210105502014
PENDIDIKAN KIMIA B
JURUSAN KIMIA
2022
i|P age
KATA PENGANTAR
Segala puja hanya bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Berkat limpahan karunia nikmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
"Baham kimia berbahaya" dengan lancar. Penyusunan makalah ini dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Pengelolahan Labroratotium.
Dalam proses penyusunannya, tak lepas dari bantuan, arahan, dan masukan dari
berbagai pihak. Untuk itu, saya ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya
dalam menyelesaikan makalah ini.
Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan
kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa
maupun isi sehingga penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif
dari pembaca.
Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat umumnya untuk semua orang dan khususnya bagi saya sendiri.
ii | P a g e
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL……………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR .................................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
A. Pengertian Bahan kimia berbahaya ............................................................................... 3
B. Klasifikasi Bahan kimia berbahaya ............................................................................... 4
1. Bahan kimia beracun (Toksik) ................................................................................. 4
2. Bahan kimia korosif (Ititant) .................................................................................... 6
3. Bahan Kimia Mudah Terbakar ................................................................................. 9
4. Bahan Kimia Mudah Meledak ................................................................................ 11
5. Bahan Kimia Oksidator .......................................................................................... 13
6. Bahan Kimia Reaktif terhadap Air ......................................................................... 13
7. Bahan Kimia Reaktif terhadap Asam ..................................................................... 14
8. Gas Bertekanan Tinggi ........................................................................................... 14
9. Bahan Kimia Radio aktif ........................................................................................ 15
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 16
B. Saran ........................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 17
iii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1|P age
dengan tujuan untuk menentukan usaha-usaha pembinaan dan pengawasan
keselamatan yang tepat, efektif dan efisien sehingga terjadinya kecelakaan dapat
dicegah.
Dalam melaksanakan eksperimen, kontak terhadap bahan kimia akan
terjadi baik langsung maupun tidak langsung. Pengetahuan sifat dan karakter bahan
kimia perlu dimiliki mengingat bahan kimia memiliki potensi untuk menimbulkan
bahaya baik terhadap kesehatan maupun bahaya kecelakaan. Hal ini dapat
dipahami karena bahan kimia dapat memiliki tipe reaktivitas kimia tertentu dan
juga dapat memiliki sifat mudah terbakar. Oleh karena itu aktivitas kerja yang
selalu memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan kerja perlu dibudayakan
dalam bekerja di laboratorium.
Untuk dapat mendukung jaminan kesehatan dan keselamatan kerja maka
para peneliti maupun laboran yang bekerja di laboratorium harus mengetahui dan
memiliki pengetahuan serta keterampilan untuk menangani bahan kimia khususnya
dari segi potensi bahaya yang mungkin ditimbulkan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
2|P age
BAB II
PEMBAHASAN
Bahan kimia berbahaya adalah segala bentuk bahan kimia baik berupa zat
tunggal maupun campuran yang dapat berakibat buruk bagi kesehatan dan
lingkungan, baik secara langsung maupun tidak. Artinya, bahan kimia berbahaya
adalahbahanbahan yang pembuatan, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan
penggunaanya menimbulkan atau membebaskan debu, kabut, uap, gas, serat, atau
radiasi sehingga dapat menyebabkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi, keracunan
dan bahaya lain dalam jumlah yang memungkinkan gangguan kesehatan bagi
orang yang berhubungan langsung dengan bahan tersebut. Dampak yang dapat
ditimbulkan dari bahan kimia berbahaya tersebut dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Dampak secara fisik
Artinya, reaksi hebat yang terjadi dari bahan-bahan kimia yang berbahaya
dapat menimbulkan suatu hal yang dapat melaukai tubuh kita baik itu berupa
ledakan atau pun kebakaran yang terjadi pada bahan-bahan kimia tersebut.
2. Dampak bagi kesehatan
Artinya, apabila terjadi kontak antara bahan kimia berbahaya tersebut dengan
tubuh kita, seperti terhirup, tertelan, ataupun tersentuhh maka kemungkinan
besar akan menimbulkan efek buruk bagi kesehatan kita, contohnya dapat
meneyebabkan alergi, iritasi, muntah-muntah gangguan sistem reproduksi
atau bahkan kanker.
Kehidupan kita memang tidak bisa terlepas dari yang namanya bahan
kimia, namun kita dapat mencari tahu bahan-bahan kimia apa saja yang dapat
menimbulkan efek negatif atas penggunannya.
3|P age
B. Klasifikasi Bahan kimia berbahaya
4|P age
jenis binatang, seperti tikus, kera, anjing, dsb. Percobaan dilakukan
pada dosis dan waktu keterpaan (exposure) tertentu.
Bukti atau kenyataan bahwa suatu zat berbahay bagi manusia
dapat pula diperoleh dari data-data epidemi. Suatu contoh keracunan
metil raksa yang terjadi pada ribuan orang Iraq ; keracunan air raksa di
Jepang sebagaii akibat ikan yang dikonsumsi terkontaminasi air raksa
; dan penyakit asbestosis bagi para pekerja atau penduduk sekitar
pabrik asbes di Amerika.
Meskipun terdapat banyak kesulitan dalam menentukan
tingkat-tingkat toksisitas, namun para ahli telah dapat mengemukakan
konsep-konsep ukuran toksitas. Dosis yang ternyata memberikan
respon terhadap 50% binatang percobaan disebut effective dose atau
ED50. Kalau respons itu berupa kemauan maka disebut lethal dose atau
LI50 . Untuk zat, gas atau uap dalam udara dipakai untuk lethal
concentration 50 atau LC50 yakni konsentrasi gas dalam udara yang
dapat menimbulkan kematian 50% binatang percobaan pada keterpaan
selama 6 jam.
Untuk efek kronis, ukuran toksisitas dipakai istilah Thershold
Limit Value (TLV) atau nilai ambang batas (NAB). Artinya adalah
konsentrasi dari zat, uap atau gas dalam udara yang dapat dihirup
selama 8jam per hari selama 5hari/minggu tanpa menimbulkan
gangguan kesehatan yang berarti. Secara umum dapat di katakan bahw
bahan-bahan kimia dengan NAB toksik lebih rendah . Tetapi, nilai
NAB tidak selalu menunjukkan sifat bahaya suatu bahan kimia.
c. Usaha Menghindari Keracunan
Keterpaan bahan-bahan kimia industri dalam laboratoriumm
lebih banyak dan berkemungkinan lebih pendek waktunya dari pada
belum diketahui sifat-sifatnya. Oleh karena itu amat diperlukan
informasi tentang nilai ambang batas (NAB) ata thershold limit values
(TLV) dari gas, uap, dan debu yang dikeluarkan setiap tahun oleh
American Conference of Govermental Industrial Hygienists (ACGIH)
banyak diterima dan merupakan pegangan dibanyak negara. NAB dari
5|P age
suatu zatt dapat berubah setiap tahun, bergantung pada perkembangan
dari percobaan tes toksisitas.
Menghadapi ketidaktentuan dalam hal toksisitas di atas, justru
kita harus lebih berhati-hati dalam penanganann bahan kimia toksik.
Penggunanan pelarut atau reagen-reagen yang toksik diusahakan untuk
diganti bila mungkin.
Apabila ada kemungkinan bahan-bahan kimia yang dipakai
akan menimbulkan pencemaran udara kerja, maka sebaiknya
percobaan-percobaan dilakukan dalam almari asam. Demikian pula
ventilasi ruangan kerja perlu diperhatikan, agar ruangan tidak lembab
dan tercemar oleh gas-gas berbahaya.
Makan dan minum dalam laboratorium perlu dihindarkan untuk
mencegah kontaminasi. Selain itu, sebagai usaha terakhir, bekerja
bahan-bahan kimia toksik harus memakai alat-alat pelindung diri yang
sesuai. Pelindung pernapasan (masker), sarung tangan, dan kacamata
pelindung harus digunakan. usaha pencegahan di atas lebih
menititikberatkan pada pencegahan dalam menjaga kesehatan rohani
dan terlebih lagi kesehatan jasmani.
6|P age
Dapat menimbulkan iritasi setempat sebagai akibat reaksi
langsung dengan kulit, proses pelarutan atau denaturasi protein pada
atau akibat gangguan kesetimbangan membrane dan tekanan osmosa
pada kulit contoh bahan korosif cair :
1) Asam Mineral
HNO3
H2SO4
HCl
HF
2) Asam Organik
HCOOH
CH3COOH
CH2ClCOOH
3) Pelarut Organik
Petroleum
Hidrokarbon terklorinasi
Karbon disulfide
Terpentin
Bahaya bahan kimia korosifdapat di hindari dengan menghindarkan
kontak dengan tubuh. Alat proteksi seperti sarung tangan, kacamata
pelindung, dan pelindung muka perlu di pakai untuk menangani bahan
kimia korosif Pertolongan pertama selalu dilakukan dengan menyemprot
atau mencuci dengan air yang cukup banyak pada bagian yang terkena
sebelum di bawa kedokter.
b. Bahan Kimia Korosif Padat
Iritasi yang di timbulkan oleh zat padat korosif amat bergantung
pada kelarutan zat pada kulit yang lembab. Sifat korosif dan panas
yang di timbulkan akibat proses pelarutan adalah penyebab iritasi.
Meskipun zat padat korosif kurang berbahaya dibandingkan dengan
bentuk cair, tetapi larutan pekat dan disperse zat padat dalam cair
(slury) mempunyai bahaya yang lebih besar. Contoh zat padat korosif
sebagai berikut :
7|P age
1) Asam
Trikhloroasetat
2) Basa
Natrium hidroksida
Kalium hidroksida
Natrium silikat
Amonium karbonat
Kalsium oksida / hidroksida
Kalsium karbida
Kalsium sianida
3) Lain lain
Fenol
Natrium
Kalium
Posfor
Perak nitrat
c. Bahan Kimia Korosif Gas
Bentuk gas merupakan yang paling berbahaya dibandingkan
dengan bentuk padat dan cair karena yang diserang adalah salauran
pernapasan. Kelarutan gas dalam permukaan saluran yang lembab
atau lender menentukan bahaya gas tersebut disamping jenis zat.
Jenis gas irritant dapat di golongkan pada besar kecilnya
kelarutan yang juga menentukan daerah serangan alat pernapasan.
Golongan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Amat larut
Ammonia
Asam klorida
Asam flourida
Formaldehida
Sulfur klorida
Tionil klorida
Sulfaril klorida
8|P age
2) Kelarutan Sedang
Belerang oksida
Klorida
Brom
Arsen triklorida
Pospor triklorida
Pospor penta klorida
3) Kelarutan Kecil
Ozon
Nitrogen oksida
Fosgen
4) Lain- lain
Akrolein
Dikloroetilsulfida
Diklorometileter
Kloropikrin
Dimetil sulfat
Secara umum untuk menghindari iritasi gas-gas tersebut
pemakaian masker adalah mutlak perlu disamping alat proteksi mata
dan kulit. Ventilasi amat diperlukan untuk menjaga agar konsentrasi
gas dalam ruang kerja tetap rendah.
9|P age
proses terjadinya kebakaran, bahan kimia mudah terbakar, dan cara
penanggulanagan kebakaran.
a. Jenis-jenis Bahan Kimia Mudah Terbakar
1) Padat : belerang, fosfor merah dan kuning, hidrida logam, logam
alkali, dll.
2) Cair : eter, alcohol, methanol, n-heksana, benzene, aseton,
pentane, dll.
3) Gas : Hidrogen, asetilen, dll.
Pada umumnya, zat cair lebih mudah terbakardaripada zat padat
dan gas lebih mudah terbakardari zat cair. Tetapi, zat padat berupa
bubuk halus lebih mudah terbakardaripada zat cair atau mudah
terbakar seperti gas. Diantara ketiga jenis zat di atas, golongan cair
adalah yang paling banyak terdapat di laboratorium yaitu, berupa
pelarut-pelarut organik.
b. Pelarut Organik
Untuk dapatmengetahui kelakuan pelarut orgnik terhadap
proses kebakaran, perlu diketahui pula beberapa sifat pelarut organic
yang menentukan mudah tidaknya terbakar, yaitu:
1) Titik nyala (flash point) adalah suhu dimana suatu cairan
menghasilkan uap yang dapat membentuk campuran dengan
udara yang dapat membentuk campuran dengan udara yang dapat
dibakar pada permukaan cairan.
2) Suhu bakar (iqnition temperature) adalah suhu minimum suatu
zat yang diperlukan agar zat tersebut dapat terbakar tanpa
bantuan energy dari luar. Beberapa pelarut organic mempunyai
suhu baker yang lebih rendah daripada suhu api atau nyala.
3) Daerah konsentrasi mudah terbakar (flammable range) adalah
daerah konsentrasi dimana di bawah dan di atas konsentrasi
tersebut uap tidak dapat dibakar. Semakin lebar daerah
konsentrasi tersebut semakin besar kemungkinan bahaya untuk
terbakar.
10 | P a g e
4) Titik didih adalah suhu dimana tekanan uap zat tersebutsama
dengan tekanan luar. Semakin rendah titik didih suatu pelarut
organic semakin banyak uap yang dihasilkan di atas
permukaannya. Sehingga semakin besar kemungkinan dapat
terbakar.
5) Berat jenis uap relatif terhadap udara, menunjukkan
kecenderungan gerakan uap dalam udara. Berat jenis uapa yang
lebih berat daripada udara, menunnjukkan kecenderungan uap
berada di bawah. Sedangkan berat jenis lebih kecil daripada
udara akan mengakibatkan uap selalu bergerak di atas.
6) Berat jenis cairan relative terhadap air, menunjukkan dapat
tidaknya kebakaran pelarut tersebut dapat disiram dengan air.
Pelarutorganik dengan berat jenis lebih besar daripada air, dapat
disiram dengan air bila terjadi kebakaran.Sebaliknya, bila berat
jenis zat cair organic lebih kecil daripada air, justru akan merata
dan bertambah besarapi kebkaran bila disiram dengan air
(kecuali pelarutorganik tersebut larut dalam air).
c. Jenis-jenis Kebakaran
Sesuai dengan bahan yang terbakar, kebakaran dapat dibedakan
dalam beberapa jenis yaitu :
1) Kelas A : kebakaran kertas, kayu, karet, plastic, dan sebagainya.
2) Kelas B: kebakaran pelarut organic seperti etanol, kimia
benzene, aseton, heksana, eter, dan sebagainya.
3) Kelas C : kebakaran instalasi listrik seperi trafo dan peralatan
listrik
4) Kelas D : Kebakaran logam-logam alkali dan natrium.
11 | P a g e
demikian kerusakan karena tenaga yang amat besar, tetapi juga disertai
kebakaran. Dalam laboratorium maupun industry kimia, peledakan adalah
kecelakaan yang sering terjadi dan menimbulkan banyak korban dan
kerugian harta.
a. Kemungkinan adanya reaksi eksplosif dapat diperkirakan dari dua
aspek yakni:
1) Reaksi Kesetimbangan dengan Oksigen
Adalah selisih antara jumlah oksigen dalam system (senyawa
atau campuran) dengan jumlah oksigen yang diperlukan untuk
mengoksidasi secara sempurna menjadi gas CO2 dan H2O. Ada
tiga kemungkinan sifat, yakni :
Kesetimbangan negative
Kesetimbangan nol
Kesetimbangan positif
2) Faktor-faktor Penyebab Eksplosif
Penanganan bahan-bahan tidak stabil di atas harus berhati-hati,
karena ada beberapa faktor yang amat berpengaruh pada proses
terjadinya ledakan, yakni :
Suhu penyimpanan : semakin tinggi suhu semakin mudah
terjadi reaksi eksplosif.
Benturan, gesekan mekanik : dapat menimbulkan pemanasan
lokal yang eksplosit. Hal ini dapat terjadi pada saat proses
pencampuran, penggerusan dan pengangkutan.
Kelembaban : kelembaban yang tinggi dalam penyimpanan
akan menyebabkan adsorbs air yang memudahkan reaksi
kimia terjadi. Dengan sendirinya penyimpanan harus bebas;
dari atap yang bocor di waktu hujan
Listrik : dapat memberikan pemanasan dan tau loncatan api.
Pengaruh bahan kimia lain dalam penyimpanan. Bahan
kimiareduktor akan berbahaya bila dicampur atau berdekatan
dengan bahan oksidator yang tidak stabil.
12 | P a g e
5. Bahan Kimia Oksidator
13 | P a g e
Oleh karena itu, zat-zat demikian harus dijauhkan dari air atau disimpan
dalam ruangan yang kering dan bebas dari kebocoran di waktu hujan.
kebakaran akibat zat-zat di atas tak dpat dipadamkan dengan penyiraman
air.
14 | P a g e
ledakan. Selain itu, ciri khas bahaya utama adalah kebocoran yang akan
mengeluarkan banyak gas dalam waktu yang singkat.
15 | P a g e
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Perlu pembelajaran lebih lanjut agar kita bisa memahami dan mendalami
lagi terkait pelajaran Pengelola laboratorium khususnya pada bahan kimia
berbahaya.
16 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Bennet, N.B. 1995. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerj. Jakarta: P.T. Pustaka
Pressindo
Cook, T.M. 1986. Operasi Industri Kimia, Aspek Keselamatan dan Kesehatan. Jakarta
: P.T Gramedia
17 | P a g e