Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

MIKROGNATIA DAN MAKROGNATIA

Disusun Oleh:
Aditya Hagung K
G99181003
Periode: 6 – 19 Mei 2019

Pembimbing:
Sandy Trimelda, drg., Sp.Ort.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2019
MACROGNATIA – MICROGNATIA

A. Definisi
Mikrognatia merupakan keadaan seseorang yang memiliki ukuran
rahang bawah yang kecil (Soemartono, 1997). Mikrognatia digambarkan
sebagai hipoplasia mandibular yang disebabkan penyusutan dagu Dalam kasus
ini baik maksila maupun mandibula dapat terkena. Biasanya ditemukan
bersamaan dengan microglossi (lidah kecil). Jika micrognathia, microglossi dan
celah pada pallatum molle terjadi bersamaan disebut Sindroma Pierre Robin.
Secara garis besar, micrognathia dibagi menjadi: (1) Apparent micrognathia;
(2) True micrognathia (Patel, 2009).
Makrognatia adalah suatu keadaan dimana mandibular dan region
protuberansia lebih besar daripada ukuran normal. Makrognatia juga disebut
dengan megagnitia. Makrognatia mengalami gejala klinis yaitu dagu
berkembang lebih besar. Sebagian besar makrognatia tidak menyebabkan
terjadinya maloklusi (Patel, 2009).
B. Etiopatogenesis
Mikrognatia sering dijumpai pada beberapa sindroma sebagai salah satu
ciri utama, seperti sindrom cat cry, Pierre Robin, Treacher-Collin, Down dan
Turner, yang masing-masing berbeda patogenesis dan pola pertumbuhan serta
perkembangannya. Hal ini dapat terjadi akibat adanya gangguan pada waktu
pertumbuhan dan perkembangan dentofasial kompleks, yang terutama
dipengaruhi oleh:
 Faktor genetik: genotip yang diwariskan dan mekanisme genetik, dapat
terjadi karena kelainan kromosom trisomi 13 dan trisomi 18
 Faktor lingkungan: interaksi nutrisi dan biokemikal, fenomena fisik
temperature, tekanan, hidrasi. Mencakup penggunaan obat teratogenik
seperti metotreksat, karbamazepin, warfarin, tetrasiklin, dll

1
 Kekuatan fungsional: kekuatan ekstrinsik dan intrinsic aksi otot-otot,
ruang yang ditempati organ-organ dan rongga-rongga serta ekspansi
pertumbuhan
Etiologi mikrognatia masih belum jelas, kemungkinan disebabkan oleh
adanya gangguan perkembangan, baik kongenital maupun yang didapat.
Mikrognatia akan mengakibatkan perubahan bentuk dentofasial dan
terganggunya fungsi pengunyahan, pembentukan fonetik maupun penampilan
anak. Dengan demikian ada kemungkinan anak akan mengalami gangguan
pertumbuhan, baik secara fisik maupun psikologis (Goodman, 1977; Boraz,
1978; Grayson, 1986).
Sedangkan etiologi makrognatia berhubungan dengan perkembangan
protuberantia yang berlebih, dapat bersifat kongenital dan dapat pula bersifat
didapat melalui penyakit. Beberapa kondisi yang berhubungan dengan
macrognatia adalah gigantisme pituitary, Paget’s disease, dan akromegali.
Pertumbuhan berlebihan ini akibat pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan
yang disebabkan oleh tumor hipofisa jinak (adenoma). Penderita biasanya
menunjukkan hipertiroidisme, lemah otot, parestesi, pada tulang muka dan
rahang terlihat perubahan orofasial seperti penonjolan tulang frontal, hipertrofi
tulang hidung, dan pertumbuhan berlebih tulang rahang (mandibula) yang dapat
menyebabkan rahang menonjol (prognatisme) (Morokumo, 2010).
C. Patofisiologi
Mikrognatia terjadi karena hipoplasia mandibula di antara minggu ke 7
dan ke 11 pada masa kehamilan. Lidah tetap terletak tinggi di rongga mulut,
karena terbelahnya langit-langit mulut. Teori ini menjelaskan langit-langit
berbentuk U terbalik dan ketiadaan hubungan antara langit-langit dan bibir.
Oligohidramnion dapat berperan dalam etiologi sindroma ini karena terjadinya
kekurangan cairan amnion dapat mengakibatkan deformasi dari dagu dan
terjepitnya lidah di antara langit-langit. Kegagalan pembentukan mandibula

2
menyebabkan posisi lidah lebih ke atas, mencegah palatine lateral menyatu di
garis tengah dan menjelaskan bahwa mikrognatia sering disertai dengan adanya
bibir sumbing.
Makrognatia disebabbkan oleh pertumbuhan berlebihan akibat
pelepasan hormon pertumbuhan yang berlebihan yang disebabkan oleh tumor
hipofisa jinak (adenoma). .
D. Diagnosis
Manifestasi klinis dari mikrognatia meliputi:
 Kerusakan keselarasan gigi, menyempitnya cavum oris dan maloklusi
 Dagu yang mengalami penyusutan dengan wajah yang kecil
 Kesulitan pemberian makanan pada anak-anak
 Kesulitan dalam menyebutkan artikulasi yang tepat dan berbicara
Diagnosis mikrognatia berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang. Pada
pemeriksaan fisik dapat ditemukan ukuran rahang yang lebih kecil dari normal,
pada bayi tampak kesusahan dalam minum dan adanya maloklusi. Pemeriksaan
penunjang dapat dilakukan MRI, foto rontgen gigi dan skull ray.
Manifestasi klinis dari mikrognatia meliputi:
 Kerusakan keselarasan gigi, jarang menyebabkan maloklusi
 Kesulitan pemberian makanan pada anak-anak
 Kesulitan dalam menyebutkan artikulasi yang tepat dan berbicara
Diagnosis makrognatia berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang. Pada
pemeriksaan fisik dapat ditemukan ukuran rahang yang lebih besar dari normal,
rusaknya keselarasan gigi dan sulitnya artikulasi yang tepat. Pemeriksaan
penunjang dapat dilakukan foto rontgen gigi dan skull ray.

3
Gambar 1. (Kiri) Makrognatia, (Kanan) Mikrognatia
E. Tatalaksana
Penatalaksanaan pada mikrognatia dibedakan menjadi 2 yaitu prenatal dan
postnatal. Penatalaksanaan prenatalnya berupa mengurangi tekanan
intrauterine dan memperpanjang masa kehamilan. Penatalaksanaan postnatal
meliputi ex utero intrapartum treatment, trakeostomi dan distraction
osteogenesis.
Pada makrognatia penatalaksanaan berupa bedah ortognatik (orthognathic
surgery)
F. Prognosis
Fetus yang didiagnosis in utero sebagai mikrognatia memiliki prognosis yang
buruk dan memiliki risiko tinggi mengalami defek kongenital serius.

4
DAFTAR PUSTAKA
Boraz RA, Hiebert JM, Thomas M. Congenital micrognathia and microglosia: An
experimental approach to treatment. Jdent Child 52:62-64
Goodman RM, Gorlin RJ (1977). Atlas of the face in genetic disorders. 2nd ed. St Louis:
The CV Mosby Co
Grayson BH, Bookstein FL, McCarthy JG (1986). The mandible in mandibulofacial
dysostosis: A cephalomeric study. Am J Orthod 89:393-398
Patel A (2009). The developmental disturbances of jaws.
Soemartono SH (1997). Mikrognati dan mikroglosi kongenital. Jurnal Kedokteran
Gigi 4(2): 15-19

Anda mungkin juga menyukai