Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan ilmu yang mementingkan hubungan
antara lingkungan kerja, pekerja, serta beban kerja agar tetap terjaga sehingga tidak
menghasilkan masalah terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja tersebut. Lingkungan
kerja dapat berupa lingkungan kerja fisik, kimia, maupun biologis. Lingkungan kerja
yang baik dapat membuat produktivitas dari pekerja menjadi baik demikian pula
sebaliknya.
Di Era-Industrialisasi saat ini, penggunaan bahan kimia dalam proses produksi
menjadi semakin meningkat. Bahan kimia digunakan baik dalm penyediaan bahan
produksi maupun bahan dari pembuatan alat produksi. Penggunaan bahan kimia ini
sangat bermanfaat untuk menjaga produktivitas secara kuantitas dari suatu produk,
disamping juga dapat menekan biaya produksi yang ada.
Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia (Casarett
and Doulls, 1995). Selain itu toksikologi juga mempelajari jelas/kerusakan/cedera pada
organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang diakibatkan oleh suatu materi
substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya
efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja kimia yang merugikan terhadap
organisme. Banyak sekali peran toksikologi dalam kehidupan sehari-hari tetapi bila
dikaitkan dengan lingkungan dikenal istilah toksikologi lingkungan dan ekotoksikologi.
Dua kata toksikologi lingkungan dengan ekotoksikologi yang hampir sama
maknanya ini sering sekali menjadi perdebatan. Toksikologi lingkungan adalah ilmu
yang mempelajari racun kimia dan fisik yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan
menimbulkan pencemaran lingkungan (Cassaret, 2000) dan Ekotoksikologi adalah ilmu
yang mempelajari racun kimia dan fisik pada mahluk hidup, khususnya populasi dan
komunitas termasuk ekosistem, termasuk jalan masuknya agen dan interaksi dengan
lingkungan (Butler, 1978). Dengan demikian ekotoksikologi merupakan bagian dari
toksikologi lingkungan.

1
Kebutuhan akan toksikologi lingkungan meningkat ditinjau dari Proses
Modernisasi yang akan menaikan konsumsi sehingga produksi juga harus meningkat,
dengan demikian industrialisasi dan penggunaan energi akan meningkat yang tentunya
akan meningkatkan resiko toksikologis. Proses industrialisasi akan memanfaatkan bahan
baku kimia, fisika, biologi yang akan menghasilkan buangan dalam bentuk gas, cair, dan
padat yang meningkat.
Namun penggunaan bahan kimia tentunya tidak hanya mampu mendatangkan
dampak positif bagi produsen namun juga memiliki dampak negative. Dimana setiap
bahan kimia menyimpan bahaya yang dapat berdampak buruk bagi tubuh makhluk hidup
yang sering terpapar dengannya. Dampak negative dari bahan kimia inilah yang biasa
berbentuk toxic “racun”.
Bahan kimia dapat dikatakan sebagai racun apabila telah memenuhi syarat secara
kuantitas dan kualitas yang telah di tetapkan standarnya. Oleh karena itu kemudian para
ahli membahas mengenai racun ini secara lebih mendalam melalui ilmu toksikologi
dimana ilmu ini kemudian dapat memberikan informasi mengenai kapan sebuah bahan
kimia tersebut dikatakan sebagai racun dan kapan bahan kimia tersebut dapat digunakana
sesuai dengan kebutuhan manusia. Oleh karena itu di dalam makalah ini akan dijelaskan
mengenai landasan awal dari ilmu toksikologi yaitu pengertian, konsep maupun tujuan
dari ilmu toksikologi ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa sajakah Undang-undang Toksikologi tersebut ?
2. Bagaimana istilah-istilah Toksikologi ?
3. Apasajakah cabang toksikologi ?
4. Bagaimana Serjarah dan Perkembangan toksikologi ?
5. Apasaja Pernanan Toksikologi Industri ?

2
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sajakah Undang-undang Toksikologi.
2. Untuk mengetahui istilah-istilah Toksikologi.
3. Untuk mengetahui cabang toksikologi.
4. Untuk mengetahui Srjarah dan Perkembangan toksikologi.
5. Untuk mengetahui pernanan Toksikologi Industri.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Undang-undang Toksikologi
Menurut Undang-undang toksikologi berikut peraturan mentri dalam undang-
undang Republik Indonesi terkait dengan Toksikologi yaitu Peraturan pemerintah
Republik Indonesia nomor 85 tahun 1999 tentang perubahan atas peraturan pemerintah
nomor 13 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun presiden
republik indonesia, lembaran negara republik Indonesia tahun 1999 nomor 190,
penjelasan atas peraturan pemerintah republik indonesia nomor 85 tahun 1999 tentang
perubahan atas peraturan pemerintah nomor 18 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 3910:
1. Lampiran I peraturan pemerintah republik indonesia nomor : 85 tahun 1999 tanggal :
7 oktober 1999 tabel 1. daftar limbah b3 dari sumber yang tidak spesifik.
2. Lampiran ii peraturan pemerintah republik indonesia nomor : 85 tahun 1999
tanggal : 7 oktober 1999 baku mutu tclp zat pencemar dalam limbah untuk penentuan
karakteristik sifat racun.
3. Lampiran iii peraturan pemerintah republik indonesia nomor : 85 tahun 1999
tanggal : 7 oktober 1999
1) Daftar zat pencemar dalam limbah yang bersifat kronis. Meliputi :
2) Keputusan menteri tenaga kerja nomor : kep.187/men/1999 tentang pengendalian
bahan kimia berbahaya di tempat kerja
3) Peraturan menteri perindustrian republik indonesia nomor : 24/m-ind/per/5/2006
tentang pengawasan produksi dan penggunaan bahan berbahaya untuk industri
menteri perindustrian republik Indonesia
4) peraturan pemerintah republik indonesia nomor 18 tahun 1999 tentang
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun presiden republik Indonesia
5) peraturan pemerintah ri no 101 tahun 2014
6) UU no 32 2009 pasal 61 ayat 3 “ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan
persyaratan dumping limbah atau bahan diatur dalam peraturan pemerintah”.

4
B. Istilah-istilah Toksikologi
Secara sederhana dan ringkas, toksikologi dapat didefinisikan sebagai kajian
tentang hakikat dan mekanisme efek berbahaya (efek toksik) berbagai bahan kimia
terhadap makhluk hidup dan sistem biologik lainnya. Ia dapat juga membahas penilaian
kuantitatif tentang berat dan kekerapan efek tersebut sehubungan dengan terpejannya
(exposed) makhluk tadi.
Apabila zat kimia dikatakan berracun (toksik), maka kebanyakan diartikan
sebagai zat yang berpotensial memberikan efek berbahaya terhadap mekanisme biologi
tertentu pada suatu organisme. Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh: dosis,
konsentrasi racun di reseptor “tempat kerja”, sifat zat tersebut, kondisi bioorganisme atau
sistem bioorganisme, paparan terhadap organisme dan bentuk efek yang ditimbulkan.
Sehingga apabila menggunakan istilah toksik atau toksisitas, maka perlu untuk
mengidentifikasi mekanisme biologi di mana efek berbahaya itu timbul. Sedangkan
toksisitas merupakan sifat relatif dari suatu zat kimia, dalam kemampuannya
menimbulkan efek berbahaya atau penyimpangan mekanisme biologi pada suatu
organisme.
Toksisitas merupakan istilah relatif yang biasa dipergunakan dalam
memperbandingkan satu zat kimia dengan lainnya. Adalah biasa untuk mengatakan
bahwa satu zat kimia lebih toksik daripada zat kimia lain. Perbandingan sangat kurang
informatif, kecuali jika pernyataan tersebut melibatkan informasi tentang mekanisme
biologi yang sedang dipermasalahkan dan juga dalam kondisi bagaimana zat kimia
tersebut berbahaya. Oleh sebab itu, pendekatan toksikologi seharusnya dari sudut telaah
tentang berbagai efek zat kimia atas berbagai sistem biologi, dengan penekanan pada
mekanisme efek berbahaya zat kimia itu dan berbagai kondisi di mana efek berbahaya itu
terjadi.
Pada umumnya efek berbahaya / efek farmakologik timbul apabila terjadi
interaksi antara zat kimia (tokson atau zat aktif biologis) dengan reseptor. Terdapat dua
aspek yang harus diperhatikan dalam mempelajari interakasi antara zat kimia dengan
organisme hidup, yaitu kerja farmakon pada suatu organisme (aspek farmakodinamik /
toksodinamik) dan pengaruh organisme terhadap zat aktif (aspek farmakokinetik /
toksokinetik) aspek ini akan lebih detail dibahas pada sub bahasan kerja toksik.

5
Banyak sekali peran toksikologi dalam kehidupan sehari-hari tetapi bila dikaitkan
dengan lingkungan dikenal istilah toksikologi lingkungan dan ekotoksikologi. Dua kata
toksikologi lingkungan dengan ekotoksikologi yang hampir sama maknanya ini sering
sekali menjadi perdebatan. Toksikologi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari racun
kimia dan fisik yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan menimbulkan pencemaran
lingkungan (Cassaret, 2000) dan Ekotoksikologi adalah ilmu yang mempelajari racun
kimia dan fisik pada mahluk hidup, khususnya populasi dan komunitas termasuk
ekosistem, termasuk jalan masuknya agen dan interaksi dengan lingkungan (Butler,
1978). Dengan demikian ekotoksikologi merupakan bagian dari toksikologi lingkungan.
1. Definisi
Untuk mempermudah mempelajari toksikologi industri, perlu difahami berbagai
definisi yang terdapat di dalam literatur, antara lain :
1) Toksikologi
Dari berbagai literatur didapat berbagai definisi untuk toksikologi, yang pada
prinsipnya menjelaskan ilmu yang mempelajari tentang racun, antara lain:
a) Ilmu yang mempelajari kerusakan/cedera pada organisme (hewan, tumbuhan,
manusia) yang diakibatkan oleh suatu materi, substansi, dan/atau energi.
b) Ilmu yang mempelajari racun, tidak saja efeknya, tetapi juga mekanisme
terjadinya efek tersebut pada organisme.
c) Ilmu yang mempelajari secara kuantitatif dan kualitatif pengaruh jelek dari zat
kimiawi, fisis, dan biologis terhadap sistem biologis.
d) Ilmu yang mempelajari tentang mekanisme kerja dan efek yang tidak
diinginkan dari bahan kimia yang bersifat racun serta dosis yang berbahaya
terhadap tubuh manusia.
e) Toksikologi Industri adalah salah satu cabang ilmu toksikologi yang menaruh
perhatian pada pengaruh pemajanan bahan-bahan yang dipakai dari sejak awal
sebagai bahan baku, proses produksi, hasil produksi beserta penanganannya
terhadap tenaga kerja yang bekerja di unit produksi tersebut.
2) Toksin atau Racun
Yang dimaksud dengan racun di sini dapat berupa zat kimia, fisis, dan
biologis. Toksin atau racun diartikan sebagai:

6
a) Zat yang dalam dosis yang kecil dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan
hidup (Sax, 1957).
b) Zat yang bila masuk ke dalam tubuh dalam dosis cukup, bereaksi secara
kimiawi dapat menimbulkan kematian/kerusakan berat pada orang sehat
(Goodman & Gilman,1956).
c) Semua zat pada hakekatnya adalah racun, dosisnyalah yang membedakan
racun dari obat (Paracelsus, 1493-1541).
d) Zat yang bila dapat memasuki tubuh dalam keadaan cukup, secara konsisten
menyebabkan fungsi tubuh jadi tidak normal.
3) Keracunan atau Intoksikasi
Yang dimaksud dengan keracunan atau intoksikasi adalah:
a) Keadaan tidak normal akibat efek racun. Penyebabnya dapat akibat dari
bunuh diri, kecelakaan, tindak kriminal, dan penyakit jabatan. (Goodman &
Gilman, 1956).
b) Perubahan morfologi, fisiologi, pertumbuhan dan perkembangan tubuh,
ataupun pengurangan usia hidup suatu organisme dan mengakibatkan
kerusakan kapasitas fungsi atau gangguan kemampuan bertahan terhadap
racun ataupun meningkatkan kerentanan organisme terhadap zat beracun
berasal dari lingkungan (Duffus, dl Ruchiawat, 1996).
4) Toksisitas
Toksisitas diartikan sebagai kemampuan racun (molekul) untuk
menimbulkan kerusakan apabila masuk ke dalam tubuh dan lokasi organ yang
rentan terhadapnya (Sax, 1957).
5) Taraf Toksisitas
Taraf toksisitas dapat dinyatakan dengan angka 1-6 ataupun berbeda-beda
tergantung literatur yang digunakan (Sax, 1957 dan Ottoboni dl.
Ruchirawat,1996), berikut table taraf Toksisitas :

7
Taraf LD50 (mg/kg BB), BB = 70 LD50 (mg/kg BB), BB = 10
kg kg, anak

6 = supertoksik < 5, terasa, < 7 tetes 5-50, 7 < 1 tetes 1 tetes-1/8 s.teh 1/8
tetes - 3/4 sendok teh 50-500, s.teh-1 s.teh 1 s. teh-4 s.
5 = extremely toxic 3/4 sendok teh-3 s.teh 500 - makan > 4 s.makan
5000, 3-30 s.teh 5-15 gr, >30
4 = sangat toksik s.teh (1 Ib) > 15 gr, > 1 qt

3 = moderately toxic

2 = slightly

1 = practically non toxic

Sumber: Sax, 1957, Ottoboni, 1996

Taraf toksisitas ini dapat digunakan untuk menilai taraf toksisitas suatu
racun yang sedang diuji-coba pada berbagai organisme. Tetapi toksisitas ini
sangat beragam pada berbagai organisme, tergantung dari berbagai faktor, antara
lain: spesies uji, cara racun memasuki tubuh/potal entri, frekuensi dan lamanya
paparan, konsentrasi zat pemapar, bentuk, sifat kimia/fisika zat pencemar, dan
kerentanan berbagai spesies terhadap pencemar.

6) Xenobiotikan
Diartikan sebagai bahan asing bagi tubuh organisme, antara lain adalah racun.
7) Farmakokinetik
Mempelajari kinetika xenobiotik di dalam tubuh organisme, mulai dari
portal entri/imisi, absorbsi, distribusi, metabolisme, ekskresi, dan efek/respons
tubuh terhadapnya.
8) Dosis versus Konsentrasi
Dosis sangat menentukan efek biologis yang bakal timbul. Oleh karena itu
dikenal berbagai dosis yang berhubungan dengan efek tersebut, seperti:
a) Letal dose/dosis letalis (LD), merupakan angka yang sangat pasti, karena
mengukur zat yang masuk ke dalam tubuh, misal:
1) LD 10 adalah dosis yang dapat mematikan 10% hewan percobaan
2) LD 50 adalah dosis yang mematikan 50% dari populasi hewan percobaan,
biasanya digunakan untuk mengkonversikan dosis aman hasil bioesei

8
kepada dosis aman bagi manusia, dimana LD50 pada hewan dianggap
sebagai LD100 pada manusia.
3) LD 100, sering dicari untuk keperluan pemberantasan insekta
pengganggu, karena dikehendaki 100% kematian insekta untuk mencegah
terjadinya resistensi.
4) Letal concentred/konsentrasi letal (LC50), adalah konsentrasi yang
mematikan 50% populasi hewan uji.
Namun istilah ini banyak kelemahannya, karena kematian hewan
sebetulnya ditentukan oleh xenobiotik yang masuk ke dalam tubuh atau
dosis. Tidak didapat kepastian bahwa konsentrasi media itu sama dengan
dosis yang memasuki tubuh. Pengukuran LC dalam pelaksanaannya
sangat mudah.
5) Kesepakatan terakhir, LD dan LC tidak lagi digunakan untuk konversi
kepada dosis aman bagi manusia. Saat ini orang cenderung menggunakan:
a) NOEL (No Observed Effect Level)
Dosis tertinggi atau tingkat paparan racun yang tidak menghasilkan
efek toksik terlihat pada hewan.
b) NOAEL (No Observed Adverse Effect Level)
Dosis tertinggi suatu zat pada studi toksisitas kronik atau
subkronik yang secara statistik atau biologis tidak menunjukkan efek
merugikan pada hewan uji atau pada manusia
c) LOEL (Low Observed Effect Level)
Konsentrasi terendah atau jumlah zat yang ditemukan oleh
percobaan atau pengamatan, yang menyebabkan perubahan apapun
dalam morfologi, kapasitas fungsional, pertumbuhan, perkembangan,
atau rentang hidup organisme sasaran.
d) LOAEL (Low Observed Adverse Effect Level), dst.

Berarti dosis terendah yang (masih) menimbulkan efek.

a) Hubungan dosis dan efek (Dose-Effect Relationship). Yaitu hubungan


antara dosis dengan efek yang terjadi pada manusia.

9
b) Hubungan dosis dan respon (Dose – Response Relationship)
Yaitu hubungan antara dosis dan prosentase individu yang
menunjukkan gejala tertentu/spesifik.
9) Efek
a) Efek aditif, yaitu efek yang terjadi bila kombinasi dua atau lebih bahan
kimia saling mengkuatkan.
b) Efek akut, yaitu efek yang terjadi sesudah terpajan dalam waktu
singkat (jam, hari).
c) Efek kronis, yaitu efek yang terjadi setelah pajanan yang cukup lama
(bulanan, tahunan).
d) Efek sistemik, yaitu efek toksik pada jaringan seluruh tubuh.
10) Masa Laten
Yaitu waktu antara pemaparan pertama dengan timbulnya gejala/respon.
11) Target Organ
Target organ adalah organ yang paling sensitif terhadap pajanan yang
terjadi.

C. Cabang toksikologi
Menurut Loomis (1979) mengelompokkan toksikologi dalam tiga kelompok
yakni:
1. Toksikologi lingkungan
2. Toksikologi ekonomi, dan
3. Toksikologi kehakiman.
a. Toksikologi lingkungan
Toksikologi lingkungan merupakan cabang Toksikologi yang berhubungan
dengan dampak zat kimia yang berpotensi merugikan, yang muncul sebagai
polutan lingkungan bagi organisme hidup. Istilah lingkungan mencakup udara,
tanah, dan air. Yang memfokuskan pada pencemaran lingkungan, dampak
akumulasi senyawa kimia pada lingkungan dan kesehatan lingkungan kerja.
Polutan adalah suatu zat yang didapatkan dalam lingkungan, yang mempunyai
efek merugikan bagi kehidupan organism, khususnya manusia; yang sebagian

10
merupakan perbuatan manusia. Pada dasarnya efek yang merugikan ini timbul
melalui empat proses yakni: pelepasan ke lingkungan, tansport oleh biota dengan
atau tanpa transportasi bahan-bahan kimia, pengeksposan oleh organisme baik itu
satu atau lebih dari satu terget, dan kemudian timbullah respon individu, populasi,
ataupun komunitas. Jadi pada dasarnya enviromental toksikologi itu tidak lepas
dari ekotoksikologi. Berikut ini komponen toksikologi lingkungan: (David A.
Wright “Enviromental Of toxicology”)
b. Toksikologi Forensik
Toksikologi Kehakiman (Forensik) adalah menekunkan diri pada aplikasi atau
pemanfaatan ilmu toksikologi untuk kepentingan peradilan. melakukan analisis
kualitatif maupun kuantitatif dari racun dari bukti fisik dan menerjemahkan
temuan analisisnya ke dalam ungkapan apakah ada atau tidaknya racun yang
terlibat dalam tindak kriminal, yang dituduhkan, sebagai bukti dalam tindak
kriminal (forensik) di pengadilan.
Jadi toksikologi kehakiman ini lebih menekankan aspek medis dan aspek hukum
dari bahan-bahan berbahaya yang baik secara sengaja maupun tidak sengaja
diekspose. (Frank A. Barile “Clinical Toxicology Principle and mechanism” dan
(Made Agus Gelgel Wirasuta “forensik dan interpretasi temuan analisis”
ejournal.unud.ac.id)
c. Toksikologi ekonomi
Toksikologi ekonomi adalah suatu pembahasan toksikologi yang menjurus pada
efek-efek berbahaya dari substansi khusus yang berhubungan dengan kebutuhan
manusia seperti bahan pengawet makanan dan pestisida. Suatu zat di katakana
racun bila zat tersebut menyebabkan efek yang meugikan pada yang
mnggunakannya.
Namun dalam kehidupan sehari-hari yang dikatakan racun adalah zat dengan
resiko kerusakan yang relative besar, dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa sola
dosis facit venenum (Paracelsus) artinya kehadiran suatu zat yang potensial toksis
di dalam organisme belum tentu menghasilkan juga keracunan. Dalam hampir
setiap manusia dapat dinyatakan jumlah tertentu dari timbale, air raksa dan DDT,
namun demikian zat ini tidak menimbulkan gejala keracunan selama jumlah yang

11
diabsorbsi berada di bawah kosentrasi yang toksik, hanya pada dosis toksik suatu
senyawa menjadi racun, sebaliknya bila diabsorbsi dalam jumlah yang besar
ternyata beracun.
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa pembuktian racun pada kosentrasi
yang subtoksik mempunyai arti penting karena dengan mengetahui adanya bahaya
bahaya pada saat yang tepat, dapat di hindari eksposisi yang lebih lanjut dan
karena itu karusakan karena karusakan dapat di hindari.

D. Srjarah dan Perkembangan toksikologi


Sejarah ilmu toksikologi Paracelcus (1493-1541) semua zat adalah racun,tidk ada
satupun yang bukan racun. Dosis yang tepat membedakan antara racun dan obat MJB
ORFILLA bapak toksikologi moderntoksikologi sebagai disiplin ilmu tersendiri tata cara
terpai atas toksisitas zat kimia metodologi kuantitaitf untuk mempelajari aksi toksikologi
zat kimia pada hewan prinsip eleminasi obat/zat kimia tertenu dari tubuh’
Pekembangan definisi toksikolgi loomis (1978) toksikologi adalah ilmu yang
mempelajari aksi berbahaya zat kima atas sistem biologi tertentu Doull & Bruce (1986)
toksikologi adalah ilmu yang mempelajari berbagai pengaruh zat kimia yang merugikn
atas sistem biologi Timbrell (1989) toksiplohi adalah ilmu yang mempelajari antaraksi
zat kimia dengan sistem biologi toksikologi ilmu yang mempelajari aksi berbahaya zat
kima atas sistem biologi.
Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang efek merugikan berbagai
bahan kimia dan fisik pada semua sistem kehidupan. Dalam istilah kedokteran,
toksikologi didefinisikan sebagai efek merugikan pada manusia akibat paparan bermacam
obat dan unsur kimia lain serta penjelasan keamanan atau bahaya yang berkaitan dengan
penggunaan obat dan bahan kimia tersebut. Toksikologi sendiri berhubungan dengan
farmakologi, karena perbedaan fundamental hanya terletak pada penggunaan dosis yang
besar dalam eksperimen toksikologi. Setiap zat kimia pada dasarnya adalah racun, dan
terjadinya keracunan ditentukan oleh dosis dan cara pemberian. Salah satu pernyataan
Paracelsus menyebutkan “semua substansi adalah racun; tiada yang bukan racun. Dosis
yang tepat membedakan racun dari obat”. Pada tahun 1564 Paracelsus telah meletakkan

12
dasar penilaian toksikologis dengan mengatakan, bahwa dosis menentukan apakah suatu
zat kimia adalah racun (dosis sola facit venenum).
Pernyataan Paracelcus tersebut sampai saat ini masih relevan. Sekarang dikenal
banyak faktor yang menyebabkan keracunan, namun dosis tetap merupakan faktor utama
yang paling penting. Secara sederhana dan ringkas, toksikologi dapat didefinisikan
sebagai kajian tentang hakikat dan mekanisme efek berbahaya (efek toksik) berbagai
bahan kimia terhadap makhluk hidup dan sistem biologik lainnya. Ia dapat juga
membahas penilaian kuantitatif tentang berat dan kekerapan efek tersebut sehubungan
dengan terpejannya (exposed) makhluk tadi.
Efek toksik atau efek yang tidak diinginkan dalam sistem biologis tidak akan
dihasilkan oleh bahan kimia kecuali bahan kimia tersebut atau produk biotransformasinya
mencapai tempat yang sesuai di dalam tubuh pada konsentrasi dan lama waktu yang
cukup untuk menghasilkan manifestasi toksik. Faktor utama yang mempengaruhi
toksisitas yang berhubungan dengan situasi pemaparan (pemajanan) terhadap bahan
kimia tertentu adalah jalur masuk ke dalam tubuh, jangka waktu dan frekuensi
pemaparan.
Pemaparan bahan-bahan kimia terhadap binatang percobaan biasanya dibagi dalam empat
kategori: akut, subakut, subkronik, dan kronik. Untuk manusia pemaparan akut biasanya
terjadi karena suatu kecelakaan atau disengaja, dan pemaparan kronik dialami oleh para
pekerja terutama di lingkungan industri-industri kimia.
Interaksi bahan kimia dapat terjadi melalui sejumlah mekanisme dan efek dari dua
atau lebih bahan kimia yang diberikan secara bersamaan akan menghasilkan suatu
respons yang mungkin bersifat aditif, sinergis, potensiasi, dan antagonistik. Karakteristik
pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi
yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.
Apabila zat kimia dikatakan beracun (toksik), maka kebanyakan diartikan sebagai
zat yang berpotensial memberikan efek berbahaya terhadap mekanisme biologi tertentu
pada suatu organisme. Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh: dosis, konsentrasi
racun di reseptor “tempat kerja”, sifat zat tersebut, kondisi bioorganisme atau sistem
bioorganisme, paparan terhadap organisme dan bentuk efek yang ditimbulkan.

13
Sehingga apabila menggunakan istilah toksik atau toksisitas, maka perlu untuk
mengidentifikasi mekanisme biologi di mana efek berbahaya itu timbul. Sedangkan
toksisitas merupakan sifat relatif dari suatu zat kimia, dalam kemampuannya
menimbulkan efek berbahaya atau penyimpangan mekanisme biologi pada suatu
organisme.
Toksisitas merupakan istilah relatif yang biasa dipergunakan dalam
memperbandingkan satu zat kimia dengan lainnya. Adalah biasa untuk mengatakan
bahwa satu zat kimia lebih toksik daripada zat kimia lain. Perbandingan sangat kurang
informatif, kecuali jika pernyataan tersebut melibatkan informasi tentang mekanisme
biologi yang sedang dipermasalahkan dan juga dalam kondisi bagaimana zat kimia
tersebut berbahaya. Oleh sebab itu, pendekatan toksikologi seharusnya dari sudut telaah
tentang berbagai efek zat kimia atas berbagai sistem biologi, dengan penekanan pada
mekanisme efek berbahaya zat kimia itu dan berbagai kondisi di mana efek berbahaya itu
terjadi.

E. Pernanan Toksikologi Industri


Dari penjelasan diatas tersebut berikut adalah 3 peranan Toksikologi Industri :
1. Peranan Toksikologi Ekonomi
Dalam penelitian terdahulu, Triawati (2010) memanfaatkan limbah cair tahu
menjadi pupuk cair organik dengan menambahkan EM4. Data dari penelitian tersebut
adalah total kandungan nitrogen dalam pupuk cair organik dengan berbagai
konsenterasi EM4 dan tanpa pemberian EM4 sangat tinggi jika dibandingkan dengan
Permetan No 28/Permetan/OT.140/2/2009 tentang Standar Mutu Pupuk Organik.
Sumbernya berasal setelah proses pengendapan dengan cuka.
Limbah tahu saat ini belum banyak dimanfaatkan sebagai produk jual. Padahal
limbah tahu dapat bermanfaat sebagai pupuk. Maka dari itu artikel ini membahas
kegunaan sebagai limbah tahu.
2. Peranan toksikologi forensik
Ddalam penyelesaian kasus kejahatan peranan Toksikologi forensic dibutuhkan untuk
menyelesaikan kasus-kasus kriminal ke dalam tiga kelompok, yaitu:
a. Ilmu-ilmu forensik yang menangani tindak kriminal sebagai masalah hukum.

14
b. Ilmu-Ilmu forensik yang menangani tindak kriminal sebagai masalah teknis.
Dalam kelompok ini termasuk ilmu kriminalistik, kedokteran forensik, kimia
forensik, fisika forensik, toksikologi forensik, serologi/biologi molekuler forensik,
odontologi forensik, dan entomogoli forensik.
c. Ilmu-ilmu forensik yang menangani tindak kriminal sebagai masalah manusia
Dalam kelompok ini termasuk kriminologi, psikologi forensik, dan
psikiatri/neurologi forensik. Kejahatan sebagai masalah manusia, karena pelaku
dan objek penghukuman dari tindak kriminal tersebut adalah manusia. Dalam
melakukan perbuatannya, manusia tidak terlepas dari unsur jasmani (raga) dan
jiwa. Disamping itu, kodrat manusia sebagai mahluk sosial, yang hidup di tengah-
tengah masyarakat. Oleh karena itu perbuatan yang dilakukan juga dipengaruhi
oleh faktor internal (dorongan dari dalam dirinya sendiri) dan faktor eksternal
(dipengaruhi oleh lingkungannya).
Berdasarkan klasifikasi diatas peran ilmu forensik dalam menyelesaikan
masalah / kasus-kasus kriminal lebih banyak pada penanganan kejahatan dari
masalah teknis dan manusia. Sehingga pada umumnya laboratorium forensik
dimanfaatkan untuk kepentingan peradilan, khususnya perkara pidana. Dalam
sistem peradilan pidana yang berlaku di Indonesia, peradilan perkara pidana
diawali oleh penyidikan yang dilakukan oleh penyidik tunggal (lebih tepatnya
penyidik umum) yang dilakukan oleh kepolisian, namun dalam khasus-khasus
khusus (tindak kejahatan ekonomi dan pelanggaran Hak Asasi Manusia) pihak
kejaksaan dapat melakukan penyidikan. Sampurna (2000) menggambarkan proses
penyidikan sampai ke persidangan seperti pada gambar.
Upaya penyidikan pada umumnya bermuara pada proses penuntutan dan
disusul oleh proses pengadilan. Pembuktian dari suatu perkara pidana adalah
upaya untuk membuktikan bahwa benar telah terjadi tindak pidana yang
diperkarakan dan bahwa si terdakwalah pelaku tindak pidana tersebut.
Pembuktian dilakukan dengan mengajukan alat bukti yang sah ke depan
persidangan. Guna mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaraan
materiil, dalam pembuktian (penyidikan dan pemeriksaan bukti fisik) harus
dilakukan pembuktian secara ilmiah.

15
3. Peranan Toksikologi Lingkungan
Bidang toksikologi lingkungan, khususnya yang terkait dengan area
ekotoksikologi, merupakan salah satu disiplin ilmu lingkungan yang terus
berkembang secara cepat.
Ekotoksikologi terdefinisi dengan sangat baik sebagai bidang studi yang
mencakup nasib akhir/deposisi dan dampak dari bahan kimia toksik pada ekosistem
yang didasarkan pada hasil kajian ilmiah, baik dari hasil pengamatan di lapangan
maupun dengan penerapan metode-metode uji toksisitas di laboratorium.
Ekotoksikologi yang terkait erat dengan toksikologi lingkungan, jelas membutuhkan
pemahaman terhadap prinsip dan teori ekologi seperti halnya dengan pengetahuan
tentang cara-cara bahan kimia berdampak pada individu spesies, populasi, komunitas
dan ekosistem.
Pengukuran dampak biologis dapat dilakukan baik dengan melihat respon spesifik
spesies terhadap toksikan, atau dampak toksikan pada tingkatan organisasi yang lebih
tinggi seperti populasi, komunitas, dstnya. Ekotoksikologi dibangun berdasarkan
prinsip keilmuan dan metode uji toksikologi, dengan penekanan pada tingkatan
populasi, komunitas dan ekosistem. Kemampuan untuk mengukur transportasi dan
deposisi bahan kimia dan pemaparan organisme dalam uji ekotoksikologi merupakan
hal penting yang menentukan arah pengembangan teknik pendugaan resiko
lingkungan (Suter, 1993; Maughan, 1993).
Berbeda dengan uji toksikologi konvensional (standard) yang umumnya berupaya
untuk menemukan hubungan sebab-akibat beberapa konsentrasi bahan kimia dengan
respon organisme pada lokasi reseptor tertentu, uji ekotoksikologi berupaya untuk
mengevaluasi hubungan sebab-akibat pada level organisasi, khususnya pada level
populasi. Komponen terpenting dari uji ekotoksikologi adalah keterpaduan antara
penelitian di laboratorium dan di lapangan. Uji toksisitas di laboratorium menjelaskan
dampak toksikan pada individu organisme, termasuk respon biokimiawi dan
fisiologisnya. Pengetahuan yang diperoleh di laboratorium selanjutnya diselaraskan
dengan hal-hal yang terjadi pada kondisi lapangan, dan pemahaman tentang sejumlah
parameter lingkungan yang harus dihadapi oleh organisme untuk tetap hidup dan

16
berkembang dengan baik di bawah tekanan toksikan, menjadi aset berharga dan
sangat penting.
Oleh karena itu, keterpaduan penelitian laboratorium dan penelitian lapangan
akan memberi jaminan bahwa suatu uji ekotoksikologi akan menghasilkan data yang
relevan. Kebutuhan terhadap metodologi uji toksikologi yang mudah dilakukan dan
sederhana proses penerapannya akan terus meningkat, sejalan dengan meningkatnya
kepedulian terhadap rusaknya kondisi lingkungan dan peningkatan dampak bahan
kimia pencemar di lingkungan perairan, yang terus berlanjut.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari pengaruh merugikan suatu
zat/bahan kimia pada organisme hidup atau ilmu tentang racun. Toksikologi
industri membahas tentang berbagai bahan beracun yang digunakan, diolah
atau dihasilkan oleh industri.
2. Pada dasarnya konsep toksikologi terbagi atas tiga yakni toksikologi
lingkungan, toksikologi ekonomi, dan toksikologi kehakiman.
3. Tujuan dari toksikologi yaitu berupa mendapatkan perlindungan, memelihara
lingkungan dari kemungkinan efek buruk dari penggunaan zat kimia,
menolong orang yang mengalami keracunan, penggunaan obat lebih tepat,
Memahami dengan lebih mendalam tentang efek zat kimia kepada manusia.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan kita dapat lebih mengerti lagi
mengenai penggunaan bahan-bahan kimia baik dalam proses produksi, ekonomi,
dan bahan industri lebih tepat dan dapat menjadi langkah awal dan pemicu dalam
mendalami ilmu toksikologi industri ini.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://farmasi.unud.ac.id/ind/wp-content/uploads/Buku-Ajar-Toksikologi-Umum.pdf
https://www.bphn.go.id/data/documents/99pp085.doc
https://www.ecostargrp.com/PP%20Nomor%20101%20Tahun%202014%20tentang%20Pengel
laan%20Limbah%20B3.pdf
https://docplayer.info/72944984-Bab-1-pengantar-toksikologi-industri.html
http://hukum.unsrat.ac.id/pp/pp_85_1999.pdf
Suma’mur, 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES) Edisi 2. Jakarta:
Sagung Seto.
Wirasuta, I Made Agus dan Niruri, Ramasya. Toksikologi Umum. Jurusan Farmasi Fakultas
MIPA Universitas Udayana: Malang.
http://farmasi.unud.ac.id/ind/wp-content/uploads/Buku-Ajar-Toksikologi-Umum.pdf
Sulistyowati, Eddy. Diktat Toksikologi. Jurusan Pendidikan kimia FMIPA UNY:Yogyakarta.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Eddy%20Sulisyowati,%-
20Dra.%20M.Apt.,MS./diktat%20toksikologi.pdf diakses pada tanggal 2 februari 2017

19

Anda mungkin juga menyukai