkiraan ini
tidak tepat, tetapi dapat membantu mengidentifikasi yang perlu dibentuk dengan
fasilitas kesehatan di daerah lain.
6. Penilaian Lingkungan Dasar
Udara, air, tanah, sedimen dan makanan di sekitar pabrik kimia harus diuji untuk
berbagai bahan kimia yang diproduksi, digunakan atau disimpan. jasa laboratorium
juga harusdiidentifikasi untuk melakukan tugas ini. Penilaian ini membantu untuk
melaksanakan penilaian lingkungan lengkap, untuk memprediksi tingkat
pencemaranlingkungan dari berbagai skenario.
7. Penghubung dengan Masyarakat
Orang-orang yang tinggal dan bekerja di daerah yang dapat dipengaruhi oleh
keberadaan bahan kimia (zona rentan insiden kimia), wajib diberitahu tentang
rencana untuk insiden kimia. anggotamasyarakat yang membantu persiapan ini harus

14
mewakili komunitas lokal mereka. Adapun beberapa cara yang dilakukan sebagai
penghubung dengan masyarakat sebagai berikut :
a. Pertemuan publik
Ini adalah cara yang paling umum dan akrab memulai diskusi tatap muka dengan
masyarakat, meskipun seringsalah satu cara paling efektif untuk melembagakan
dialog. Namun, pertemuan publik dapat terasa manfaatnya jika para pejabat yang
terlibat memiliki pengetahuan tentang risiko lokal dan terampil dalam komunikasi
risiko.
b. Sesi Ketersediaan Publik
Meskipun memakan waktu dan sumber daya intensif, pribadi dan diskusi bersifat
rahasia antara individu yangbersangkutan atau keluarga dan profesional kesehatan
namun cara ini adalah yang paling efektif untuk membahas isu-isurisiko. sesi
ketersediaan publik dipublikasikan dan diselenggarakan oleh lembaga kesehatan
masyarakat di masyarakat setempat.
c. Community advisory panels (CAPs)
Community advisory panels (CAPs) memberikan kesempatan untuk dialog yang
efektif antara perwakilanmasyarakat, kesehatan pejabat dan perwakilan industri
kimia. Mereka membantu menjamin kelangsunganselama periode bulan atau
tahun, dan kesempatan untuk pendidikan bersama. CAPs biasanya terdiri 12-15
wakil masyarakat, yang dipilih baik oleh organisasi masyarakat. Panel, yang
anggotanya mewakili spektrum seluas mungkin kepentingan masyarakat,
biasanyabertemu setiap 3 bulan dalam forum publik. Aturan mengenai
pelaksanaan rapat dan isu-isu yang akandibahas akan disepakati di awal diskusi
d. Sistem Peringatan Publik
Setelah insiden kimia terjadi, ada kebutuhan untuk sistem peringatan yang kuat
untuk menginformasikan publik dari insiden tersebut dan dari setiap upaya
perlindungan yang harus mereka ambil. Sebagai contoh, sistem peringatan dini
mungkinterdengar sirene, sehingga masyarakat tahu tanpa mereka harus
mendengarkan radio untuk informasi dan petunjuk. Halini dapat sangat efektif dan
sesuai untuk daerah prioritas tinggi.
e. Mekanisme lain untuk interaksi publik

15
Kunjungan lapangan dapat membantu masyarakat untuk memahami langkah-
langkah yang diambil oleh industri untukmelindungi pekerja dan masyarakat.
surat masal merupakan cara yang efisien untuk memberitahu warga masyarakat
prihatin tentang temuan ilimah yang terbaru, kegiatan yang direncanakan atau
pertemuan yang akan datang. Dalam prosesnya, juga akan dilakukanPemberian
lembar informasi guna membantudalam memberikan informasi tentang situs
prioritas dan bahan kimia, format peringatan dan tindakan pelindung yangdiambil.
Radio dan televisi dapat menjadi media yang sangat efektif, namun tergantung
pada ketersediaan lokal.
8. Kebijakan, Legislasi, dan Penegakan
a. Perencanaan Tata Guna Lahan
Rencana tata guna lahan dapat mengidentifikasi area di mana instalasi kimia
dapat direncanakan pada jarak yang cukup jauh dari lokasi sensitif (misalnya
daerah tangkapan air minum) dan populasi rentan (misalnya sekolah). Rencana
penggunaan lahan memberikan kejelasan mengenai di mana lisensi untuk
mengoperasikan fasilitas atau membangun rute transportasi dapat
dipertimbangkan, dan di mana rencana penggunaan lahan menghalangi
kegiatan tersebut. Undang-undang perencanaan penggunaan lahan dapat
mencakup larangan fasilitas lokasi dan rute transportasi di daerah berisiko
tinggi, seperti yang rentan terhadap gempa bumi, longsor atau banjir.
b. Perizinan Lokasi Berbahaya Dan Rute Transportasi
Fasilitas tidak boleh diizinkan untuk memproduksi, menyimpan atau
menggunakan bahan kimia berbahaya tanpa persetujuan sebelumnya dan
berkelanjutan dari lembaga pemerintah yang teridentifikasi. Selain pendaftaran
lokasi limbah berbahaya dalam database, undang-undang harus mensyaratkan
bahwa fasilitas terdaftar memenuhi standar minimum keamanan, seperti
batasan ukuran kontainer atau ketentuan penahanan sekunder (desain berbasis
risiko). Pihak berwenang membutuhkan instrumen yang efektif untuk
menegakkan standar ini, mis. penalti seperti denda atau konsekuensi pajak atas
kesalahan masa lalu jika terjadi ketidakpatuhan.
c. Peraturan Bangunan

16
Peraturan bangunan nasional memberikan standar untuk memastikan bahwa
bangunan dibangun dan dioperasikan dengan aman. Standar tersebut dapat
mencakup pencegahan kerusakan selama gempa bumi atau pemeliharaan ruang
terbuka yang memadai di antara bangunan, dan berlaku untuk bangunan tempat
tinggal serta fasilitas sebagai bagian dari desain berbasis risiko. Standar untuk
situs dengan operasi kimia cenderung sangat kompleks, dan oleh karena itu
agen khusus mungkin diperlukan untuk mengembangkan dan menegakkan
standar-standar ini dengan mewajibkan kunjungan ke lokasi oleh personil yang
berpengetahuan.
d. Pengendalian Transportasi dan Penyimpanan Bahan Kimia
Perundang-undangan nasional yang mewajibkan pelabelan wadah untuk
menunjukkan kandungan kimia, sifat bahaya, dan tindakan yang harus diambil
jika terjadi pelepasan bahan kimia membantu meminimalkan konsekuensi dari
paparan yang tidak disengaja terhadap bahan kimia saat transit. Perundang-
undangan juga dapat mencakup spesifikasi rute untuk transportasi bahan kimia
berbahaya. Rekomendasi internasional mengenai pengangkutan produk
berbahaya telah dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.
e. Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja
Fasilitas dan transportasi kimia dioperasikan oleh personel dan kontraktor
pabrik (atau transportasi). Peraturan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja
diperlukan untuk menentukan tingkat minimum pelatihan (untuk mengurangi
kesalahan manusia; juga diperlukan untuk kontraktor), perlindungan kimia dan
pengawasan medis. Personil yang dikontrak memerlukan perhatian khusus,
karena mereka sering tidak memiliki pengetahuan, pengalaman dan instruksi
yang mendalam untuk menangani risiko kimia di situs
f. Pengendalian Tempat Pembuangan Limbah
Tempat pembuangan limbah harus diatur untuk memastikan bahwa bahan
berbahaya dibuang di lokasi yang ditentukan yang memiliki hambatan yang
memadai untuk memberikan penahanan yang tepat yang akan mencegah reaksi
bahan berbahaya. Peraturan harus mencakup pendaftaran, inspeksi,

17
pengawasan, pengawasan, program pelatihan untuk pekerja, dan hukuman atas
kesalahan pengelolaan tempat pembuangan limbah.
g. Pengendalian Lingkungan yang Terkontaminasi
Lahan yang terkontaminasi berpotensi mencakup sumber air minum, tanaman
pangan, dan bahan pangan, serta infrastruktur. Insiden kimia juga dapat
mempengaruhi fungsi bisnis di area tersebut dan menurunkan nilai fasilitas
yang terlibat dalam insiden tersebut serta sekitarnya. Peraturan akan diperlukan
yang memungkinkan untuk akses, inspeksi, sampling, menyita, pembuangan,
kompensasi, dan pengenaan hukuman. Ini terutama masalah dalam fase
pemulihan.
h. Perencanaan dan Tanggapan Darurat
Kebijakan nasional harus dikembangkan untuk menetapkan persyaratan
minimum untuk perencanaan dan kegiatan tanggap darurat setempat. Kebijakan
tersebut harus membahas:
1) Deteksi, waspada dan peningkatan kemampuan respon darurat lokal;
2) Komando / kontrol, peran dan tanggung jawab untuk perencanaan dan
tanggapan darurat setempat;
3) Mekanisme dukungan nasional, infrastruktur dan mekanisme peringatan;
4) Persyaratan bagi operator untuk mematuhi dan berhubungan dengan
pemerintah setempat;
5) Persyaratan pelatihan dan latihan untuk personel kunci;
6) Merencanakan kapasitas personel dan peralatan untuk menangani
kemungkinan insiden kimia.
i. Pemeriksaan Lokasi dan Transportasi Berbahaya
Untuk membantu menegakkan seperangkat standar keamanan minimum yang
ditetapkan oleh undang-undang yang dibahas di atas, lembaga pemerintah yang
teridentifikasi harus diberi tugas untuk melakukan inspeksi terhadap lokasi-
lokasi berbahaya (termasuk fasilitas penyimpanan) dan transportasi (termasuk
memuat dan membongkar).

18
9. Pencegahan Bahaya Kimia Bagi Publik
a. Pendidikan dan Kesadaran
Bahan kimia ada di mana-mana dan banyak yang menjadi bagian dari
kehidupan kita sehari-hari. Beberapa bahan kimia dapat sangat berbahaya bagi
publik jika mereka salah ditangani. Penggunaan bahan kimia yang tidak tepat
dapat menyebabkan paparan akut atau kronis dan menyebabkan masalah
kesehatan masyarakat yang serius.Masyarakat (termasuk pekerja) harus
diberitahu tentang bahaya khusus di wilayah pemukiman dan tempat kerja
mereka, seperti keberadaan instalasi kimia dan rute transportasi atau saluran
pipa. Komunikasi terbuka dan identifikasi bahaya akan membangun
kepercayaan antara operator dan otoritas publik (pabrik) yang juga merupakan
prasyarat untuk komunikasi krisis yang bermakna dan efektif jika terjadi
insiden bahan kimia.Ketersediaan infrastruktur untuk mendukung perilaku
menghindari risiko sangat penting, di samping penyediaan informasi tentang
risiko. Masyarakat harus memiliki akses ke tempat perlindungan, untuk
melarikan diri rute dengan kapasitas yang cukup, dan saluran komunikasi krisis
(misalnya dalam bentuk stasiun radio khusus). Ketentuan ini membantu
mengurangi kerentanan populasi (memperkuat ketahanan).
b. Identifikasi dan perlindungan populasi rentan
Subpopulasi yang rentan ada di semua kelompok individu. Subpopulasi rentan
seperti itu mungkin memiliki risiko inheren yang lebih besar untuk menderita
efek kesehatan yang merugikan dari insiden kimia, misalnya, karena:
1) Ambang batas paparan mereka untuk efek kesehatan lebih rendah;
2) Mereka menerima paparan yang relatif tinggi;
3) Mobilitas mereka berkurang atau kemampuan mereka untuk melindungi diri
dari paparan berkurang.

Beberapa contoh umum dari populasi yang harus dipertimbangkan ketika


mengevaluasi kerentanan populasi adalah anak-anak, wanita hamil, orang tua,
pasien rumah sakit dan orang dengan status sosial ekonomi rendah. Daftar yang
sebenarnya akan bervariasi berdasarkan lokasi dan oleh titik akhir beracun untuk
dipertimbangkan. Begitu kelompok-kelompok individu yang lebih rentan ini telah

19
diidentifikasi, pembuat kebijakan harus memberikan perhatian khusus pada
perlindungan mereka. Ini mungkin termasuk menegakkan peraturan bangunan atau
keselamatan di rumah sakit, sekolah atau fasilitas tempat tinggal untuk orang tua.
Ini mungkin juga termasuk kontrol yang lebih ketat pada perencanaan penggunaan
lahan di daerah yang dekat dengan populasi rentan dan pendidikan publik tertentu.

Meskipun undang-undang dan peraturan yang dirancang untuk mencegah


terjadinya insiden kimia ditulis oleh pembuat kebijakan dan hukum, semua lembaga
dan organisasi yang terlibat dalam menanggapi keadaan darurat bahan kimia
termasuk kesehatan masyarakat harus bertanggung jawab untuk mengidentifikasi
strategi jangka panjang untuk mengurangi kemungkinan insiden kimia dan
membatasi konsekuensi yang merugikan jika terjadi. Semua kebijakan dan
perundang-undangan yang berkaitan dengan pencegahan dan mitigasi insiden kimia
harus secara teratur ditinjau dan diperbarui, jika diperlukan, oleh instansi terkait
yang menangani berbagai aspek insiden kimia. Pembaruan dari masing-masing
lembaga kemudian harus diberikan untuk perhatian organisasi yang bertanggung
jawab atau mengoordinasi, yang pada gilirannya akan memberikan panduan dan
pengawasan kepada pembuat kebijakan. Tindakan pencegahan memerlukan
koordinasi dari lembaga dan informasi dari berbagai sumber. Oleh karena itu
penting untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai lembaga untuk menghindari
persaingan atau duplikasi peraturan.

3.1.2 Penanggulangan Saat Insiden Kimia


Secara umum, prosedur tanggap darurat harus ditargetkan untuk bahan
kimia yang disimpan dalam tangki besar atau digunakan secara luas di perusahaan
dengan persyaratan terdapat semua pelaporan peraturan yang spesifik pada saat
terbuangnya bahan kimia, dan pada bahan berbahaya yang akut, walaupun dalam
jumlah kecil. Apakah insiden mengandung tumpahan bahan berbahaya atau
terbuangnya gas atau uap, koordinasi masyarakat merupakan hal yang kritis bila
terbuangnya bahan kimia mungkin memiliki dampak keluar perusahaan.
Perusahaan yang mungkin mengalami terbuangnya bahan kimia dengan potensi
berdampak keluar perusahaan harus memiliki suatu mekanisme dalam memberikan

20
peringatan dini yang memberitahukan bangunan tetangga dan masyarakat, misalnya
menggunakan sensor dan detektor kebocoran bahan kimia yang tepat dapat
membantu memberikan peringatan dini saat terjadi terbuangnya bahan kimia.
Pelepasan atau kecelakaan dalam waktu cepat yang melibatkan bahan kimia
berbahaya dapat menjadi ancaman bagi karyawan perusahaan, masyarakat, dan
lingkungannya. Persiapan-persiapan ini harus menjamin bahwa prosedur yang
efektif dilakukan untuk mengendalikan setiap potensi keadaan darurat akibat bahan
kimia ini.

Saat terjadi insiden kimia, pelayanan medis yang dilakukan antara lain :

1. Melakukan pelayanan medis untuk personil yang luka, sakit atau pingsan karena
akibat keadaan darurat.

2. Berkonsultasi dan melaporkan kepada Emergency Coordinator tentang


pelaksanaan kegiatan bidangnya berkaitan dengan evakuasi ke klinik dan rumah
sakit terdekat.

3. Menjamin tersedianya peralatan dan obat-obatan untuk perawatan dan tersedianya


mobil ambulan di tempat untuk keperluan evakuasi personil.

Beberapa yang harus dilakukan saat insiden bahan kimia, antara lain :

1. Orang pertama, merupakan indibidu yang mengetahui tumpahan bahan kimia


a. Amankan orang yang terkena

b. Beritahu yang lain agar hati-hati

c. Hubungi Supervisor

d. Jelaskan lokasi tumpahan

2. Security yang mendapatkan informasi


a. Hubungi team pengendali kondisi darurat sesuai instruksi atasan

b. Hubungi Bagian K3LH

c. Mengaktifkan alarm sesuai kondisi darurat yang terjadi

21
d. Melakukan tugas sesuai fungsi regu

3. Shift Supervisor
a. Menuju lokasi tumpahan

b. Tentukan status tumpahan

c. Hubungi Security untuk memanggil team pengendali darurat

d. Lakukan tugas sesuai fungsi regu

4. Shift Operator
a. Hentikan seluruh pekerjaan

b. Tunggu instruksi selanjutnya

5. Pihak lain area yang tidak terkena


a. Lanjutkan aktivitas

b. Waspada terhadap perubahan

c. Jangan pergi ke ECC

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat yaitu :

1. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumber daya
2. Penentuan status keadaan darurat bencana
3. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana
4. Pemenuhan kebutuhan dasar
5. Perlindungan terhadap kelompok rentan
6. Pemulihan dengan segera sarana dan prasarana vital

Penyelenggaraan Penanggulangan pada tahap tanggap darurat di tingkat pusat


(Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 Tentang
Penanggulangan Dampak Bahaya Bahan Kimia Dari Aspek Kesehatan Di
Lingkungan Kementerian Pertahanan Dan Tentara Nasional Indonesia)

22
1. Mengkoordinasikan pelaksanaan bantuan kesehatan penanggulangan terhadap
dampak bahaya bahan kimia antara satgaskes, rumah sakit rujukan, dan mobilisasi
sumber daya kesehatan dengan sektor lain pada tahap tanggap darurat;
2. Mengkoordinasikan sistem epidemiologi surveilans, kesehatan lingkungan dan
pemberantasan penyakit, logistik dan peralatan kesehatan dalam rangka
pencegahan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular di tempat
penanggulangan pengungsi dan lokasi sekitarnya;
3. Mengkoordinasikan bantuan obat, bahan habis pakai dan perbekalan kesehatan
yang diperlukan serta pengawasan atas kualitas obat dan makanan bantuan untuk
korban;
4. Mengkoordinasikan tugas dan fungsi teknis medis pada bantuan kesehatan dalam
Penanggulangan terhadap Dampak Bahaya Bahan Kimia agar lebih efektif dan
efisien;
5. Mengkoordinasikan Poskodalops Penanggulangan terhadap Dampak Bahaya
Bahan Kimia;
6. Mengadakan koordinasi lintas sektor untuk angkutan personel, peralatan, bahan
bantuan dan lain-lain;
7. Mengkoordinasikan bantuan kesehatan militer asing, swasta dan lembaga sosial;
8. Berkoordinasi dengan tingkat daerah dalam mempersiapkan bantuan kesehatan
dalam Penanggulangan terhadap Dampak Bahaya Bahan Kimia;
9. Merkoordinasi dengan Tim Identifikasi Nasional untuk mengidentifikasi korban
masal.

Penyelenggaraan Penanggulangan pada tahap tanggap darurat di tingkat


daerah (Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016
Tentang Penanggulangan Dampak Bahaya Bahan Kimia Dari Aspek Kesehatan
Di Lingkungan Kementerian Pertahanan Dan Tentara Nasional Indonesia)

1. menginformasikan kejadian Dampak Bahaya Bahan Kimia pada kesempatan


pertama kepada Koordinator bantuan kesehatan dalam Penanggulangan
terhadap Dampak Bahaya Bahan Kimia tingkat pusat;
2. menerjunkan Tim Reaksi Cepat yang telah dipersiapkan ke lokasi bencana;

23
3. mengaktifkan Puskodalops bantuan kesehatan dalam Penanggulangan
terhadap Dampak Bahaya Bahan Kimia;
4. melakukan tindakan penilaian cepat dengan memastikan adanya suatu
kedaruratan, menetapkan sumber bencana, area karantina dan dekontaminasi;
5. mengaktifkan sistem tanggap darurat yang ada dengan melakukan
penyelamatan korban dengan memberikan penanganan teknis medis,
dekontaminasi, dan memberikan bantuan teknis medis khusus;
6. menggelar sistem komunikasi dan informasi;
7. bekerja sama dengan Tim Nuklir Biologi dan Kimia dan Pemadam Kebakaran
bila bencana beraspek Nuklir Biologi dan Kimia serta radiasi dan menyiapkan
rumah sakit setempat sebagai rujukan dari lokasi Dampak Bahaya Bahan
Kimia atau dari tempat penampungan pengungsi.

3.1.3 Pasca Insiden Kimia


Penanggulangan bencana kimia menurut Peraturan Menteri Pertahanan RI
nomor 22 tahun 2016 tentang Penanggulangan Dampak Bahaya Bahan Kimia dari
Aspek Kesehatan adalah penanggulangan medis dari korban akibat bencana kimia
dilakukan sejak pada saat di lokasi maupun kejadian bencana. Selama transportasi
dan penanganan korban bencana di rumah sakit, prinsip penangannya sesuai dengan
penanganan pasien gawat darurat. Terdapat hal khusus yang harus dilakukan pada
korban kejadian bencana kimia yaitu melakukan dekontaminasi, penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) dan pemberian Antidotum.

1. Penyelenggaraan penanggulangan pasca bencana pada tahap Pemulihan


dilakukan Rencana Operasi (Operational Plan) yang meliputi rencana
rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan pada saat bencana. Sedangkan jika
bencana belum terjadi, maka untuk mengantisipasi kejadian bencana dimasa
mendatang dilakukan penyusunan petunjuk/ pedoman mekanisme
penanggulangan pasca bencana.
a. Rehabilitasi merupakan perbaikan dan pemulihan semua aspek
pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada
wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau

24
berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pasca bencana.
b. Rekonstruksi merupakan pembangunan kembali semua prasarana dan
sarana, kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat
pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya
hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam
segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana.
2. Mekanisme Penanggulangan Dampak Bahan Kimia terdiri dari:
a. Penggelaran Bantuan Kesehatan terhadap dampak bahaya bahan kimia
yang dilakukan oleh satuan Kesehatan Kemhan dan TNI (tingkat pusat dan
tingkat daerah)
b. Penyelenggaraan Penanggulangan terhadap dampak bahaya bahan kimia,
ditingkat pusat dilakukan oleh kesehatan Kemhan, Mabes TNI dan Mabes
Angkatan yang ada di pusat. Sedangkan untuk yang ditingkat daerah
dilakukan oleh satuan Kesehatan Kemhan Mabes TNI dan Maber Angkata
yang ada di daerah.
3. Penyelenggaraan penanggulangan pada tahap pasca insiden di masing-masing
tingkat terdiri dari tingkat pusat dan tingkat daerah dan masing-masing
memiliki kegiatan berupa:
a. Penyelenggaraan pada tahap pasca insiden di tingkat pusat: Membantu
Kementrian Kesehatan dalam evaluasi dampak bahaya kimia guna
menanggulangi kemungkinan timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB)
penyakit menular dan penyakit lainnya. Evaluasi pelaksanaan bantuan
kesehatan dalam penanggulangan terhadap dampak bahaya bahan kimia.
b. Penyelenggaraan pada tahap pasca insiden di tingkat daerah: Mendukung
upaya pelayanan kesehatan akibat dari dampak bahaya bahan kimia.
Evaluasi pelaksanaan bantuan kesehatan dalam penanggulangan terhadap
dampak bahaya bahan kimia.

25
3.2 Studi Kasus Insiden Kimia
Tragedi Gas Bhopal, India pada 3 Desember 1984 terjadi kejadian beruntun di
fasilitas Union Carbide India Limited yang menyebabkan terlepasnya 40 metric ton
gas Methyl Isocyanate (MIC). Berdasarkan pemerintah India, lebih dari 3800 orang
meninggal dan ribuan orang luka berat tidak lama setelah terlepasnya gas tersebut.
Penyebab dasar yang disepakati oleh sebagian besar ahli yang telah menginvestigasi
kejadian ini adalah: sejumlah signifikan air dalam telah masuk kedalam tangki
penyimpanan MIC. Air bereaksi dengan MIC, menyebabkan temperatur dan tekanan
naik dan beberapa sistem keamanannya tidak dapat menanggulangi kejadian ini.
Selanjutnya yang terjadi adalah relief devices pada bejana terangkat, melepas uap
MIC. 20 tahun kemudian, darimana pastinya sumber air berasal masih tetap
menimbulkan kontroversi. Tetapi sangat jelas bahwa sistem safety yang dipasang tidak
dapat mencegah lepasnya gas beracun dalam jumlah besar.Kejadian ini lebih dapat
diingat dibandingan dengan kejadian lain di industri kimia dan bahwasannya sistem
safety yang handal sangat diperlukan ketika menangani material berbahaya. Kejadian
ini juga menjadi salah satu pemicu lahirnya manajemen kesalamatan. Beberapa faktor
penyebabnya ialah :
1. Menyimpan MIC dalam tangki besar dan mengisinya melampaui tingkat yang
direkomendasikan dan menyimpan MIC pada suhu 20 C, bukan 4,5 C (suhu
seharusnya)
2. Mengabaikan pemeliharaan sarana (jarang mengganti pipa yang bocor)
3. Manajemen keselamatan tidak baik
4. Lokasi pabrik yang berada di dekat pemukiman padat penduduk
5. Kurangnya tenaga operator yang terampil sementara Pekerja MIC membutuhkan
lebih banyak pelatihan namun mereka bisa melakukan dengan lebih sedikit
6. Tidak memiliki rencana evakuasi saat terjadi keadaan darurat
7. Kegagalan untuk mengenali masalah sebelumnya
8. Kontrol yang kurang seperti :

a) Alarm tangki MIC tidak bekerja selama empat tahun


b) Menara suar dan scrubber gas ventilasi telah keluar dari layanan selama lima
bulan sebelum bencana

26
c) Pengukur tekanan tangki MIC telah rusak selama kira-kira seminggu sebelum
bencana
d) Boiler uap, dimaksudkan untuk membersihkan pipa, keluar dari tindakan untuk
alasan yang tidak diketahui
e) Katup baja karbon yang digunakan di pabrik menimbulkan korosi bila terkena
asam.
Kemudian terlalu berhemat dalam pembiayaan seperti menonaktifkan sistem
pendinginan, mematikan sistem keselamatan, serta menggunakan metode manufaktur
pestisida yang lebih berbahaya karena harganya murah. Efek Insiden Bophal terhadap
kesehatan manusia diantaranya :
1. Batuk, muntah, iritasi mata parah dan perasaan sesak napas
2. Gejala-gejala akut terbakar di saluran pernapasan dan mata, blepharospasm, sesak
napas, sakit perut dan muntah.
3. Kematian akibat tersedak, kolaps sirkulasi reflexogenik dan edema paru.
4. Tingkat kelahiran mati meningkat hingga 300% dan angka kematian neonatal 200%.
5. Diperkirakan 100.000 sampai 200.000 orang luka permanen.
6. Kebutaan,kesulitan pernafasan, gangguan kekebalan tubuh dan neurologis,gagal
jantung sekunder terhadap cedera paru,
7. kesulitan reproduksi wanita dan pria
8. cacat lahir pada anak-anak yang lahir dari ibu yang terkena dampak
Kemudian efek insiden bhopal terhadap lingkungan diantaranya :
1. Kerusakan genetik tanaman
2. Sungai dan danau tercemar oleh bahan kimia: menghancurkan air dan hewan
berkembang pada sumber air
3. Bahan beracun di Tanah dan Air berupa Lead, Nikel, Tembaga, Chromium,
Hexachlorocyclohexane dan klorobenzena ditemukan di sampel tanah sampai
kedalaman tanah 100 meter ditemukan kadar racun mencapai 100 persen
4. Merkuri ditemukan antara 20.000 sampai 6.000.000 kali tingkat standar dalam tanah.
5. Air tanah dan tanah yang terkontaminasi dengan logam berat dan bahan kimia
karsinogenik

27
Beberapa hal yang menjadi perharian dari tragedi Bhopal diantaranya :
1. Pengelolaan instalasi bahaya utama: manajemen yang kompeten, harus akrab dengan
tuntutan operasi bahaya besar
2. Prioritaskan keselamatan
3. Pentingnya Pemeliharaan peralatan pabrik dan instrumentasi
4. Pentingnya Prosedur isolasi untuk pemeliharaan
5. Perlunya Pengendalian pabrik dan proses modifikasi
6. Perlunya Informasi untuk masyarakat
7. Perlunya Perencanaan untuk keadaan darurat
8. Mengurangi Persediaan bahan berbahaya
9. Menjaga daerah perumahan jauh dari pabrik
10. Manajemen yang tepat
11. Pelatihan tanggap darurat agar ditingkatkan
12. Pentingnya kesadaran masyarakat terhadap dampak bahaya di lingkungannya

28
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Insiden kimia adalah pelepasan yang tidak terkendali zat beracun yang berakibat
pada kesehatan masyarakat dan lingkungan. Ada beberapa jenis bahan kimia yang dapat
menimbulkan dampak kesehatan manusia maupun lingkungan. Efek dari terpaparnya
bahan kimia dapat bersifat lokal atau sistemik. Beberapa efek dari insiden kimia ini dapat
menganggu kesehatan. Lingkungan yang tercemar mengakibatkan beberapa masalah
kesehatan dapat timbul, terlebih lagi manajemen pengolahan limbah juga belum terlaksana
dengan baik. Kesehatan lingkungan dan manusia harus diperhatikan dalam hal penggunaan
bahan-bahan kimia, seperti perindustrian yang memproduksi atau menggunakan bahan
kimia yang keberadaannya dapat menimbulkan benca, seperti peledakan, kebakaran dan
lain sebagainya. Strategi penanggulangan insiden kimia ini dilakukan pada tahap pra, saat,
dan pasca insiden kimia. Salah satu contoh kasus dan pencegahan dari insiden kimia adalah
tragedi Gas Bhopal, India pada 3 Desember 1984.

29
DAFTAR PUSTAKA

Agung, Setiawanto. 2017. Hazard And Operability Study Berbasis Layer Of Protection Analysis
Pada Turbin Uap 105-Jt Di Pabrik 1 (Amonia) Pt. Petrokimia
Gresikhttp://repository.its.ac.id/41154/1/2412100058-Undergraduate-Theses.pdf. [Diakses
pada tanggal 08 September 2018].

CCPS. 2004. Process Safety Beacon. Bhopal, Sebuah Peristiwa


Tragissache.org/beacon/files/2004/12/id/read/2004-12-Beacon-Indonesia-s.pdf.. [Diakses
pada tanggal 08 September 2018].

Irianto,Ketut. 2015. Pencemaran Lingkungan.


http://repository.warmadewa.ac.id/231/1/BUKU%20AJAR%20PENCEMARAN%20LING
KUNGAN_final.pdf. [Diakses pada tanggal 08 September 2018].

Mukono, H.J.. 2006. “Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan Edisi Kedua”. Surabaya :Airlangga
University Press.

National Research Council. 2010. “Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Kimia”.


Washington :The National Academies Press.

Sari, Nur Ratba. 2013. Pengenalan Bahan Kimia Berbahaya Di Laboratorium Maupun
Industri Dan Cara Penyimpanannya. Fakultas Teknik : Universitas Setia Budi
Surakarta

World Health Organization. 2009. Manual For The Public Health Management of Chemical
Incodents. www.who.int/environmental_health_emergencies/publications/FINAL-PHM-
Chemical-Incidents_web.pdf.[Diakses pada tanggal 06 September 2018].

30

Anda mungkin juga menyukai