“Timbal (Pb)”
OLEH
KELOMPOK 2:
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu
tugas pada mata kuliah Toksikologi Lingkungan dan Industri mengenai “Timbal (Pb)”.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dari cara penulisan, penyusunan, penguraian, maupun isinya. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan baik moril maupun materil dalam proses penulisan makalah ini. Akhirnya, kami
mengharapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi semua pihak, baik bagi pembaca
maupun kami sendiri.
Kelompok
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
ii
3.2 Saran .......................................................................................................................... 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Zat atau senyawa hasil kegiatan industri (limbah) biasanya berbahaya dan mempunyai
sifat beracun (toksik). Keberadaan zat atau senyawa tersebut di lingkungan akan sangat
membahayakan dan menurukan kualitas lingkungan (Darmono, 1995).
Sulit untuk mengkategorisasi suatu bahan kimia sebagai aman atau beracun. Tidak
mudah untuk membedakan apakah suatu zat beracun atau tidak. Prinsip kunci dalam
1
toksikologi ialah hubungan dosis-respon/Efek. Kontak zat toksik (paparan) terhadap
organisme/tubuh dapat melalui jalur tertelan (ingesti), terhirup (inhalasi) atau terabsorpsi
melalui kulit. Zat toksik umumnya memasuki organisme/tubuh dalam dosis tunggal dan
besar (akut), atau dosis rendah namun terakumulasi hingga jangka waktu tertentu (kronis)
(Budiman, 2008).
Timbal tersebar di alam dalam jumlah yang sangat sedikit. Penyebaran logam ini
diseluruh lapisan bumi hanya sekitar 0,0002% dari kerak bumi (Palar, 2008). Timbal dapat
berbentuk logam murni maupun senyawa inorganik dan organik. Dalam bentuk apapun
logam ini memiliki dampak toksisitas yang sama bagi makhluk hidup (Darmono, 2001)
Timbal sifatnya lunak dan berwarna cokelat kehitaman, serta mudah dimurnikan dari
pertambangan. Senyawa ini banyak ditemukan dalam pertambangan seluruh dunia (Titin,
2010). Logam ini bertitik lebur rendah, mudah dibentuk, mempunyai sifat kimia yang aktif,
sehingga dapat digunakan untuk melapisi logam untuk mencegah perkaratan. Bila dicampur
dengan logam lain, membentuk logam campuran yang lebih bagus daripada logam
murninya, mempunyai kepadatan melebihi logam lain (Darmono, 1995).
2
5. Mengetahui nilai ambang batas timbal
6. Mengetahui dosis respon akibat timbal
7. Mengetahui toksikokinetik dari timbal
8. Mengetahui toksikodinamkik dari timbal
3
BAB II
PEMBAHASAN
Timbal tersebar di alam dalam jumlah yang sangat sedikit. Penyebaran logam ini
diseluruh lapisan bumi hanya sekitar 0,0002% dari kerak bumi (Palar, 2008). Timbal dapat
berbentuk logam murni maupun senyawa inorganik dan organik. Dalam bentuk apapun
logam ini memiliki dampak toksisitas yang sama bagi makhluk hidup (Darmono, 2001)
Timbal sifatnya lunak dan berwarna cokelat kehitaman, serta mudah dimurnikan dari
pertambangan. Senyawa ini banyak ditemukan dalam pertambangan seluruh dunia (Titin,
2010). Logam ini bertitik lebur rendah, mudah dibentuk, mempunyai sifat kimia yang aktif,
sehingga dapat digunakan untuk melapisi logam untuk mencegah perkaratan. Bila dicampur
dengan logam lain, membentuk logam campuran yang lebih bagus daripada logam
murninya, mempunyai kepadatan melebihi logam lain (Darmono, 1995).
Gejala lain yang sering muncul ialah mual, muntah dengan muntahan yang berwarna
putih seperti susu karena Pb Chlorida dan rasa sakit perut yang hebat. Lidah berlapis dan
nafas mengeluarkan bau yang menyengat. Pada gusi terdapat garis biru yang merupakan
hasil dekomposisi protein karena bereaksi dengan gas Hidrogn Sulfida. Tinja penderita
berwarna hitam karena mengandung Pb Sulfida, dapat disertai diare atau konstipasi.
Sistem syaraf pusat juga dipengaruhi, dapat ditemukan gejala ringan berupa kebas dan
vertigo. Gejala yang berat mencakup paralisis beberapa kelompok otot sehingga
4
menyebabkan pergelangan tangan terkulai ( wrist drop ) dan pergelangan kaki terkulai
(foot drop).
5
tersebut untuk mengkonfirmasi hasil diagnosa. Zat toksik juga kemungkinan dapat
mengalami pengenceran dengan adanya proses penyebaran ke seluruh tubuh sehingga sulit
untuk terdeteksi. Walaupun zat racun yang masuk dalam ukuran gram atau miligram, sampel
yang diinvestigasi dapat mengandung zat racun atau biomarkernya dalam ukuran
mikrogram atau nanogram, bahkan hingga pikogram (Budiawan, 2008) .
2.3.1 Absorbsi
Absorbsi senyawa toksik sama dengan absorbsi dengan senyawa obat dalam hal
ini absorbsinya sangat bergantung terhadap membran sel. Agar mampu dilalui oleh suatu
senyawa maka suatu membran haruslah bersifat semi permeabel. Sebagaimana kita
ketahui membran sel bersifat lipid bilayer, yakni terdiri atas lapisan fosfolipid dan bagian
yang bersifat lifofobik. Pada bagian fosfolipid tersebut terdapat protein yang tertanam
diantara lapisan-lapisan lipid ini, tentu saja protein ini memiliki fungsi tersendiri yang akan
dibahas kemudian. Seanyawa yang mudah larut dalam lemak akan snagat mudah melewati
lapisan ini dibandingkan dengan senyawa sifatnya mudah larut dalam air. Kelarutan suatu
senyawa dipengaruhi pula dengan koefissien partisi dari senyawa tersebut. Koefisien
partisi dalam hal ini diartikan sebagai perbandingan kelarutan suatu zat dalam air dan
dalam pelarut organik.
Senyawa dengan molekul kecil mungkin melewati membran sel dengan melalui protein
yang ada pada membran. Perpindahan ini akan menurunkan gradient konsentrasi dan
substansi-substansi seperti urea dan etanol.
6
· Senyawa bersifat non-ion
Difusi pasif tidak sama halnya dengan transpor aktif yang membutuhkan energi, yang
dibutuhkan dalam difusi pasif hanyalah gradient konsentrasi, gradient konsentrasi harus
melewati membran sel. Selain itu kelarutan senyawa dalam lipid juga mnejadi hal yang
tidak kalah penting, sebagaimana diketahui bahwa membran sel terdiri atas membran lipid
bilayer yang terdiri atas fosfolipid yang bersifat non-polar. Senyawa yang dapat melintasi
lapisan lemak ini adalah senyawa yang sifatnya sama atau hampir sama dengan membran
yakni bersifat nonpolar. Dan yang tidak kalah penting sifat dari senyawa tersebut apakah
bersifat ion tau non ion. Senyawa yang mudah melintasi membran adalah senyawa yang
bersifat non-ion karena senyawa yang bersifat non-ion molekulnya lebih kecil
dibandingkan dengan senyawa ionik. Sebagaimana teori pH partision menjelaskan “hanya
senyawa non-ionik yang larut lemak ynag mampu diabsorbsi oleh membran sel secara
difusi pasif melalui penurunan radient konsentrasi”
3. Transport aktif
Transport aktif sangat berbeda dengan difusi pasif, difusi pasif terjadi tanpa harus melawan
gradient konsentrasi. Sedangkan transport aktif dapat terjadi dengan cara melawan
gradient konsentrasi dan adanya energi yang diperoleh dari hasil metabolisme. Energi
dibutuhkan untuk memompa natrium-kalium, masuk dan keluar dari sel. Proses ini tidak
akan terjadi tanpa adanya protein sebagai perantara, ketika ada ATP atau energi maka
pompa natrium akan terbuka dan ion Na akan masuk kedalam sel bersamaan dengan
masuknya pula senyawa-senyawa lain dan dikeluarkannya kalium. Jadi pada dasranya
transport aktif ini sanagt dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya:
b. Energi
d. Proses yang lebih mengikuti orde nol dibandingkan dengan orde satu
7
4. Difusi terfasilitasi
Dalam difusi terfasilitasi faktor-faktor yang mempengaruhi adalah carrier spesifik dari
membran, gardient konsentrasi yang melewati membran, dan proses yang mungkin jenuh
karena tingginya konsentrasi dari sibstrat.
Fagositosis adalah kemampuan suatu membran untuk memasukkan senyawa dari luar
dengan cara membentuk semacam kantong kemudian melepaskannya kedalam sel. Yang
membedakan antara fagositosis dan pinositosis hanyalah jenis zatnya, fagositosis biasanya
berupa bahan padat sedangkan pinositosis berupa bahan cair.
Adapun proses absorbsi ini dapat berlangsung melalui kulit, paru-paru dan saluran
pencernaan.
Aspek lain dari distribusi yang memungkinkan adanya implikasi toksikoligi adalah
interaksi antara senyawa asing dengan protein plasma. Banyak senyawa asing yang terikat
dengan protein plasma nonkovalen, hal ini menyebabkan distribusi berubah. Distribusi ke
8
jaringan akan berkurang karena adanya pengikatan dengan molekul plasma, dan dapat pula
membatasi sistem ekskresi.
Ekskresi ini melalui organ ginjal, dimana sisa metabolisme dari senyawa asing akan
dibawah ke ginjal kemudian diolah sedemikian rupa hingga akhirnya dikeluarkan melalui
urin.
Ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi jika melalui ekskresi empedu yaitu:
peningkatan waktu paruh senyawa, kemungkinan dihasilkan toksik metabolit pada saluran
cerna, meningkatkan pengeluaran pada siklus enterohepatik, dan gangguan pada hati.
Jalur masuknya timbal (Pb) ke tubuh manusia melalui saluran pernapasan (respirasi),
juga melalui saluran pencernaan (gastrointestinal), kemudian di distribusikan ke dalam
darah, dan terikat pada sel darah. Sebagian Pb disimpan dalam jaringan lunak dan tulang,
sebagian diekskresikan lewat kulit, ginjal dan usus besar, skematis dapat dilihat di bawah
ini (Wardhayani, 2006):
Timbal (Pb) bersirkulasi dalam darah setelah diabsorbsi dari usus, terutama
berhubungan dengan sel darah merah (eritrosit). Pertama didistribusikan kedalam jaringan
lunak dan berinkorporasi dalam tulang, gigi, rambut untuk dideposit (storage).17,20
Timbal (Pb) 90 % dideposit dalam tulang dan sebagian kecil tersimpan dalam otak, pada
tulang timbal (Pb) dalam bentuk Pb fosfat / Pb3(PO4)2. Secara teori selama timbal (Pb)
terikat dalam tulang tidak akan menyebabkan gejala sakit pada penderita. Tetapi yang
berbahaya ialah toksisitas Pb yang diakibatkan gangguan absorbsi Ca karena terjadi
desorpsi Ca dari tulang yang menyebabkan penarikan deposit timbal (Pb) dari tulang
tersebut (Wardhayani, 2006).
9
Timbal bersifat kumulatif. Dengan waktu paruh timbal dalam sel darah merah adalah
35 hari, dalam jaringan ginjal dan hati selama 40 hari, sedangkan dalam tulang selama 30
hari (Wikipedia, 2013).
a. Memperlambat pematangan normal sel darah merah (eritrosit) dalam sumsum tulang
yang menyebabkan terjadinya anemi.
b. Mempengaruhi kelangsungan hidup sel darah merah. Eritrosit yang diberi perlakuan
dengan timbal (Pb), memperlihatkan peningkatan tekanan osmosis dan kelemahan
pergerakan. Selain itu juga memperlihatkan penghambatan Na-K-ATP ase yang
meningkatkan kehilangan kalium intraseluler. Hal ini membuktikan bahwa kejadian anemi
karena keracunan timbal (Pb) disertai dengan penyusutan waktu hidup eritrosit.
Keberadaan suatu zat racun dapat mempengaruhi aktifitas enzim fisiologis tubuh.
Logam berat mempunyai kemampuan untuk berikatan dengan enzim. Ikatan itu dapat
terjadi karena logam berat mempunyai kemampuan untuk menggantikan gugus logam
yang berfungsi sebagai ko-faktor enzim. Enzim-enzim tertentu memiliki gugus sulfihidril
(- SH) sebagai pusat aktifnya .Enzim-enzim yang mempunyai gugus sulfihidril ini
merupakan kelompok enzim yang paling mudah terhalang daya kerjanya . Keadaan ini
disebabkan gugus sulfihidril dengan mudah berikatan dengan ion-ion logam berat. Akibat
10
dari ikatan yang dibentuk antara gugus sulfihidril dengan ion logam berat, daya kerja yang
dimiliki oleh enzim menjadi sangat berkurang atau sama sekali tidak bekerja .
Timbal (Pb) mengganggu sistem sintesis Hb dengan cara menghambat konversi delta
aminolevulinik acid (delta ALAD) menjadi forfobilinogen dan menghambat korporasi dari
Fe ke protoporfirin IX untuk membentuk Hb, dengan cara menghambat enzim delta
aminolevulinik asid dehidratase (delta ALAD) dan feroketalase yang akhirnya
meningkatkan ekskresi koproporfirin dalam urin dan delta ALA serta mensintesis Hb.
Sistem saraf yang kena pengaruh timbal (Pb) dengan konsentrasi timbal dalam darah
diatas 80 μg / 100 ml, dapat terjadi ensefalopati. Hal ini dapat dilihat melalui gejala seperti
gangguan mental yang parah, kebutaan dan epilepsi dengan atrofi kortikal, atau dapat
secara tidak langsung berkurangnya persepsi sensorik sehingga menyebabkan kurangnya
kemampuan belajar, penurunan intelegensia (IQ), atau mengalami gangguan perilaku
seperti sifat agresif, destruktif, atau jahat. Kerusakan saraf motorik menyebabkan
kelumpuhan saraf lanjutan dikenal dengan lead palsy. Keracunan kandungan timbal (Pb)
dapat merusak saraf mata pada anak-anak dan berakhir pada kebutaan. Centers for disease
Control (CDC) menyatakan bahwa kandungan timbal (Pb) dalam darah 70 μg / 100 ml
merupakan batas darurat medis akut pada pasien anak.
11
2.4.3 Risiko Timbal (Pb) pada Sistem ginjal.
Senyawa timbal (Pb) yang terlarut dalam darah dibawa ke seluruh system tubuh .
Sirkulasi darah masuk ke glomerolus merupakan bagian dari ginjal. Glomerolus
merupakan tempat proses pemisahan akhir dari semua bahan yang dibawa darah. Timbal
(Pb) yang terlarut dalam darah akan berpindah ke sistem urinaria (ginjal) sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada ginjal. Kerusakan terjadi karena terbentuknya
intranuclear inclusion bodies disertai dengan gejala aminociduria, yaitu terjadinya
kelebihan asam amino dalam urine. Nefropatis (kerusakan nefron pada ginjal) dapat di
deteksi dari ketidak seimbangnya fungsi renal dan sering diikuti hipertensi.
12
prematur. Timbal (Pb) juga dapat menyebabkan kelainan pada fungsi tiroid dengan
mencegah masuknya iodine.
Fase eksposisi
Dimana pada fase ini, premium yang digunakan pada kendaraan bermotor dibakar
oleh mesin kendaraan bermotor tersebut. Keluarnya buangan pembakaran hasil bahan bakar
tersebut akan menyebar ke seluruh bumi yang dapat menyebabkan udara dibumi
terkontaminasi oleh gas emisi yang dihasilkan pada kendaraan bermotor.
Fase toksikokinetik
Pada fase ini, gas emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor akan terbawa arus
angin yang berkumpul mengikuti arah mata angin.
Fase toksikodinamik
Fase toksikodinamik ini merupakan kiumpulan gas emisi yang mengandung logam
berat yang telah dibawa oleh arus angin akan menempel pada pohon-pohon yang ada di
pinggir jalan. Semakin banyaknya kandungn logam yang menempel pada tumbuhan akan
13
menyebabkan bahaya bagi kesehatan makhluk hidup melalui proses pernafasan atau
respirasi.
Efek
Efek yang ditimbulkan dalam penyebaran logam berat Pb yang terkandung pada hasil
pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor yaitu keracunan. Keracunan terjadi karena
masuknya persenyawaan logam tersebut kedalam tubuh. Selain menyebabkan keracunan
efek yang lain yaitu dapat menyebabkan kematian karena menumpukknya logam berat
dalam tubuh.
Paparan timbal dapat terjadi selama proses pembuatan tangki, pemasangan pipa, dan
peralatan lain yang membawa gas dan cairan yang bersifat korosif superkonduktor, teknologi
serat optik, selama magnetic resonance imaging (MRI) obat-obatan nuclear. Tanpa disadari,
timbal dapat mengontaminasi tubuh melalui udara tercemar, timbal yang terhirup, berkontak
dengan kulit, makanan dan minuman yang tercemar, serta benda-benda mengandung timbal
yang tertelan (Kadirvelu et al, 2001).
14
2.7 Perjalanan Timbal (Pb) Mencemari Lingkungan
Meningkatnya konsentrasi Pb di udara dapat berasal dari hasil pembakaran bahan bakar
bensin dalam berbagai senyawa Pb terutama PbBrCl dan PbBrCl.2PbO. Senyawa Pb halogen
terbentuk selama pembakaran bensin, karena dalam bensin yang sering ditambahkan cairan
anti letupan (anti ketok) yang terdiri dari 62% TEL, 18% etildiklorida dan 2% bahan-bahan
lainnya. Senyawa yang berperan sebagai zat anti ketok adalah timbal oksida.
Timbal oksida ini terdapat dakam partikel-partikel yang tersebar dala ruang bakar
bensin . Senyawa Pb sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam minyak atau lemak
(Fardiaz, 1992). Tujuan penambahan bahan tersebut untuk mendapatkan tingkat oktan yang
lebih tinggi, agar pemakaian bahan bakar bensin lebih ekonomis. Pada proses pembakaran
mesin, senyawa ini dilepaskan dalam bentuk partikel melalui asap gas buang kendaraan
bermotor ke udara, dimana sebagian besar mengandung partikel Pb berdiameter dibawah 1
mikron. Besarnya ukuran partikel tersebut merupakan batas ukuran partikel yang dapat diserap
melalui pernafasan.
Pada proses pembakaran mesin yang menggunakan bahan bakar bensin, dihasilkan
gugus radikal bebas yang dapat menyebabkan letupan pada mesin, sehingga mengakibatkan
menurunnya efisiensi mesin. Untuk mengatasi hal tersebut ditambahkan bahan berupa TEL
atau TML. Tujuannya adalah untuk mengikat radikal bebas yang terbentuk selama proses
pembakaran.
Bahan tersebut akan bereaksi dengan gugus radikal bebas, dan menghalangi terjadinya
reaksi pembentukan PbO. Pb dalam bensin akan bereaksi dengan oksigen dan bahan-bahan
pengikat, selanjutnya dikeluarkan melalui system pembuangan dalam bentuk partikel. Partikel
yang mengandung Pb akan diemisikan ke dalam lingkungan, sehingga menyebabkan terjadinya
pencemaran udara oleh Pb (Kumar, De, 1979).
15
Kadar Pb dalam Beracun Berbahaya (B3) yang di dalamnya terdapat logam – logam berat,
salah satunya adalah Pb. Akumulasi logam dalam tanaman tidak hanya tergantung pada
kandungan logam dalam tanah, tetapi juga tergantung pada unsur kimia tanah, jenis logam, pH
tanah, dan spesies tanaman (Darmono dalam Charlena, 2004).
Timbal sebagian besar diakumulasi oleh organ tanaman, yaitu daun, batang, akar, dan
akar umbi-umbian (bawang merah). Akumulasi tertinggi Pb dalam akar dibuktikan oleh Kohar
(2005) melalui studi kandungan Pb dalam tanaman kangkung. Pada tanaman kangkung yang
berumur 6 minggu, Pb terdapat dalam akar sebanyak 3.36 mg/kg sampel dan di bagian lain dari
tanaman terdapat kandungan Pb sebesar 2.09 mg/kg sampel. Sedangkan pada tanaman
kangkung yang berumur 3 minggu, kandungan Pb nya dalam akar adalah 1.86 mg/kg sampel
dalam bagian lain dari tanaman sebesar 1.13 mg/kg. Hasil ini menunjukkan bahwa pajanan Pb
pada tanaman kangkung lebih banyak terdapat pada bagian akar. Selain itu, kandungan Pb
dalam tanaman kangkung yang berumur 3 minggu baik di akar maupun di bagian lain tidak
melebihi ambang batas yang ditetapkan 2 mg/kg, sehingga dianjurkan untuk memanen
kangkung pada umur tidak lebih dari 3 minggu.
Perpindahan Pb dari tanah ke tanaman tergantung komposisi dan pH tanah, serta KTK
(Kemampuan Tukar Kation). Tanaman dapat menyerap logam Pb pada saat kondisi kesuburan
tanah, kandungan bahan organik, serta KTK tanah rendah. Pada Keadaan ini logam berat Pb
akan terlepas dari ikatan tanah dan berupa ion yang bergerak bebas pada larutan tanah. Jika
logam lain tidak mampu menghambat keberadaannya, maka akan terjadi serapan Pb oleh akar
tanaman. Menurut Supardi dalam Charlena (2004), timbal tidak akan larut ke dalam tanah jika
tanah tidak terlalu masam. Tingginya tingkat keasaman dapat diatasi dengan pengapuran.
Pengapuran tanah mengurangi ketersediaan timbal dan penyerapannya oleh tanaman. Timbal
akan diendapkan sebagai hidroksida, fosfat dan karbonat. Ion-ion Ca2+ bersaing dengan timbal
untuk menempati tempat - tempat petukaran pada akar dan permukaan tanah.
Pencemaran tanah oleh timbal selain disebabkan oleh limbah B3 dapat pula disebabkan
dari air yang tercemar Pb, kemudian terserap oleh tanah dan hendaknya tidak melampaui
konsentrasi alami Pb dalam sedimen yaitu 10 – 70 ppm.
16
2.8 Batas Baku mutu pencemaran udara indonesia
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Timbal (plumbum /Pb ) atau timah hitam adalah satu unsur logam berat yang lebih
tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya. Kadarnya dalam lingkungan
meningkat karena penambangan, peleburan dan berbagai penggunaannya dalam industri.
Timbal (Pb) adalah logam yang mendapat perhatian khusus karena sifatnya yang toksik
(beracun) terhadap manusia Timbal (Pb) dapat masuk ke dalam tubuh melalui konsumsi
makanan, minuman, udara, air, serta debu yang tercemar Pb.
Jalur masuknya timbal (Pb) ke tubuh manusia melalui saluran pernapasan (respirasi),
juga melalui saluran pencernaan (gastrointestinal), kemudian di distribusikan ke dalam
darah, dan terikat pada sel darah. Sebagian Pb disimpan dalam jaringan lunak dan tulang,
sebagian diekskresikan lewat kulit, ginjal dan usus besar.
18
6. Sistem reproduksi; di mana Pb dapat menyebabkan keguguran, tidak
berkembangnya sel otak embrio, kematian janin waktu lahir, serta hipospermia dan
teratospermia pada pria.
7. Sistem endokrin; di mana Pb dapat menyebabkan gangguan fungsi tiroid dan
fungsi adrenal
8. Bersifat karsinogenik dalam dosis tinggi.
3.2 Saran
Kesehatan tubuh sangatlah penting untuk dijaga, maka dari tindakan pencegahan agar
tidak terpapar atau bahkan terpajan timbal sangat diperlukan. Pencegahannya dapat
dilakukan seperti, sebaiknya menggunakan masker untuk meminimalkan Timbal masuk
kedalam tubuh melalui pernapasan, serta meggunakan baju tertutup khusus bagi Polantas
dan petugas SPBU yang setiap hari kontak dengan gas-gas asap kendaraan bermotor serta
aroma bensin bagi petugas SPBU, karena timbal dapat pula diabsorpsi melalui
kulit.Menjaga kebersihan diri sebelum makan dan mengganti pakaian yang telah dipakai
bertugas. Serta memiliki makanan yang tidak pernah terkontaminasi oleh timbal, tidak
menggunakan kosmetik, bensin yang mengandung timbal dan lain-lain.
19
DAFTAR PUSTAKA
Budiawan, nat, rer, Dr, 2008. Peran Toksikologi Forensik Dalam Mengungkap Kasus
Keracunan Dan Pencemaran Lingkungan. Indonesian Journal of Legal and Forensic
Sciences 2008; 1(1):35-39. Jakarta.
Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. UI Press. Jakarta.