Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PRAKTIKUM

PENCEMARAN LINGKUNGAN

“ ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT (Pb, Cd, Cu, dan Fe)


PADA TANAH ”

DOSEN PENGAMPU : DELI SYAHPUTRI, S.KM, M.KES

KELOMPOK 7 :

RANI Y. TAMPUBOLON P00933121019

REDOFOD BAHTERA SEJATI SITEPU P00933121020

RIDIA ANGGELIANA BR SITEPU P00933121021

PROGRAM STUDI DIPLOMA-III SANITASI

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan : “Analisis Kandungan Logam Berat (Pb, Cd, Cu,


dan Fe) pada Tanah”

Oleh Kelompok : Kelompok 7 (Tujuh)

Anggota kelompok :- Rani Y. Tampubolon

- Redofod Bahtera Sejati Sitepu

- Ridia Anggeliana Br Sitepu

Program Studi : D-III Sanitasi Tingkat 1

Tanggal Pengesahan :

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Ibu Deli Syahputri, S.Km, M.Kes

NIP…………………………………..

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang maha Esa karena dengan rahmat, karunia, dan
hidayah-Nya kelompok dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “ ANALISIS

KANDUNGAN LOGAM BERAT (Pb, Cd, Cu, dan Fe) PADA


TANAH ” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini untuk memenuhi tugas Ibu Deli
Syahputri, S.Km, M.Kes yang diharapkan dapat menunjang nilai kelompok di dalam
mata kuliah Pencemaran Lingkungan. Selain itu, dengan hadirnya laporan ini dapat
memberikan informasi yang dapat menjadi pengetahuan baru bagi pembacanya.

Pada kesempatan ini kelompok juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Deli Syahputri, S.Km, M.Kes selaku dosen pembimbing serta kepada seluruh pihak
yang terlibat di dalam penulisan laporan ini.

Kelompok menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan laporan
praktikum ini. Demikian kiranya semoga laporan yang telah dibuat ini dapat
memberikan manfaat bagi pengembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

II
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................................1

1.1.1 Tujuan...............................................................................................................2

1.2 Pencemaran Lingkungan............................................................................................3

1.2.1 Definisi Pencemaran Lingkungan....................................................................3

1.2.2 Zat-Zat Pencemaran Lingkungan.....................................................................3

1.3 Tanah..........................................................................................................................4

1.4 Pencemaran Tanah.....................................................................................................7

1.4.1 Definisi dan Kriteria Pencemaran Tanah..........................................................7

1.4.2 Sumber Pencemaran Tanah..............................................................................9

1.4.3 Faktor Penyebab Pencemaran Tanah................................................................10

1.4.4 Dampak Pencemaran Tanah.............................................................................13

1.5 Logam Berat...............................................................................................................15

1.5.1 Defini dan Karakteristik Logam Berat.............................................................15

1.5.2 Mekanisme Penyerapan Logam Berat Oleh Tanaman.....................................19

1.5.3 Dampak Pencemaran Logam Berat terhadap Makhluk Hidup........................21

1.6 Strategi Pengendalian Pencemaran Tanag.................................................................25

BAB II BAKU MUTU TANAH...........................................................................................26

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM...........................................................................31

3.1 Tujuan.........................................................................................................................31

3.2 Metode Pengambilan Sampel.....................................................................................31

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian....................................................................................31

3.4 Alat dan Bahan...........................................................................................................32

3.5 Langkah Kerja............................................................................................................32

III
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................33

4.1 Hasil Konsentrasi Logam Berat Pb, Cd, Cu, dan Fe, Berdasarkan Toposkuen.........33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................38

5.1 Kesimpulan.................................................................................................................38

5.2 Saran...........................................................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................39

IV
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pada dasarnya, Tanah merupakan bagian penting dalam menunjang kehidupan


makhluk hidup di muka bumi. Seperti kita ketahui rantai makanan bermula dari
tumbuhan. Manusia, hewan hidup dari tumbuhan. Memang ada tumbuhan dan hewan
yang hidup di laut, tetapi sebagian besar dari makanan kita berasal dari permukaan
tanah. Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban kita menjaga kelestarian tanah
sehingga tetap dapat mendukung kehidupan di muka bumi ini. Akan tetapi,
sebagaimana halnya pencemaran air dan udara, pencemaran tanah pun akibat kegiatan
manusia juga. Pencemaran tanah dapat disebabkan limbah domestik, limbah industri,
dan limbah pertanian. Banyaknya pabrik-pabrik yang didirikan akhir-akhir ini, ternyata
tidak hanya berpengaruh terhadap terganggunya polusi udara, melainkan terhadap
tanah juga turut dipengaruhi.

Menurut Hanafiah (2005), tanah sebagai media tanam berperan dalam


menunjang sistem perakaran sekaligus sebagai penyedia unsur hara yang diperlukan
tanaman. Masuknya zat-zat berbahaya dan bahan kimia yang tidak di inginkan ke
dalam tanah menyebabkan perubahan pada lingkungan tanah alami yang juga dapat
berdampak pada ekosistem sekitarnya. Akumulasi zat berbahaya di dalam tanah dan
dimanfaatkan oleh organisme sehingga dapat menyebabkan akumulasi zat berbahaya
pada organisme yang hidup.

Logam berat adalah senyawa yang memiliki nomor atom antara 21 (scandium)
dan 92 (uranium) dari Tabel Sistem Periodik Bahan Kimia dan mempunyai berat jenis
(specific gravity) 5,0 atau lebih. Logam berat dapat dibedakan menjadi logam berat
esensial dan non-esensial. Logam berat esesial merupakan jenis logam berat yang pada
jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh suatu organisme hidup dan dalam jumlah yang
berlebihan akan mengakibatkan keracunan sedangkan logam berat non esensial
merupakan jenis logam berat yang fungsinya dalam tubuh makhluk hidup belum
diketahui. Logam berat ini dapat menimbulkan efek yang merugikan kesehatan
manusia, sehingga sering disebut sebagai logam beracun. Senyawa ini tidak dapat
rusak di alam dan tidakberubah menjadi bentuk lain (BPOM RI, 2010).

1
Pencemaran logam berat di dalam tanah sudah menjadi masalah global seiring
meningkatnya proses industrialisasi, aktivitas pertambangan dan laboratorium maupun
kegiatan sehari-hari. Logam berat memiliki efek merugikan dalam lingkungan bahkan
dalam konsentrasi yang sangat rendah. Logam berat sangat sulit terdegradasi di alam
dan sangat mudah berikatan dengan molekul lain yang dapat mengganggu atau
merusak fungsi dari suatu enzim atau logam esensial lainnya (Palar, 2004).

Salah satu logam berat yang mencemari tanah adalah Pb atau timbal. Logam
berat timbal merupakan salah satu logam berat yang berbahaya bagi kesehatan manusia
dan organisme lainnya. Timbal merupakan logam yang sangat rendah daya larutnya,
bersifat pasif, dan mempunyai daya translokasi yang rendah mulai dari akar sampai
organ tumbuhan lainnya (Darmono, 1995). Logam berat dalam tanah dapat
terakumulasi dalam tanaman dan hal ini dapat mengganggu kesehatan manusia jika
dikonsumsi (Hardiani, 2009). Akumulasi timbal dalam darah yang relatif tinggi akan
menyebabkan sindroma saluran pencernaan, kesadaran menurun (cognitive effect),
anemia, kerusakan ginjal, hipertensi, neromuskular dan konsekuensi psikologis serta
kerusakan saraf pusat dan perubahan tingkah laku (EPA, 1984).

Pencemaran tanah oleh logam berat dapat menyebabkan perubahan metabolisme


tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Logam
berat yang terserap oleh tanaman pertanian akan tersimpan dalam jaringan tanaman
yang nantinya dapat masuk ke dalam tubuh manusia secara tidak langsung ketika
tanaman tersebut di konsumsi. Terakumulasinya logam berat dalam tubuh manusia
dapat menyebabkan berbagai penyakit dan penurunan intelejensi (kecerdasan) dari
mereka yang mengkonsumsinya (Alloway, 1995).

1.1.1 TUJUAN

Tujuan yang ingin dicapai pada paraktikum ini adalah :

1. Mengetahui pengertian, sifat, dan karakteristik pencemaran tanah akibat logam


berat.

2. Mengetahui baku mutu logam berat pada tanah.

3. Menentukan strategi yang dilakukan dalam pengendalian pencemaran tanah akibat


logam berat.

2
1.2 PENCEMARAN LINGKUNGAN

1.2.1 DEFINISI PENCEMARAN LINGKUNGAN

Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy


dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak
dapat berfungsi sesuai peruntukannya (UU PLH No.23 Tahun 1997). Pencemaran
adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy dan/atau komponen lain
ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu
lingkungan hidup yang telah ditetapkan (UU PLH No.32 Tahun 2009). Sedangkan
lingkungan menurut Palar (2012) merupakan sebagai media atau areal, tempat atau
wilayah yang didalamnya terdapat bermacam-macam bentuk aktivitas yang berasal
dari ornamen-ornamen penyusunnya. Maka dari itu, pencemaran lingkungan adalah
sebagai perubahan terhadap lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan manusia,
jumlah organisme, tingkat radiasi dan pola penggunaan energi sehingga terjadi
penurunan kualitas lingkungan dan tidak dapat berfungsi sesuai peruntukannya
(Sastrawijaya, 2009). Pencemaran lingkungan terjadi apabila ada penyimpangan dari
lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran dan berakibat jelek terhadap lingkungan
(Sastrawijaya, 2009).

1.2.3 ZAT-ZAT PENCEMAR LINGKUNGAN

Pencemaran lingkungan terjadi akibat masuknya zat asing (polutan) ke dalam


suatu lingkungan sehingga lingkungan itu menjadi tercemar. Menurut Suyono (2014)
ada 3 jenis polutan, yaitu :

1. Stock pollutant. Polutan ini terjadi apabila lingkungan memiliki daya serap sedikit
atau tidak sama sekali, miasalnya bahan kimia sintesis persisten dan logam berat
sehingga akan terakumulasi dari waktu ke waktu.

2. Fund pollutant. Polutan ini terjadi apabila lingkungan memiliki kekuatan daya
serap. Polutan ini tidak menyebabkan kerusakan lingkungan kecuali jika sudah
melebihi daya serap si penerima. Polutan ini tidak dapat dihancurkan, melainkan
dikonversi menjadi zat yang kurang berbahaya/tidak berbahaya.

3
3. Notable pollutant. Polutan ini sangat terkenal karena potensinya mengganggu
lingkungan hidup, misalnya logam berat, polutan organik persisten, polisiklik
aromatik hidrokarbon, volatil senyawa organik, dan xenobiotik lingkungan.

1.3 TANAH
Tanah merupakan sistem geosfer yang terdapat banyak aktivitas kimia, biologi
maupun fisika. Aktivitas di tanah dipengaruhi oleh kegiatan manusia atau makhluk
hidup lainnya, selain itu juga bergantung pada jenis tanah. Jenis tanah dapat
menggambarkan karakteristik suatu tanah. Logam berat masuk ke dalam tanah melalui
penggunaan bahan kimia yang berlangsung mengenai tanah, penimbunan debu, hujan
atau pengendapan, pengikisan tanah dan limbah buangan (Suastawan, 2016).

Tanah secara fisik memiliki fungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya
tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara. Secara kimiawi tanah berfungsi
sebagai gudang dan penyuplai zat hara atau nutrisi senyawa organik dan anorganik
sederhana dan unsur-unsur esensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl.
Secara biologi berfungsi sebagai habitat biota yang berpartisipasi aktif dalam
penyediaan hara tersebut. Menurut Bowles (1984) tanah memiliki campuran partikel-
partikel yang terdiri dari salah satu seluruh jenis berikut :

1. Berangkal atau boulders adalah potongan batuan besar, biasanya lebih besar dari
250 mm – 300 mm dan untuk 150 mm – 250 mm disebut kerakal atau
cobbles/pebbles.

2. Kerikil atau gravel adalah partikel batuan yang berukuran 5 mm – 150 mm.

3. Pasir atau sand adalah partikel batuan yang berukuran 0,074 mm – 5 mm, berkisar
dari kasar dengan ukuran 3 mm – 5 mm sampai bahan halus yang berukuran < 1
mm.

4. Lanau atau slit adalah partikel batuan yang berukuran dari 0,002 mm – 0,0074
mm.

5. Lempung atau clay adalah partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0,002
mm. Lempung ialah sumber utama dari kohesi pada tanah yang kohesif.

4
Adapun lapisan tanah dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1.1 Lapisan Tanah

Keterangan :

O : Searasah atau sisa-sisa tanaman (Oi) dan bahan organik tanah (BOT) hasil
dekomposisi serasah (Oa).

A : Horison mineral ber BOT tinggi sehingga memiliki warna lebih gelap.

E : Horison mineral yang telah tercuci sehingga kadar BOT, liat, silitak, Fe dan
Al rendah tetapi pasir dan debu kuarsa dan mineral resisten lainnya tinggi dan
berwarna terang.

B : Horison illuvial atau horison tempat terakumulasinya bahan-bahan yang

tercuci dari horison diatasnya.

C : Lapisan yang bahan penyusunnya masih sama dengan bahan induk.

R : Bahan induk tanah.

5
Toposekuen adalah pembentukan sifat-sifat tanah yang disebabkan perbedaan
sekuen topografi. Dalam satu toposekuen akan didapati perbedaan sifat tanah akibat
adanya perbedaan bahan induk, topografi, iklim dan penggunaan lahan. Saat terjadi
hujan, bagian atas lahan miring akan terjadi ersoi yang mengikis permukaan tanah
sehingga terjadi pendangkalan tanah. Sepanjang kecuraman tanah dari suatu lereng
meningkat terjadi aliran permukaan erosi yang lebih besar, tanah bergerak perlahan,
infiltrasi air kurang dan air yang tersedia kurang bagi aktivitasa kimia dan biologi.

Bahan organik tanah adalah akumulasai dari sisa tanaman dan hewan yang
telah terdekomposisi dan tercampur ke dalam tanah. Pada tanah pertanian, sumber
bahan organik dapat berasal dari penambahan pupuk kandang oleh petani, sisasisa
serasah tanaman yang dibudidayakan dan sisa-sisa dari gulma. Bahan organik terdiri
dari berbagai komponen yang dapat di kelompokkan menjadi tigas jenis utama, yaitu
residu tanaman dan biomassa mikroba hidup, tanah aktif atau detritus dan tanah stabil
bahan organik atau sering disebut humus.

Fungsi bahan organik dapat dikelompokkan sebagai berikut :

 Fungsi Biologi : Secara nyata mempengaruhi aktivitas mikroba tanah,

 Fungsi Fisik : Menunjang pembentukan struktur pada tanah yang baik,


menggemburkan tanah, meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan air dan
meningkatkan infiltrasi tanah, mempengaruhi warna tanah menjadi coklat hingga
hitam, menetralisir daya rusak butir-butir hujan, menghambat erosi dan
mengurangi pelindian,

 Fungsi Kimia : Sebagai penyumbang sifat aktif koloid tanah dan meningkatkan
kapasitas penyangga tanah.,meningkatkan hara dari proses mineralisasi bagian
bahan organik yang mudah terurai, menhgasilkan humus tanah , meningkatkan
KTK tanah 30 kali lebih besar daripada koloid anorganik,

 Fungsi Hara : Sumber hara, terutama pada N, P, S, B, Zn dan unsur mikro


lainnya bagi pertumbuhan tanaman.

Bahan organik adalah salah satu komponen penting terikatnya logam berat pada
tanah. Bahan organik bereaksi dengan logam pada tanah akan membentuk senyawa
komplek yang organologam. Semakin banyak bahan organik tanah maka akan semakin

6
besar peluang terbentuknya senyawa komplek organologam yang akan terbentuk,
sehingga kandungan logam berat pada tanah akan semakin tinggi. Meningkatnya
logam berat yang masuk pada tanah dan mengalami reaksi dengan asam-asam organik
tanah menyebabkan nilai kapasitas tukar kation (KTK) pada tanah meningkat. Hal
tersebut dikarenakan semakin banyak logam berat yang terjerab di koloid tanah.
Rendahnya nilai KTK tanah menyebabkan kandungan logam berat di dalam tanah
rendah. Faktor erosi tanah dimana kontur atau topografi di daerah gunung sehingga
tanah atas tergerus ke elevasi yang lebih rendah menyebabkan unsur-unsur hanyut
terbawa air. Sehingga logam berat pada elevasi rendah terakumulasi lebih banyak di
bandingkan dengan daerah elevasi tinggi (Suastawan, 2016).

1.4 PENCEMARAN TANAH

1.4.1 DEFINISI DAN KRITERIA PENCEMARAN TANAH

Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk
dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena :
kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan
pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan;
kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari
tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah
secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).

Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 150 tahun 2000 tentang Pengendalian


kerusakan tanah untuk produksi bio massa: “Tanah adalah salah satu komponen lahan
berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik
serta mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, dan mempunyai kemampuan menunjang
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya”. Tetapi apa yang terjadi, akibat
kegiatan manusia, banyak terjadi kerusakan tanah. Di dalam PP.No. 150 th. 2000 di
sebutkan bahwa “Kerusakan tanah untuk produksi biomassa adalah berubahnya sifat
dasar tanah yang melampaui kriteria baku kerusakan tanah”.

Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia


dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang
masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat

7
beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika
bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.

Pencemaran tanah adalah suatu keadaan ketika bahan kimia buatan manusia
masuk dan mengubah lingkungan alami tanah. Untuk mengenali tanah yang yang
tercemar, kamu bisa memerhatikan beberapa ciri-cirinya:

1. Tanah kehilangan kesuburan.

2. Tingkat keasaman pH tanah sudah tidak seimbang.

3. Mengeluarkan bau busuk.

4. Tanah mengalami kekeringan.

5. Mengandung berbagai logam berat dan sampah anorganik.

Secara umum, pemanfaatan tanah dapat dibedakan menjadi pertanian dan


nonpertanian. Pemanfaatan lahan untuk pertanian antara lain perkebunan, sawah, dan
ladang. Sedangkan pemanfaatan non pertanian antara lain permukiman, jalan, dan
industri. Tanah yang tidak tercemar adalah tanah yang memenuhi unsur dasar tanah
seperti tidak mengandung zat yang merusak kesuburannya.

Ciri-ciri tanah yang tidak tercemar antara lain :

a. Tanahnya subur.

b. Nilai pH berkisar 6,5-8,5.

c. Tidak berbau busuk dan tidak kering.

d. Memiliki tingkat kesuburan normal.

e. Tidak mengandung logam berat.

f. Tidak mengandung sampah organik (Arif Zulkifli, 2014: 73).

Pencemaran tanah adalah keadaan saat bahan kimia buatan manusia masuk dan
mengubah lingkungan tanah alami. Ketika zat berbahaya atau beracun telah mencemari
permukaan tanah maka zat tersebut dapat menguap, tersapu air hujan, dan masuk
kedalam tanah yang kemudian mengendap sebagai zat kimia beracun di tanah (veegha,
2008) (dalam Arif Zulkifli, 2014).

Kriteria pencemaran tanah meliputi kriteria fisik, kriteria kimia, dan kriteria
biologi.

8
a. Kriteria Fisik meliputi pengukuran tentang warna, bau, suhu, dan radioaktivitas.

b. Kriteria Kimia dilakukan untuk mengukur kadar CO2, pH, keasaman, kadar
logam, dan logam berat.

c. Kriteria Biologi dilakukan sebagai indikator pencemaran tanah dengan


menggunakan mikroorganis, tumbuh-tumbuhan, dan hewan yang memiliki daya
tahan tinggi terhadap kondisi lingkungan tertentu. Misalnya planaria merupakan
hewan yang sensitif terhadap pencemaran. Tanah yang mengandung planaria
menunjukkan tanah tersebut belum mengalami pencemaran. Cacing Tubivex dapat
digunakan sebagai indikator pencemaran tanah yang disebabkan oleh bahan
organik (Arif Zulkifli, 2014: 77).

1.4.2 SUMBER PENCEMAR TANAH


Kandungan logam berat pada tanah buka merupakan indikator yang baik dari
ketersediaan logam untuk tumbuhan. Di dalam tanah, logam terdapat dalam berbagai
keadaan termasuk ion logam bebas, ion pertukaran logam, logam terikat pada
komponen organik, oksida (senyawa tidak larut), karbonat dan hidroksida atau
sebagian dari struktur tanah itu sendiri yang terikat pada silikat.
Proses perserapan dari bahan-bahan pencemar yang terjadi pada lapisan tanah
dipengaruhi oleh banyak hal, yaitu (Adhani, 2017) :
1. Karakteristik dari bahan pencemar, karena bahan pencemar akan mengalami
pertukaran ion ketika melewati lapisan tanah lempung dan organik,
2. Kandungan bahan organik yang terdapat dalam lapisan tanah. Hal tersebut
menjadi penentu bahan pencemar akan ditahan atau diteruskan oleh lapisan tanah,
3. pH tanah, yang sangat berpengaruh oleh seberapa besar kadar lapisan lempung
pada tanah tersebut. Bila lapisan lempung sangat besar jumlahnya, maka proses
perserapan akan menjadi sangat rendah atau tidak terjadi perserapan,
4. Ukuran partikel tanah. Besar kecil ukuran partikel tanah sangat menentukan besar
kecilnya pori-pori tanah. Semakin besar ukuran partikel tanah akan semakin besar
pori-pori tanah, dan keadaan tersebut semakin memudahkan penyerapan oleh
lapisan tanah. Sebaliknya jika semakin kecil partikel tanah, maka pori-pori tanah
akan semakin kecil juga sehingga penyerapan semakin sulit terjadi,

9
5. Temperatur. Temperatur mempengaruhi laju perserapan, semakin tinggi suhu pada
lapisan tanah, maka daya serap tanah terhadap polutan semakin besar. Sebaliknya
jika suhu lapisan tanah rendah, maka daya serap tanah akan semakin kecil.

Pemasok logam berat pada tanah pertanian antara lain bahan agrokimia (pupuk
sintetik dan pestisida). Pemupukan dapat mempengaruhi akumulasi logam berat dalam
sistem tanah dan tanaman. Tanaman menyerap pupuk melalui tanah, pupuk dapat
masuk kedalam rantai makanan (Savci, 2012). Senyawa yang digunakan untuk
menghasilkan pupuk mengandung jumlah logam berat yang berpotensi toksik (misal:
Cd, Pb, As, Cu) (Alves, 2016). Menurut studi yang dilakukan Wingstrand (2007)
pemupukan meningkatkan konsentrasi Cd di tanah dan tanaman.
Pestisida merupakan pencemar yang dapat masuk ke lingkungan baik melalui
udara, air maupun tanah dapat berdampak langsung terhadap makhluk hidup maupun
lingkungan. Sifat pestisida yang persisten dapat mengalami pengendapan yang lama
pada tanah dan menyebabkan terjadinya degradasi tanah (Puspitasari dkk, 2016). Jika
tanah terkontaminasi oleh pestisida dapatmenimbulkan kekhawatiran pada fungsi
tanah, keanekaragaman hayati tanah dan tumbuhan (Silva, 2018).
Limbah yang dihasilkan oleh industri kebanyakan terdiri dari zat pewarna, ion
logam, padatan tersuspensi dan kandungan COD dan BOD yang relatif rendah.
Pembungan limbah ke udara, air dan tanah melalui berbagai proses industri termasuk
penyamakan, pencucian dan pelapisan cat yang mengandung timbal dapat
menyebabkan kerusakan pada tubuh manusia (Fatima, 2018). Logam yang terkandung
dalam limbah industri umumnya Cu, Cr, Zn, Pb, Co dan Ni. Dampak logam tersebut
sangat buruk bagi lingkungan karena sifat yang sangat toksik terutama bagi kesehatan
manusia (Miryanti dkk, 2015).

1.4.3 FAKTOR PENYEBAB PENCEMARAN TANAH

Tidak jauh berbeda dengaa pencemaran air dan udara, pencemaran tanah juga
banyak sekali penyebabnya. Penyebab tersebut di antaranya limbah do-mestik, limbah
industri, dan limbah pertanian.

1) Limbah Domestik

Limbah domestik dapat berasal dari daerah seperti pemukiman penduduk


(pedagang, tempat usaha, hotel dan lain-lain); kelembagaan (kantor-kantor

10
pemerintahan dan swasta); serta tempat-tempat wisata. Limbah domestik tersebut
dapat berupa limbah padat dan cair. Adapun perbedaan limbah padat dan cair,
yaitu sebagai berikut.

Tabel 1.1. Perbedaan Limbah Padat dan Cair

Limbah Padat Limbah Cair

1 2

Limbah padat dapat berupa senyawa Limbah cair dapat berupa tinja (feses),
anorganik yang tidak dapat dimusnahkan detergen, oli, cat. Jika meresap kedalam
atau diurai-kan oleh mikroorganisme. tanah akan merusak kandungan air tanah
Seperti plastik, serat, keramik, kaleng-ka- bahkan dapat membunuh mikroorganisme
leng dan bekas bahan bangunan yang di dalam tanah..
menyebabkan tanah menjadi kurang
subur.

Kedua limbah tersebut (padat dan cair) mempunyai dampak buruk bagi tanah,
hingga akhirnya dapat mengganggu kelangsungan hidup makhluk hidup tanpa kecuali
kehidupan manusia itu sendiri. Apalagi untuk limbah padat yang merupakan bahan
pencemar yang akan tetap utuh hingga 300 tahun yang akan datang. Bungkus plastik
yang dibuang ke lingkungan akan tetap ada dan mungkin akan ditemukan oleh anak
cucu kita setelah ratusan tahun kemudian. Sampah anorganik tidak terbiodegradasi.
Hal ini yang menyebabkan lapisan tanah tidak dapat ditembus oleh akar tanaman dan
tidak tembus air, sehingga peresapan air dan mineral yang dapat menyuburkan tanah
hilang dan jumlah mikroorganisme di dalam tanahpun akan berkurang. Akibatnya,

11
tanaman sulit tumbuh bahkan akan mati karena tidak memperoleh makanan untuk
tumbuh dan berkembang.

Gambar 1.2 Sampah menumpuk merupakan pencemaran daratan

2) Limbah Industri

Limbah industri adalah semua jenis bahan sisa atau bahan buangan yang berasal
dari hasil samping suatu proses perindustrian. Limbah industri dapat
menjadi limbah yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan manusia (Palar,
2004). Limbah Industri berasal dari sisa-sisa produksi industri. Limbah industri
juga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu limbah padat dan limbah cair. Hg,
Zn, Pb, dan Cd merupakan zat yang sangat beracun terhadap mikro-organisme.
Jika meresap ke dalam tanah akan mengakibatkan kematian bagi mikroorganisme
yang memiliki fungsi sangat penting terhadap kesuburan tanah.

Tabel 1.2. Perbedaan limbah industri padat dan cair.

Limbah Industri Padat Limbah Industri Cair

1 2

Limbah industri berupa limbah padat yang Limbah industri berupa limbah cair yang
merupakan hasil bu-angan industri berupa merupakan hasil peng-olahan dalam suatu
padatan, lumpur, dan bubur yang berasal proses produksi. Misalnya sisa-sisa
dari proses pengolahan. Misalnya sisa pengolahan indus-tri pelapisan logam dan
pengolahan pabrik gula, pulp, kertas, industri ki-mia lainnya. Tembaga, timbal,
rayon, plywood, serta pengawetan buah, perak, khrom, arsen, dan boron adalah zat-
ikan, daging, dan lain-lain. zat yang dihasilkan dari proses industri
pelapisan logam seperti Hg, Zn, Pb, dan

12
Cd dapat mencemari tanah.

3) Limbah Pertanian

Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya


bermatapencarian sebagai petani. Akan tetapi, karena ketidaktahuan, tidak sedikit
petani yang menggunakan pupuk sintetik melebihi ketentuan, atau caranya tidak
tepat. Akibatnya, limbah pertanian yang berupa sisa-sisa pupuk sintetik untuk
menyuburkan tanah atau tanaman tanah tercemar. Misalnya, pupuk urea dan
pestisida untuk pemberantas hama tanaman. Penggunaan pupuk yang terus
menerus dalam pertanian akan merusak struktur tanah. Akibatnya, kesuburan tanah
berkurang dan tidak dapat ditanami jenis tanaman tertentu karena hara tanah
semakin berkurang. Penggunaan pestisida bukan saja mematikan hama tanaman,
tetapi juga mikroorganisme yang berguna di dalam tanah. Padahal kesuburan tanah
tergantung pada jumlah organisme di dalamnya. Selain itu, penggunaan pestisida
yang terus menerus akan mengakibatkan hama tanaman kebal terhadap pestisida
tersebut.

1.4.4 DAMPAK PENCEMARAN TANAH

Semua hal yang telah mengalami pencemaran pasti ujungnya akan


menimbulkan berbagai dampak yang negatif, tidak terkecuali tanah ini. Jika udara dan
air yang tercemar akan menimbulkan berbagai macam dampak negatif, maka tanah pun
juga demikian. Ada berbagai macam dampak negatif dari adanya pencemaran tanah
ini. Beberapa macam dampak pencemaran tanah antara lain sebagai berikut :

 Mengurangi kesuburan tanah

Dampak pertama yang akan kita rasakan dari adanya tanah yang tercemar pastinya
akan menurunkan kesuburan pada tanah itu sendiri. seperti yang kita ketahui
sebelumnya bahwasannya tanah ini pada dasarnya mempunyai keunggulan. Salah satu
keunggulan tanah adalah mempunyai nilai kesuburan sehingga banyak tanaman bisa
hidup dengan subur. Namun ketika tanah ini sudah tercemar dengan berbagai macam
zat yang merugikan (baik zat kimia maupun non kimia), hal ini akan menurunkan
tingkat kesuburan tanah tersebut. Tanah akan menjadi tidak subur karena zat- zat

13
polutan sudah merusak jaringan kesuburan tanah tersebut. Akibatnya, banyak tanaman
yang tidak akan bisa tumbuh dengan baik.

 Membuat tumbuh- tumbuhan dan makhluk hidup lainnya mati

Masih serangkaian dengan dampak pencemaran tanah yang akan menurunkan


tingkat kesuburan. Hal ini juga akan berakibat pada masa hidup tanaman. Tamanan
yang awalnya tumbuh dengan subur, lama- kelamaan akan menjadi layu, bahkan akan
mati.Selain tanaman, pencemaran pada tanah ini juga akan berdampak pada makhluk
hidup lainnya (seperti binatang dan manusia). Zat- zat polutan yang ada di dalam tanah
akan masuk kedalam jaringan tumbuhan. Dan ketika tumbuhan tersebut dimakan oleh
manusia maupun binatang, maka efek negatifnya dapat tersalurkan pada binatang atau
manusia yang memakan tumbuhan tersebut.

 Menyebabkan pencemaran pada udara

Pencemaran tanah juga akan berdampak pada pencemaran udara. Hal ini karena
zat- zat yang mencemari tanah tersebut (misalnya sampah) dalam jangka waktu yang
lama akan membuat udara yang ada di sekitarnya menjadi tidak sehat. Akibatnya udara
tersebut menjadi tidak nyaman untuk dihirup. Selain itu, apabila yang membuat
pencemaran pada tanah adalah sampah,maka ketika akan terjadi proses dekomposisi
maka akan menimbulkan bau yang begitu menyengat. Dan inilah yang disebut dengan
pencemaran udara.

 Menimbulkan wabah penyakit

Dampak pencemaran tanah yang selanjutnya adalah menyebabkan timbulnya


banyak bibit penyakit. Tanah yang tercemar merupakan rumah yang sangat nyaman
bagi patogen- patogen yang menimbulkan banyak penyakit. Hal ini dalam jangka
waktu yang tidak terlalu lama akan menyebabkan penyakit datang dan siap menyerang
makhluk hidup yang ada dan menempati tanah yang tercemar tersebut. Yang akan
menikmati datangnya penyakit ini bukan hanya manusia saja, namun hewan dan
tumbuh-tumbuhan lainnya.

 Merusak ekosistem

Ekosistem merupakan wujud interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungan


serta komponen- komponen yang ada di dalamnya (baik komponen biotik maupun
komponen abiotik). Tanah termasuk ke dalam komponen abiotik sehingga tercemarnya

14
tanah pastinya akan menyebabkan keseimbangan ekosistem menjadi terganggu.
Akibatnya lingkungan menjadi tidak nyaman dan banyak fungsi yang seharusnya
didapatkan justru akan berubah menjadi suatu wujud kerugian.

 Merusak keindahan atau estetika.

Hal yang pasti terjadi selanjutnya akibat adanya pencemaran tanah adalah
rusaknya nilai keindahan atau estetika lingkungan. Keindahan lingkungan tidak hanya
terdapat pada apa yang kita lihat saja, namun juga apa yang kita dengar dan apa pula
yang kita rasa. Pencemaran tanah akan banyak sekali merusak nilai- nilai keindahan
tersebut.

Tidak hanya itu saja, dan yang paling penting pencemaran tanah ini akan
menyebabkan kondisi lingkungan yang kita tempati menjadi tidak nyaman sama sekali.
Terlebih apabila pencemaran tanah tersebut disebabkan oleh sampah. Sampah- sampah
akan membuat berbagai macam kerugian bagi makhluk hidup. Selain tidak sedap
dipandang mata, sampah juga akan menyebabkan bau yang sangat menyengat. Ini
sungguh tidak nyaman digunakan sebagai tempat bermukim.

Itulah beberapa dampak dari pencemaran tanah yang dapat kita rasakan. Selain
dampak-dampat tersebut masih banyak lagi dampak yang dapat kita rasakan baik kita
sadari maupun tidak. Oleh karena itulah kita sebagai manusia harus menjaga tanah dari
berbagai bentuk pencemaran. Menurunnya tingkat kesuburan tanah akibat buangan
sampah plastik, pecahan kaca, logam, dan karet sulit diuraikan oleh organisme
dekomposer dalam tanah.

Dampak Pencemaran Tanah Lainnya :

 Matinya organisme pengurai tanah akibat pembuangan limbah deterjen dan residu
pestisida dalam tanah.

 Menurunnya produktivitas tanah karena terkikisnya lapisan humus dari permukaan


tanah.

 Perubahan pH tanah akibat adanya deposit senyawa asam yang berasal dari hujan
asam. Adapun perubahan keasaman tanah ini akan berpengaruh buruk terhadap
penyerapan hara dari tanah oleh tanaman.

1.5 LOGAM BERAT

15
1.5.1 DEFINISI DAN KARAKTERISTIK LOGAM BERAT

Sherly (2013) menyebutkan logam berat (Heavy Metal) adalah logam dengan
massa jenis lima atau lebih, dengan nomor atom 22 sampai 92. Kelompok logam berat
ini ada ± 40 jenis. Logam-logam berat tersebut merupakan unsur yang dibutuhkan oleh
makhluk hidup dalam jumlah yang sangat kecil sehingga jika kelebihan maka akan
menyebabkan keracunan pada makhluk hidup tersebut. Logam berat merupakan
klasifikasi untuk logam yang menimbulkan toksisitas (Duffus, 2002;Andreas, 2011).
Sudarwin, (2008) menyatakan bahwa karakteristik logam berat adalah sebagai
berikut :

1. Memiliki spesifikasi grafitasi yang sangat besar (lebih dari 4).

2. Mempunyai nomor atom 22-23 dan 40-50 serta unsur laktanida dan aktinida.

3. Mempunyai respon biokimia yang khas (spesifik) pada organisme hidup. Semua
logam berat dapat dikatakan sebagai bahan beracun yang akan meracuni makhluk
hidup. Sebagai contoh logam berat air raksa (Hg), kadmium (Cd), timbal (Pb),
dank rom (Cr).

Logam berat adalah logam berat jenis besar dari 5 g/cm3 . Unsur yang
termasuk logam berat adalah Cd, Cr, Cu, H, Ni, Pb dan Zn (Connell, 2006).
Keberadaan logam berat esensial dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh
organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek
racun. Logam berat dapat memasuki tanah melalui sumber berbeda-beda yang dapat
menjadi polutan. Pupuk, pestisida, penambahan bahan organik dan anorganik, residu
limbah dan lumpur aktif mengandung sejumlah logam berat (Yulipriyanto, 2010).
Logam berat dapat membahayakan kesehatan manusia melalui konsumsi makanan
yang berasal dari tanaman yang di tanam di tanah yang tercemar oleh logam berat
(Setyoningrum, 2014). Bahkan dalam dosis kecil dapat memiliki konsekuensi serius.
Kegiatan manusia dapat telah mengakibatkan peningkatan kadar kontaminan di
lingkungan (Singh, 2018). Penelitian memilih logam berat Pb, Cd, Cu dan Fe
berdasarkan tingkat toksisitas terutama dalam konteks lingkungan. Pb dan Cd
merupakan logam berat dengan tingkat toksisitas kelas 1 dan Cu berada di kelas 2. Fe
dipilih dikareanakan pada saat survey lapangan, terdapat ciri-ciri kandungan logam Fe
di air sumur warga. Air tersebut berwarna kuning kecoklatan, berbau karat dan
merusak perabotan rumah tangga.

16
Semua logam berat dapat dikatakan sebagai bahan beracun yang akan meracuni
makhluk hidup. Namun demikian, meskipun semua logam berat dapat mengakibatkan
keracunan atas makhluk hidup, sebagian dari logam-logam berat tersebut dibutuhkan
oleh makhluk hidup. Kebutuhan tersebut dalam jumlah yang sangat kecil/sedikit.
Tetapi apabila kebutuhan yang sangat kecil tersebut tidak terpenuhi dapat berakibat
fatal terhadap kelangsungan makhluk hidup. Karena tingkat kebutuhan yang sangat
dipentingkan maka logam-logam tersebut juga dinamakan sebagai logam-logam
esensial tubuh. Bila logam-logam esensial yang masuk ke dalam tubuh dalam jumlah
yang berlebihan, maka berubah fungsi menjadi racun.

Logam berat dapat mempengaruhi ekologi tanah, produksi pertanian atau


kualitas produk, dan tanah kualitas air, dan pada akhirnya akan merugikan kesehatan
hidup organisme dengan rantai makanan. Efek ini berhubungan erat dengan
ketersediaan biologis logam berat, yang pada gilirannya dikendalikan oleh spesies ion
logam dalam tanah. Penentuan konsentrasi ion logam bebas dalam larutan tanah sangat
penting. Konsentrasi ion logam tidak hanya tergantung pada total logam dalam tanah,
tetapi juga pada spesies logam yang ada di tanah. Selain itu, beberapa kondisi
lingkungan (misalnya, pH, konsentrasi larutan dalam tanah, dan koloid tanah).

 Kadmium (Cd)

Kadmium (Cd) merupakan metal berbentuk kristal putih keperakan. Dalam kadar
tinggi, kadmium berasal dari emisi industri, peleburan seng dan timbal. Sumber lain
merupakan dari sisa penggunaan lumpur kotor sebagai pupuk tanaman (Widowati,
2008). Logam kadmium (Cd) memiliki karakteristik berwarna putih keperakan seperti
logam aluminium, tahan panas, tahan terhadap korosi, tidak larut dalam basa dan
mudah bereaksi serta menghasilkan kadmium oksida jika dipanaskan. Faktor yang
dapat memepengaruhi perserapan kadmium dalam tanah yaitu kandungan bahan
organik tanah, pH tanah, ukuran partikel tanah, kemampuan pertukaran ion dan
temperatur tanah (Setyoningrum, 2014).

Kadmium memilik efek unik terhadap anak-anak yaitu dapat membantu


perkembangan otak pada anak. Namun di sisi lain, kadmium memiliki efek berbahaya
untuk manusia dan hewan antara lain menaikkan resiko terjadinya kanker payudara,
penyakit paru-paru dan penyakit jantung (Istarani, 2014). Efek keracunan Cd juga
dapat mengakibatkan kerapuhan pada pekerja industri yang menggunakan Cd.

17
Penyakit tersebut dinamakan “itai-itai”. Sedikit paparan kadmium menghasilkan efek
kronis pada hewan dan manusia. Dalam tubuh manusia, sebagian besar asupan
kadmium adalah melalui konsumsi sayuran (Mahajan, 2018).

 Timbal (Pb)

Timbal (Pb) adalah logam berat yang secara alami terdapat di dalam kerak bumi.
Pencemaran Pb berasal dari sumber alami maupun limbah hasil aktivitas manusia
dengan jumlah yang terus meningkat, baik di lingkungan, udara dan darat (Widowati et
al, 2008). Tanah mengakumulasi kadar timbal umumnya dari pipa, cat timbal dan
emisi residu dari kendaraan bermotor (Wani, 2015). Timbal sebagian besar di
akumulasi oleh bagian organ tanaman, yaitu daun, batang, akar dan akar pada umbi-
umbian (bawang merah). Tanaman dapat menyerap timbal pada saat kondisi kesuburan
tanah dan kandungan bahan organik serta KTK tanah rendah. (Charlena, 2004). Logam
toksik timbal dapat menyebabkan anemia, gangguan ensefalopati dan gejala gangguan
saraf perifer, dapat menyebabkan aminoasiduria, fostfaturia, gluksoria, nefropati,
fibrosis dan atrofi glomerular (Darmono, 2001).

 Tembaga (Cu)

Keberadaan Cu dalam lingkungan dapat terakumulasi di perairan maupun


mengendap di dalam sedimen. Diantara jenis logam yang banyak ditemukan sebagai
buangan adalah logam Cu. Cu merupakan logam berat yang banyak digunakan dalam
campuran logam, pembuatan kabel, keramik dan pestisida. Cu bersifat sangat beracun
dan sangat bioakumulatif. Tingkat kelarutan Cu sangat rendah dalam cairan namun
mudah teradsorpsi dalam partikel yang teralarut dalam air (Jundana, 2016). Logam Cu
dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh, apabila konsentrasinya cukup tinggi akan
meracuni manusia. Pengaruh racun yang ditimbulkan dapat berupa muntah-muntah,
rasa terbakar di daerah eksofagus dan lambung.

 Besi (Fe)

Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui hampir di setiap tempat
bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Konsentrasi Fe yang tinggi
ini dapat di rasakan dan dapat menodai kain dan perkakas dapur. Logam Fe merupakan
logam essensial yang keberadaannya dalam jumlah tertentu yang sangat dibutuhkan
oleh organisme hidup, namun dalam jumlah berlebih dapat menimbulkan efek racun.
Tingginya kandungan besi akan berdampak terhadap kesehatan manusia antaranya

18
dapat menyebabkan radang sendi, cacat lahirm, gusi berdarah, kanker, siosis ginjal,
sembelit, diabetes, diare, pusing, mudah lelah, hepatitis, hipertensi dan insomnia
(Parulian, 2009).

Menurut Darmono (1995), faktor yang menyebabkan logam berat termasuk


dalam kelompok zat pencemar adalah karena adanya sifat–sifat logam berat yang tidak
dapat terurai (non degradable) dan mudah diabsorbsi. Sifat logam berat sangat unik
karena tidak dapat dihancurkan secara alami dan cenderung terakumulasi dalam rantai
makanan melalui proses biomagnifikasi.

Pencemaran logam berat ini menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya :

1. Berhubungan dengan estetika (perubahan bau, warna, dan rasa air).

2. Berbahaya bagi kehidupan tanaman dan binatang.

3. Berbahaya bagi kesehatan manusia.

4. Menyebabkan kerusakan pada ekosistem.

1.5.2 MEKANISME PENYERAPAN LOGAM BERAT OLEH


TANAMAN

Pencemaran tanah oleh logam berat dapat menyebabkan perubahan


metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil
pertanian. Logam berat yang terserap oleh tanaman pertanian akan tersimpan dalam
jaringan tanaman yang nantinya dapat masuk ke dalam tubuh manusia secara tidak
langsung ketika tanaman tersebut di konsumsi. Terakumulasinya logam berat dalam
tubuh manusia dapat menyebabkan berbagai penyakit dan penurunan intelejensi
(kecerdasan) dari mereka yang mengkonsumsinya (Alloway, 1995).

Semua tumbuhan memiliki kemampuan menyerap logam tetapi dalam jumlah


yang bervariasi. Sejumlah tumbuhan dari banyak famili terbukti memiliki sifat
hipertoleran, yakni mampu mengakumulasi logam dengan konsentrasi tinggi pada
jaringan akar dan tajuknya, sehingga bersifat hiperakumulator. Sifat hiperakumulator
berarti dapat mengakumulasi unsur logam tertentu dengan konsentrasi tinggi pada
tajuknya dan dapat digunakan untuk tujuan fitoekstraksi. Dalam proses fitoekstraksi ini
logam berat diserap oleh akar tanaman dan ditranslokasikan ke tajuk untuk diolah
kembali atau dibuang pada saat tanaman dipanen (Chaney dkk., 1995).

19
Berikut merupakan gambaran mekanisme penyerapan logam berat oleh
tanaman :

Gambar 1.3. Mekanisme penyerapan logam berat oleh tanaman (Sumber: Favas
dkk., 2014).

Adapun klasifikasi proses fitoremediasi adalah sebagai berikut :

1. Fitostabilisasi (phytostabilization)

Akar tumbuhan melakukan imobilisasi polutan dengan cara mengakumulasi,


mengadsorpsi pada permukaan akar dan mengendapkan presipitat polutan dalam
zona akar. Proses ini secara tipikal digunakan untuk dekontaminasi zat-zat
anorganik yaitu sulfur, nitrogen, dan beberapa logam berat.

2. Fitoekstraksi/fitoakumulasi (phytoextraction/phytoaccumulation)

Akar tumbuhan menyerap polutan dan selanjutnya ditranslokasi ke dalam organ


tumbuhan. Proses ini cocok digunakan untuk dekontaminasi zat-zat anorganik
seperti pada proses fitostabilisasi.

3. Rizofiltrasi (rhizofiltration)

Akar tumbuhan mengadsorpsi atau presipitasi pada zona akar atau mengabsorpsi
larutan polutan sekitar akar ke dalam akar. Proses ini digunakan untuk bahan
larutan yang mengandung bahan organik maupun anorganik

4. Fitodegradasi/fitotransformasi (phytodegradation/phytotransformation)

Organ tumbuhan menguraikan polutan yang diserap melalui proses metabolisme


tumbuhan atau secara enzimatik.

5. Rizodegradasi (rhizodegradation)

20
Polutan yang diuraikan oleh mikroba dalam tanah, yang diperkuat/sinergis oleh
ragi, fungi, dan zat-zat keluaran akar tumbuhan (eksudat) yaitu gula, alkohol dan
asam. Eksudat itu merupakan makanan mikroba yang menguraikan polutan
maupun biota tanah lainnya. Proses ini tepat untuk dekontaminasi zat organik.

6. Fitovolatilisasi (phytovolatilization)

Penyerapan polutan oleh tumbuhan dan dikeluarkan dalam bentuk uap cair ke
atmosfer. Kontaminan bisa mengalami transformasi sebelum.

1.5.3 DAMPAK PENCEMARAN LOGAM BERAT TERHADAP


MAKHLUK HIDUP

Pencemaran logam berat memiliki dampak bagi makhluk hidup, salah satunya
adalah dampak bagi kesehatan. Semua logam berat pasti memiliki dampak masing-
masing terhadap makhluk hidup. Salah satu logam berat yang berbahaya bagi makhluk
hidup adalah sebagai berikut :

1. Timbal (Pb)

Logam timbal adalah logam yang sangat beracun jika terlepas dan terhirup atau
tertelan, yang mempenaruhi hampir setiap organ dan system dalam tubuh, dimana
sasaran utamanya adalah system saraf (Palar, 2012). Logam timbal menghambat
sintesis porphobilinogen synthase dan ferrochelatase, mencegah pembentukan
porphobilinogen. Di dalam tubuh manusia timbal bisa menghambat aktivitas enzim
yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin (Hb) dan sebagian kecil timbal
diekskresikan melalui urin atau feses karena sebagian terikat oleh protein, namun
sebagian lagi terakumulasi dalam ginjal, hati, kuku, jaringan lemak dan rambut
(Febrianto, 2011).

Logam berat umumnya bersifat kumulatif, termasuk timbal. Menurut Deazy


(2011) mekanisme toksisitas timbal berdasarkan organ yang dipengaruhinya adalah
sebagai berikut :

21
 Sistem haemopoietik; dimana timbal menghambat system pembentukan
hemoglobin (Hb) sehingga menyebabkan anemia.

 Sistem saraf; dimana timbal bisa menimbulkan kerusakan otak dengan gejala
epilepsy, halusinasi, kerusakan otak besar dan delirium.

 Sistem urinaria; dimana timbal dapat menyebabkan lesi tubulus proksimalis dan
aminosiduria.

 Sistem gastro-intestinal; dimana timbal dapat menyebabkan kolik dan konstipasi.

 Sistem kardiovaskuler; dimana timbal dapat meneyababkan peningkatan


permeabilitas pembuluh darah .

 Sistem reproduksi berpengaruh terutama pada gametotoksisistas atau janin belum


lahir menjadi peka terhadap timbal. Ibu hamil yang terkontaminasi timbal dapat
mengalami keguguran, tidak berkembangnya sel otak embrio, kematian janin
waktu lahir, serta hipospermia dan teratospermia pada pria.

 Bersifat karsinogenik pada dosis tinggi.

Penelitian Sahetapy (2011) dalam Sherly (2013), tentang toksisitas logam berat
timbal terhadap juvenile ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) menunjukkan
hasil analisis tentang pengaruh toksisitas timbal pada berbagai konsentrasi terhadap
tingkat konsumsi oksigen, kadar glukosa darah, respon hematologi, kelangsungan
hidup dan laju pertumbuhan pada ikan kerapu macan diperoleh: toksisitas logam berat
timbal pada juvenile ikan kerapu macan akan menurunkan tingkat konsumsi oksigen
hingga mencapai 0,34 mg, O2/gr berat tubuh ikan/jam, kadar hematocrit 9,66%, kadar
Hb 2,64%, dan jumlah eritrosit 0,77 x 106 sel/mm3 dan dimulai pada konsentrasi 6,86
ppm. Selain itu, toksisitas logam berat juga meningkatkan jumlah leukosit hingga
mencapai 0,81 x 106 sel/mm3 dan meningkatkan kadar glukosa darah sebear 90,79
mmol/liter dan dimulai pada konsentrasi 6,86 ppm. Toksisitas logam berat timbal
memberikan pengaruh terhadap laju pertumbuhan dan menurunkan tingkat
kelangsungan hidup ikan kerapu. Tingginya konsentrasi timbal yang mencemari
perairan dapat mengganggu proses kelangsungan hidup ikan kerapu, karena timbal
berikatan dengan lendir insang dan akan menyebabkan gangguan pada system
pernapasan ikan kerapu sehingga menurunkan kemampuan sel darah merah mengikat
oksigen dan menghalangi kerja enzim sehingga proses fisiologi dan metabolism tubuh
terganggu (Sherly, 2013).

22
2. Kadmium (Cd)

Logam Cd membawa sifat racun yang sangat merugikan bagi semua makhlukh hidup,
termasuk manusia. Logam ini akan mengalami proses bio transformasi dan bio
akumulasi dalam organisme hidup. Logam ini masuk kedalam tubuh bersama
makananan yang dikonsumsi bersama makanan yang terkontaminasi oleh logam Cd.
Jumlah logam yang terakumulasi akan terus mengalami peningkatan, apabila
jumlahnya sudah melebihi ambang batas akan menyebabakan kematian bagi biota
ataupun manusia yang mengkonsumsinya (Andreas, 2011).

Logam berat ini dapat masuk kedalam tubuh manusia dapat melalui asap rokok
sebungkus rokok sehari dapat melipatgandakan asupan Cd, mangkok piring keramik
dan mangkok piring yang pembakarannya tidak tepat merupakan sumber Cd (Frank,
2010). Efek akut pajanan Cd mengakibatkan iritasi lokal. Setelah termakan,
manifestasi klinisnya berupa mual, muntah-muntah, dan nyeri perut sedangkan setelah
penghirupan, efek yang ditimbulkan adalah edema paru dan pneumonitis kimia.
Cadmium diekskresi sangat lamban dengan paruh waktu sekitar 30 tahun. Keracunan
pada tubuh manusia yang disebabkan oleh Cd umumnya berupa kerusakan-kerusakan
pada sistem fisiologis tubuh. Sistemsistem tubuh yang dapat dirusak oleh Cd menurut
Frank (2010) adalah, sebagai berikut :

 Sistem Pernafasan disebabkan oleh pajanan lewat penghirupan. Bronkitis, kronis,


fibrosis progresif pada saluran napas bagian bawah dan pecahnya sekat antara
alveoli mengakibatkan emfisema.

 Sistem Urinaria, kerusakan terhadap tubulus proksimal terjadi apabila kadar Cd


dalam ginjal mencapai 200 µg/g. kerusakan pada tubulus inimengakibatkan
ketidak mampuan menyerap kembali protein molekulkecil, salah satu diantaranya
adalah mikroglobulin β. Kadmium dapat ditemukan di perairan baik dalam
sedimen maupun system penyediaan air minum. Kasus epidemik keracunan Cd
pernah terjadi di kita Toyama, jepang. Sekelompok masyarakat mengeluh sakit
pinggang yang berlansng selama beberapa tahun. Lama kelamaan penyakit ini
bertambah parah, terjadi pelunakan tulang (Osteomalcia). Kadar Cd dan asam
amino meningkat dalam urine penduduk meningkat. Penderita akhirnya
mengalami pelunakan seluruh kerangka tulang dan kematian yang disebabkan oleh
gagal ginjal (Sherly, 2013).

23
3. Tembaga (Cu)

Tembaga adalah unsur kimia dengan simbol C (dari bahasa Latin : tembaga) dan
nomor atom 29. Ini adalah uletlogam dengan sangat tinggi termal dan konduktivitas
listrik . Tembaga murni lembut dan lunak; permukaan baru terkena memiliki warna
kemerahan-oranye. Hal ini digunakan sebagai konduktor panas dan listrik, bahan
bangunan, dan konstituen dari berbagai logam paduan.
Dampak paparan Cu terhadap kesehatan :
 Mual
 Muntah
 Diare
 Sakit perut dan Kram otot perut
4. Besi (Fe)

Besi adalah logam yang berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak digunakan
untuk kehidupan manusia sehari-hari. Dalam tabel periodik, besi mempunyai simbol
Fe dan nomor atom 26. Besi juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Besi telah
ditemukan sejak zaman dahulu dan tidak diketahui siapa penemu sebenarnya dari
unsur ini. Besi dan unsur keempat banyak dibumi dan merupakan logam yang
terpenting dalam industri. Besi murni bersifat agak lunak dan kenyal. Oleh karena itu,
dalam industri, besi selalu dipadukan dengan baja. Baja adalah berbagai macam
paduan logam yang dibuat dari besi tuang kedalamnya ditambahkan unsur-unsur lain
seperti Mn, Ni, V, atau W tergantung keperluannya. Besi tempa adalah besi yang
hampir murni dengan kandungan sekitar 0.2% karbon.

Senyawa besi dalam jumlah kecil didalam tubuh manusia berfungsi sebagai
pembentuk sel-sel darah merah, dimana tubuh memerlukan 7-35 mg/hari yang
sebagian diperoleh dari air, tetapi zat Fe yang melebihi dosis yang diperlukan oleh
tubuh dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan tubuh manusia tidak
dapat mengsekresi Fe, sehingga bagi mereka yang sering mendapat transfusi darah
warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Air minum yang mengandung besi
cenderung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi. Selain itu dalam dosis besar
dapat merusak dinding usus. Kematian sering kali disebabkan oleh rusaknya dinding
usus ini. Kadar Fe yang lebih dari 1 mg/l akan menyebabkan terjadinya iritasi pada
mata dan kulit.

24
Apabila kelarutan besi dalam air melebihi 10 mg/l akan menyebabkan air
berbau seperti telur busuk. Pada hemokromatesis primer besi yang diserap dan
disimpan dalam jumlah yang berlebihan di dalam tubuh. Feritin berada dalam keadaan
jenuh akan besi sehingga kelebihan mineral ini akan disimpan dalam bentuk kompleks
dengan mineral lain yaitu hemosiderin. Akibatnya terjadilah sirosi hati dan kerusakan
pankreas sehingga menimbulkan diabetes. Hemokromatis sekunder terjadi karena
transfusi yang berulang-ulang. Dalam keadaan ini besi masuk kedalam tubuh sebagai
hemoglobin dari darah yang ditransfusikan dan kelebihan besi ini tidak disekresikan.

1.6 STRATEGI PENGENDALIAN PENCEMARAN TANAH

Berikut ini ada dua cara utama yang dapat dilakukan apabila tanah sudah
tercemar, yaitu remediasi dan bioremediasi.

1) Remediasi

Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar.


Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex- situ (atau off-site).

Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah


dan lebih mudah. Pembersihan ini terdiri atas venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa
ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat
pencemar. Caranya adalah, tanah tersebut disimpan di bak atau tanki yang kedap,
kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya, zat
pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi
pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.

2) Bioremediasi

Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan


mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau
mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun
(karbon dioksida dan air).

25
Salah satu mikroorganisme yang berfungsi sebagai bioremediasi adalah jamur
vesikular arbuskular mikoriza (Vam). Jamur vam dapat berperan langsung maupun
tidak langsung dalam remediasi tanah. Jamur tersebut dapat berperan langsung karena
kemampuannya menyerap unsur logam dari dalam tanah. Jamur tersebut tidak dapat
berperan langsung karena menstimulir pertumbuhan mikroorganisme bioremediasi
lain, seperti bakteri tertentu, jamur, dan sebagainya.

BAB II

BAKU MUTU TANAH

Baku mutu tanah (soil quality standart) belum tersedia karena sulit untuk
didefinisikan dan dikuantitatifkan serta dikonsumsi langsung oleh manusia dan hewan.
Akibatnya di Indonesia, pemantauan dan pemulihan mutu lingkungan tidak terlaksana
secara terpadu karena hanya ada baku mutu udara dan air.

Masalah utama yang dihadapi dalam menentukan mutu tanah adalah tanah
mempunyai banyak fungsi sehingga kalau baku mutu tanah ditetapkan hanya
berdasarkan suatu fungsi dapat bertentangan dengan fungsi yang lain. Tanah sebagai
fungsi produksi, misalnya, pemupukan akan meningkatkan mutu tanah sehingga
produksi meningkat secara tajam. Di pihak lain tanah sebagai fungsi lingkungan,
pemupukan dinilai menurunkan mutu lingkungan karena menimbulkan pencemaran
pada air dan udara. Pemikiran mengenai rekonsiliasi antara berbagai fungsi tanah
(pencapaian produksi, mutu lingkungan, keamanan, kesehatan manusia serta hewan)
dalam pengertian mengakomodasi berbagai fungsi tanah untuk menyusun baku mutu
secara terpadu perlu segera dilakukan.

Walaupun rancangan baku mutu tanah telah diatur dalam rancangan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup tahun 1994. Rancangan Kepmen ini menyebutkan
bahwa baku mutu tanah ditetapkan oleh masing-masing Gubernur dengan berpedoman

26
pada Baku Mutu Nasional. Penentuan baku mutu dilakukan berdasarkan penelitian dan
tetap menampung aspirasi dari masyarakat, pengusaha dan pihak yang berkepentingan.

Pusat Penelitian Tanah dari Departemen Pertanian (1983) telah mengajukan


kriteria penilaian sifat kimia tanah berdasarkan sifat umum tanah yang didapat secara
empiris. Kriteria penilaian sifat kimia tanah tersebut disajikan pada gambar tabel
berikut :

Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah

Sifat Tanah Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat


Rendah Tinggi

C-organik (%) < 1,0 2,0 3,3 0,5 > 5,0

N Total (%) < 0,1 0,2 0,5 0,75 > 0,75

P2O5 HCl 25% < 10 20 40 60 >60


(ppm)

K2O HCl 25% < 10 20 40 60 >60


(ppm)

K (%) < 0,1 0,2 0,5 1,0 >1,0

Na (%) < 0,1 0,4 0,7 1,0 > 1,0

Ca (%) <2 5 10 20 > 20

Mg (%) < 0,4 1,0 2,0 8,0 > 1,0

Kejenuhan Basa < 20 35 50 70 > 1,0


(%)

Kejenuhan < 10 20 30 60 > 1,0


Aluminium (%)

Cadangan <5 10 20 40 > 1,0


Mineral (%)

pH sangat asam Asam Agak Asam Netral 7,5 Agak Basa


< 4,5 6,5 Basa
5,5 > 8,5

27
8,5

Sedangkan kriteria umum untuk kandungan logam berat yang terdapat di dalam
tanah telah diteliti oleh Ferguson (1990) mengemukakan batas beberapa kandungan
logam berat yang tidak tercemar di dalam tanah.

Tabel 2.2 Batas Kandungan Logam Berat yang Tidak Tercemar

No Logam Berat Rerata Tanah yang Batas Batas


Tidak Minimum Maksimum
Terkontaminasi

1. Cadmium (Cd) 0,62 μg/g 0,1 μg/g 1,0 μg/g

2. Mercury (Hg) 0,098 μg/g 0,01 μg/g 0,06 μg/g

3. Arsenic (As) 6,03 μg/g 5 μg/g 10 μg/g

4. Lead (Pb) 29,2 μg/g 10 μg/g 20 – 50 μg/g

5. Selenium (Se) 0,4 μg/g Angka ini akan meningkat pada


daerah asam dan semi asam

Untuk mengetahui pencegahan dan penanggulangan pencemaran logam berat


yang mencemari lingkungan sangat penting diketahui batas/nilai ambang logam. Nilai
ambang batas logam berat tiap negara berbeda-beda, karena adanya perbedaan
kemampuan sifat tanah untuk menyangga logam berat. Di Inggris dan Belanda, nilai
ambang batas untuk Pb 5-6 kali lebih besar dari negara industri lainnya. Untuk
Indonesia dengan tingkat pelapukan tanah yang intensif, kemungkinan daya sangga
tanah terhadap logam berat lebih rendah sehingga nilai ambang batasnya akan lebih
rendah dari negara industri tersebut. Ada beberapa hasil penelitian yang dapat
dijadikan sebagai acuan untuk tindakan reklamasi lahan. Pada tabel berikut
dicantumkan data kisaran nilai ambang logam berat dalam tanah (Pickering 1980).

Tabel 2.3 Kisaran Nilai Ambang Logam Berat dalam Tanah

28
No Logam Berat Nilai Ambang dalam Tanah (ppm)

1. As 0,1 - 4,0

2. B 2 - 100

3. F 30 - 300

4. Cd 0,1 - 7,0

5. Mn 100 - 4000

6. Ni 10 - 1000

7. Zn 10 - 300

8. Cu 2 - 100

9. Pb 2 - 200

USDA (United States Department of Agriculture) membuat standar nilai


ambang untuk industri yang limbahnya akan dibuang ke lahan pertanian. Limbah
tersebut dibuang dalam bentuk padatan (sludge), karena lebih mudah dalam
pencegahan dan membersihkan lahan dari kontaminasi logam berat. Ambang batas
logam berat yang diterapkan pada tanah disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.4 Standar Nilai Ambang Logam Berat Untuk Industri menurut USDA

Logam Berat Konsentrasi Rata-rata tahunan Kumulatif bahan


Maksimum bahan bahan pencemar pencemar (kg/ha)
Pencemar (Ppm) (kg/ha/th)

Arsenic 75 2 41

Cadmium 85 1,9 39

Copper 3000 150 3000

Lead 4300 75 1500

Mercury 420 21 420

Molybdenum 840 15 300

Nickel 57 0,85 17

29
Selenium 75 0,90 18

Zinc 100 5 100

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia


mengeluarkan peraturan No. 045 tahun 2006 tentang limbah lumpur pada kegiatan
pengeboran minyak dan gas bumi. Tabel baku mutu logam berat limbah lumpur
ditampilkan pada tabel berikut.

Tabel 2.5 Baku Mutu Logam Berat Limbah Lumpur

Logam Berat Baku Mutu

Arsen 5,0

Barium 100,0

Cadmium 1,0

Chromium 5,0

Copper 10,0

Lead 5,0

Mercury 0,2

Selenium 1,0

Silver 5,0

Zinc 50,0

Baku mutu produk atau hasil pertanian dari lahan pertanian yang tercemar
sangat diperlukan, agar aman bagi konsumen. Oleh karena batas kritis/ambang batas

30
pencemaran pada tanah, air, tanaman, dan produk pertanian belum ada atau belum
ditetapkan untuk kondisi Indonesia.

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur konsentrasi logam berat didalam tanah
dan menganalisis persebaran logam berat (Pb, Cd, Cu dan Fe) di sekitar Rawa Pening.

3.2 METODE PENGAMBILAN SAMPEL

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan cara purposive. Purposive


merupakan pemilihan lokasi secara sengaja dipilih atau pemilihan lokasi dilakukan atas
dasar pertimbangan peneliti yang menganggap unsur-unsur yang dikehendaki telah ada
dalam lokasi yang diambil. Jumlah titik pengambilan sampel berjumlah 6 titik dengan
lokasi yang berbeda-beda. Kegiatan presampling dilakukan berdasarkan informasi
sebelumnya atau survey pendahuluan dilaksanakan. Pengambilan sampel dilakukan
dengan metode grab sampling karena medan yang sulit dan lahan tidak terlalu luas.
Grab Sampling merupakan sampel yang diambil secara langsung dari badan tanah dan
sampel. Berikut cara pengambilan sampel tanah:

31
1. Menggali tanah dengan cangkul atau sekop dengan kedalaman 20 cm – 30 cm.

2. Ambil tanah kemudian masukkan kedalam plastik klip.

3. Beri label dan tulis keterangan yang berisi nama sampel, tanggal pengambilan agar
tidak tertukar dengan sampel yang lain.

4. Simpan sampel dengan cara memasukan sampel kedalam plastik hitam dan diikat.

3.3 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kualitas Lingkungan Teknik


Lingkungan Universitas Islam Indonesia, sedangkan untuk pengambilan sampel yaitu
pada tanah di Rawapening Kabupaten Semarang.

3.4 ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan yaitu Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Sedangkan


untuk bahan yang digunakan adalah sampel tanah, Aquades, dan HNO3.

3.5 LANGKAH KERJA

1. Pengambilan sampel dan penyiapan larutan contoh uji.

2. Pembuatan larutan baku dan kurva kalibrasi.

3. Pengukuran dengan alat SSA.

4. Pembuatan kurva kalibrasi dengan rumus y = bx + a.

Dimana:

y = nilai absorbansi

b = kemiringan lereng a = intersep

x = (y – a) / b

x = konsentrasi larutan sampel bx = y – a

32
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL KONSENTRASI LOGAM BERAT Pb, Cd, Cu, DAN Fe


BERDASARKAN TOPOSKUEN

Tabel 4.1 Kandungan Logam Berat Pada Toposekuen A

TOPOSEKUEN A

Pb
No. Sampel Cd mg/kg Cu Fe mg/kg pH
mg/kg mg/kg

1. T15 6,149 1,050 45,40 2176 6

2. B1 6,435 0,850 11,70 5882 6

3. T12 7,499 1,210 54,70 1597 5


4. T18 3,909 1,070 50,50 1896 5

5. T13 6,651 0,880 24,30 3256 6


EPAA, 2012 (mg/kg) 300 3 100 -
Baku
Mutu EPMC, 2015 (mg/kg) 80 0,6 50 -

USEPA, 2017 (mg/kg) - - - 55000

33
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.1. Pada
toposekuen A terdapat 5 titik sampel yaitu sampel T15 terdapat pada zona 1, sampel
B1, T12 dan T18 terdapat pada zona 2 dan T13 berada di zona 3. Pada logam berat Pb
memiliki rentang konsentrasi sebesar 3,909 mg/kg sampai 6,651 mg/kg. Sampel T12
mengalami kenaikan konsentrasi lebih besar yaitu sebesar 7,499 mg/kg. Hal tersebut
dapat diakibatkan tingkat keasaman (pH) dalam tanah mempengaruhi adanya logam
berat yang terkandung dalam tanah. Timbal merupakan logam yang cenderung
terakumulasi dan tersedimentasi dalam tanah karena kelarutanya rendah dan relatif
bebas dari degradasi mikroorganisme. Lokasi pengambilan sampel T12 berada di
persawahan dapat mempengaruhi konsentrasi logam. Dalam toposekuen A logam berat
Pb sampel tidak melebihi baku mutu yaitu EPAA 2012; 300mg/kg dan EPMC 2015;
80 mg/kg.

Logam berat Cd pada toposekuen A memiliki rentang konsentrasi sebesar


0,850 mg/kg sampai 1,210 mg/kg. Sampel T15 memiliki kandungan konsentrasi Cd
cukup tinggi sebesar 1,050 mg/kg, pengambilan sampel berada di perkebunan. Sampel
T12 mengalami kenaikan konsentrasi cukup tinggi sebesar 1,210 mg/kg dikarenakan
pengambilan sampel berada di persawahan yang masih. Fakor erosi tanah dimana
kontur tanah pengambilan sampel di daerah gunung mengakibatkan tanah horizon atas
tergerus ke dataran yang lebih rendah atau zona 2 yang menyebabkan kandungan
unsur-unsur yang terkandung ikut hanyut terbawa air. Sehingga logam Cd akan
terakumulasi lebih banyak pada daerah lebih rendah. Semua titik sampel Cd pada
toposekuen A telah melebihi baku mutu yang telah di tetapkan yaitu EPAA 2012; 3
mg/kg dan EPMC 2015; 0,6 mg/kg.

Logam berat Cu pada toposekuen A memiliki rentang konsentrasi sebesar


11,70 mg/kg sampai 54,70 mg/kg. Terdapat 2 titik sampel yang melebihi baku mutu
EPAA 2012 dan EPMC 2015 yaitu sampel T 18 sebesar 50,50 mg/kg dan T12 sebesar
54,70 mg/kg. Kenaikan pH dapat menyebabkan logam berat mengendap.

Logam berat Fe pada toposekuen A memiliki rentang konsentrasi sebesar 1597


mg/kg sampai 5882 mg/kg. Sampel B1 memiliki konsentrasi tinggi yaitu sebesar 5882
mg/kg. Logam Fe terdapat secara alami di dalam tanah, hal tersebut dikarenakan

34
kandungan air tanah yang tinggi akan logam Fe. Konsentrasi di toposekuen A tidak
melebihi baku mutu yaitu USEPA 2017, 55000 mg/kg.

Tabel 4.2 Kandungan Logam Berat Pada Toposekuen B

TOPOSEKUEN B
Pb
No. Sampel Cd Cu Fe mg/kg pH
mg/kg mg/kg mg/kg

1. T14 8,253 1,280 58,80 1010 5

2. B2 7,690 0,910 25,00 5684 5

3. T9 11,366 1,320 34,00 1563 6

4. T13 6,651 0,880 24,30 3256 6


EPAA, 2012 (mg/kg) 300 3 100 -
Baku
Mutu EPMC, 2015 (mg/kg) 80 0,6 50 -
USEPA, 2017 (mg/kg) - - - 55000

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada grafik 4.2. Pada
toposekuen B terdapat 4 titik sampel yaitu sampel T14 terdapat pada zona 1, sampel
B2 dan T9 terdapat pada zona 2 dan T13 berada di zona 3. Pada logam berat Pb
memiliki rentang konsentrasi sebesar 3,909 mg/kg sampai 6,651 mg/kg. Dengan pH
tanah tinggi yaitu 6 dapat merubah logam Pb menjadi senyawa yang mengendap
(Charlena, 2004). Dalam toposekuen B logam berat Pb sampel tidak melebihi baku
mutu yaitu EPAA 2012; 300mg/kg dan EPMC 2015; 80 mg/kg.

Logam berat Cd memiliki rentang konsentrasi sebesar 0,880 mg/kg sampai


1,320 mg/kg. sampel T14 memiliki kandungan logam berat Cd yang tinggi yaitu
sebesar 1,280 mg/kg hal tersebut dapat disebabkan pH tanah yang asam dan
pengambilan sampel berada tidak jauh dengan jalan dan dekat dengan lahan
perkebunan. Semua titik sampel Cd pada toposekuen B telah melebihi baku mutu yang
telah di tetapkan yaitu EPAA 2012; 3 mg/kg dan EPMC 2015; 0,6 mg/kg.

Logam berat Cu memiliki rentang konsentrasi sebesar 12,70 mg/kg sampai


34,00 mg/kg. Sampel T13 memiliki konsentrasi cukup tinggi di sistem B sebesar 34,00
mg/kg. Tingginya kandungan logam Cu dapat dikarenakan pengambilan sampel yang
berada di zona 3 sehingga mengalami pengendapan. Konsentrasi logam Cu pada

35
toposekuen B tidak melebihi baku mutu EPAA 2012; 100 mg/kg dan EPMC 2015; 50
mg/kg.

Logam berat Fe memiliki rentang konsentrasi sebesar 2176 mg/kg sampai 5910
mg/kg namun tidak melebihi baku mutu USEPA 2017; 55000 mg/kg. Tingginya
konsentrasi dapat dikarenakan air irigasi persawahan menggunakan air sungai yang
mengandung logam Fe tinggi. Selain itu pengaruh pH yang rendah dapat melarutkan
besi yang berasal dari pipa saluran air.

Tabel 4.3 Kandungan Logam Berat Pada Toposekuen C

TOPOSEKUEN C

Pb
No. Sampel Cd Cu Fe mg/kg pH
mg/kg mg/kg mg/kg
1. A2 9,930 1,060 12,70 5367 5

2. B2 7,690 0,910 25,00 5684 6

3. T9 11,366 1,320 34,00 1563 5


4. T13 6,651 0,880 24,30 3256 6

EPAA, 2012 (mg/kg) 300 3 100 -


Baku
Mutu EPMC, 2015 (mg/kg) 80 0,6 50 -

USEPA, 2017 (mg/kg) - - - 55000

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada grafik 4.3. Pada
toposekuen C terdapat 4 titik sampel yaitu sampel A2 terdapat pada zona 1, sampel B2
dan T9 terdapat pada zona 2 dan T13 berada di zona 3. Pada toposekuen C kandungan
logam berat Pb memiliki rentang konsentrasi sebesar 6,651 mg/kg sampai 11,366

36
mg/kg. Kenaikan pH (6) dapat menyebabkan logam Pb mengendap yang secara tidak
langsung pengaruh dari kapasitas pertukaran kation (KPK). Peningkatan pH membawa
peningkatan KPK. Logam Pb dapat terjerap lebih banyak atau lebih kuat sehingga
mobilitas Pb menurun. Setiap titik sampel logam Pb pada toposekuen C tidak ada yang
melebihi baku mutu EPAA 2012; 300 mg/kg dan EPMC 2015; 80 mg/kg.

Logam berat Cd pada toposekuen C memiliki rentang konsentrasi sebesar 0,880


mg/kg sampai 1,320 mg/kg. Sampel A2 memiliki kandungan logam berat Cd sebesar
1,060 mg/kg. Sampel T9 mengalami kenaikan konsentrasi sebesar 1,320 mg/kg,
pengambilan sampel berada di pemukiman warga dekat dengan sungai. Hal tersebut
dapat diakibatkan dari kandungan bahan organik pada lokasi pengambilan sampel
membentuk senyawa komplek organologam yang akan terbentuk sehingga kandungan
logam Cd didalam tanah semakin tinggi (Suastawan, 2016). Semua titik logam Cd
pada toposekuen C telah melebihi baku mutu yang telah di tetapkan yaitu EPAA 2012;
3 mg/kg dan EPMC 2015; 0,6 mg/kg. Kandungan logam Cd tersebut diindikasikan
berasal dari penggunaan pupuk dan pestisida.

Logam berat Cu pada toposekuen ini memiliki rentang konsentrasi sebesar


12,70 mg/kg sampai 34, 00 mg/kg. Sampel T9 mengalami keniakan konsentrasi yaitu
sebesar 34,00 mg/kg. Hal tersebut dapat diakibatkan dari sampah domestik yang
mengandung Cu karena pengambilan sampel yang berada di pemukiman warga dekat
dengan sungai dan jalan. Konsentrasi logam Cu pada toposekuen C disetiap titik
sampel tidak melebihi baku mutu EPAA 2012; 100 mg/kg dan EPMC 2015; 50 mg/kg.

Logam berat Fe pada toposekuen C memiliki rentang konsentrasi sebesar 1563 mg/kg
sampai 5684 mg/kg. Pada titik A2 dan B2 memiliki konsentrasi cukup tinggi namun
tidak melebihi baku mutu yang telah ditetapkan yaitu USEPA 2017; 55000 mg/kg.

37
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis kandungan logam berat pada tanah di area


Rawapening terkontaminasi logam berat Pb, Cd, Cu dan Fe namun hanya logam Cd
dan Cu yang melebihi baku mutu. Logam berat Cd di semua titik sampel telah
melebihi baku mutu EPMC 2015 berkisar 0,880 mg/kg – 1,410 mg/kg dan terdapat 4
titik sampel dengan kandungan logam berat Cu melebihi baku mutu EPMC 2015
berkisar 50,30 mg/kg – 58,80 mg/kg,

Persebaran logam berat Pb dan Fe merata di setiap titik sampel. Logam Berat
Cd merata yang dapat berasal dari pemakaian pupuk anorganik dan pestisida oleh para
petani untuk kebun, ladang dan sawah. Persebaran dari logam berat Cu dapat berasal
dari alamaiah yaitu peristiwa pengikisan batuan mineral (erosi), debu-debu dan
partikulat Cu dalam lapisan udara, sedangkan dari non alamiah dapat berasal dari
kegiatan manusia seperti industri pengolahan kayu serta limbah rumah tangga,

38
Solusi Teknis yang dapat diterapkan untuk mengurangi pencemaran logam
berat pada tanah adalah fitoremediasi dengan tumbuhan Mendong (Fimbristyllis
globulosa) dan Brassica juncea. Remediasi secara kimia dapat memanfaatkan kapur
dan bahan organik.

5.2 SARAN

Untuk menindaklanjuti hasil dari penelitian ini dapat diberikan saran sebagai
berikut:

1. Adanya penelitian selanjutnya tentang kandungan pupuk didalam tanah

2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan adanya pengambilan sampel pada musim


hujan dan musim kemarau sebagai perbandingan besar kadar logam berat pada
musim hujan dan musim kemarau.

3. Adanya penyuluhan dari pemerintah mengenai remediasi tanah yang sudah


tercemar oleh logam berat.

DAFTAR PUSTAKA

Darmono, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran (Hubungannya dengan


Toksikologi Senyawa Logam). Penerbit : Universitas Indonesia Press,
Jakarta.

Charlena. 2004. Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) Pada
Sayur- Sayuran. Program Pascasarjana/S3. FalsafahSain (PSL 207). Institut
Pertanian Bogor.

Nur, F. 2013. Fitoremediasi Logam Berat Kadmium (Cd). Biogenesis Jurnal Ilmiah
Biologi. Vol. 1. No. 1. Hal: 74-83.

Widowati, W. 2008. Efek Toksik Logam Pencegahan dan Penanggulangan


Pencemaran. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Pemilihan Indikator Baku Mutu Tanah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan
Agroklimat

“10 Jenis Tanah Untuk Pertanian dan Perkebunan”, Ilmugeografi.com, 28 Oktober


2018, https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/jenis-tanah-untukpertanian

39
“Ciri Ciri Tanah Subur dan Tidak Subur”, 14 November 2015,
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/ciri-ciri-tanahsubur-dan-tidak-subur
https://www.academia.edu/19554465/2_laporan_tekstur_tanah

40

Anda mungkin juga menyukai