Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENGELOLAHAN LABORATORIUM

BAHAN KIMIA BERBAHAYA DAN CARA PENANGANANNYA

NUR MARULIHA ZUHRANI A

210105502014

PENDIDIKAN KIMIA B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN KIMIA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2022

i|P age
KATA PENGANTAR

Segala puja hanya bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Berkat limpahan karunia nikmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
"Baham kimia berbahaya" dengan lancar. Penyusunan makalah ini dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Pengelolahan Labroratotium.
Dalam proses penyusunannya, tak lepas dari bantuan, arahan, dan masukan dari
berbagai pihak. Untuk itu, saya ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya
dalam menyelesaikan makalah ini.
Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan
kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa
maupun isi sehingga penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif
dari pembaca.
Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat umumnya untuk semua orang dan khususnya bagi saya sendiri.

Makassar, 16 April 2022

Nur Maruliha Zuhrani A

ii | P a g e
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL……………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR .................................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
A. Pengertian Bahan kimia berbahaya ............................................................................... 3
B. Klasifikasi Bahan kimia berbahaya ............................................................................... 4
1. Bahan kimia beracun (Toksik) ................................................................................. 4
2. Bahan kimia korosif (Ititant) .................................................................................... 6
3. Bahan Kimia Mudah Terbakar ................................................................................. 9
4. Bahan Kimia Mudah Meledak ................................................................................ 11
5. Bahan Kimia Oksidator .......................................................................................... 13
6. Bahan Kimia Reaktif terhadap Air ......................................................................... 13
7. Bahan Kimia Reaktif terhadap Asam ..................................................................... 14
8. Gas Bertekanan Tinggi ........................................................................................... 14
9. Bahan Kimia Radio aktif ........................................................................................ 15
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 16
B. Saran ........................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 17

iii | P a g e
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era modern ini, proses modernisasi akan menaikkan konsumsi sejalan


dengan berkembangnya proses industrialisasi. Dengan peningkatan industrialisasi
tersebut maka penggunaan energypun akan meningkat yang tentunya akan
meningkatkan resiko toksikologis. Proses industrialisasi akan memanfaatkan
bahan baku kimia, fisika, dan biologi yang akan menghasilkan buangan dalam
bentuk gas, cair, maupun padat yang meningkat. Buangan tersebut juga akan
menimbulkan perubahan kualitas lingkungan yang mengakibatkan berbagai resiko
pencemaran, sehingga resiko toksikologi juga akan meningkat.
Industri di Indonesia tidak sedikit yang menggunakan bahan-bahan kimia
beracun sebagai salah satu material guna memproduksi produk dari perusahaan itu
sendiri. Baik digunakan sebagai bahan bakar, atau perusahaan langsung
berhubungan dengan bahan kimia tersebut. Setiap aktivitas kerja manusia akan
selalu memiliki peluang atau potensi untuk terjadi kecelakaan terhadap bahan
kimia maka diperlukan pengetahuan tentang factor kimia di tempat kerja menjadi
sangat penting. Dalam statistic kecelakaan akibat factor kimia yang terjadi di
Indonesia perlu adanya kesadaran baik dari pihak perusahaan maupun
komponennya untuk bias menguasai faktor-faktor kimia secara menyeluruh yang
ada di tempat kerja. Dengan demikian penting dikaji tentang factor kimia sehingga
dapat memahami tentang factor kimia baik dari segi pengetahuan dan
penerapannya tentang pengendalian bahan kimia beracun.
Setiap kegiatan kerja selalu diikuti dengan resiko bahaya yang dapat
berakibat terjadinya kecelakaan, walaupun demikian terjadinya kecelakaan
seharusnya dapat dicegah dan diminimalisasikan karena kecelakaan tidak dapat
terjadi dengan sendirinya. Terjadinya kecelakaan pada umumnya ditimbulkan oleh
beberapa faktor penyebab, oleh karena itu harus diteliti faktor faktor penyebabnya

1|P age
dengan tujuan untuk menentukan usaha-usaha pembinaan dan pengawasan
keselamatan yang tepat, efektif dan efisien sehingga terjadinya kecelakaan dapat
dicegah.
Dalam melaksanakan eksperimen, kontak terhadap bahan kimia akan
terjadi baik langsung maupun tidak langsung. Pengetahuan sifat dan karakter bahan
kimia perlu dimiliki mengingat bahan kimia memiliki potensi untuk menimbulkan
bahaya baik terhadap kesehatan maupun bahaya kecelakaan. Hal ini dapat
dipahami karena bahan kimia dapat memiliki tipe reaktivitas kimia tertentu dan
juga dapat memiliki sifat mudah terbakar. Oleh karena itu aktivitas kerja yang
selalu memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan kerja perlu dibudayakan
dalam bekerja di laboratorium.
Untuk dapat mendukung jaminan kesehatan dan keselamatan kerja maka
para peneliti maupun laboran yang bekerja di laboratorium harus mengetahui dan
memiliki pengetahuan serta keterampilan untuk menangani bahan kimia khususnya
dari segi potensi bahaya yang mungkin ditimbulkan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan bahan kimia berbahaya?


2. Apa saja yang termasuk dalam factor kimia bahan berbahaya beserta
klasifikasinya secara spesifik baik berdasarkan sifat beserta bahannya?

C. Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui apa itu bahan kimia berbahaya


2. Mengetahui apa saja klasifikasi bahan kimia berbahaya

2|P age
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bahan kimia berbahaya

Bahan kimia berbahaya adalah segala bentuk bahan kimia baik berupa zat
tunggal maupun campuran yang dapat berakibat buruk bagi kesehatan dan
lingkungan, baik secara langsung maupun tidak. Artinya, bahan kimia berbahaya
adalahbahanbahan yang pembuatan, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan
penggunaanya menimbulkan atau membebaskan debu, kabut, uap, gas, serat, atau
radiasi sehingga dapat menyebabkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi, keracunan
dan bahaya lain dalam jumlah yang memungkinkan gangguan kesehatan bagi
orang yang berhubungan langsung dengan bahan tersebut. Dampak yang dapat
ditimbulkan dari bahan kimia berbahaya tersebut dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Dampak secara fisik
Artinya, reaksi hebat yang terjadi dari bahan-bahan kimia yang berbahaya
dapat menimbulkan suatu hal yang dapat melaukai tubuh kita baik itu berupa
ledakan atau pun kebakaran yang terjadi pada bahan-bahan kimia tersebut.
2. Dampak bagi kesehatan
Artinya, apabila terjadi kontak antara bahan kimia berbahaya tersebut dengan
tubuh kita, seperti terhirup, tertelan, ataupun tersentuhh maka kemungkinan
besar akan menimbulkan efek buruk bagi kesehatan kita, contohnya dapat
meneyebabkan alergi, iritasi, muntah-muntah gangguan sistem reproduksi
atau bahkan kanker.
Kehidupan kita memang tidak bisa terlepas dari yang namanya bahan
kimia, namun kita dapat mencari tahu bahan-bahan kimia apa saja yang dapat
menimbulkan efek negatif atas penggunannya.

3|P age
B. Klasifikasi Bahan kimia berbahaya

1. Bahan kimia beracun (Toksik)

Toxic merupakan bahan kimia yang menyebabkan bahaya


terhadap kesehatan manusia bahkan dapat menyebabkan kematian apabila
terserap kedalam tubuh baik tertelan, lewat jalur pernapasan maupun
kontak lewat kulit. Pada umumnya zat toxic masuk lewat jalur pernapasan
(misalnya terhirup) dan juga kulit, lalu menyebar keseluruh tubuh dan
menuju organ tertentu seperti hati, dan paru - paru. Tapi bias juga zat toxic
berakumulasi dalam tulang, darah, hati, dan cairan limfa hingga pada
akhirnya menghasilkan efek dalam jangka panjang. Pengeluaran zat
beracun bias melalui urin, saluran pencernaan selefitel dan keringat.
Dalam laboratorium, bahan-bahan kimia berbahaya dapat masuk
ke dalam tubuh melewati tiga saluran, yaitu :
Melalui mulut atau tertelan
Melalui pori-pori kulit atau tersentuh
Melalui pernapasan atau terhirup
a. Efek Akut dan Kronis
1) Efek akut adalah pengaruh sejumlah dosis tertentu yang akibatnya
dapat dilihat atau dirasakan dalam jangka waktu yang singkat atau
pendek. Suatu contoh, keracunan fenol dapat menyebabkan diare
dan keracunan gas CO dapat menimbulkan hilang kesadaran atau
bahkan kematian dalam waktu yang singkat.
2) Kronis adalah suatu akibat dari keracunan bahan-bahan kimia
dalam dosis kecil tetapi terus menerus dan efeknya baru dapat
dirasakan dalam jangka waktu yang lama.
b. Ukuran Toksisitas
Toksisitas bahan kimia perlu diketahui oleh para pekerja
laboratorium kimia untuk mengetahui derajat bahaya bahan tersebut
dalam suatu percobaan. Pada hakikatnya suatu mengetahui derajat
bahaya bahan tersebut dinyatakan toksik apabila sudah ada bukti atau
kenyataan. Bukti dapat diperoleh dari data percobaanpada berbagai

4|P age
jenis binatang, seperti tikus, kera, anjing, dsb. Percobaan dilakukan
pada dosis dan waktu keterpaan (exposure) tertentu.
Bukti atau kenyataan bahwa suatu zat berbahay bagi manusia
dapat pula diperoleh dari data-data epidemi. Suatu contoh keracunan
metil raksa yang terjadi pada ribuan orang Iraq ; keracunan air raksa di
Jepang sebagaii akibat ikan yang dikonsumsi terkontaminasi air raksa
; dan penyakit asbestosis bagi para pekerja atau penduduk sekitar
pabrik asbes di Amerika.
Meskipun terdapat banyak kesulitan dalam menentukan
tingkat-tingkat toksisitas, namun para ahli telah dapat mengemukakan
konsep-konsep ukuran toksitas. Dosis yang ternyata memberikan
respon terhadap 50% binatang percobaan disebut effective dose atau
ED50. Kalau respons itu berupa kemauan maka disebut lethal dose atau
LI50 . Untuk zat, gas atau uap dalam udara dipakai untuk lethal
concentration 50 atau LC50 yakni konsentrasi gas dalam udara yang
dapat menimbulkan kematian 50% binatang percobaan pada keterpaan
selama 6 jam.
Untuk efek kronis, ukuran toksisitas dipakai istilah Thershold
Limit Value (TLV) atau nilai ambang batas (NAB). Artinya adalah
konsentrasi dari zat, uap atau gas dalam udara yang dapat dihirup
selama 8jam per hari selama 5hari/minggu tanpa menimbulkan
gangguan kesehatan yang berarti. Secara umum dapat di katakan bahw
bahan-bahan kimia dengan NAB toksik lebih rendah . Tetapi, nilai
NAB tidak selalu menunjukkan sifat bahaya suatu bahan kimia.
c. Usaha Menghindari Keracunan
Keterpaan bahan-bahan kimia industri dalam laboratoriumm
lebih banyak dan berkemungkinan lebih pendek waktunya dari pada
belum diketahui sifat-sifatnya. Oleh karena itu amat diperlukan
informasi tentang nilai ambang batas (NAB) ata thershold limit values
(TLV) dari gas, uap, dan debu yang dikeluarkan setiap tahun oleh
American Conference of Govermental Industrial Hygienists (ACGIH)
banyak diterima dan merupakan pegangan dibanyak negara. NAB dari

5|P age
suatu zatt dapat berubah setiap tahun, bergantung pada perkembangan
dari percobaan tes toksisitas.
Menghadapi ketidaktentuan dalam hal toksisitas di atas, justru
kita harus lebih berhati-hati dalam penanganann bahan kimia toksik.
Penggunanan pelarut atau reagen-reagen yang toksik diusahakan untuk
diganti bila mungkin.
Apabila ada kemungkinan bahan-bahan kimia yang dipakai
akan menimbulkan pencemaran udara kerja, maka sebaiknya
percobaan-percobaan dilakukan dalam almari asam. Demikian pula
ventilasi ruangan kerja perlu diperhatikan, agar ruangan tidak lembab
dan tercemar oleh gas-gas berbahaya.
Makan dan minum dalam laboratorium perlu dihindarkan untuk
mencegah kontaminasi. Selain itu, sebagai usaha terakhir, bekerja
bahan-bahan kimia toksik harus memakai alat-alat pelindung diri yang
sesuai. Pelindung pernapasan (masker), sarung tangan, dan kacamata
pelindung harus digunakan. usaha pencegahan di atas lebih
menititikberatkan pada pencegahan dalam menjaga kesehatan rohani
dan terlebih lagi kesehatan jasmani.

2. Bahan kimia korosif (Ititant)

Dalam laboratorium, bahan kimia korosif seperti asam sulfat, asam


klorida, dan asam nitrat, dapat kita kenal bias berbagai macam peralatan
dari logam. Bahan-bahan tersebut bila kena kulit juga dapat menimbulkan
seakan berupa rangsangan atau iritasi, dan peradangan kulit. Oleh karena
itu, bahan kimia korosif dapat disebut pula sebagai irritant. pengaruh
bahan kimia korosifamat bergantung pada keadaan fisik dan kelarutan zat
dalam permukaan bagian tubuh yang terkena. Akibat yang di
timbulkannya dapat berupa efek setempat (primer) dan efek sistemik
(sekunder, bahan kimia korosif dapat di kelompokkan sesuai wujud zat,
yakni cair, padat, dan gas.
a. Bahan Kimia Korosif Cair

6|P age
Dapat menimbulkan iritasi setempat sebagai akibat reaksi
langsung dengan kulit, proses pelarutan atau denaturasi protein pada
atau akibat gangguan kesetimbangan membrane dan tekanan osmosa
pada kulit contoh bahan korosif cair :
1) Asam Mineral
HNO3
H2SO4
HCl
HF
2) Asam Organik
HCOOH
CH3COOH
CH2ClCOOH
3) Pelarut Organik
Petroleum
Hidrokarbon terklorinasi
Karbon disulfide
Terpentin
Bahaya bahan kimia korosifdapat di hindari dengan menghindarkan
kontak dengan tubuh. Alat proteksi seperti sarung tangan, kacamata
pelindung, dan pelindung muka perlu di pakai untuk menangani bahan
kimia korosif Pertolongan pertama selalu dilakukan dengan menyemprot
atau mencuci dengan air yang cukup banyak pada bagian yang terkena
sebelum di bawa kedokter.
b. Bahan Kimia Korosif Padat
Iritasi yang di timbulkan oleh zat padat korosif amat bergantung
pada kelarutan zat pada kulit yang lembab. Sifat korosif dan panas
yang di timbulkan akibat proses pelarutan adalah penyebab iritasi.
Meskipun zat padat korosif kurang berbahaya dibandingkan dengan
bentuk cair, tetapi larutan pekat dan disperse zat padat dalam cair
(slury) mempunyai bahaya yang lebih besar. Contoh zat padat korosif
sebagai berikut :

7|P age
1) Asam
Trikhloroasetat
2) Basa
Natrium hidroksida
Kalium hidroksida
Natrium silikat
Amonium karbonat
Kalsium oksida / hidroksida
Kalsium karbida
Kalsium sianida
3) Lain lain
Fenol
Natrium
Kalium
Posfor
Perak nitrat
c. Bahan Kimia Korosif Gas
Bentuk gas merupakan yang paling berbahaya dibandingkan
dengan bentuk padat dan cair karena yang diserang adalah salauran
pernapasan. Kelarutan gas dalam permukaan saluran yang lembab
atau lender menentukan bahaya gas tersebut disamping jenis zat.
Jenis gas irritant dapat di golongkan pada besar kecilnya
kelarutan yang juga menentukan daerah serangan alat pernapasan.
Golongan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Amat larut
Ammonia
Asam klorida
Asam flourida
Formaldehida
Sulfur klorida
Tionil klorida
Sulfaril klorida

8|P age
2) Kelarutan Sedang
Belerang oksida
Klorida
Brom
Arsen triklorida
Pospor triklorida
Pospor penta klorida
3) Kelarutan Kecil
Ozon
Nitrogen oksida
Fosgen
4) Lain- lain
Akrolein
Dikloroetilsulfida
Diklorometileter
Kloropikrin
Dimetil sulfat
Secara umum untuk menghindari iritasi gas-gas tersebut
pemakaian masker adalah mutlak perlu disamping alat proteksi mata
dan kulit. Ventilasi amat diperlukan untuk menjaga agar konsentrasi
gas dalam ruang kerja tetap rendah.

3. Bahan Kimia Mudah Terbakar

Meskipun kebakaran tidak hanya terjadi dalam laboratorium kimia,


kan tetapi laboratorium kimia mempunyai kemungkinan besar untuk
terjadinya kebakaran. Hal ini disebabkan selain adanya penggunaan listrik
dan pemanas lain, juga banyaknya ipakai bahan kimia yang mudah
terbakar atau menimbulkan kebakaran.
Untuk dapat menghidrakan terjadinya kebakaran yang bukan
mustahil dapat menimbulkan kerugian besar, perlu kiranya dapat dihayati

9|P age
proses terjadinya kebakaran, bahan kimia mudah terbakar, dan cara
penanggulanagan kebakaran.
a. Jenis-jenis Bahan Kimia Mudah Terbakar
1) Padat : belerang, fosfor merah dan kuning, hidrida logam, logam
alkali, dll.
2) Cair : eter, alcohol, methanol, n-heksana, benzene, aseton,
pentane, dll.
3) Gas : Hidrogen, asetilen, dll.
Pada umumnya, zat cair lebih mudah terbakardaripada zat padat
dan gas lebih mudah terbakardari zat cair. Tetapi, zat padat berupa
bubuk halus lebih mudah terbakardaripada zat cair atau mudah
terbakar seperti gas. Diantara ketiga jenis zat di atas, golongan cair
adalah yang paling banyak terdapat di laboratorium yaitu, berupa
pelarut-pelarut organik.
b. Pelarut Organik
Untuk dapatmengetahui kelakuan pelarut orgnik terhadap
proses kebakaran, perlu diketahui pula beberapa sifat pelarut organic
yang menentukan mudah tidaknya terbakar, yaitu:
1) Titik nyala (flash point) adalah suhu dimana suatu cairan
menghasilkan uap yang dapat membentuk campuran dengan
udara yang dapat membentuk campuran dengan udara yang dapat
dibakar pada permukaan cairan.
2) Suhu bakar (iqnition temperature) adalah suhu minimum suatu
zat yang diperlukan agar zat tersebut dapat terbakar tanpa
bantuan energy dari luar. Beberapa pelarut organic mempunyai
suhu baker yang lebih rendah daripada suhu api atau nyala.
3) Daerah konsentrasi mudah terbakar (flammable range) adalah
daerah konsentrasi dimana di bawah dan di atas konsentrasi
tersebut uap tidak dapat dibakar. Semakin lebar daerah
konsentrasi tersebut semakin besar kemungkinan bahaya untuk
terbakar.

10 | P a g e
4) Titik didih adalah suhu dimana tekanan uap zat tersebutsama
dengan tekanan luar. Semakin rendah titik didih suatu pelarut
organic semakin banyak uap yang dihasilkan di atas
permukaannya. Sehingga semakin besar kemungkinan dapat
terbakar.
5) Berat jenis uap relatif terhadap udara, menunjukkan
kecenderungan gerakan uap dalam udara. Berat jenis uapa yang
lebih berat daripada udara, menunnjukkan kecenderungan uap
berada di bawah. Sedangkan berat jenis lebih kecil daripada
udara akan mengakibatkan uap selalu bergerak di atas.
6) Berat jenis cairan relative terhadap air, menunjukkan dapat
tidaknya kebakaran pelarut tersebut dapat disiram dengan air.
Pelarutorganik dengan berat jenis lebih besar daripada air, dapat
disiram dengan air bila terjadi kebakaran.Sebaliknya, bila berat
jenis zat cair organic lebih kecil daripada air, justru akan merata
dan bertambah besarapi kebkaran bila disiram dengan air
(kecuali pelarutorganik tersebut larut dalam air).
c. Jenis-jenis Kebakaran
Sesuai dengan bahan yang terbakar, kebakaran dapat dibedakan
dalam beberapa jenis yaitu :
1) Kelas A : kebakaran kertas, kayu, karet, plastic, dan sebagainya.
2) Kelas B: kebakaran pelarut organic seperti etanol, kimia
benzene, aseton, heksana, eter, dan sebagainya.
3) Kelas C : kebakaran instalasi listrik seperi trafo dan peralatan
listrik
4) Kelas D : Kebakaran logam-logam alkali dan natrium.

4. Bahan Kimia Mudah Meledak

Bahan-bahan kimia reaktif atau tidak stabil dapat bersifat mudah


meledak atau ekslosif. Peledak terjadi karena terjadi reaksi amat cepat
yang menghasilkan panas dan gas dalam jumlah besar. Reaksi eksplosif

11 | P a g e
demikian kerusakan karena tenaga yang amat besar, tetapi juga disertai
kebakaran. Dalam laboratorium maupun industry kimia, peledakan adalah
kecelakaan yang sering terjadi dan menimbulkan banyak korban dan
kerugian harta.
a. Kemungkinan adanya reaksi eksplosif dapat diperkirakan dari dua
aspek yakni:
1) Reaksi Kesetimbangan dengan Oksigen
Adalah selisih antara jumlah oksigen dalam system (senyawa
atau campuran) dengan jumlah oksigen yang diperlukan untuk
mengoksidasi secara sempurna menjadi gas CO2 dan H2O. Ada
tiga kemungkinan sifat, yakni :
Kesetimbangan negative
Kesetimbangan nol
Kesetimbangan positif
2) Faktor-faktor Penyebab Eksplosif
Penanganan bahan-bahan tidak stabil di atas harus berhati-hati,
karena ada beberapa faktor yang amat berpengaruh pada proses
terjadinya ledakan, yakni :
Suhu penyimpanan : semakin tinggi suhu semakin mudah
terjadi reaksi eksplosif.
Benturan, gesekan mekanik : dapat menimbulkan pemanasan
lokal yang eksplosit. Hal ini dapat terjadi pada saat proses
pencampuran, penggerusan dan pengangkutan.
Kelembaban : kelembaban yang tinggi dalam penyimpanan
akan menyebabkan adsorbs air yang memudahkan reaksi
kimia terjadi. Dengan sendirinya penyimpanan harus bebas;
dari atap yang bocor di waktu hujan
Listrik : dapat memberikan pemanasan dan tau loncatan api.
Pengaruh bahan kimia lain dalam penyimpanan. Bahan
kimiareduktor akan berbahaya bila dicampur atau berdekatan
dengan bahan oksidator yang tidak stabil.

12 | P a g e
5. Bahan Kimia Oksidator

Bahan kimia oksidator adalah bahan kimia yang dapat


menghasilkan oksigen dalam penguraian atau reaksinya dengam senyawa
lain. Bahan tersebut juga bersifat dan eksplosif serta sering menimbulkan
kebakaran. Kebakaran akibat bahan oksidator sukar dipadamkan karena
mampu menghasilkan oksigen sendiri Bahan kimia oksidator dapat di
bedakan dua jenis yakni :
a. Oksidator Organik, seperti :
1) Permanganat
2) Perklorat
3) Dikromat
4) Hydrogen peroksida
5) Periodat
6) Persulfat
b. Perioksida Organik seperti :
1) Benzyl peroksida
2) Asetil peroksida
3) Eter oksida
4) Asam perasetat

6. Bahan Kimia Reaktif terhadap Air

Bahan reaktif terhadap air adalah bahan-bahan kimia yang mudah


bereaksi dengan air dan menghasilkan panas yang besar dan atau gas yang
mudah terbakar. Logam-logam seperti Na, K, dan Ca bereaksi dengan air
menghasilkan H2 yang langsung terbakar oleh panas reaksi yang terbentuk
:
2 Na + H2O → 2 NaOH + H2 + kalor
Sedangkan CaO bereaksi dengan air menghasilkan panas :
CaO + H2O → Ca(OH)2 + kalor
Selain itu, bahan-bahan seperti logam halida anhidrat, oksida non
logam halida dan asam sulfat pekat juga bereaksi dengan air secara hebat.

13 | P a g e
Oleh karena itu, zat-zat demikian harus dijauhkan dari air atau disimpan
dalam ruangan yang kering dan bebas dari kebocoran di waktu hujan.
kebakaran akibat zat-zat di atas tak dpat dipadamkan dengan penyiraman
air.

7. Bahan Kimia Reaktif terhadap Asam

Bahan-bahan reaktif terhadap asam adalah bahan-bahan yang


mudah bereaksi asam menghasilkan panas, gas mudah terbakar, dan atau
gas beracun. Logamlogam alkali seperti, Na, K, dan Ca selain reaktif
terhadap air juga terhadap asam. Oksidator seperti kalium
klorat/perklorat, kalium permanganat dan asam kromat amat reaktif
terhadap asam sulfat dan asam asetat.
Zat-zat beracun seperti NaCN atau KCN bereaksi dengan asam
membentuk gas asam sianida yang amat beracun :
NaCN + HCl → NaCl + HCN(g)
Demikian pula dengan logam-logam seperti Cu, Zn, dan Al reaktif
terhadap asam nitrat menghasilkan gas NO2 yang beracun
Cu + 4 HNO3 → 2 NO2 + 2 H2O
Dengan sendirinya zat-zat di atas dalam penyimpanannya harus dijauhkan
dari asam-asam.

8. Gas Bertekanan Tinggi

Gas bertekanan tinggi banyak dipakai dalam laboratorium baik


sebagai reagen, bahan bakar atau gas pembawa. Gas-gas tersebut
disimpan daam bentuk :
a. Gas tekan seperti udara, hidrogen dan klor
b. Gas cair seperti nitrogen dan amonia
c. Gas terlarut dalam pelarut organik di bawah tekanan misalnya etilen.
Bahaya dari gas-gas bertekanan rendah, selain bahaya karena sifat
gas tersebut beracun, korosif dan mudah terbakar juga bahaya mekanik
seperti meluncurnya silinder gas akibat tekanan yang terlepas atau

14 | P a g e
ledakan. Selain itu, ciri khas bahaya utama adalah kebocoran yang akan
mengeluarkan banyak gas dalam waktu yang singkat.

9. Bahan Kimia Radio aktif

Bahan kimia radioaktif adalah bahan kimia yang dapat


memancarkan radiasi sinar alpha, beta, atau gamma. Zat-zat radioaktif
banyak dipakai dalam laboratorium sebagai bahan untuk sintetis dan
analisis selain untuk pengobatan. Sinar gamma mempunyai energi dan
daya tembus yang lebih besar dari pada sinar beta dan sinar lebih kuat
daripada sinar alpha. Sinar-sinar tersebut dapat merusak sel-sel tubuh.
Keterpaan radiasi dapat terjadi akibat sumber radiasi di luar tubuh.
Terutama untuksinar gamma yang memiliki daya tembus besar.
Melindungi diri denagn penahan timbal, menjauhkan diri dari sumber
radiasi serta mengurangi waktu keterpaan merupakan cara
menghindarkan diri dari radiasi.
Bahaya radiasi dapat pula berasal dari dalam tubuh, yang terjadi
karena masuknya zat-zat radioaktif melalui paru-paru, mulut, dan kulit.
Dalam hal ini, pemancar sinal alpha dan beta cukup berbahaya karena
dapat beredar ke seluruh tubuh lewat peradaran darah atau terakumulasi
lewat organ-organ tertentu, bergantung pada jenis zat.

15 | P a g e
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perlunya pengetahuan tentang faktor kimia beserta klasifikasinya menjadi


sangat penting mengingat banyak terjadi kecelakaan industri khususnya yang
menggunakan bahan kimia berbahaya dan beracun. Dengan pengetahuan dan
pemahaman terhadap faktor kimia secara keseluruhan, diharapkan kita dapat
meredam laju kecelakaan kerja khususnya dari faktor kimia di tempat kerja dan
laboratorium.

B. Saran

Perlu pembelajaran lebih lanjut agar kita bisa memahami dan mendalami
lagi terkait pelajaran Pengelola laboratorium khususnya pada bahan kimia
berbahaya.

16 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Bennet, N.B. 1995. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerj. Jakarta: P.T. Pustaka
Pressindo

Cook, T.M. 1986. Operasi Industri Kimia, Aspek Keselamatan dan Kesehatan. Jakarta
: P.T Gramedia

Khasani, Soemanto Imam. 1990. Keselamatan Kerja dalam laboratorium Kimia.Jakarta


: P.T. Gramedia

Soedharta, Gatot. 1983. Pencegahan dan Penangggulangan Kebakaran. Jakarta: Van


Noostard Reinhold Company

17 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai